Вы находитесь на странице: 1из 2

Merancang Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif

Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber data pada
situasi sosial (social situation) tertentu yang menjadi subjek penelitiannya adalah benda, hal atau
orang yang padanya melekat data tentang objek penelitian. Penentuan sumber data pada
penelitian kualitatif dilakukan secara purposive, yaitu ditentukan dengan menyesuaikan padda
tujuan penelitian atau tujuan tertentu. Menurut Spradley (1980) situasi sosial ini terdiri dari tiga
komponen pokok, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas.

Pada penelitian kualitatif, penentuan sampel lebih tepat tidak didasarkan pada teknik
penarikan sampel peluang (pribablity sampling), karena penelitian kualitatif melihat proses
sampling sebagai parameter populasi yang dinamis (McMillan dan Schumacher, 2001:404).
Dalam penelitian kualitatif, masalah yang dihadapi dalam penarikan sampel, ditentukan oleh
pertimbangan-pertimbangan (judgement) peneliti, berkaitan dengan perlunya memperoleh
informasi yang lengkap dan mencukupi, sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian. Dengan
demikian logika ukuran sampel ( banyak sedikitnya sampel) dibatasi/dihubungkan dengan tujuan
penelitian, masalah penelitian, teknik pengumpulan data, dan keberadaan kasus yang memenuhi
kebutuhan informasi.

Sampling nonprobablity dalam penelitian kualitatif lebih tepat karena adanya ukuran
populasi (parameter) yang tidak dapat dihitung (infinity population), yaitu ukuran populasi yang
sudah dan atau tidak bisa dihitung (uncountable). Sehingga probability sampling, yang
mensyaratkan pemilihan sampel dilakukan secara acak dan dilakukan secara objektif, dalam arti
tidak semata-mata karena keinginan si peneliti, sehingga setiap anggota populasi memiliki
kesempatan tertentu untuk terpilih sebagai sampel, kurang relevan dalam penelitian kualitatif.

Sampel-sampel kualitatif cenderung (Miles dan Huberman, 1992:47) :


1. Menggunakan orang yang lebih kecil jumlahnya dari keseluruhan yang lebih besar.
2. Bersifat purposive, ditentukan sesuai tujuan penelitian.
3. Dapat berubah, untuk dijadikan perbandingan atau menemukan hubungan.
4. Merupakan usaha menemukan keseragaman dan sifat umum dunia sosial yang dilakukan
terus dan berulang, dengan langkah : mempertentangkan, membandingkan,
mereplikasikan, menyusun katalog, dan mengklasifikasikan suatu objek penelitian.
5. Penarikan sampel (pada kasus berganda) terkait dengan kehandalan menggeneralisasi
dalam hubungannya dengan kelompok orang yang lebih luas, peristiwa-peristiwa. Latar-
latar atau proses yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Sampel pada penelitian kualitatif tidak dapat ditetapkan dengan rumus seperti dalam
penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian kualitatif adalah semua orang, dokumen dan
peristiwa-peristiwa yang ditetapkan oleh peneliti untuk diamati, diobservasi atau diwawancarai
sebagai sumber informasi yang dianggap ada hubungannya dengan permasalahan penelitian.
Penentuan sampel penelitian kualitatif lebih banyak ditentukan saat peneliti sudah memasuki
lapangan dan selama penelitian berlangsung. Sesuai dengan ciri khusus sampel purposive yang
dipaparakan oleh Lincoln dan Guba (1985) berikut :
1. Emergent sampling design, bersifat sementara, pedoman awal, bisa berubah setelah
berada dilapangan.
2. Serial selection of sample units, mengalir sesuai petunjuk yang didapatkan dari informan-
informan yang telah diwawancarai.
3. Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample, informan baru disesuaikan dengan
petunjuk informan sebelumnya dan sesuai dengan kebutuhan, unit sampel yang dipilih
makin terarah sejalan dengan terarahnya fokus penelitian.
4. Selection to the point of redudancy, pengembangan informan dilakukan terus-meneerus
sampai informasi mengarah ketitik jenuh/sama.

Tipe-tipe penentuan sampel yang termasuk dalam purposive sampling diataranya :


1. Pemilihan lokasi (Site selection)
Pemilihan lokasi, yang merupakan lokasi untuk menempatkan orang dalam
sebuah kegiatan, dipilih ketika peneliti berfokus pada mikro proses yang kompleks.
Kriteria lokasi harus sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian.
2. Penarikan sampel komprehensif (comprehensive sampling)
Sampling komperhensif, dimana partisipan, kelompok, setting, kejadian, atau
informasi yang relevan diteliti, merupakan strategi sampling yang dipilih.
3. Penarikan sampel variasi maksimum ( Maximum variation sampling)
Sampling variasi maksimum atau pemilihan kuota merupakan sebuah strategi
untuk menjelaskan aspek-aspek yang berbeda dari masalah penelitian.
4. Penarikan sampel jaringan (Network sampling)
Disebut juga sampling snowball, merupakan strategi dimana setiap partisipan yan
terus-menerus atau kelompok dinamai berdasarkan kelompok dan individu yang ada.
Masalah partisipan adalah dasar dalam memilih sampel. Peneliti membentuk profil
tentang kedudukan atau ciri-ciri yang dicari dan menanyakan setiap partisipan untuk
menyarankan yang lain yang sesuai dengan profil atau ciri yang diinginkan.
5. Penarikan sampel dengan jenis kasus (Sampling by Case Type)
Kasus adalah analisa mendalam terhadap sebuah fenomena dan bukannya
sejumlah orang yang menjadi sampel. Beberapa jenis kasus antara lain extreme-case,
intensive-case, typical case, unique-case, reputational-case, critical case, dan
concept/theory based sampling.

Вам также может понравиться