Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Jl. Tanjung Sari No. 481 Tiuh Balak Pasar Kec. Baradatu Kab. Way Kanan
TENTANG
KEBIJAKAN OUTBREAK
MENETAPKAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, kami dapat menyusun Panduan Outbreak dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan Panduan ini untuk memenuhi syarat Akreditasi. Rasa
terima kasih kami tidak terkirakan kepada seluruh karyawan Rumah Sakit Bunda dalam
pembuatan Panduan ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Panduan
Outbreak ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Harapan kami bahwa Panduan Outbreak ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah Mutu di Rumah Sakit Bunda Way Kanan.
Kami menyadari bahwa Panduan Outbreak ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan
terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan Outbreak ini.
Ditetapkan di Baradatu
Pada tanggal 30 Juni 2018
DIREKTUR RS BUNDA
1. LATAR BELAKANG
Pelayanan pasien di Rumah Sakit khususnya pada pasien dengan indikasi perlu
perawatan inap merupakan suatu tindakan yang memungkinkan akan terjadi infeksi rumah sakit
(nosokomial), dimana infeksi rumah sakit merupakan masalah global dan menjangkau paling
sedikit sekitar 9% (variasi 3% - 21%) dari lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit
seluruh dunia. Angka ini dilaporkan oleh WHO dari hasil surveynya di 14 negara, meliputi
28.861 pasien di 47 rumah sakit yang berada di 4 wilayah (region) WHO pada tahun 1986.
a. 18% dari pasien yang terkena infeksi nosokomial menderita lebih dari satu jenis infeksi
nosokomial, terutama pada pasien kronis.
b. Adanya kemiripan tentang jenis infeksi nosokomial dan penyebabnya.
c. Infeksi nosokomial merupakan salah satu infeksi yang sering terjadi di negara-negara
berkembang maupun di negara-negara industri.
Sebagian besar masalah dan kendala yang dihadapi berbagai negara untuk mencegah dan
mengendalikan kejadian infeksi nosokomial agar tidak menjadi kejadian luar biasa (KLB) tidak
jauh berbeda sehingga strategi dan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial dapat disusun untuk diterapkan pada kondisi masing-masing negara dan rumah sakit.
Gambaran infeksi nosokomial di Indonesia hingga saat ini belum begitu jelas mengingat
penanganan secara nasional baru dimulai. Namun mengingat gambaran dan akibat infeksi
nosokomial yang terjadi di Amerika Serikat, tentunya dapat dibayangkan bagaimana kejadian
infeksi nosokomial di Indonesia. Walaupun belum ada angka yang pasti secara nasional ternyata
beberapa rumah sakit telah melaksanakan pengendalian infeksi nosokomial sejak beberapa tahun
yang lalu.
2. TUJUAN PEDOMAN
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan rumah sakit melalui pencegahan dan pengendalian infeksi dan
penanganan KLB di rumah sakit yang dilaksanakan oleh semua departemen, meliputi
kualitas pelayanan, manajemen resiko, clinical govermance, serta kesehatan dan keselamatan
kerja.
a. Pelayanan Sterilisasi
Yaitu melakukan pengelolaan sterilisasi semua alat-alat medis yang digunakan ulang
untuk pelayanan medis yang menggunakan alat tersebut .
b. Pelayanan Pencucian Linen
Yaitu melakukan pengelolaan pencucian linen yang habis dipakai pelayanan medis untuk
digunakan kembali.
c. Kebersihan Lingkungan
Yaitu melakukan pembersihan lingkungan kerja dan menjaganya agar tetap bersih serta
indah.
d. Pengelolaan Limbah
Yaitu melakukan pengelolaan limbah medis dan non medis yang bersifat cair ataupun
padat dari hasil kerja Rumkital, sehingga tidak mencemari lingkungan.
e. Penggunaan Desinfektan dan Antiseptik
Yaitu penggunaan desinfektan dan antiseptik kepada pasien :
a) Perawatan pasien luka
b) Melakukan tindakan invasif diruang perawatan.
f. Penggunaan Antibiotika
4. Batasan Operasional
c. Penanggulangan KLB
Adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk penangani penderita,mencegah perluasan KLB,
mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.
d. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapat di rumah sakit. Suatu infeksi
didapat di rumah sakit apabila :
1) Pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak merasa inkubasi infeksi
tersebut atau,
2) Inkubasi terjadi 2 – 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit atau,
3) Infeksi pada lokasi sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang berbeda dari
mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab sama
tetapi lokasi infeksi berbeda.
e. Pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian
infeksi nosokomial di rumah sakit.
Penentuan kejadian luar biasa ditegakkan berdasarkan kriteria WHO yaitu peningkatan kejadian
kesakitan 2 (dua) kali atau lebih jumlah suatu infeksi rumah sakit (IRS) di rumah sakit dalam
kurun waktu 1 bulan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
5. Landasan Hukum
STANDAR KETENAGAAN
3) Kegiatan Standaradalah satu satuan waktu (atau angka) yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan
standar profesinya.
5) Daftar Susunan Pegawai adalah jumlah pegawai yang tersusun dalam jabatan
dan pangkat dalam kurun waktu tertentu yang diperlukan oleh organisasi untuk
melaksanakan fungsinya.
6) Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja
dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas
kerja perorangan persatuan waktu.
10) WISN (Work Load Indicator Staff Need)adalah indikator yang menunjukkan
besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga
alokasi/relokasi akan lebih mudah dan rasional.
b. Sumber Daya Manusia Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit
Bunda Way Kanan
Adapun sumber daya manusia yang ada di Tim PPI Rumah Sakit Bunda Way Kanan memiliki
kualifikasi sebagai berikut :
Bersertifikat Pelatihan
2 Wa Ka Tim PPI Dr Umum. Dasar PPI(Inhous
training)
3 S1 Keperawatan Bersertifikat Pelatihan
Sekretaris Tim PPI
Dasar PPI
4 S1 Kep,D III Keb, DIII Kep Bersertifikat Pelatihan
IPCN
dasar PPI
Bersertifikat Pelatihan
5 IPCLN D III/S1 Keperawatan dasar PPI(
inhoustraining)
7. Disribusi Ketenagaan. Pola pengaturan ketenagaan Tim Pencegahan dan Penanganan Infeksi
yaitu Tim Pengendalian dan Penegahan Infeksi dalam melakukan aktivitas kesehariannya dilakukan oleh
tenaga yang ada dalam unit kerja (Ruang rawat inap, Laboratorium,Farmasi, , dll), sehingga pengaturan
dinas pagi dan jaga mengikuti masing-masing unitnya.
8. Pengaturan Jaga.
a. Personel Tetap Tim PPI, adalah personel yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sepenuhnya sebagai anggota Tim PPI, yaitu Ketua ,Wakil ketua ,Sekretaris , IPCD
, dan tiga orang IPCN
b. Personel Tidak Tetap Tim PPI, adalah personel dari Departemen/bagian lain, selain
tugas dan tanggung jawab yang telah diembannya, ditunjuk sebagai anggota Tim PPI, sehingga
tugas jaga menyesuaikan dari Departemen atau Bagiannya masing-masing.
STANDAR FASILITAS
9. Denah Ruang. Denah ruangan terdapat dalam seluruh Bagian atau unit mencakup semua
ruangan yang berada di Rumah Sakit Bunda Way Kanan merupakan area kerja Tim PPI.
10. Standar Fasilitas. Lingkungan, ruang, fasilitas dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kuantitas dan kualitas yang memenuhi persyaratan
kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembangbiaknya
mikroorganisme, serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit.
1. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,
dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang
peliharaan keluar masuk dengan bebas.
2. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan
rambu parkir.
3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir.
4. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
5. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup .
6. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju saluran terbuka atau tertutup, tersedia lubang
penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
7. Saluran limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah, masing-
masing dihubungkan dengan instalasi pengolahan air limbah.
8. Di tempat parkir, halaman dan ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
2. Zona dengan Resiko Sedang.Zona resiko sedang meliputi: ruang rawat inap
bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
Persyaratan bangunan pada zona resiko sedang sama dengan persyaratan pada zona
resiko rendah.
3. Zona dengan Resiko Tinggi.Zona resiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang
perawatan intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang
bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
b) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselen / keramik setinggi 1,50
meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
c) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan
ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari
peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antar ruang
sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk
konus.
e) Langit – langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang
kuat, berwana terang dan mudah dibersihkan, kerangka kuat dan tinggi minimal
2,70 meter dari lantai
f) Lebar pintu minimal 1.20 meter, dan tingginya minimal 2,10 meter, dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
g) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggia minimal 1.40
meter dari lantai.
e. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit. Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah
toilet dan jumlah kamar mandi seperti pada tabel (terlampir).
f. Jumlah Tempat Tidur. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk
kamar perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut:
1. Ruang Rawat Inap
a) Ruang perawatan minimal 2 m2 / tempat tidur.
b) Ruang isolasi minimal 3,5 m2 / tempat tidur
2. Ruang Isolasi
11. Lantai dan Dinding. Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut:
a. Ruang Operasi : 0-5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas gangren
b. Ruang Perawatan : 5-10 CFU/cm2
c. Ruang Isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
d. Ruang UGD : 5-10 CFU/cm2
a. Akomodasi.
1) Tempat tidur ,
2) fasilitas cuci tangan
3) Fasilitas toilet
4) Cek kebersihan ruangan sebelum pasien dimasukkan
5) Minimalisasi mebeler dan peralatan yang tidak diperlukan.
c. Standard Precaution
1) Pintu harus dalam keadaan selalu tertutup
2) Pemakaian gel sesuai lima moment
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan isolasi
Bila melakukan prosedur invasive, lakukan tindakan antiseptic
LOGISTIK
21. Logistik yang diperlukan untuk menanggulangi KLB pada PPI pada prinsipnya sama dengan
kebutuhan logistik dalam perawatan dan penanganan Infeksi RS, antara lain bahan antiseptik
(povidon iodin, alkohol 70%,dll), perawatan luka (Kassa steril, plester,spuit, dll)
KESELAMATAN PASIEN
22. Pengertian. Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.Sistem tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
23. Tujuan.
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
c. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit.
d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ).
27. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) / Near Miss.Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
a) Karena “ keberuntungan”
b) Karena “ pencegahan ”
c) Karena “ peringanan ”
28. Kesalahan Medis / Medical Errors.Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
KESELAMATAN KERJA
30. Pendahuluan. HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari
15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
Panduan Outbreak | Rumah Sakit Bunda 21
31. Tujuan.
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
32. Tindakan yang beresiko terpajan.
a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
33. Prinsip Keselamatan Kerja. Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
PENGENDALIAN MUTU
34. Pendahuluan. Pengendalian infeksi nosokomial merupakan salah satu upaya peningkatan mutu
pelayanan di Rumah Sakit Bunda Way Kanan meliputi upaya pencegahan dan menekan kejadian infeksi
nosokomial ketingkat serendah rendahnya dalam batas mampu dilaksanakan dengan memakai angka
kejadian infeksi nosokomial sebagai indicator.
Angka kejadian infeksi nosokomial didapat melalui kegiatan surveillance yaitu
pemantauan dan pengumpulan data yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematik
dalam bentuk pengumpulan data,analisis data dan desiminasi informasi hasil interpretasi
pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial.
Pelaksanaan surveillance dilakukan secara konsisten dan harus diketahui oleh semua
karyawan rumah sakit terutama perawat yang melaksanakan survey, dokter dan karyawan
penunjang kesehatan.
Indikator mutu yang digunakan di Tim PPI Rumah Sakit Bunda Way Kanan dalam memberikan
pelayanan adalah angka kejadian infeksi nosokomial berupa ISK (Infeksi Saluran Kencing), ILO
(Infeksi Luka Operasi), IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) dan angka kejadian Flebitis dengan
varibel jumlah penderita yang dilayani >1,5 % dari jumlah total pasien yang menjalani
perawatan di Rumah Sakit Bunda Way Kanan.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada Tim Mutu RS dan Karumkital.
35. Tujuan. Agar Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang dipergunakan di
Rumah Sakit Bunda Way Kanan menjadi Patokan dalam memantau kegiatan PPI termasuk memantau
angka kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Bunda Way Kanan.
36. Pelaksana.
a. Tim PPI Rumah Sakit Bunda Way Kanan
b. Tim PMKP
Demikian Pedoman Penanggulangan KLB pada PPI ini dibuat untuk dilaksanakan, untuk menjamin
terlaksananya pencegahan dan penanganan KLB di RSUD Ngimbang
DIREKTUR
RUMAH SAKIT BUNDA WAY KANAN