Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
F. Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan
2. Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia
3. Acute Renal Failure (Chronic Kidney Disease)
4. Perdarahan usus
5. Gagal hati
6. Gagal jantung
7. Kematian
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan resusitasi
yang perlu dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif
dalam 6 jam pertama, dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan
mencakup airway, breathing, circulation, oksigenasi, terapi cairan,
vasopresor/inotropik, dan transfusi bila diperlukan. Pemantauan dengan kateter
vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai tekanan vena sentral (CVP) 8-
12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan produksi urin >0,5
ml/kgBB/jam.
1. Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat
disfungsi atau kegagalan sistem respirasi karena gangguan ventilasi maupun
perfusi. Transpor oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat keadaan
hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan curah jantung.
Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan menyebabkan daya angkut
oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke jaringan dipengaruhi juga oleh
gangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler, mikrotrombus dan gangguan
penggunaan oksigen oleh jaringan yang mengalami iskemia.
Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan upaya meningkatkan
saturasi oksigen di darah, meningkatkan transpor oksigen dan memperbaiki
utilisasi oksigen di jaringan.
2. Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian
cairan baik kristaloid maupun koloid. Volume cairan yang diberikan perlu
dimonitor kecukupannya agar tidak kurang ataupun berlebih. Secara klinis
respon terhadap pemberian cairan dapat terlihat dari peningkatan tekanan
darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan
ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran. Perlu
diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena jugular,
ronki, gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen.
Pada keadaan serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan
hidrostatik melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan.
Transfusi eritrosit (PRC) perlu diberikan pada keadaan perdarahan aktif, atau
bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentu misalnya iskemia miokardial dan
renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada sepsis dipertahankan pada
8-10 g/dl.
3. Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik teratasi
dengan pemberian cairan secara adekuat, tetapi pasien masih mengalami
hipotensi. Terapi vasopresor diberikan mulai dosis rendah secara titrasi untuk
mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanan sistolik 90 mmHg. Untuk vasopresor
dapat digunakan dopamin dengan dosis >8 mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-
1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8 mcg/kg/menit atau epinefrin 0,1-0,5
mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat digunakan adalah dobutamin dosis 2-28
mcg/kg/menit, dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit atau
inhibitor fosfodiesterase (amrinon dan milrinon).
4. Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum
bikarbonat <9 meq/l, dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan
hemodinamik.
5. Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan
hemodialisis maupun hemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration). Pada
hemodialisis digunakan gradien tekanan osmotik dalam filtrasi substansi
plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakan gradien tekanan hidrostatik.
Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan bila kondisi telah
stabil dapat dilakukan hemodialisis.
6. Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak,
cairan, vitamin dan mineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan
pemberian secara enteral dan bila tidak memungkinkan beru diberikan secara
parenteral.
7. Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi insufisiensi
adrenal, dan diberikan secara empirik bila terdapat dugaan keadaan tersebut.
Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus intravena 4 kali selama 7 hari pada
pasien renjatan septik menunjukkan penurunan mortalitas dibanding kontrol.
Pengobatan terbaru syok septic mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi. Pengumpulan specimen urin, darah, sputum
dan drainase luka dilakukan dengan teknik aseptic. Antibioktik spectrum luas
diberikan sebelum menerima laporan sensitifitas dan kultur untuk
meningkatkan ketahanan hidup pasien .
Preparat sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan pada
awalnya. Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic sebagaian
organism gram negative dan beberapa gram positif. Saat laporan sensitifitas
dan kultur tiba, antibiotik diganti dengan antibiotic yang secra lebih spesifik
ditargetkan pada organisme penginfeksi dan kurang toksin untuk pasien.
Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti : jalur
intravena dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan area nekrotik
dilakukan debidemen. Dukungan nutrisi sangat diperlukan dalam semua
klasifikasi syok. Oleh karena itu suplemen nutrisi menjadi penting dalam
penatalaksanaan syok septic. Suplemen tinggi protein harus diberikan 4 hari
dari awitan syok. Pemberian makan entral lebih dipilih daripada parenteral
kecuali terjadi penurunan perfusi kesaluran gastrointestinal.
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Perawat harus sangat mengingat resiko sepsis dan tingginya mortalitas
yang berkaitan dengan syok septic.
2. Semua prosedur infasive harus dilakukan dengan teknik aseptic yang
tepat,
3. Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin dan luka
dekubitus dipantau terhadap tanda-tanda infeksi.
4. Perawat berkolaborasi dengan anggota tim perawat lain.
5. Perawat memantau pasien dengan ketat terhadap reaksi menggigil yang
lebih lanjut.
6. Perawat memberikan cairan intravena dan obat-obatan yang diresepkan
termasuk antibiotic untuk memulihkan volume vascular.
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
No TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN RASIONAL
(NOC) (NIC)
3. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan 1. Pantau dan catat kehilangan darah 1. Memantau jumlah kehilangan
berhubungan dengan tindakan keperawatan pada pasien (jumlah,warna) cairan.
kehilangan volume selama 1x 24 jam Tidak 2. Pantau adanya peningkatan
cairan. terjadi syok hipovolemik denyut nadi dan penurunan 2. Ini merupakan tanda awal syok.
Kriteria hasil: Klien tekanan darah
tampak tenang 3. Pantau jumlah urin.
3. Jika urin kurang dari 30 cc/ jam, itu
4. Pantau terjadinya gelisah, merupakan tanda syok
penurunan kesadaran dan haus 4. Rasa haus merupakan tanda awal
5. Pantau pemeriksaan laboratorium, syok.
terutama penutunan HB dan HT.
Segera lapor ke ahli bedah 5. Mengetahui terjadinya
ortopedi untuk penanganan hemokosentrasi dan terjadinya
selanjutnya. syok hipovolemik
4. Risiko Penurunan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau TTV 1. Perbandingan dari tekanan
curah jantung b.d keperawatan diharapkan memberikan gambaran yang
ketidakseimbangan klien mau berpartisipasi lebih lengkap tentang
cairan mempengaruhi dalam aktivitas yang keterlibatan/bidang masalah
sirkulasi, kerja menurunkan TD/beban vascular.
miokardial dan tahanan kerja jantung dengan KH 2. Catat keberadaan,kualitas 2. Denyutan
vaskuler sistemik, : denyutan sentraldan perifer karotis,jugularis,radialis dan
gangguan frekuensi, - Tanda Vital dalam femolarismungkin
irama, konduksi rentang normal teramati/terpalpasi.Denyut
jantung (ketidak (Tekanan darah, pada tungkai mungkin
seimbangan elektrolit). Nadi, respirasi) menurun,mencerminkan efek
- Irama dan frekuensi dari vasokontriksi(peningkatan
jantung stabil dalam SVR) dan kongesti vena.
rentang normal 3. Auskultasi tonus jantung dan 3. S4 umumnya terdengar pada
- Dapat mentoleransi bunyi nafas pasien hipertensi berat karena
aktivitas, tidak ada adanya hipermetrofi
kelelahan atrium(peningkatan
- Tidak ada edema volume/tekananatrium)Perkem
paru, perifer, dan bangan S3 menunjukkan
tidak ada asites hipertrofi ventrikel dan
- Tidak ada penurunan kerusakan fungsi,adanya
kesadaran krakles,mengi dapat
- AGD dalam batas mengindikasikan kongesti paru
normal skunder terhadap terjadinya
- Tidak ada distensi atau gagal ginjal kronik.
vena leher 4. Amati warna kulit, kelembaban, 4. adanya pucat,dingin,kulit
- Warna kulit normal suhu,dan masa pengisian kapiler lembab dan masa pengisian
kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan vasokontriksi
atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan
curah jantung
5. Catat edema umum/tertentu 5. Dapat mengindikasikan gagal
jantung, kerusakan ginjal atau
vascular.
6. Berikan lingkungan tenang dan 6. Membantu untuk menurunkan
nyaman,kurangi rangsang
aktivitas/keributan lingkungan . simpatis;meningkatkan
relaksasi
7. batasi jumlah pengunjung dan 7. Menurunkan stress dan
lamanya tinggal. ketegangan yang
mempengaruhi tekanan darah
dan perjalanan penyakit
hipertensi.
8. Pertahankan pembatasan 8. Respon terhadap terapi obat
aktivitas seperti istirahat ditempat “stepeed”(yang terdiri atas
tidur/kursi;jadwal periode istirahat diuretic.inhibitorsimpatis dan
tanpa gangguan;bantu pasien vasodilator)tergantung pada
melakukan perawatan diri sesuai individu dan efek sinergis
kebutuhan. obat.karena efek samping
tersebut,maka penting untuk
9. Pantau respon terhadap obat menggunakan obat dalam
untuk mengontrol tekanan darah jumlah paling sedikit dan dosis
paling rendah.
5. Risiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda dan gejala a. Tanda perkiraan infeksi
berhubungan dengan tindakan keperawatan infeksi
pertahanan primer atau selama…… pasien tidak 2. Pantau hasil laboratorium b. Anemia dapat terjadi
sekunder tidak mengalami infeksi 3. Pengendalian infeksi : osteomielitis, leukositosis
adekuat, kulit yang dengan kriteria hasil: Ajarkan pasien teknik mencuci biasanya ada dengan proses
rusak. Factor resiko tangan yang benar infeksi
infeksi akan Ajarkan kepada pengunjung c. Mencegah dan pengendalian
hilang, dibuktikan untuk mencuci tangan infeksi
oleh sewaktu masuk dan keluar
penyembuhan ruang pasien.
luka. 4. Pertahankan teknik aseptif
d. Dapat mencegah kontaminasi
5. Berikan terapi silang dan kemungkinan infeksi
antibiotik:........................... e. Antibiotik spektrum luas dapat
digunakan secara profilaksis atau
dapat ditujukan pada
6. Pertahankan teknik isolasi mikroorganisme khusus.
f. Adanya drainase purulen akan
memerlukan kewaspadaan
luka/linen untuk mencegah
kontaminasi silang.
DAFTAR PUSTAKA