Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan ilmu teknik Pertambangan yang semakin
pesat, maka pengetahuan tentang struktur bumi sangat diperlukan seorang
mahasiswa Teknik Pertambangan agar dapat menganalisa dan mendeskripsikan
sebuah struktur berdasarkan kenampakan karakteristiknya untuk diidentifikasikan
termasuk jenis apakah struktur yang terjadi tersebut.
Berbagai karakteristik dan ciri-ciri yang ada dapat digunakan sebagai
acuan dasar untuk mengetahui termasuk kedalam jenis dan kelas manakah
struktur tersebut berdasarkan ciri-cirinya. Dengan mengenali berbagai
karakteristik suatu struktur maka setiap kenampakan alam yang ada bisa
dimengerti dengan baik dengan cara melihat jenis strukturnya serta dapat
memproyeksikannya.
Pada geologi struktur hal yang paling menjadi perhatian bukanlah jenis
batuan ataupun mineral penyusunnya, melainkan struktur pada batuan tersebut.
Pada prinsipnya, struktur batuan atau yang sering disebut struktur geologi mudah
dipelajari dengan melihat perubahan ciri fisik dari suatu perlapisan batuan, akan
tetapi pada kenyataan dan penerapan di lapangan penggambaran struktur
geologi tidak sedemikian prinsipnya, kerena tidak selamanya struktur geologi
dapat dilihat dengan bentuk utuh. Untuk mempermudah meneliti dan
menganalisa suatu struktur dilakukan penggambaran secara proyeksi baik itu
struktur garis maupun struktur bidang baik pada struktur yang terlihat maupun
struktur semu. Penggambaran proyeksi tersebut dapat dilakukan dengan dua
metode proyeksi, yaitu proyeksi secara grafis yang digambarkan pada sumbu
kartesian dan proyeksi stereografi yang penggambaran proyeksinya pada
stereonet.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Agar praktikan mampu mengetahui aplikasi dari proyeksi stereografi pada
keadaan sebenarnya.
1.2.2 Tujuan
 Untuk mengetahui cara penggambaran proyeksi stereografi
 Agar dapat menggambarkan arah-arah bentuk struktur geologi
 Mampu mengetahui unsur-unsur struktur suatu lapisan dari proyeksi
stereografi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan
Proyeksi peta secara umum berdasarkan bidangnya, dibagi menjadi 3
yaitu proyeksi Azimut atau Zenithal, proyeksi silinder, dan proyeksi kerucut.
Proyeksi azimut / zenithal adalah bidang proyeksi yang menyinggung bola
pada kutub. proyeksi azimuth normal adalah proyeksi menyinggung bola bumi
bagian kutub apabila menyinggung bola bumi diantara equator dan kutub
proyeksi disebut proyeksi oblique. Dan yang menyinggung bola bumi bagian
equator disebut proyeksi azimut transversal.
Proyeksi sillinder adalah bidang proyeksi yang menyinggung bola bumi
pada lingkaran tertentu.proyeksi sillinder transversal adalah sillindernya
menyinggung bola bumi dikutub apabila sillindernya menyinggung bola bumi
diantara ekuator dan kutub disebut proyeksi oblique. jika sillindernya
menyinggung bola bumi ekuator disebut proyeksi normal.

Proyeksi kerucut adalah kerucut yang menyinggung lingkaran paralel.Proyeksi


kerucut normal adalah sumbu kerucut berimpit dengan sumbu bumi apabila
sumbu kerucut tegak lurus dengan sumbu bumi disebut proyeksi kerucut
transversal. dan proyeksi kerucut oblique jika menyinggung bola bumi antara
kutub dan equator.

2.2 Proyeksi Stereografi


Secara dasar yang dinamakan proyeksi stereografik adalah cara
membayangkan bola sebagai bidang datar, dengan beberapa aturan yang harus
diikuti. Proyeksi stereografik adalah metode yang digunakan dalam kristalografi
dan struktur geologi untuk menggambarkan hubungan antara sudut wajah kristal
dan struktur geologi, masing-masing. Di sini kita membahas metode yang
digunakan dalam kristalografi, tetapi mirip dengan metode yang digunakan dalam
struktur geologi.
Dalam rangka untuk membuat plotting proyeksi stereografik lebih mudah,
alat yang disebut jaring stereografik atau stereonet digunakan atau sering

3
disebut dengan jaring worf. Seperti stereonet yang ditunjukkan dalam diagram di
bawah ini. Meskipun Utara (N) dan (S) Selatan kutub yang ditampilkan pada
stereonet, ini tidak sesuai dengan Kutub Utara dan Selatan sebagaimana
didefinisikan dalam proyeksi di atas. Namun, ketika merencanakan data yang
terarah pada struktur geologi, mereka mewakili Utara dan Selatan arah geografis.

Sumber : dijipo01576.weebly.com
Gambar 2.1
Jaring Wullf atau Stereonet

Pada stereonet, kita melihat beberapa komponen yang berbeda yang kita
mendefinisikan, yaitu :
2.2.1 Lingkaran Primitif
Lingkaran Primitif adalah lingkaran yang mengelilingi stereonet tersebut,
Lingkaran primitif merupakan proyeksi yang kedudukannya (dip = 0). Oleh sebab
itu, penentuan proyeksi dip untuk bidang dimulai pada lingkaran luar, dan dip 90o
terletak pada pusat lingkaran.Untuk menentukan kemiringan bidang yang dip-nya
antara 0–90o, maka proyeksinya akan berbentuk busur yang jari-jarinya lebih
besar dari jari-jari lingkaran primitif, sehingga disebut lingkaran besar. Untuk
struktur bidang yang vertical, maka proyeksinya akan berupa garis lurus yang
melalui pusat lingkaran primitive.

4
2.2.2 Lingkaran Besar
Lingkaran besar adalah garis lengkung yang menghubungkan titik-titik
berlabel N dan S pada stereonet tersebut. Sumbu EW dan NS, serta Lingkaran
Primitif juga lingkaran besar. Hubungan sudut antara titik hanya dapat diukur
pada Lingkaran besar.
2.2.3 Lingkaran Kecil
Lingkaran kecil adalah garis yang sangat melengkung yang kurva ke atas
dan ke bawah pada stereonet tersebut.
Kegunaan dari stereonet ini sudah dijelaskan bahwa stereonet atau jaring
wullf membantu kita untuk dapat memproyeksikan bidang kristal pada bidang 2
dimensi atau bidang datar.
Bila pada suatu bidang miring, dibuat suatu permukaan bola dengan
pusat titik O pada bidang itu, maka bidang tersebut dan perpanjangannya akan
memotong permukaan bola sebagai ‘lingkaran besar’ atau proyeksi bola (sferis).
Belahan bola bagian bawah dari proyeksi permukaan bola dipakai sebagai
gambaran posisi struktur di bawah permukaan bumi. Dengan dasar ini, dalam
pemecahan persoalan geologi struktur hanya dipakai bidang proyeksi permukaan
bola bagian bawah.
Proyeksi stereografi merupakan cara pendekatan untuk deskripsi
geometri yang dapat menunjukkan hubungan antara ‘besar sudut’ dan
‘kedudukan’ dari garis atau bidang. Proyeksi permukaan bola ini digambarkan
pada permukaan bidang horisontal.
Dalam pengertian lain juga Proyeksi stereografis merupakan gambaran
dua dimensi atau sebuah proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat
orientasi geometri dan baris. Proyeksi ini hanya menggambarkan kedudukan dan
orientasi bidang dan garis, sehingga proyeksi ini hanya memecahkan masalah
tentang geometri (besaran dan arah). Proyeksi stereografi merupakan proyeksi
yang didasarkan perpotongan bidang atau garis dengan suatu bidak proyeksi
horizontal sehingga membentuk sebuah bola. Dalam proyeksi stereografi terbagi
menjadi empat jenis proyeksi, yaitu:
a. Proyeksi Bola
Garis normal ditarik ke pusat bola menuju bidang hablur dan pada bidang
hablur diteruskan menuju bidang hablur

5
b. Proyeksi Stereografi
Bidang equator bola atau bidang horizontal yang melewati bidang equator
tersebut
c. Proyeksi Gnomonik
Proyeksi bola yang bidang proyeksinya menyinggung bola dan memotong
kutub utara kemudian garis normal diteruskan menembus bidang
singgung
d. Orthografi
Bidang proyeksi di utara atau selatan dengan cara penarikan dari suatu
titik proyeksi dengan menarik tegak lurus dari kutub bola ke bidang
orthografi.

2.3 Proyeksi Kutub


Aplikasi ilmu geologi dalam pengolahan sumber daya alam, didasarkan
pada hukum-hukum alam, sebagai calon ahli geologi dituntut untuk penguasaan
pengetahuan dasar geologi, kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan
data yang selanjutnya akan diterapkan dalam penelitian geologi.
Pada dasarnya proyeksi kutub dari suatu bidang adalah pembalikan sudut
kemiringan sebesar 900. Untuk proyeksi kutub menggunakan “Proyeksi Sama
Luas” atau Schmidt Net. Pada proyeksi steeografi dengan jaring wulfnett, hasil
proyeksi pada bidang horisontal akan tampak penyebarannya yang mengumpul
ke arah pusat. Bidang yang kemiringannya besar, spasinya akan rapat di tengah
dan bidang yang kemiringannya kecil, spasinya renggang di pinggir. Hal ini
disebabkan karena dasar yang dipakai adalah “Kesamaan Sudut”. Untuk
kepentingan analisis struktur dengan banyak data, cara proyeksi dibuat dengan
dasar “Kesamaan Luas” permukaan bola terhadap bidang horisontal. Pembuatan
jaring ini dimaksudkan untuk menghindari distribusi data yang tidak merata.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa dalam membuat peta kita hanya dapat
menggambar beberapa bagian permukaan bumi. Untuk dapat membuat peta
yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan seluruh permukaan bumi.
Untuk dapat membuat peta yang meliputi wilayah yang lebih luas atau bahkan
seluruh permukaan bumi kita harus mengadakan kompromi antara ketiga syarat
di atas. Sebagian dampak kompromi tersebut, keluarlah bermacam-macam jenis

6
proyeksi peta. Masing-masing proyeksi mempunyai kelebihan dan kelemahan
sesuai dengan tujuan petadan bagian mukabumi yang digambarkan.
Bila diminta untuk memetakan seluruh permukaan bumi, maka Kita dituntut
harus tepat dalam memilih proyeksi yang digunakan. Pemilihan proyeksi
tergantung pada bentuk, luas dan letak daerah yang dipetakan, ciri-ciri
tertentu/ciri asli yang akan dipertahankan.

7
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Gambarkan kedudukan berikut kedalam proyeksi stereografi dan proyeksi
kutub :
a. N 339oE/50 b. 55o, N 129oE
N 24oE/40 35o, N 49oW
N 204oE/35 75o, S 29oW
2. Tentukan Arah Bearing serta sudut penirisannya sebagai berikut
(gambarkan dengan proyeksi stereografi) :
N 209oE/50o, App Dip 15o, 20o, 30o, 40o, 45o, 60o
3. Tentukan App Dip dengan proyeksi stereografi
a. N 30oE/60o Arah Bearing N 50oE, N 70oE, N 120oE, N 150oE,
N 180oE, N 210oE
b. 50o, S 30oW Arah Bearing N 200oE, N 250oE, N 300oE, N 35oE,
N 45oE
4. Tentukan kedudukan dari data App Dip berikut:
a. 40o, N 142oE dan 40o, N 276oE
b. 35o, N 233oE dan 35o, N 356oE
5. Tentukan Trend, Plunge, dan Pitch dari 2 kedudukan berikut:
(a dan b, a dan c, b dan c)
a. N 349oE/40o
b. N 109oE/50o
c. N 229oE/60o

8
3.2 Pembahasan
1. a. - Proyeksi Stereografi

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.1
Proyeksi Stereografi Struktur Bidang

- Proyeksi Kutub

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.2
Proyeksi Kutub Struktur Bidang

9
b. - Proyeksi Stereografi

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.3
Proyeksi Stereografi Struktur Garis

- Proyeksi Kutub

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.4
Proyeksi Kutub Struktur Garis

10
2. Proyeksi Stereografi

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.5
Proyeksi Stereografi Struktur Bidang

- Ab1 : N 220o E - Ab6 : N 18o E


Sp1 : 11o Sp6 : 11o
- Ab2 : N 220o E - Ab7 : N 12O E
Sp2 : 17o Sp7 : 17o
- Ab3 : N 236o E - Ab8 : N 1o E
Sp2 : 27o Sp8 : 27o
- Ab4 : N 252o E - Ab9 : N 345o E
Sp4 : 44o Sp4 : 44o
- Ab5 : N 266o E - Ab10 : N 266o E
Sp5 : 57o Sp5 : 57o

11
3. a. – Struktur Bidang

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.6
Proyeksi Stereografi Struktur Bidang

- App Dip 1 : 20o - App Dip 4 : 58o


- App Dip 2 : 44o - App Dip 5 : 46o
- App Dip 3 : 59o - App Dip 6 : 14o

12
b. – Struktur Garis

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.7
Proyeksi Stereografi Struktur Garis

- App Dip 1 : 48o


- App Dip 2 : 44o
- App Dip 3 : 14o

13
4. a. – Struktur Garis

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.8
Proyeksi Stereografi Struktur Garis

→ Kedudukan : N120oE/60o

b. – Struktur Garis

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.9
Proyeksi Stereografi Struktur Garis

→ Kedudukan : N204oE/50o

14
5. a. – (a dan c)

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.10
Proyeksi Stereografi Struktur Bidang

- Pitch 1 : 42o - Plunge : 30o


- Pitch 2 : 18o - Trend : N 31o E

15
b. – (a dan b)

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.11
Proyeksi Stereografi Struktur Bidang

- Pitch 1 : 24o - Plunge : 28o


- Pitch 2 : 36o - Trend : N 134o E

16
c. – (b dan c)

Sumber : hasil kegiatan praktikum


Gambar 3.12
Proyeksi Stereografi Struktur Bidang

- Pitch 1 : 24o - Plunge : 36o


- Pitch 2 : 36o - Trend : N 252o E

17
BAB IV
ANALISA

Dalam pembuatan sudut-sudut bukaan dalam proyeksi stereografi


dibutuhkan langkah-langkah khusus seperti jika dalam penggambaran struktur
bidang maka titik ditarik ke utara lalu buka dipnya, sedangkan dalam struktur
garis titik diputar ke timur lalu cukup menarik titik dipnya dengan garis tanpa
harus membukanya. Penggambaran stereografi harus menggunakan kalkir
dibantu dengan paku payung sebagai kunci agar kertas kalkir tidak bergerak
kemana-mana dan terakhir alas dengan jaring wulf atau stereonet untuk dapat
melakukan pemplotan proyeksi stereografi dari besaran struktur bidang dan
struktur garis. Selain itu pembukaan strike juga dapat berguna bagi pembukaan
arah bearing, besar bearing dan besar app dip. Terakhir jika memiliki titik struktur
garis maka dapat ditemukan struktur bidangnya dengan menyamakan
kedudukan dipnya. Pada proyeksi stereogarfi stereonet sangat membantu untuk
membuat proyeksi kedudukan maupun menentukan kedudukan. Dengan sudut-
sudut 90° dari North ke South maupun dari West ke East mempermudah
penentuan Dip, AppDip dan juga Plunge. Selain itu untuk mencari zone
mineralisainya juga mudah karena perpotongan kedua lapisan terlihat jelas.
Tetapi pada proyeksi stereografi ini pemotongan kedua lapisan ditandai dengan
saling berpotongnya kedudukan (strike) dan Dip dua lapisan, bedahanya dengan
proyeksi secara grafis yang perpotongan lapisannya ditandai dengan saling
berpotongnya top strike dan bottom strike dari dua jenis lapisan.

18
BAB V
KESIMPULAN

Proyeksi peta secara umum berdasarkan bidangnya, dibagi menjadi 3


yaitu proyeksi Azimut atau Zenithal, proyeksi silinder, dan proyeksi kerucut.
Proyeksi stereografik adalah metode yang digunakan dalam kristalografi dan
struktur geologi untuk menggambarkan hubungan antara sudut wajah kristal dan
struktur geologi, masing-masing. Pada stereonet, kita melihat beberapa
komponen yang berbeda yang kita mendefinisikan, yaitu lingkaran primitif,
lingkaran besar, lingkaran kecil. Kegunaan dari stereonet ini sudah dijelaskan
bahwa stereonet atau jaring wullf membantu kita untuk dapat memproyeksikan
bidang kristal pada bidang 2 dimensi atau bidang datar. Proyeksi stereografis
adalah gambaran dua dimensi atau sebuah proyeksi dari permukaan sebuah
bola sebagai tempat orientasi geometri dan baris. Proyeksi stereografis terbagi
kedalam 4 bagian yaitu proyeksi bola, proyeksi stereografi, proyeksi gnomonik,
dan proyeksi orthografi. Proyeksi kutub dari suatu bidang adalah pembalikan
sudut kemiringan sebesar 90O.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hazel, Fransiskus, 2013, “Proyeksi Strereografi 1”,http://hazel fransiskus


.wordpress.com/2013/09/11/proyeksi-stereografi-1/. Diakses pada tanggal
28 Maret 2016 pukul 18.50 WIB (word, online)
Linnas, Khoirunnas, 2012, ”Stereographic Projection”, http://geoenviron .blog
spot.com/2012/10/stereographic- projection.html. Di akses hari Kamis
tanggal 29 Maret 2016 pukul 18.50 WIB (word, online)
Sagminer, 2011, “Proyeksi Stereografi dan Schmidt Net”, http://1902 min
er.wordpress.com/2011/05/22/lineasi-proyeksi-stereografi-dan-Schmidt-
net/. Diakses pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 18.52 WIB (word, online)

20
LAMPIRAN

21

Вам также может понравиться