Вы находитесь на странице: 1из 19

ANALIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG

SERTIFIKASI GURU DAN TUNJANGAN PROFESI GURU


TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Perbaikan Nilai Mata Kuliah Kebijakan
Pendidikan

Disusun Oleh:
Rd. FRISKA MAHYUDIN SYAH
NIM. NIM. 82321617053

UNIVERSITAS GALUH
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Jl. R.E. Martadinata No. 150 Ciamis 46251
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kualitas Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia masa
kini dan masa yang akan datang adalah yang mampu mengatasi berbagai persoalan
bangsa dan mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain
di dunia. Kualitas Sumber Daya Manusia yang demikian itu dihasilkan melalui
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru mempunyai fungsi,
peran, dan kedudukan yang sangat strategis. Pasal 39 (ayat 2) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
pendidik merupakan tenaga profesional.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya
penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk
memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan
yang bermutu. Sebagai implementasi pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
profesional yang diamanatkan dalam UU No.20 Tahun 2003 tersebut. Keluarlah
Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yang subtansinya
mengatur tentang kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Undang-
Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 menjelaskan, Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan kata lain
guru tersebut memiliki kemampuan pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesinal dan kompetensi sosial sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang
guru dan dosen. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan tersebut maka lahirlah
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan
yang menetapkan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang menjadi acuan
dalam penyelenggaraan serta keberhasilan pendidikan nasional. Salah satu dari
standar tersebut adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Peraturan
Pemerintah tersebut berkenaan dengan standar pendidik dan tenaga kependidikan
dinyatakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi.
Kualifikasi akademik dan kompetensi yang dimaksudkan oleh Peraturan Pemerintah
tersebut melahirkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru ini lah yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan program sertifikasi guru yang melahirkan Peraturan Manteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan Nomor 5
Tahun 2012.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 yang dimaksud dengan sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang
selanjutnya disebut sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Menurut Humaini (2011):
“Guru dalam jabatan yang selanjutnya disebut guru adalah guru yang telah
diangkat menjadi guru sebelum ditetapkannya Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Melalu program ini diharapkan
mampu mendongkrak peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran
ke arah yang lebih baik”

Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan


kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesinal. Berdasarkan pengertian tersebut,
sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa
seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi. Dengan kata lain sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi
seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (Undang-Undang RI No 14
Tahun 2005). Program sertifikasi guru adalah suatu program yang dilakukan
pemerintah dibawah kuasa Dinas Pendidikan Indonesia dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia, yang dilaksanakan melalui LPTK yang terakreditasi
dan ditetapkan pemerintah dengan pemberian sertifikat kepada guru yang telah
berhasil mengikuti program tersebut.
Namun pada perkembangan nya, sertifikasi guru menuai banyak
permasalahan yang dihadapi, seperti yang dilansir pada website : www.tirto,id pada
tangga; 14 Juli 2018 yang memuat pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri
Mulyani Indrawati tentang program sertifikasi guru. Ia beralasan sertifikasi tidak
mencerminkan kualitas dari seorang guru. Sri Mulyani dalam dialog publik Persatuan
Guru Republik Indonesia yang diselenggarakan di Gedung Guru Indonesia, Jakarta,
Selasa (10/7/2018), mengatakan: "Hanya prosedural untuk dapat tunjangan, bukan
berarti dia profesional dan bertanggung jawab," Tunjangan buat guru faktanya
memang cenderung meningkat saban tahun. Dalam dokumen Direktur Penyusunan
APBN Kemenkeu pada November 2017 disebutkan "alokasi tunjangan profesi guru
cenderung meningkat seiring peningkatan guru tersertifikasi." (hlm 5). Pada 2010
anggarannya baru Rp10 triliunan, sementara pada 2017 sudah mencapai lebih dari
Rp50 triliunan dan sempat naik hingga Rp70 triliun setahun sebelumnya.
Apa yang disampaikan Sri Mulyani direspons Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. "Bahwa memang sertifikasi itu belum
mencerminkan kemampuan guru, itu iya. Tapi kita harus terus berusaha," kata
Muhadjir di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, sehari setelahnya.
Selain hal tersebut diatas, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang ditulis
oleh Jurnalis Lidya Julita Sembiring pada website www.economy.okezone.com,
Selasa 03 April 2018 menemukan ada banyak guru dan tenaga pendidikan yang
belum memenuhi kualifikasi hingga sertifikasi di periode 2015-Semester I-2017.
Laporan ini didapatkan oleh BPK setelah melakukan pemeriksaan kepada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan 63 Pemerintah Daerah
yang terdiri dari 22 Pemerintah Provinsi, 36 Pemerintah Kabupaten dan 5 Pemerintah
Kota.
Ketua BPK Moemahardi Soerja Djananegara mengatakan, dari pemeriksaan
ini ada 5 poin yang diperiksa oleh pihaknya. Kualifikasi, sertifikasi, kesejahteraan
dan data base serta distribusi. "Dari kualifikasi ada banyak guru dan kepala sekolah
tahun 2016 yang belum memenuhi kualifikasi S1 dan D4. Ada sebanyak 211.208
orang S1 dan 5.684 orang D4," ungkapnya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa
(3/4/2018). Untuk sertifikasi, ada sebanyak 1.596.968 orang guru dan kepala sekolah
yang belum bersertifikasi pendidik. Adapun guru belum bersertifikat pendidik linier
dengan mata pelajaran ampu sebanyak 13.819 dan kepala sekolah belum bersertifikat
sebanyak 167.718. Lalu untuk kesejahteraan, masih ada banyak guru yang sudah
memiliki kualifikasi dan sertifikasi yang belum sepenuhnya tepat waktu, tepat jumlah
dan tepat penerima. Juga Pemerintah daerah belum sepenuhnya meningkatkan
kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan. Selanjutnya untuk database, masih
banyak Data Pokok Kependidikan (Dapodik) yang tidak update dan tidak akurat.
Kemudian Distribusi, ada banyak analisis kebutuhan jumlah guru dan tenaga
kependidikan belum tersedia dan kompetensi guru, kepala sekolah, pengawas yang
belum merata. "Kemendikbud dan Pemda belum sepenuhnya efektif dalam
pemenuhan kebutuhan guru dan tenaga kependidikan profesional," jelasnya.
Permasalahan pada paparan diatas mendorong penulis untuk melakukan
analisa tentang dampak kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru dan tunjangan
profesi guru terhadap peningkatan mutu pendidikan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis menemukan identifikasi masalah
sebagi berikut:
1. Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru
2. Strategi Pemerintah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
3. Dampak Sertifikasi Guru dan Tunjangan Profesi Guru Peningkatan
Mutu Pendidikan
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, berikut ini rumusan masalah yang
dikemukakan penulis:
1. Bagaiamana kebijakan pemerintah tentang Sertifikasi Guru?
2. Bagaimana Strategi Pemerintah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan?
3. Bagiamana Dampak Sertifikasi Guru dan Tunjangan Profesi Guru
terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kebijakan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru


2.1.1. Standar Kompetensi Guru
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nasional (Sisdiknas, 2003 pasal
35 ayat 1), mengemukakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas satandar
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala. Memahami hal tersebut, sangat jelas bahwa guru yang
bertugas sebagai pengelola pembelajaran dituntut untuk memiliki standar kompetensi
dan professional. Hal ini mengingat betapa pentingnya peran guru dalam menata isi,
sumber belajar, mengelola proses pembelajaran, dan melakukan penilaian yang dapat
memfasilitasi terciptanya sumberdaya manusia yang memenuhi standar nasional dan
standar tuntutan era global.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara menyeluruh yang membentuk
kompetensi standar profesi guru, yang mencakup:
1. Penguasaan materi, yang meliputi pemahaman karakteristik dan substansi
ilmu sumber bahan pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang
bersangkutan dalam konteks yang lebih luas, penggunaan metodelogi ilmu
yang bersangkutan untuk memverifikasi dan memantapkan pemahaman
konsep yang dipelajari, serta pemahaman manajemen pembelajaran.
2. Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik, tahap-
tahap perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapanya (kognitif,
afektif, dan psikomotor) dalam mengoptimalkan perkembangan dan
pembelajaran.
3. Pembelajaran yang mendidik, yang terdiri atas pemahaman konsep dasar
proses pendidikan dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, serta
penerpanya dalam pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran.
4. Pengembangan kepribadian profesionalisme, yang mencakup
pengembangan intuisi keagamaan yang berkepribadian, sikap dan
kemampuan mengaktualisasikan diri, serta sikap dan kemampuan
mengembangkan profesionalisme kependidikan.
Selain standar kompetensi profesi di atas, guru juga perlu memiliki standar
mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik, dan psikis. Hal ini dipandang perlu
karena dalam melaksanakan tugasnya guru yang bertanggung jawab atas kelancaran
studi siswa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman guru tersebut (E. Mulyasa,
2007:28)
Guru dipandang kompeten apabila dalam melakukan tugasnya dapat berperan
sebagai fasilitator, inisiator, kreator dan motivator dalam pencapaian kompetensi
lulusan. Disamping itu, guru dan dosen juga harus mampu mengakomodasikan
dinamika perubahan yang terjadi dalam lingkup nasional, regional dan global dengan
tetap berpegang pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional, guru dan dosen harus
dapat memfasilitasi proses pembelajaran dan memperhatikan perkembangan peserta
didik dalam berbagai dimensinya, yang mengarah kepada kepemilikan dan
perkembangan inteligensi, keterampilan belajar, sikap, keterampilan bekerja, dan
kemandirian sosial.
2.1.2. Konsep Sertifikasi Guru
Denim (2002) dalam Suprihatiningrum (2013: 215) menjelaskan bahwa
sertifikasi (sertification) mengandung makna, jika hasil penelitian atas persyaratan
pendaftaran yang diajukan calon penyandang profesi dipandang memenuhi
persyaratan, kepadanya diberikan pengakuan oleh Negara atas kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya. Bentuk pengakuan tersebut adalah pemberian
sertifikat kepada penyandang profesi tertentu, yang di dalamnya memuat penjelasan
tentang kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pemegangnya. Dalam
Suyatno (2007: 2) disebutkan bahwa sertifikat adalah dokumen resmi yang
menyatakan informasi di dalam dokumen itu benar adanya. Sertifikasi adalah proses
pembuatan dan pemberian dokumen tersebut. Guru yang telah mendapat sertifikat
berarti telah mempunyai kualifikasi mengajar seperti yang dijelaskan di dalam
sertifikat itu. Jadi sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikatpendidikan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar
profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan
sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas (Shoimin, 2013: 81).
Sertifikasi guru juga dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan
pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi
yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.Dengan kata lain, sertifikasi guru
adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan
kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. National
Commission on Educational Services (NCES) memberikan pengertian sertifikasi
secara umum. Certification is a procedure whereby the state evaluates and reviews a
teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to teach. Dalam hal
ini sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang caon guru layak
izin dan kewenangan untuk mengajar (Mulyasa, 2012: 34-35).
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
1 ayat 11 dan 12 serta Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru,
pada pasal 1 ayat 3 dan 4 disebutkan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Kemudian pada
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat4
disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Pada pasal 2 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa guru
mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjangpendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan sertifikat pendidik. Pada pasal 4 dijelaskan bahwa kedudukan guru sebagai
tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai
agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
2.2. Strategi Pemerintah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Pada hakikatnya sertifikasi merupakan suatu usaha pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dengan cara meningkatkan kualitas guru
serta kesejahteraannya. Untuk meningkatkan kualitas guru dengan karakteristik yang
dinilai kompeten maka salah satu caranya adalah dengan sertifikasi. Diharapkan
seluruh guru Indonesia nantinya mempunyai sertifikat atau lisensi mengajar. Tentu
saja dengan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional. Hal
ini merupakan implementasi dari Undang-Undang tentang guru dan dosen bab IV
pasal 8 yang menjelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Undang-Undang, Nomor 14, 2005).
Peningkatan mutu guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya
peningkatan mutu pendidikan. Idealnya adalah apabila kompetensi guru baik yang
diikuti dengan kesejahteraan yang baik, diharapkan kinerjanya juga akan menjadi
baik. Apabila kinerjanya juga baik maka KBM-nya juga baik. KBM yang baik
diharapkan dapat membuahkan pendidikan yang bermutu. Pemikiran itulah yang
mendasari bahwa guru perlu disertifikasi. Menurut (Muslich, 2007) manfaat uji
sertifikasi antara lain sebagai berikut:
1. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten
sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
2. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan
profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan
penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.
3. Menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai
kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.
4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal
yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Jika seseorang menginginkan menjadi guru yang bersertifikat pendidik
(profesional) harus mengikuti program pendidikan profesi guru dan uji kompetensi.
Setelah menempuh dan lulus pendidikan profesi, kemudian mengikuti uji kompetensi
untuk memperoleh sertifikat pendidik dalam program sertifikasi calon guru. Jika
dinyatakan lulus sertifikasi, maka berhak menyandang “guru pemula yang
bersertifikasi profesi”. Sedangkan bagi guru di sekolah (guru dalam jabatan) yang
ingin memperoleh sertifikat pendidik, dapat mengajukan ke Depdiknas Kabupaten
atau Kota setempat untuk diseleksi (internal skill audit). Apabila hasil dari seleksi
tersebut memenuhi syarat, kemudian diikutkan dalam uji sertifikasi yang
diselenggarakan oleh LPTK yang ditunjuk. Setelah mengikuti berbagai jenis tes dan
dinyatakan lulus maka akan memperoleh sertifikat pendidik dan mendapatkan
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok dari pemerintah. Bagi guru dalam
jabatan yang tidak lolos dalam internal skill audit maka disarankan mengikuti
training maupun pelatihan terlebih dahulu. Jika telah dianggap layak dapat
dilanjutkan uji sertifikasi.
Dalam rangka memperoleh profesionalisme guru, hal yang diujikan dalam
sertifikasi adalah kompetensi guru. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-
Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 28, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kepribadian, professional, dan sosial. Pada sertifikasi guru dalam jabatan, uji
kompetensi terhadap keempat kompetensi tesebut dilakukan dalam bentuk penilaian
portopolio, yaitu penilaian terhadap kumpulan dokumen yang diarahkan pada sepuluh
komponen, sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007
Pasal 2 Butir 3: Kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman
mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan
pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam
forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang ke pendidikan dan sosial,
penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
2.3. Dampak Sertifikasi Guru dan Tunjangan Profesi Guru terhadap
Peningkatan Mutu Pendidikan
Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 5 Tahun 2012
tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan pada pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa
sertifikasi dilaksanakan melalui pola; penilaian portofolio, pendidikan dan
latihanprofesi guru, pemberian sertifikat pendidik secara langsung, atau pendidikan
profesi guru. Dan pada Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa sertifikat pendidik bagi guru diperoleh
melaluiprogram pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat dan ditetapkan oleh
pemerintah. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual;
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; memperoleh
dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang
kelancaran tugas keprofesionalan; memiliki kebebasan dalam
memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan,
dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan
e. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas;
f. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi; h.
memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan;
g. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
h. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga professional guru harus
ditunjang dengan kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Tujuan dan manfaat sertifikasi guru seperti yang dijelaskan dalam Suyatno
(2007: 2-3) adalah sertifikasi guru bertujuan untuk:
a. menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas guru sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Agen
pembelajaran berarti pelaku proses pembelajaran, bukan broker
pembelajaran. Bila belum layak, guru perlu mengikuti pendidikan formal
tambahan atau pelatihan profesional tertentu
b. meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. Mutu siswa sebagai hasil
proses pendidikan akan sangat ditentukan oleh kecerdasan, minat, dan
upaya siswa bersangkutan. Mutu siswa juga ditentukan oleh mutu guru
dan mutu proses pembelajaran.
c. Meningkatkan martabat guru. Dengan segala pendidikan formal dan
pelatihan yang diikuti , diharapkan guru mamu memberi lebih banyak
kepada kemajuan siswa.
d. Meningkatkan profesionalitas guru. Mutu profesional guru ditentukan
salah satunya dengan jalan sertifikasi guru. Sedangkan manfaat sertifikasi
guru adalah:
e. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang
dapat merusak citra profesi guru.
f. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang berkualitas
dan tidak profesional.
g. Meningkatkan kesejahteraan guru. Hasil sertifikasi guru dapat dengan
mudah digunakan untuk menentukan besarnya imbalan yang pantas
diberikan kepada masing-masing guru.

2.3.1. Dampak Terhadap Peningkatan Proses Pembelajaran


Keterlibatan guru pada peningkatan proses pembelajaran memberikan dampak
yang sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Dampak dengan
presentasi ketelibatan yang tinggi tersebut tidak terlepas dari ketentuan bahwa proses
pembelajaran merupakan bagian fungsi dan tugas guru profesional. Menurut Rostiyah
(dalam Shoimin, 2013: 32) bahwa fungsi dan tugas guru profesional antara lain:
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa
kepandaian,kecakapan dan pengalaman-pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar
negara kita Pancasila. 3. Menyiapkan anak-anak menjadi warga negara
yang baik sesuai dengan Undang-Undang.
3. Sebagai prantara dalam belajar.
4. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah
kedewasaan. Pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak
menurut kehendak hatinya.
5. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
6. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata
tertib dapat berjalan apabila guru menjalaninya terlebih dahulu.
7. Sebagai administrator dan manajer serta sebagai perencana kurikulum.
8. Guru sebagai pemimpin.
9. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anakanak
Selain fungsi dan tugas guru, peran guru dalam kelas juga sangat menentukan
prosespembelajaran dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan bersama. Menurut Doyle (dalam Danim, 2010: 185) peran utama guru
kelas adalah menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses
belajar (facilitating learning). Keteraturan yang dimaksud di sini mencakup hal-hal
yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran seperti; tata
letak tempat duduk, disiplin siswa dalam kelas, interaksi siswa dengan sesamanya,
interaksi siswa dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran,
pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan ajar, prosedur dan sistem yang
mendukung sistem pembelajaran, dan lingkungan belajar.Dalam Nurdin (2005: 79)
dijelaskan bahwa hal-hal yang sangat erat kaitannya dengan tugas mengajar di kelas
(profesional), terdapat sepuluh kompetensi atau kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh guru, yaitu; menguasai bahan yang akan diajarkan, mengelola program
belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/ sumber belajar, menguasai
landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai
prestasi siswa, mengenal fungsi dan Peningkatan kompetensi sesama guru.
2.3.2. Dampak Terhadap Peningkatan Kompetensi Guru
Berdasarkan kode etik guru, guru wajib menjaga hubungan yang baik dengan
sesama guru, baik hubungan formal yaitu hubungan yang bersifat kedinasan maupun
hubungan kekeluargaan yaitu saling menghormati dan menjunjung tinggi sikap
toleransi agar persaingan yang sehat diantara guru dapat sering ditumbuhkan dalam
rangka memicu semangat guru untuk meningkatkan kompetesinya masing-masing.
Peningkatan kompetensi guru menjadi hal mutlak dalam proses peningkatan
kualitas madrasah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74Tahun 2008 tentang Guru
dijelaskan bahwa guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik,
merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurangkurangnya meliputi; pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
Kompetensi kepribadian, sekurangkurangnya mencakup kepribadian yang beriman
dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa,
stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara
mandiridan berkelanjutan.
Kompetensi sosial, merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi
lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali
peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan sejati
dan semangat kebersamaan.
Kompetensi profesional, merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang
diampunya yang sekurangkurangnya meliputi penguasaan; materi pelajaran secara
luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/ atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan konsep dan
metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual
menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
2.3.3. Dampak Pada Pemanfaatan Tunjangan Profesi Guru
Pada pemanfaatan tunjangan sertifikasi untuk peningkatan profesi seperti
melanjutkan pendidikanke strata berikutnya, melakukan penelitian, mengikuti kursus
komputer atau bahasa, dan untuk kepentingan sarana pembelajaran seperti membeli
komputer, membeli sarana internet, membeli buku/ literatur, atau membeli kamera
atau media visual, memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan
kualitas pendidikan. Pemanfaatan tunjangan sertifikasi untuk peningkatan profesi dan
pemenuhan fasilitas sarana belajar mengajar memang sudah sesuai dengan salah satu
tujuan sertifikasi guru yaitu meningkatkan kompetensi guru dan kesejateraan guru.
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru
sehingga pembelajaran di sekolah juga akan berkualitas. Dengan asumsi, peningkatan
mutu guru akan dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga
diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara
berkelanjutan. Peningkatan kesejahteraan guru dalam bentuk tunjangan profesi
sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik,
bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan proses dan
mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru, dan meningkatkan
profesionalisme guru (Shoimin,2013: 79).
BAB III
SIMPULAN

Dari hasil Analisa Dampak Kebijakan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru


dan Tunjangan Profesi Guru terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan jika dilihat dari
keterlibatan guru yang sudah tersertifikasi terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi
kualitas madrasah mempunyai presentasi keterlibatanyang tinggi, meskipun masih
ada beberapa guru berpendapat bahwa dampak sertifikasi tidak terlalu mempengaruhi
kompetensi guru, banyak guru yang merasa bahwa kompetensi yang dimiliki tidak
terlalu berbeda sebelum dan sesudah mendapat sertifikat pendidik. Yang sangat jelas
memberikan dampak adalah dari segi kesejahteraan guru karena adanya tunjangan
sertifikasi, kedisiplinan guru yang tinggi karena harus memenuhi 24 jam mengajar
setiap minggunya, serta metode-metode pengajaran yang kontemporer yang
didapatkan dari hasil pendidikan dan pelatihan guru untuk sertifikasi. Peningkatan
kompentensi guru banyak dilakukan oleh usaha guru sendiri misalnya dengan
mengadakan sarana atau media (laptop dan internet) untuk mendapatkan informasi
terkini yang berhubungan dengan kompetensi dan profesionalisme guru.
Harus segara diterapkan regulasi yang mengatur sertifikasi guru melalui
pendidikan profesi guru (PPG) karena sebelum terjun ke masyarakat sebagai agen
pembelajaran sudah dibekali dengan kompetensi yang sesuai dengan standard dan
kualifikasi yang dipersyaratkan. Perlu diadakan konsolidasi guru tersertifikasi baik
melalui workshop ataupun pertemuanpertemuan ilmiah dalam rangka mencari
langkahlangkah strategis efektif, dan efesien untuk peningkatan kompetensi guru.
Perlunya diadakan pendidikan dan pelatihan guru dalam rangka peningkatan
kompetensi dan profesionalisme guru meskipun bukan untuk tujuan atau yang
berhubungan dengan sertifikasi. Juga perlunya peningkatan kesejahteraan guru
melalui tunjangan meskipun bukan dari dampak telah memperoleh sertifikat
pendidik, artinya pemberian tunjangan profesi guru sudah selayaknya diberikan
kepada semua guru meskipun belum mendapatkan sertifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah;
Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Danim, Sudarwan. 2010. Inovasi Pendidikan. Dalam Upaya Peningkatan\


Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Buku 4 Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan


Latihan Profesi Guru (PLPG). 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan.

Mulyasa, E. 2012. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nasution, S. 1996. Metode Research; Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:


Quantum Teaching.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Sagala, Syaiful. 2007. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu. Bandung:


Pendidikan. Alfabeta.

Shoimin, Aris. 2013. Excellent Teacher, Meningkatkan Profesionalisme Guru Pasca


Sertifikasi. Semarang: Dahara Prize.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:


Djambatan

Вам также может понравиться