Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Agar praktikan mampu mengetahui aplikasi dari proyeksi stereografi pada
keadaan sebenarnya.
1.2.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara penggambaran proyeksi stereografi
Agar dapat menggambarkan arah-arah bentuk struktur geologi
Mampu mengetahui unsur-unsur struktur suatu lapisan dari proyeksi
stereografi
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pendahuluan
Proyeksi peta secara umum berdasarkan bidangnya, dibagi menjadi 3
yaitu proyeksi Azimut atau Zenithal, proyeksi silinder, dan proyeksi kerucut.
Proyeksi azimut / zenithal adalah bidang proyeksi yang menyinggung bola
pada kutub. proyeksi azimuth normal adalah proyeksi menyinggung bola bumi
bagian kutub apabila menyinggung bola bumi diantara equator dan kutub
proyeksi disebut proyeksi oblique. Dan yang menyinggung bola bumi bagian
equator disebut proyeksi azimut transversal.
Proyeksi sillinder adalah bidang proyeksi yang menyinggung bola bumi
pada lingkaran tertentu.proyeksi sillinder transversal adalah sillindernya
menyinggung bola bumi dikutub apabila sillindernya menyinggung bola bumi
diantara ekuator dan kutub disebut proyeksi oblique. jika sillindernya
menyinggung bola bumi ekuator disebut proyeksi normal.
3
disebut dengan jaring worf. Seperti stereonet yang ditunjukkan dalam diagram di
bawah ini. Meskipun Utara (N) dan (S) Selatan kutub yang ditampilkan pada
stereonet, ini tidak sesuai dengan Kutub Utara dan Selatan sebagaimana
didefinisikan dalam proyeksi di atas. Namun, ketika merencanakan data yang
terarah pada struktur geologi, mereka mewakili Utara dan Selatan arah geografis.
Sumber : dijipo01576.weebly.com
Gambar 2.1
Jaring Wullf atau Stereonet
Pada stereonet, kita melihat beberapa komponen yang berbeda yang kita
mendefinisikan, yaitu :
2.2.1 Lingkaran Primitif
Lingkaran Primitif adalah lingkaran yang mengelilingi stereonet tersebut,
Lingkaran primitif merupakan proyeksi yang kedudukannya (dip = 0). Oleh sebab
itu, penentuan proyeksi dip untuk bidang dimulai pada lingkaran luar, dan dip 90o
terletak pada pusat lingkaran.Untuk menentukan kemiringan bidang yang dip-nya
antara 0–90o, maka proyeksinya akan berbentuk busur yang jari-jarinya lebih
besar dari jari-jari lingkaran primitif, sehingga disebut lingkaran besar. Untuk
struktur bidang yang vertical, maka proyeksinya akan berupa garis lurus yang
melalui pusat lingkaran primitive.
4
2.2.2 Lingkaran Besar
Lingkaran besar adalah garis lengkung yang menghubungkan titik-titik
berlabel N dan S pada stereonet tersebut. Sumbu EW dan NS, serta Lingkaran
Primitif juga lingkaran besar. Hubungan sudut antara titik hanya dapat diukur
pada Lingkaran besar.
2.2.3 Lingkaran Kecil
Lingkaran kecil adalah garis yang sangat melengkung yang kurva ke atas
dan ke bawah pada stereonet tersebut.
Kegunaan dari stereonet ini sudah dijelaskan bahwa stereonet atau jaring
wullf membantu kita untuk dapat memproyeksikan bidang kristal pada bidang 2
dimensi atau bidang datar.
Bila pada suatu bidang miring, dibuat suatu permukaan bola dengan
pusat titik O pada bidang itu, maka bidang tersebut dan perpanjangannya akan
memotong permukaan bola sebagai ‘lingkaran besar’ atau proyeksi bola (sferis).
Belahan bola bagian bawah dari proyeksi permukaan bola dipakai sebagai
gambaran posisi struktur di bawah permukaan bumi. Dengan dasar ini, dalam
pemecahan persoalan geologi struktur hanya dipakai bidang proyeksi permukaan
bola bagian bawah.
Proyeksi stereografi merupakan cara pendekatan untuk deskripsi
geometri yang dapat menunjukkan hubungan antara ‘besar sudut’ dan
‘kedudukan’ dari garis atau bidang. Proyeksi permukaan bola ini digambarkan
pada permukaan bidang horisontal.
Dalam pengertian lain juga Proyeksi stereografis merupakan gambaran
dua dimensi atau sebuah proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat
orientasi geometri dan baris. Proyeksi ini hanya menggambarkan kedudukan dan
orientasi bidang dan garis, sehingga proyeksi ini hanya memecahkan masalah
tentang geometri (besaran dan arah). Proyeksi stereografi merupakan proyeksi
yang didasarkan perpotongan bidang atau garis dengan suatu bidak proyeksi
horizontal sehingga membentuk sebuah bola. Dalam proyeksi stereografi terbagi
menjadi empat jenis proyeksi, yaitu:
a. Proyeksi Bola
Garis normal ditarik ke pusat bola menuju bidang hablur dan pada bidang
hablur diteruskan menuju bidang hablur
5
b. Proyeksi Stereografi
Bidang equator bola atau bidang horizontal yang melewati bidang equator
tersebut
c. Proyeksi Gnomonik
Proyeksi bola yang bidang proyeksinya menyinggung bola dan memotong
kutub utara kemudian garis normal diteruskan menembus bidang
singgung
d. Orthografi
Bidang proyeksi di utara atau selatan dengan cara penarikan dari suatu
titik proyeksi dengan menarik tegak lurus dari kutub bola ke bidang
orthografi.
6
proyeksi peta. Masing-masing proyeksi mempunyai kelebihan dan kelemahan
sesuai dengan tujuan petadan bagian mukabumi yang digambarkan.
Bila diminta untuk memetakan seluruh permukaan bumi, maka Kita dituntut
harus tepat dalam memilih proyeksi yang digunakan. Pemilihan proyeksi
tergantung pada bentuk, luas dan letak daerah yang dipetakan, ciri-ciri
tertentu/ciri asli yang akan dipertahankan.
7
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
1. Gambarkan kedudukan berikut kedalam proyeksi stereografi dan proyeksi
kutub :
a. N 339oE/50 b. 55o, N 129oE
N 24oE/40 35o, N 49oW
N 204oE/35 75o, S 29oW
2. Tentukan Arah Bearing serta sudut penirisannya sebagai berikut
(gambarkan dengan proyeksi stereografi) :
N 209oE/50o, App Dip 15o, 20o, 30o, 40o, 45o, 60o
3. Tentukan App Dip dengan proyeksi stereografi
a. N 30oE/60o Arah Bearing N 50oE, N 70oE, N 120oE, N 150oE,
N 180oE, N 210oE
b. 50o, S 30oW Arah Bearing N 200oE, N 250oE, N 300oE, N 35oE,
N 45oE
4. Tentukan kedudukan dari data App Dip berikut:
a. 40o, N 142oE dan 40o, N 276oE
b. 35o, N 233oE dan 35o, N 356oE
5. Tentukan Trend, Plunge, dan Pitch dari 2 kedudukan berikut:
(a dan b, a dan c, b dan c)
a. N 349oE/40o
b. N 109oE/50o
c. N 229oE/60o
8
3.2 Pembahasan
1. a. - Proyeksi Stereografi
- Proyeksi Kutub
9
b. - Proyeksi Stereografi
- Proyeksi Kutub
10
2. Proyeksi Stereografi
11
3. a. – Struktur Bidang
12
b. – Struktur Garis
13
4. a. – Struktur Garis
→ Kedudukan : N120oE/60o
b. – Struktur Garis
→ Kedudukan : N204oE/50o
14
5. a. – (a dan c)
15
b. – (a dan b)
16
c. – (b dan c)
17
BAB IV
ANALISA
18
BAB V
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21