Вы находитесь на странице: 1из 31

PANDUAN OUTBREAK

Jl. Tanjung Sari No. 481 Tiuh Balak Pasar Kec. Baradatu Kab. Way Kanan

Telp./Hp 0723 4760 022 / 0812 7857 9322

Panduan OutBreak | Rumah Sakit Bunda i


RUMAH SAKIT UMUM
"BUNDA"
Jl. Tanjung Sari No. 481 Kelurahan Tiuh Balak Pasar
Kec. Baradatu Kab. Way Kanan Telp./Hp.08234760022/081278579322
Izin Dinas Kesehatan Nomor.446/003/REK/III.03-WK/X1/2014

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUNDA

NO : 029/ RS-B/KEP/ DIR / VI / 2018

TENTANG
KEBIJAKAN OUTBREAK

RUMAH SAKIT BUNDA

MENIMBANG: 1. Bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan


pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya kegiatan untuk
meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada
pasien,petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit.
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
butir 1 dan 2 perlu ditetapkan dengan keputusan direktur Rumah
Sakit Bunda

MENGINGAT : 1. Undang – undang Republik Indonesia nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang – undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda ii


RUMAH SAKIT UMUM
"BUNDA"
Jl. Tanjung Sari No. 481 Kelurahan Tiuh Balak Pasar
Kec. Baradatu Kab. Way Kanan Telp./Hp.08234760022/081278579322
Izin Dinas Kesehatan Nomor.446/003/REK/III.03-WK/X1/2014

MENETAPKAN

PERTAMA : Keputusan Direktur Rumah sakit Bunda tentang kebijakan


Outbreak

KEDUA : Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah


kebijakan Outbreak di lingkungan Rumah Sakit Bunda

Kebijakan ini mengatur kegiatan Outbreak dan diharapkan


KETIGA : dapat menurunkan resiko infeksi rumah sakit

Tim PPIRS bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan


KEEMPAT : surveilans

Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan, bila kemudian hari


KELIMA : ditemukan kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Way Kanan


Pada tanggal 30 Juni 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT BUNDA

dr. Meliza Agusti Artha

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda iii


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun Panduan Outbreak dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan Panduan ini untuk memenuhi syarat Akreditasi. Rasa
terima kasih kami tidak terkirakan kepada seluruh karyawan Rumah Sakit Bunda dalam
pembuatan Panduan ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Panduan
Outbreak ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa Panduan Outbreak ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah Mutu di Rumah Sakit Bunda Way Kanan.
Kami menyadari bahwa Panduan Outbreak ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan
terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan Outbreak ini.

Ditetapkan di Baradatu
Pada tanggal 30 Juni 2018
DIREKTUR RS BUNDA

dr. Meliza Agusti Artha

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda iv


DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................................. i


Surat Keputusan Direktur Tentang Panduan Outbreak ................................................................ ii
Kata Pengantar ............................................................................................................................. iv
Daftar Isi ....................................................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1
BAB II . RUANG LINGKUP ....................................................................................................... 4
BAB III. TATA LAKSANA ....................................................................................................... 5
BAB IV. DOKUMENTASI ....................................................................................................... 20
BAB V. PENUTUP ………………………………………………………………………….... 21

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda v


BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pelayanan pasien di Rumah Sakit khususnya pada pasien dengan indikasi perlu
perawatan inap merupakan suatu tindakan yang memungkinkan akan terjadi infeksi rumah sakit
(nosokomial), dimana infeksi rumah sakit merupakan masalah global dan menjangkau paling
sedikit sekitar 9% (variasi 3% - 21%) dari lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit
seluruh dunia. Angka ini dilaporkan oleh WHO dari hasil surveynya di 14 negara, meliputi
28.861 pasien di 47 rumah sakit yang berada di 4 wilayah (region) WHO pada tahun 1986.

Survey WHO ini juga menghasilkan :

a. 18% dari pasien yang terkena infeksi nosokomial menderita lebih dari satu jenis infeksi
nosokomial, terutama pada pasien kronis.
b. Adanya kemiripan tentang jenis infeksi nosokomial dan penyebabnya.
c. Infeksi nosokomial merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi di negara-negara
berkembang maupun di negara-negara industri.
Sebagian besar masalah dan kendala yang dihadapi berbagai negara untuk mencegah dan
mengendalikan kejadian infeksi nosokomial agar tidak menjadi kejadian luar biasa (KLB) tidak
jauh berbeda sehingga strategi dan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial dapat disusun untuk diterapkan pada kondisi masing-masing negara dan rumah sakit.
Gambaran infeksi nosokomial di Indonesia hingga saat ini belum begitu jelas mengingat
penanganan secara nasional baru dimulai. Namun mengingat gambaran dan akibat infeksi
nosokomial yang terjadi di Amerika Serikat, tentunya dapat dibayangkan bagaimana kejadian
infeksi nosokomial di Indonesia. Walaupun belum ada angka yang pasti secara nasional ternyata
beberapa rumah sakit telah melaksanakan pengendalian infeksi nosokomial sejak beberapa tahun
yang lalu.
2. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit melalui pencegahan dan pengendalian infeksi dan
penanganan KLB di rumah sakit yang dilaksanakan oleh semua departemen, meliputi
kualitas pelayanan, manajemen resiko, clinical govermance, serta kesehatan dan keselamatan
kerja.

Panduan OutBreak | Rumah Sakit Bunda 1


b. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan pengetahuan petugas rumah sakit tentang penanganan KLB di
Rumah Sakit Bunda Way Kanan
2) Terlaksananya penyebarluasan informasi mengenai penanganan KLB di Rumah
Sakit Bunda Way Kanan
3) Terlaksananya upaya pengendalian infeksi nosokomial secara aktif dan terus
menerus di Rumah Sakit Bunda Way Kanan
4) Terlaksananya suveilans infeksi nosokomial secara aktif dan terus menerus di
Rumah Sakit Bunda Way Kanan
5) Terlaksananya pemantauan kasus nosokomial yang cenderung meningkat di unit
kerja Rumah Sakit

3. Ruang Lingkup Pelayanan

a. Pelayanan Sterilisasi
Yaitu melakukan pengelolaan sterilisasi semua alat-alat medis yang digunakan ulang
untuk pelayanan medis yang menggunakan alat tersebut .
b. Pelayanan Pencucian Linen
Yaitu melakukan pengelolaan pencucian linen yang habis dipakai pelayanan medis untuk
digunakan kembali.
c. Kebersihan Lingkungan
Yaitu melakukan pembersihan lingkungan kerja dan menjaganya agar tetap bersih serta
indah.
d. Pengelolaan Limbah
Yaitu melakukan pengelolaan limbah medis dan non medis yang bersifat cair ataupun
padat dari hasil kerja Rumkital, sehingga tidak mencemari lingkungan.
e. Penggunaan Desinfektan dan Antiseptik
Yaitu penggunaan desinfektan dan antiseptik kepada pasien :
a) Perawatan pasien luka
b) Melakukan tindakan invasif diruang perawatan.
f. Penggunaan Antibiotika

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 2


Yaitu melakukan pengawasan penggunaan antibiotika sesuai saran klinisi dan juga sesuai
hasil tes sensitivitas bila ada
g. Pelayanan Laboratorium Klinik
Yaitu pelayanan Kultur Kuman dan tes sentivitas dari spesimen yang diambil dari pasien
rawat inap, sehingga dapat diketahui :
1) Kuman yang dominan tumbuh di suatu ruang perawatan
2) Jenis antibiotik yang sudah resisten terhadap kuman tersebut
3) Jenis antibiotik yang masih sensitif terhadap kuman tersebut

4. Batasan Operasional

a. Kejadian luar biasa (KLB)


Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan (infeksi rumah sakit) yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu
b. Penyelidikan KLB
Adalah kegiatan yang dilaksanakan pada suatu KLB atau adanya dugaan KLB untuk
memastikan adanya KLB mengetahui penyebab, gambaran epidemiologi, sumber-sumber
penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta menetapkan cara - cara
penanggulangan yang efektif dan efisien.

c. Penanggulangan KLB
Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk penangani penderita,mencegah perluasan KLB,
mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
d. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit. Suatu infeksi
didapat di rumah sakit apabila :
1) Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak merasa inkubasi infeksi
tersebut atau,
2) Inkubasi terjadi 2 – 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit atau,
3) Infeksi pada lokasi sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama
tetapi lokasi infeksi berbeda.
e. Pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian
infeksi nosokomial di rumah sakit.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 3


f. Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus menerus terhadap
timbulnya dan penyebaran infeksi nosokomial pada suatu peristiwa yang menyebabkan
peningkatan atau penurunan resiko tersebut.
g. Kriteria KLB

Penentuan kejadian luar biasa ditegakkan berdasarkan kriteria WHO yaitu peningkatan kejadian
kesakitan 2 (dua) kali atau lebih jumlah suatu infeksi rumah sakit (IRS) di rumah sakit dalam
kurun waktu 1 bulan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

5. Landasan Hukum

a. Undang – Undang Pokok Kesehatan No.23 Tahun 1992.tentang kewsehatan


b. Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit, Depkes RI - Dirjen
Pelayanan Medik Spesifik 2001.
c. Surat Keputusan Kementrian Kesehatan No 382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
PPI di RS dan Fas. Yankes Lainnya
d. Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1984 tentangwabah penyakit menular
e. Surat Keputusan Kementrian Kesehatan No 270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Manajerial PPI di RS dan Fas Yankes Lainnya

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 4


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

6. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.


a. Pengertian.

1) SDM Kesehatan(Sumber Daya Manusia Kesehatan) adalah seseorang yang


bekerja secara aktif di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan.

2) Tenaga Kesehatanadalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang


kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan.

3) Kegiatan Standaradalah satu satuan waktu (atau angka) yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan
standar profesinya.

4) Standar Beban Kerjaadalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan


oleh seseorang tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun kerja sesuai dengan
standar profesional dan telah memperhitungkan waktu libur, sakit, dll.

5) Daftar Susunan Pegawai adalah jumlah pegawai yang tersusun dalam jabatan
dan pangkat dalam kurun waktu tertentu yang diperlukan oleh organisasi untuk
melaksanakan fungsinya.

6) Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja
dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas
kerja perorangan persatuan waktu.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 5


7) Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan
kesehatan.

8) Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


upaya kesehatan.

9) Perencanaan Skenario adalah suatu perencanaan yang dikaitkan dengan


keadaan masa depan (jangka menengah/panjang) yang mungkin terjadi.

10) WISN (Work Load Indicator Staff Need)adalah indikator yang menunjukkan
besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga
alokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional.

b. Sumber Daya Manusia Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit
Bunda Way Kanan
Adapun sumber daya manusia yang ada di Tim PPI Rumah Sakit Bunda Way Kanan memiliki
kualifikasi sebagai berikut :

No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan


Bersertifikat
Dokter Spesialis Patologi -Pelatihan Dasar PPI
1 Ka Tim PPI -Pelatihan Dasar PPI
Klinik
lanjutan

Bersertifikat Pelatihan
2 Wa Ka Tim PPI Dr Umum. Dasar PPI(Inhous
training)
3 S1 Keperawatan Bersertifikat Pelatihan
Sekretaris Tim PPI
Dasar PPI
4 S1 Kep,D III Keb, DIII Kep Bersertifikat Pelatihan
IPCN
dasar PPI
Bersertifikat Pelatihan
5 IPCLN D III/S1 Keperawatan dasar PPI(
inhoustraining)

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 6


Personel lain yang Bersertifikat Pelatihan
6 ditunjuk sebagai D III/S1 Kesehatan Lainnya dasar PPI (
anggota Tim inhoustraining)

7. Disribusi Ketenagaan. Pola pengaturan ketenagaan Tim Pencegahan dan Penanganan Infeksi
yaitu Tim Pengendalian dan Penegahan Infeksi dalam melakukan aktivitas kesehariannya dilakukan oleh
tenaga yang ada dalam unit kerja (Ruang rawat inap, Laboratorium,Farmasi, , dll), sehingga pengaturan
dinas pagi dan jaga mengikuti masing-masing unitnya.
8. Pengaturan Jaga.

a. Personel Tetap Tim PPI, adalah personel yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sepenuhnya sebagai anggota Tim PPI, yaitu Ketua ,Wakil ketua ,Sekretaris , IPCD
, dan tiga orang IPCN

b. Personel Tidak Tetap Tim PPI, adalah personel dari Departemen/bagian lain, selain
tugas dan tanggung jawab yang telah diembannya, ditunjuk sebagai anggota Tim PPI, sehingga
tugas jaga menyesuaikan dari Departemen atau Bagiannya masing-masing.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 7


BAB III

STANDAR FASILITAS

9. Denah Ruang. Denah ruangan terdapat dalam seluruh Bagian atau unit mencakup semua
ruangan yang berada di Rumah Sakit Bunda Way Kanan merupakan area kerja Tim PPI.

10. Standar Fasilitas. Lingkungan, ruang, fasilitas dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kuantitas dan kualitas yang memenuhi persyaratan
kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembangbiaknya
mikroorganisme, serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit.
1. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang
peliharaan keluar masuk dengan bebas.
2. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan
rambu parkir.
3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir.
4. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
5. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup .
6. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang
penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
7. Saluran limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-
masing dihubungkan dengan instalasi pengolahan air limbah.
8. Di tempat parkir, halaman dan ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 8


9. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kuantitas dan kualitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan
berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya
b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit.
a. Lantai.
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin, warna terang dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/ lengkung
agar mudah dibersihkan.
b. Dinding. Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang
mengandung logam berat.
c. Ventilasi.
a) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar / ruang dengan baik.
b) Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai.
c) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan
penghawaan buatan / mekanis.
d) Penggunaan ventilasi buatan atau mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukan ruangan.
d. Atap.
a) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya
b) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi dengan
penangkal petir.
e. Langit-langit.
a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
b) Langit-langit tingginya minimum 2,70 meter dari lantai.
c) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus
anti rayap.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 9


f. Konstruksi.Balkon, beranda dan talang harus sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat untuk perindukan nyamuk
Aedes
g. Pintu.Pintu harus cukup kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
h. Jaringan instalasi.
a) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, system penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lain harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk
tujuan pelayanan kesehatan.
b) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa
air limbah, dan tidak boleh bertekanan negative untuk menghindari
pencemaran air minum.

i. Lalu Lintas Antar Ruangan.

a) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain


sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga
memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari
resiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.

b) Penggunaan tangga dan elevator atau lift harus dilengkapi dengan


sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk
penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya.
c) Dilengkapi dengan ram .

j. Fasilitas Pemadam Kebakaran.Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas


pemadam kebakaran sesuai dengan kekentuan yang berlaku.
c. Ruang Bangunan. Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan
fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan
berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut:
1. Zona dengan Resiko Rendah Zona resiko rendah meliputi: ruang administasi,
ruang computer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.
a) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 10


b) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan
kedap air.
c) Langit – langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang
kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan, kerangka kuat dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai
d) Lebar pintu minimal 1.20 meter, dan tingginya minimal 2,10 meter, dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
e) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1.40
meter dari lantai.

2. Zona dengan Resiko Sedang.Zona resiko sedang meliputi: ruang rawat inap
bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
Persyaratan bangunan pada zona resiko sedang sama dengan persyaratan pada zona
resiko rendah.

3. Zona dengan Resiko Tinggi.Zona resiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang
perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang
bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
b) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselen / keramik setinggi 1,50
meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
c) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan
ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari
peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antar ruang
sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk
konus.
e) Langit – langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang
kuat, berwana terang dan mudah dibersihkan, kerangka kuat dan tinggi minimal
2,70 meter dari lantai
f) Lebar pintu minimal 1.20 meter, dan tingginya minimal 2,10 meter, dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
g) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggia minimal 1.40
meter dari lantai.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 11


4. Zona dengan Resiko Sangat Tinggi. Zona dengan resiko sangat tinggi
meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat
darurat, ruang bersalin dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut.
a) Dinding terbuat dari bahan porselen atau vinyl setinggi lagit-
langit atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman,
berwarna terang.
b) Langit – langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan
yang kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan, kerangka kuat dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai
c) Lebar pintu minimal 1.20 meter, dan tingginya minimal 2,10
meter, dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup
d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap
air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding
harus berbentuk konus
e) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar ( gantungan )
lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit- langit.
f) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
g) Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri
yang dilengkapi dengan filter bacteri, untuk setiap ruang operasi yang
terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari
lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke kamar operasi berasal dari
atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah orthopedic atau transplantasi
organ harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air)
system.
h) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara
luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
i) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam
ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang
steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat
dibuka dan ditutup.
j) Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui
bawah lantai atau langit-langit.
k) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis .

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 12


d. Kualitas Udara Ruang.
1. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak ).
2. Kadar debu ( particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan
rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 ηg/m3 dan tidak
mengandung debu asbes.

3. Pencahayaan. Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan


khusus harus sesuai dengan peruntukannya.

4. Penghawaan.Persyaratan penghawaan untuk masing – masing ruang atau unit


seperti berikut:
a) Ruang – ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan
yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
b) Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (
minimum 0,10 mbar ) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
c) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain seddemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sebagaimana terdapat
dalam tabel ( terlampir)
d) Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar
dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku)
e) Kebisingan.Persyaratan kebisingan untuk masing – masing ruangan atau
unit sebagaimana terdapat dalam tabel (terlampir).

e. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit. Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah
toilet dan jumlah kamar mandi seperti pada tabel (terlampir).

f. Jumlah Tempat Tidur. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk
kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut:
1. Ruang Rawat Inap
a) Ruang perawatan minimal 2 m2 / tempat tidur.
b) Ruang isolasi minimal 3,5 m2 / tempat tidur
2. Ruang Isolasi

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 13


a) Ruang perawatan minimal 4.5 m2 / tempat tidur
b) Ruang isolasi minimal 6 m2 / tempat tidur

11. Lantai dan Dinding. Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut:
a. Ruang Operasi : 0-5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas gangren
b. Ruang Perawatan : 5-10 CFU/cm2
c. Ruang Isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
d. Ruang UGD : 5-10 CFU/cm2

12. Fasilitas Isolasi.

a. Akomodasi.
1) Tempat tidur ,
2) fasilitas cuci tangan
3) Fasilitas toilet
4) Cek kebersihan ruangan sebelum pasien dimasukkan
5) Minimalisasi mebeler dan peralatan yang tidak diperlukan.

b. Kelengkapan Ruang Isolasi


1) Sabun cuci tangan
2) Gel alkohol untuk tangan di depan kamar dan di tempat tidur
3) Apron plastic bila diperlukan
4) Sarung tangan sekali pakai
5) Masker / goggles(kaca mata) bila diperlukan
6) Kantong sampah plastik kuning (medis) dan hitam (non medis)

c. Standard Precaution
1) Pintu harus dalam keadaan selalu tertutup
2) Pemakaian gel sesuai lima moment
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan isolasi
Bila melakukan prosedur invasive, lakukan tindakan antiseptic

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 14


BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

13. Jenis penyakit IRS yang menimbulkan KLB


Beberapa jenis penyakit Infeksi Rumah Sakit yang dapat menyebabkan KLB antara lain :
a. Infeksi aliran darah primer (IADP)
b. Infeksi luka operasi (ILO)
c. Infeksi saluran kencing (ISK)
d. Ventilator associated pneumonia (VAP)
e. Hospital acquired pneumonia (HAP)
f. Infeksi plebitis
g. Infeksi dekubitus

14. Penyelidikan dan Penanggulangan KLB


a. Penyelidikan KLB dilaksanakan
1) Dilaksanakan pada saat pertama kali endapat informasi adanya KLB atau adanya dugaan
KLB
2) Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan
3) Penyelidikan KLB untk mendapatkan data epidemiologi KLB
b. Penanggulangan KLB
Dalam UU RI No,4 tahun 1984 Bab V Upaya Penanggulangan Pasal 5 dinyatakan bahwa Ayat
(1) upaya penanggulangan wabah meliputi :
1) Penyelidikan epidemiologis
2) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan,dan isolasi penderita
3) Pencegahan dan pengendalian
4) Pemusnahan penyebab penyakit

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 15


5) Penangan jenazah akibat wabah

15. Tata laksana Kebersihan Lingkungan


Yang dimaksud dengan lingkunan adalah lingkungan dalam ruang perawatan/operasi dan
lingkungan diluar ruang perawatan:
a. Lingkungan Ruang perawatan yaitu sekitar tempat tidur perawatan dan Toilet pasien
1) Bila ada kotoran dari pasien (muntahan, urine, darah, dll),maka dilakukan pembersihan
dengan pasir kering, dipel dengan antiseptik (SPO Pemberishan Toilet)
2) Toilet/kamar mandi (langit-langit, bak mandi, kloset, pintu, lantai,dll) dibersihkan setiap
hari dengan alat dan bahan disesuaikan dengan yang dibersihkan (SPO Pembersihan
Toilet)
3) Pembersihan khusus ruang operasi / steril dan ruang semi steril (Kamar Bersalin,
ICU/ICCU/NICU, Hemodialisa, Endoskopi) dikelola oleh pihak ketiga berdasarkan MOU
yang telah ditetapkan oleh RSUD Ngimbang dan disepakati oleh pihak ketiga tersebut.
Pelaksanaannya sudah terjadual tiap hari dengan menggunakan alat dan bahan
desinfektan sesuai ketentuan RS.
16. Definisi dan Kriteria IADP
IADP adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semikuantitatif/kualitatif disertai
tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya dengan infeksi ditempat lain dan/atau dokter
yang merawat menyatakan telahterjadi infeksi, adapun kriteria dikatakan IADP adalah ditemukan
minimal satu kriteria a.l:
a. Kriteria 1 IADP
 Ditemukan patogen pada ≥ 1 kultur darah pasien, dan
 Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari
tubuh pasien.
b. Kriteria 2 IADP
 Pasien minimal menunjukkan satu gejala klinis, demam (suhu > 38 0C), menggigil
atau hipotensi, dan
 Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan lab,yang tidak berhubungan
denganinfeksi di bagian lain dari tubuh pasien
c. kriteria 3 IADP :
 pasien anak usia 1th menunjukkan minimal satu gejala : demam( suhu rektal >
380C ), hipotermi (suhu rektal <370C ) apnoe,atau bradikardia, dan
 Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan lab,yang tidak berhubungan
dengan infeksi di bagian lain dari tubuh pasien

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 16


17. Definisi dan Kriteria ILO
Kriteria ILO secara umum bila ada infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan
operasi, atau satu tahun bila dengan inplan.
Ada tidaknya ILO dikelompokkan seberapa jauh incisi yang dilakukan, yaitu :
a. ILO Superfisial : bila insisi pada kulit dan jaringan bawah kulit
b. ILO Profunda : bila insisi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam
c. ILO Organ/Rongga tubuh: bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam
tubuh

18. Definisi ISK


Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan jenis infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni, atau
melibatkan bagian yang lebih dalam (ginjal, ureter,dll) akibat dari pemasangan kateter urine.
a. Tanda dan gejala ISK antara lain :
 Demam (> 38 ), urgensi, frekuensi, disuria,atau nyeri suprapubik
b. Tes konfirmasi ISK
 Bila hasil tes kultur urine positif kuman patogen .

19. Definisi VAP


Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai
parenkim paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam, dan sebelumnya tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi saluran nafas.

20. Definisi HAP


Hospital acquired pneumonia (HAP) adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim
paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya
tidak menderita infeksi saluran nafas bawah. Biasanya akibat tirah baring lama.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 17


BAB V

LOGISTIK

21. Logistik yang diperlukan untuk menanggulangi KLB pada PPI pada prinsipnya sama dengan
kebutuhan logistik dalam perawatan dan penanganan Infeksi RS, antara lain bahan antiseptik
(povidon iodin, alkohol 70%,dll), perawatan luka (Kassa steril, plester,spuit, dll)

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 18


BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

22. Pengertian. Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.Sistem tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

23. Tujuan.
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ).

24. Standar Keselamatan Pasien.


a. Hak Pasien.
b. Mendidik Pasien dan Keluarga.
c. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan.
d. Penggunaan Metoda-Metoda Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi Dan
Program Peningkatan Keselamatan Pasien
e. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 19


f. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
g. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan Pasien
25. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) / Adverse Event. Adalah suatu kejadian yang tidak
diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
26. KTC yang tidak dapat dicegah / Unpreventable Adverse Event.Suatu KTD yang terjadi akibat
komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir

27. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) / Near Miss.Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
a) Karena “ keberuntungan”
b) Karena “ pencegahan ”
c) Karena “ peringanan ”

28. Kesalahan Medis / Medical Errors.Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

29. Tata Laksana.


a. Memberikan pertolongan perawatan sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada IPCN
c. Memberikan tindakan sesuai dengan SPO
d. Mengobservasi keadaan umum pasienMendokumentasikan kejadian tersebut pada
formulir “Pelaporan Insiden Keselamatan”

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 20


BAB VII

KESELAMATAN KERJA

30. Pendahuluan. HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari
15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 21
31. Tujuan.
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
32. Tindakan yang beresiko terpajan.
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
33. Prinsip Keselamatan Kerja. Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 22


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

34. Pendahuluan. Pengendalian infeksi nosokomial merupakan salah satu upaya peningkatan mutu
pelayanan di Rumah Sakit Bunda Way Kanan meliputi upaya pencegahan dan menekan kejadian infeksi
nosokomial ketingkat serendah rendahnya dalam batas mampu dilaksanakan dengan memakai angka
kejadian infeksi nosokomial sebagai indicator.
Angka kejadian infeksi nosokomial didapat melalui kegiatan surveillance yaitu
pemantauan dan pengumpulan data yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematik
dalam bentuk pengumpulan data,analisis data dan desiminasi informasi hasil interpretasi
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.

Pelaksanaan surveillance dilakukan secara konsisten dan harus diketahui oleh semua
karyawan rumah sakit terutama perawat yang melaksanakan survey, dokter dan karyawan
penunjang kesehatan.

Indikator mutu yang digunakan di Tim PPI Rumah Sakit Bunda Way Kanan dalam memberikan
pelayanan adalah angka kejadian infeksi nosokomial berupa ISK (Infeksi Saluran Kencing), ILO
(Infeksi Luka Operasi), IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) dan angka kejadian Flebitis dengan
varibel jumlah penderita yang dilayani >1,5 % dari jumlah total pasien yang menjalani
perawatan di Rumah Sakit Bunda Way Kanan.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada Tim Mutu RS dan Karumkital.

35. Tujuan. Agar Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang dipergunakan di
Rumah Sakit Bunda Way Kanan menjadi Patokan dalam memantau kegiatan PPI termasuk memantau
angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Bunda Way Kanan.

36. Pelaksana.
a. Tim PPI Rumah Sakit Bunda Way Kanan
b. Tim PMKP

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 23


37. Prosedur pelaksanaan surveilance. IPCLN ( Infection Protection Control Link Nurse ) yang
sudah mendapatkan pelatihan dan bersertifikat setiap hari mengadakan pengamatan pada pasien
rawat inap yang mendapatkan tindakan infasif dan beresiko terjadinya infeksi nosokomial.
a. Pengumpulan data. IPCLN yang diruangan merumuskan jenis kegiatan kejadian yang
hendak diteliti. Misalnya merumuskan luka infeksi dengan purulen discharge ( pengeluaran
cairan luka) dengan atau tanpa kultur positif.
Data minimum yang diperlukan : Nama, usia, No.RM, unit bangsal, tanggal masuk,
tanggal munculnya infeksi pertama kali, organ tubuh yang terkena infeksi, organism yang
terkultur dan kepekaan.
Denominator untuk menghitung tingkat kejadian infeksi.Harus diketahui jumlah pasien
yang beresiko.Misalnya tingkat infeksi karena luka operasi, denominatornya adalah jumlah
pasien yang menjalani operasi bedah dalam waktu tertentu tanpa memandang lama masa rawat
inap.
b. Sumber data. Nomor RM, laporan patologi, kunjungan keruangan ruangan (grafik
temperature, antibiotic dsb), pengamatan pada pasien, pembicaraan dengan staf perawat dan
pasien.
c. Mengkosolidasi dan mentabulasi data. Menghitung dan mendaftar jumlah infeksi
dengan menggunakan tabulasi data.
d. Menghitung tingkat kejadian infeksi.
1) Numerator : jumlah infeksi
2) Denominator: jumlah pasien beresiko
e. Analisis. Membandingkan tingkat kejadian infeksi dalam satuan waktu dengan memakai
perbandingan tingkat infeksi yang baru terjadi dengan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Penyimpangan dari tingkat baseline mengidentifikasikan perlunya dilakukan penelitian lebih
lanjut.
f. Interpretasi. Dari informasi yang ditabulasi dan dianalisis diperoleh makna yang
mungkin bisa bervariasi dari tidak adanya perubahan nyata dalam tingkat infeksi hingga
terdeteksinya kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa infeksi dalam rumah sakit.
g. Pelaporan data. Data yang ditabulasikan dianalisis dan ditafsirkan dan perlu
disebarluaskan kepada mereka yang perlu mengetahuinya.

38. Evaluasi dan Laporan.


a. UNIT KERJA : Tim PPI Rumah Sakit Bunda Way Kanan
b. RUANG LINGKUP : Laporan Evaluasi Kegiatan Pengendalian Dan Pencegahan
Infeksi : ILO, ISK, IADP, Flebitis

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 24


c. NAMA INDIKATOR :
1) Angka Kejadian infeksi yang terjadi akibat tindakan atau perawatan luka operasi
yang kurang steril (ILO).
2) Angka kejadian infeksi yang terjadi akibat pemasangan kateter (ISK).
3) Angka kejadian infeksi yang terjadi akibat pemasangan infuse dan tranfusi
(IADP).
4) Angka kejadian Flebitis.

d. DASAR PEMIKIRAN : Dalam rangka pengendalian mutu pelayanan di Rumah Sakit


Bunda Way Kanan, dimana evaluasi infeksi nosokomial serta penanganan KLB merupakan
gambaran tingkat mutu dari serangkaian tindakan pelayanan medis dan keperawatan yang
dilaksanakan di ruang rawat inap.

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 25


BAB IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Penanggulangan KLB pada PPI ini dibuat untuk dilaksanakan, untuk menjamin
terlaksananya pencegahan dan penanganan KLB di RSUD Ngimbang

DIREKTUR
RUMAH SAKIT BUNDA WAY KANAN

dr. Meliza Agusti Artha

Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 26

Вам также может понравиться