Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau
tanpa zat tambahan (Anief, 1987).
Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah (Anief, 1987).
Menurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umunya disebut
kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk
tablet umumnya berbentuk cakram pipih/gepeng ,bundar, segitiga, lonjong, dan
sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksud untuk menghindari, mencegah dan
mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenal orang. (syamsuni,1691).
Tujuan desain dan pabrikasi tablet kempa adalah untuk memberikan obat
melalui mulut dalam bentuk yang memadai, dalam jumlah yang tepat, ditempat
yang diingini yang juga mempunyai integras kimia yang dilindungi. Disamping
sifat kimia dan fisika dari obat yang akan diformulasi, desain fisik yang
sebenarnya, proses pabrikasi,serta uji kimia yang lengkap atas tablet dapat
memberikan efek kemanjuran dari obat yang akan diberikan.
Tablet harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai
identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pelunturan/pemucatan,
kontaminasi dll. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi,
pengepakan, serta harus mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk
mempertahankan kelengkapan fisiknya sepanjang waktu. Dari segi lain,tablet
harus dapat melepas zat berkhasiat ke dalam tubuh dengan cara yang dapat
diramalkan serta tetap/tidak dapat diulang. Harus stabil secara kimia sepanjang
waktu sehingga, tidak memungkinkan terjadi pemalsuan/penurunan zat berkhasiat.
(Lachman, dkk.1994).
Karakter karakter lain yang diinginkan adalah kompresibilitas, yaitu sifat
untuk membentuk massa yang stabil, kompak bila diberi tekanan. Sifat fisik yang
diperlukan dan kekuatan yang menahan tablet bersatu (Lachman,dkk.1994)

1
1.2 Prinsip Percobaan
Prinsip ini didasarkan pada proses pembuatan tablet dengan cara granulasi
basah. Metode granulasi basah yaitu membasahi massa tablet yang
kompaktibilitas rendah, daya alir rendah, dan bahan aktif yang tidak tahan panas
tertentu sampai mendapatkan tingkat kebasahan tertentu dan pengompakan massa,
kemudian massa tersebut di granulasi
1.3 Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui cara pembuatan tablet Antalgin dengan metode granulasi
basah.
- Untuk mengetahui hasil uji preformulasi granul yang akan dicetak menjadi
tablet.
- Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang formulasi sediaan
tablet.
1.4 Manfaat Percobaan
- Dapat mengetahui pembuatan tablet antalgin dengan metode granulasi basah.
- Dapat mengetahui hasil uji preformulasi granul yang akan dicetak menjadi
tablet.
- Dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang formulasi sediaan
tablet.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Tablet
Tablet dapat didefinisan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu
atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu
sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan
disintengitas ,dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk
dengan mesin tablet. Definisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid
dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif
dengan atau tanpa bahan tertentu yang dipilih guna membantu proses pembuatan
dan untuk menciptakan sifat-sifat sediaan tablet yang dikehendaki (Siregar, 2010).
Farmakope Indonesia Edisi IV mendefenisikan tablet sebagai sediaan solid
mengandung bahan obat( Zat Aktif ) dengan atau tanpa bahan pengisi.
Bentuk Tablet
Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,
ketebalan sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada
penggunaan yang dimaksudkan dan metode pembuatannya. Tablet basanya
berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus seperti
kaplet, segitiga lonjong, empat segi, dan segi enam (heksagon) telah
dikembangkan oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap
produk lainnya. Tablet dapat dihasilkan dari beberapa bentuk dengan membuat
pons dan lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang di desain khusus. Misalnya
jika pons kurang konkaf, makin datar tablet yang dihasilkan. Tablet dapat di beri
monogram pada salah satu atau kedua permukaan tablet tergantung keberadaan
monogram pada pons bawah dana tau atas yang menghasilkan monogram.
Tablet adalah bentuk sediaan solid mengandung zat aktif yang dapat
diberikan secara oral an ditelan ; tablet yang hanya ditempatkan untuk rongga
mulut tanpa ditelan; tablet oral yang dikunyah dulu baru ditelan, atau hanya
dikulu/di isap. Selain tablet yang diberikan secara oral, terdapat juga tablet yang
diberikan melalui rektal, vagina, implantasi- transdermal, tablet yang dilarutkan
dulu lalu diminum( tablet efervesen), dan sebagainya (Siregar, 2010)

3
Keuntungan Sediaan Tablet
Karena popularitas lebih besar dan penggunaanya yang sangat luas sebagai
sediaan obat, tablet terbukti menunjukkan suatu bentuk yang efisien, sangat
praktis dan ideal untuk pemberian zat terapi secara oral. Pada umumnya tablet
adalah bentuk obat dewasa yang paling luas diterima Karen berbagai keuntungan
1. Rasa obat yang pahit dan memuakkan atau tidak menyenangkan dibuat
agar dapat diterima dan bahkan enak dengan menutup keseluruhan tablet
atau granul tablet dengan suatu salut pelindung yang cocok. Selat ini di
desain hanya untuk melindungi, biasanya selama pemaparan dalam
waktu yang singkat ketika tablet bersentuhan dengan ujung rasa pada
lidah.
2. Keuntungan tablet yang paling nyata adalah kemudahan pemberian dosis
yang akurat. Dosis dapat didistribusi secara seragam dalam keseluruhan
tablet yang memberi kemudahan dalam pemberian dosis yang akurat
apabilan tablet yang dipotong menjadi dua bagian atau lebih untuk
pemberian pada anak-anak. Kontak langsung atau dua atau lebih zat
yang inkompetibel dapat dicegah dengan membuat tablet berlapis, dalam
tiap lapis terdapat zat-zat aktif yang inkompetibel.
3. Tablet tidak mengandung alcohol. Alcohol sering diperlukan untuk
meningkatkan kelarutan atau stabilitas bentu sediaan lain. Tidak hanya
alcohol dala tablet, biasanya mengurangi biasanya mengurangi biaya
pembuatan dan meningkatkan lingkup pasien yang dapat diberikan
sediaan obat tanpa alcohol.
4. Kandungan tablet dapat segera disesuaikan dalam berbagai dosis zat
aktif. Oleh kaena itu, pembuatan konsentrasi zat aktif secara tepat
merupakan hal yang mudah, dapat dilakukan sekali da ekonomis,
tersedia bagi doter penulis resep, pasien dan apoteker.
5. Sifat tablet yang sangat mendasar adalah mudah dibawa, betuk kompak,
stabilits yang memadai, ekonomis dibanding dengan bentuk sediaan lain,
segera tersedia, mudah diberikan, memastikan kesan psikologis yang
baik bagi penerima hampir semua pasien di seluruh dunia.

4
Desain suatu tablet yang menekankan hanya pada efek zat aktif yang
diinginkan saja, apat menghasilkan sediaan tablet yang tidak memadai
secara fisik. Desain tablet yang hanya menekankan hanya pada sifat
fisika saja menghasilkan suatu sediaan yang efek terapinya yang terbatas
dan beragam. Oleh karena itu, dalam mendesain suatu sediaan tablet
yang mengandung zat aktif tertentu , harus mempertimbangkan maksud
dan tujuan pemberian tablet, sifat sifat zat aktif, stabilitas,
pelepsan/disolusi zat aktif dan berbagai hal, agar tablet menjadi
bermanfaat dan mempunyai daya guna optimal (Siregar 2010)
Kerugian Tablet
Kerugian tablet sebagai berikut:
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan atau
tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap
kombinasi dari sifat diatas,akan sukar atau tidak mungkin diformulasikan
dan dipabrikasikan dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan
bioavailabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit,obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,
atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu
pengkapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)
atau memerlukan penyalutan dulu. Pada keadaan ini kapsul dapat
merupakan jalan keluar yang terbaik serta lebih murah.
Kesimpulan dari keuntungan dan kerugian tablet dibandingkan dengan
bentuk sediaan oral lainnya,ternyata tablet benar-benar memberi keuntungan
dalam bentuk/ruangan yang paling kecil yang diperlukan untuk penyimpangan,
juga tablet mudah diberikan dan dikontrol, mudah dibawa, ongkosnya rendah.
Bagi dokter dosisnya fleksibel (tablet dapat dibelah dua), serta dosisnya tepat
(Lachman,dkk,1994)
Komponen Tablet
Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif,
bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan. Selain itu tablet dapat

5
juga mengandung bahan pewarna dan lak(bahan warna yang diabsorbsi pada
aluminum hidoksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma,dan
bahan pemanis.
1. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa.
Contohnya: laktosa, pati, kalsium fosfat dwibasa, dan selulosa mikrokristal.
2. Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu
granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Contohnya: Gom
akasia, gelatin, sukrosa, povidone, metilselulosa, karboksimetilselulosa
(CMC), pasta pati terhidrolisis, dan selulosa mikrokristal.
3. Bahan pengancur (desintegran) membantu tablet agar hancur setelah
ditelan. Contohnya: pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia,
asam alginate, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
4. Bahan lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan pada
tablet dan berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Contohnya talcum, asam stearate dan minyak nabati terhidrogenasi.
5. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya
serbuk, misalnya silica pirogenik koloida.
6. Bahan pewarna dan lak ditambahkan untuk meningkatkan nilai estetika
atau untuk meningkatkan nilai estetika atau untuk memberi identitas atau
untuk memberi identitas produk. (Syamsuni,2006)
Macam-Macam Kerusakan pada Pembuatan Tablet
1. Binding:Kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada
dinding ruang cetakan.
2. Sticking/picking: pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah
karena permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat
pelicinnya kurang, atau massanya basah.
3. Whiskering: terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan
sehingga terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi.
Akibatnya, pada penyimpangan dalam botol-botol, sisi-sisi tablet yang
berlebihan akan lepas dan menghasilkan bubuk.

6
4.Splitting/capping: splitting adalah lepasnya lapisan tipis dari permukaan
tablet, terutama pada bagian tengah; capping adalah membelahnya tablet di
bagian atas, penyebabnya yaitu:
a. kurangnya daya pengikat dalam massa tablet.
b. massa tablet terlalu banyak fine atau terlalu banyak mengandung udara
sehingga udara akan keluar setelah dicetak.
c. tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar sehingga udara
yang berada diatas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
d. formulanya tidak sesuai
e. die dan punch tidak rata
5. Motling:terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan
tablet.
6. Crumbling:tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah
kurangnya tekanan pada pencetakan tablet dan kurangnya zat pengikat.
(syamsuni,2006).
Tablet dapat diformulasikan dengan berbagai metode,diantaranya
kempa langsung dan granulasi basah.Kedua metode ini merupakan metode yg
paling sering digunakan dalam pembuatan tablet kompresi.Kempa langsung
merupakan metode yang paling murah dan paling mudah,karena proses
pembuatannya dapat menggunakan peralatan cetak tablet konvensional,bahan
tambahan yang mudah didapat,dan prosedur kerjanya singkat (Suhery,dkk,2016)
Pembuatan Tablet Metode Granulasi Basah
Pada umumnya sebelum tabletasi dilakukan,bahan obat dan bahan
pembantu yang diperlukan digranulasi,artinya partikel-partikel serbuk diubah
menjadi butiran granulat.Dalam hal ini diperoleh butiran,dimana partikel-partikel
serbuk memiliki daya lekat.Disamping itu daya alirnya menjadi lebih
baik.Dengan daya alir tersebut pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara
kontinyu dan homogeny. (Reiza,2010)
Granulasi serbuk adalah proses membesarnya ukuran partikel kecil yang
dikumpulkan bersama sama menjadi agegat (gumpalan) yang lebih besar, secara
fisik lebih kuat, dan partikel orisinil masih teridentifikas dan membuat agregat
mengalir bebas. Granulasi basah adalah proses penambahan cairan pada suatu

7
serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan
pengadukan yang akan menghasilkan aglomerasi atau granul.
Metode ini merupakan metode paling tua dan paling konvensional dalam
pembuatan tablet. Walaupun metode ini sangat paat karya dan paling mahal,
masih tetap digunakan karena keserbagunaanya. Kemungkinan pembasahan
serbuk dengan beraneka ragam cairan, yang juga dapat bertindak sebagai suatu
pembawa bahan tertentu, sehingga meningkatkan karakteristik dan sifat sifat fisik
granulasi yang baik dan mempunyai banyak keuntungan. Granulasi dengan
pengempaan kering banyak keterbatasannya. Metode granulasi kering ini tidak
dapat digunakan untuk semua formulasi tablet Karen ahal ini terantung pada sifat
kohesif serbuk yang ditambahi sebagai zat aktif, dan dengan sifat khohesif ini
dapat meningkatkan ukuran tablet. Dalam granulasi bsah, sifat kohesif pengikat
cair yang disiapkan , biasanya cukup untuk menghasilkan ikatan dengan zat
tambahan yang minimal.
Adhesi adalah ikatan antar bahan/antarzat yang tidak sama, sedangkan
kohesi adalah ikatan antarzat yang sama
Berikut adalah mekanisme yang terlibat dalam proses ikatan.
1. Pembentukan jembatan kristalin oleh pengikat selama pengeringan.
2. Struktuk dibentuk dengan pengerasan pengikat selama proses pengeringan.
3. Penghancuran dan pengikatan partikel partikel selama pengempalan.
Satu masalah yang signifikatn adalah derajat pembasah atau pembuatan massa
granulasi dari serbuk.pembasahan sangat penting dalam karakteristik
pengempalan granul, dan juga dengan kecepatan pelepasan zat aktif dalam tablet
jadi. Beberapa upaya menstandardisasi proses pembasahan telah dilakukan
terutama dalam hal pencegahan ”lewat basah”. Beberapa faktor yang
memengaruhi pembasahan adalah kelarutan serbuk < ukuran dan bentuk relatif
partikel partikel serbuk, derajat kehalusan, fiskositas pengikat cair, dan jenis
pengadukan.
Walaupun granulasi Walaupun metode granulasi basah merupakan metode
padat karya dan menghasilkan banyak waktu yang memerlukan banyak tahapan,
metode ini masih terus diterapkan secara luas untuk sejumlah alasan. Salah satu
alasannya ialah penggunaannya luas di masa lampau dan metode masih terus

8
berlaku untuk produk yang sudah matap karena untuk satu alasan dan yang
lainnya, metode ini tidak dapat digantikan langsung. Walaupun sejumlah produk
tablet masih memberi kemungkinan menggunakan metode kempa langsung.
Metode tersebut akan memerlukan eksperimen yang lain. Produk sifat dasar ini
merupakan suatu modifikasi besar yang memerlukan pengkajian ulang yang teliti
untuk mengevaluasi perlunya melakukan strudi tambahan atau pengkajian
stabilitas keamanan , daya terapi dan ketersediaan hayati produk, dan juga dampak
pertimbangan praktis berkaitan dangan peraturan. Alasan lain ny aformulator
memilih mengguakan metode granulasi basah untuk memastikan keseragaman
ukuran tablet dengan mendispersikan dosis kecil zat aktif/atau zat tambahan
pewarna dengan melarutkannya dengan pengikat cair.
Berikut adalah mekanisme yang terlibat dalam proses ikatan.
1. Pembentukan jembatan kristalin oleh pengikat selama pengeringan.
2. Struktuk dibentuk dengan pengerasan pengikat selama proses pengeringan.
3. Penghancuran dan pengikatan partikel partikel selama pengempalan.
Metode ini menghasilkan distribusi zat terlarut yang lebih baik dan
seragam. Metode ini juga merupakan metode tunggal untuk digunakan dalam
granulasi zat aktif dosis besar karena dengan kempa langsung akan memerlukan
nlagi penambahan sejumlah besar pengisi untuk mempermudah pengempaan,
tetapi mengakibatkan tablet menjadi tidak layak karena meningkatkan ukuran
tablet.
Jenis Jenis Granulasi
Metode yang terpenting dari granulasi farmasetik, dapat digolongkan ke
dalam tiga kategori utam, yakni proses basah, proses kering (disebut juga
slugging), dan proses lain.
Proses umum Metodologi Khusus
Proses basah Pembasahan massa(wet massing)
Granulasi lapis mengalir(fluid bed granulation)
Semprot kering(spry drying) ( pengeringan dengan
penyemprotan)
Granulation pan( pan granulation)
Proses kering Ekstrusi da peletisasi(pelletizing)

9
Kempa gulungan (roller campaction)
Proses lain Pembongkaran(slugging)
Pelembab ( Humidification)
Pembutir (priling)
Peletisasi lebur(melt palletization)

Gambar: proses yang digunakan untuk granulasi farmasetik


Keuntungan Keterbatasan
Sifat sifat mengalir (lebih baik) Tahapan multi proses lebih rumit
diperbaiki dan membuat validasi dan
pengendalian sulit.
Pemadatan Waktu, ruangan, dan peralatan yang
digunakan memerlukan biaya yang
mahal
Karakteristik pengempan diperbaiki Stabilitas menjadi pemerhati untuk
zat aktif peka lembap atau
termolabil
Distribusi zat pewarna dan zat aktif Kehilangan bahan selama berbagai
yang larut lebih baik/jika tahapan proses
ditambahkan larutan pengikat
Debu berkurang Kehilangan bahan selama berbagai
tahapan proses
Pencegahan pemisahan campuran
serbuk
Permukaan hidrofobik menjadi
lebih hidrofilik

Alur/Tahap pembuatan tablet metode granulasi basah


Berbagai tahap(unit proses) dalam pembuatan tablet metode granulasi basah
adalah sebagai berikut:

10
1. Zat aktif dan eksperimen masing masing dihaluskan terlebih dahulu
dalam mesin pendingin, misalnya menggunakan mesin mesin “tornado
mill”.
2.a. pencampuran zat aktif, zat pengisi, sebagai zat disintegran dalam mesin
pencampur misalnya “planetary mixer” atau twin-shell blender”.
2.b. pencampuran zat aktif, zat pengisi, zat pengikat kering/sebagai zat
disentengal (penambah pengikat keras) dalm mesin “planetary mixer”
atau twin shell blender”
3.a. Menyiapkan cairan pragranulasi basah, Larutan mucilage, atau
suspense, atau larutan gel, dll
3.b. Penyiapan air,alkohol atau hidrokarbon untuk mengaktifkan pengikat
kering.
4.Pembuatan massa granulasi basah dengan cairan penggranulasi dalam
mesin seperti “sigma blade mixer”.
5. Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan mengekstrusi melalui
mesin “oscillating granulator” dengan lempeng penyaring 6-12 mesh
atau melalui mesin “fitz mill” dilengkapi dengan lempeng penyaring besi
yang diperforasi.
6. Granul lembab dikeringkan di atas penampan dalam oven pada suhu 50
C-60 C atau dalam pengering lapis mengalir (fluid bed dryer).
7. Granul yang telah kering diekstrusi dalam mesin “oscillating granulator”
dengan lempeng penyaring 18-20 mesh atau dengan mesin “fitz mill”
dengan lempeng penyaring 18-20 mesh.
8. Granul ditapis melalui penyaring 18-20 mesh,kemudian dipindahkan ke
mesin “twin shell blender” atau mesin pencampur kubrik atau dicampur
dengan disintegran,glidan dan lubrikan (Lubrikan dan glidan diayak
terlebih dahulu dengan pengayat 200 mesh)
9. massa kempa (butir viii ) dikempa menjadi tablet
Berikut ini beberapa uraian tentang keuntungan utam metode granulasi
basah, antara lain;
1. Kohesifitas dan ketermanfaatan serbuk ditingkatkan selama dan setelah
pengempaan karena pengikat yang ditambahkan menyalut tiap partikel

11
menyebabkan melekatnya satu sama lain sehingga partikel partikel dapat
dibentuk menjadi aglomerat yang disebut granul. Dengan metode ini
sifat sifat komponen formulasi dimodifikasi untuk mengatasi kekurangan
atau kesulitan penempaanya. Selama proses pengempaan, granul yang
dihancurkan menunjukkan permukaan serbuk segar, yang juga dapat
memperbaiki ketermanpaatannya. Oleh karena itu , tekanan yang lebih
rendah diperlukan untuk mengempa tablet sehingga mengakibatkan
peninggkatan massa guna peralatan dan mengurangi keausan mesin
2. Zat aktif dosis tinggi yang mempunyai aliran dan atau ketermanpaatan
yang buruk, harus digranulasi dengan metode basah, untuk memperoleh
aliran dan kohesi yang cocok untuk pengempaan. Dalam aliran yang
memadai lebih kecil daripada pengikat kering yang diperlukan untuk
membuat tablet dengan kempa langsung.
3. Didistribusi dan keseragaman kandungan yang baik untuk zat aktif dosis
kecildan tambahan pewarna yang larut akan diperoleh jika zat zat
tersebut dilarutkan terlebih dahulu dalam larutan pengikat.
4. Keragaman serbuk yang luas dapat diproses bersama sama dalam bets
tunggal dan karakteristik tiap fisik diubah untuk mempermudah
penempaan.
5. Serbuk ruah dan berdebu dapat ditangani tanpa terjadinya masalah debu
dan kontaminasi dari udara.
6. Granulasi basah mencegah pemisahan komponen campuran serbuk yang
homogen selama pemosresan , pemindahan dan penanganan. Sebenarnya
komposos tiap granul pasti tetap dan seperti komposisi dalam campuran
serbuk pada waktu pembasahan.
7. Laju disolusi zat aktif yang tidak larut dapat ditingkatkan oleh granulasi
basah dengan pilihan pelarut dan pengikat yang tepat.
8. Bentuk sediaan lepas-terkendali dapat dibuat dengan pemilihan pengikat
dan pelarut yang sesuai.
Selain keuntungan di atas ada beberapa keuntungan lain yaitu
1. Memungkinkan penanganan serbuk secara mekanik tanpa kehilangan mutu
campuran

12
2. Memperbaiki aliran serbuk dengan meningkatkan ukuran dan kebulatan
partikel
3. Meningkatkan dan memperbaiki kepadatan serbuk.
4. Mengurangi penceratan udara
5. Memungkinkan penambahan fase cair pada serbuk( proses basah saja).
6. Memungkinkan membuat permukaan hidrofobik menjadi hidrofilik.
Akan tetapi metode granulasi basah juga memiliki keterbatasan antara lain:
1. Keterbatasan terbesar pada granulasi bash adalah biaya yang besar karena
berkaitan dengan penggunaan ruangan, waktu, peralatan, dan peralatan
yang lebih banyak
2. Proses bersifat padat karya karena:
a. Sejumlah besar tahap pemrosesan memerlukan ruangan yang luas
dengan suhu dan kelembapan terkendali.
b. Metode ini memerlukan sejumlah jenis peralatan yang malh
c. Menghabiskan waktu terutama tahap pembasahan dan pengeringan
granulasih.
d. Kemungkinan ada bahan yang hilang selama pemrosesanketika
pemindahan dari satu unit operasi ke unit yang lain
e. Terdapat kemungkinan besar kontaminasi silang yang lebih besar
daripada dengan metode kempa langsung
f. Metode ini dapat memperlambat disolusi zat aktif dari dalam granul
setelah tablet terdisintegrasi jika tidak diformulasi da diproses dengan
tepat
3. Dipihak lain proses granulasi mudah menimbulkan masalah. Makin
banyak unit proses makin banyak kesempatan masalah terjadi. Granulasi
pada dasarnya memproduksi kesatuan fisik yang baru yaitu granul.
4. Hal lain yang dapat menimbulkan keterbatasan granulasi basah Butiran
yang diukur dengan benar memiliki struktur longgar. Jika butiran diremas
terlalu lama (terutama jika beberapa eksipien larut seperti sukrosa dan
laktosa), maka partikel yang tidak terlarut akan menjadi lebih kecil dan
sebagian besar granul akhir akan dihasilkan dari bahan pengikat dan
ekspien terlarut dalam larutan,dan butiran padat (Cartensen,1926).

13
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat
Lumpang dan alu sedang, beaker glass 100 ml (pyrex), batang pengaduk
sedang, gelas ukur 25 ml (pyrex), hot plate (stirrer), ayakan mesh nomor 12,
ayakan mesh nomor 14, timbangan analitik, perkamen potong, perkamen kajang,
spatula, sudip, pot plastik besar, spatel, corong alir, corong, penggaris, tissu, alat
pencetak tablet.

3.2 Bahan
Antalgin 500 mg, Mucilago Amyli 2,5 gr , Amylum Manihot 2,5 gr,
Talkum 0,25 gr, Magnesium Stearat 0,25 gr, Laktosa, Aquadest

3.2.1 Formula
R/ Antalgin 500 mg
Mucilago Amyli 10% 30 %
Amylum Manihot 10%
Aquadest 17.55 ml
Talkum 7%
Magnesium stearat 7%
Laktosa q.s

3.2.2 Rencana Kerja


Metode :Granulasi Basah
Diameter :13 mm
Bobot Tablet :650 x 100 = 65.000 mg = 65 gr
Jumlah Tablet :100 buah

3.2.3 Perhitungan Bahan


 Zat berkhasiat : Antalgin 500mg
= 100 x 500 mg

14
= 50 gr

 Pengembang : Amylum Manihot 10%


= Bobot/tablet x 65 gr
= 6.5 gr
= Pengembang dalam:3.25 gr

 Pengikat : Mucilago Amyli 10%-30% dari banyak tablet


Bobot total = 30/100 x 65 gr
= 19.5 gr
Jumlah amyli =10/100 x 19.5 gr
=19.5 gr
Air = 19.5 gr-1.95 gr
= 17.55
 Pelicin : Talkum 7%
= 65 gr x 7%
= 0,65 gr
: Magnesium Stearat 7%
= 65 gr x 7%
= 0,65 gr
 Pengisi : Laktosa
= 65 – (50 + 6.5 + 1.95 + + 0.65+ 0.65) gr
= 65-59.7 gr
= 5.3 gr
 Bahan pengikat yang terpakai(mucilage amily) = 19.5-11.85 = 7.65
 Persentase bahan pengikat yang terpakai = 7.65/100 x 100% = 39.23
 Bahan pengikat yang tersisa = 11.85
 Berat granulat basah = 61.57
 Berat granulat kering = 52.265
 Berat teoritis = bahan obat + pengembang dalam +
pengikat + pengisi = 50 gr + 3,25 + 1.98 + 5.25 gr
= 60.45 gr

15
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
 Persentase berat = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
60.45
= x 100%
65

=93%
100%
 Massa tablet seluruhnya = x 52.265 gr
93%

= 56.198 gr

3.3 Prosedur percobaan


- Ditimbang bahan pengembang dalam dan bahan pengisi.
- Dimasukkan bahan kedalam lumpang kemudian dihomogenkan.
- Ditambah bahan pengikat sedikit demi sedikit sampai diperoleh massa
yang kompak. Kemudian dicatat berapa bahan pengikat yang terpakai dan
yang sisa.
Cara membuat bahan pengikat :
 Ditara beaker glass dan batang pengaduk.
 Ditimbang amilum manihot sebanyak 3.25 gr.
 Diukur aquadest hingga 17.55 ml.
 Dimasukkan amilum manihot dan aquadest kedalam beaker glass.
 Dipanaskan diatas hot plate dan diaduk perlahan hingga mengental dan
berwarna bening.
 Ditimbang beaker glass yang berisi bahan pengikat.
 Dicukupkan dengan air panas.
- Diayak masa dengan ayakan mesh no.12. Lalu dicatat berat granulasi
basah.
- Dikeringkan dilemari pengering pada suhu 40º - 60ºC selama satu hari.
- Granul kering diayak dengan ayakan mesh no.14. Dicatat berat granul
kering.
- Dicampurkan dan dihomogenkan massa granul kering dengan bahan obat,
pengembang luar dan pelicin.
- Diuji preformulasi.
a) Sudut Diam

16
 Dialirkan granul kering yang akan dicetak kedalam corong alir
yang ditutup bagian bawahnya.
 Dibuka penutup dan dibiarkan granul mengalir.
 Dihitung sudut diamnya.
Syarat: 20º <θ < 40º
b) Waktu Alir
 Dimasukkan granul yang akan dicetak kedalam corong alir.
 Dialirkan hingga seluruh granul mengalir.
 Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir sampai
seluruh granul mengalir keluar.
Syarat: talir < 10 detik
c) Indeks Tap
 Dimasukkan 25 ml granul kedalam gelas ukur 25 ml.
 Ditapping sebanyak 20 kali
 Ditentukan penurunan volume.
 Dilakukan tapping sampai penurunan granul stabil.
Syarat: I ≤ 20%
- Dicetak massa menjadi tablet.
 Disiapkan mesin pencetak tablet single punch, dipasang punch
bawah diameter sesuai tablet yang akan dicetak, diatur dienya.
 Dimasukkan massa tablet ke dalam hopper, lalu diatur sekrup atas
dan bawah untuk menentukan volume dan tekanan.
 Dicetak 1 buah tablet, dicek beratnya (pengatur pada punch bawah)
dan tekanannya (pengatur punch atas).
 Ditimbang tablet apakah sudah sesuai dengan berat yang
diinginkan, jika sudah di uji kekerasannya.
 Jika tablet sudah memenuhi syarat, dicetak 10 tablet lagi, di uji
kembali berat serta kekerasannya, jika tidak mengalami perubahan
dapat dicetak seluruhnya.
 Dicatat jumlah tablet yang tercetak.

17
3.4 Flowsheet
3.4.1 Pembuatan Bahan Pengikat
Amilum Manihot
Ditimbang 6.5 gram amilum manihot
Dimasukkan aquadest ke dalam gelas ukur sebanyak
17.55 ml
Dimasukkan aquadest ke dalam beaker glass yang
telah berisi amilum manihot
Dipanaskan hingga kental dan transparan sambil
diaduk

Mucilago amyli
sebanyak 1.95 gram

3.4.2 Pembuatan granul

Antalgin Laktosa Amilum Manihot

Ditimbang 50 g Ditimbang 0.65 g Ditimbang 6.5 g

Dimasukkan kedalam lumpang


Digerus hingga homogen
Dimasukkan mucilago amyli 10%
sedikit demi sedikit sambil diaduk
sampai diperoleh masa yang kompak
Diayak massa dengan ayakan mesh
nomor 12

Granulat Basah
Dikeringkan dalam lemari pengering
pada suhu 40-60ºC selama 24 jam
Diayak kembali granul dengan
ayakan mesh 14
Granulat Kering
52.265 gram

18
3.4.3 Uji Preformulasi
3.4.3.1 Sudut diam

Granul
Dialirkan granul ke dalam corong alir yang
ditutup bagian bawahnya
Dibuka dan granul dibiarkan mengalir
Dihitung sudut diamnya
θ = 21o

3.4.3.2 Waktu alir

Granul
Dimasukkan ke dalam corong alir
Dialirkan hingga seluruh granul mengalir
Ditentukan waktu alir mulai dari
granul mengalir sampai seluruh granul
mengalir keluar

t alir = 3,316
detik
3.4.3.3 Indeks tap

Granul
Dimasukkan ke dalam gelas ukurkemudian
di Tapping sebanyak 20 kali
Ditentukan penurunan volume
Dilakukan tapping sampai hasil penurunan
granul stabil
I = 5,6 %

19
3.4.4 Proses pencetakan tablet

Massa tablet

Disiapkan mesin pencetak tablet single


punch

Dipasang punch bawah dengan


diameter sesuai tablet yang akan
dicetak

Dimasukkan massa tablet ke dalam


hopper

Dicetak 1 buah tablet, dicek beratnya

Ditimbang tablet apakah sudah sesuai


dengan berat yang diinginkan

Dicetak 10 tablet lagi

Di uji kembali berat serta kekerasannya

Dicatat jumlah tablet yang tercetak


Tablet yang
tercetak = 75

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Uji Preformulasi
a. Sudut Diam

No. Tinggi (h=cm) Diameter (d=cm)

1 2,6 cm 14,5 cm
2 2,8 cm 14,5 cm
3 2,2 cm 13,3 cm
Rata-rata 2,5 cm 14,43 cm
2h
Tan θ = d
2 x 2,5
=13,614,43

θ = 21o
Kesimpulan : Dari percobaan yang dilakukan pada uji sudut diam diperoleh hasil
yang memenuhi syarat, yaitu 22o. Memenuhi persyaratan yaitu 20o < θ < 40o
b. Waktu Alir
No. Waktu alir (detik)

1 3,97 detik

2 2,95 detik

3 3,03 detik

T rata-rata 3,316 detik

Kesimpulan: Dari percobaan yang dilakukan pada uji waktu alir diperoleh
hasil 3,316 yang memenuhi syarat yaitu talir < 10 detik.

21
c. Indeks Tap
No. Vo (ml) Vtap (ml) I rata-rata
1 25 ml 23,5 ml 6%
2 24 ml 23,5ml 6%
3 25 ml 23,75ml 5%
Rata- rata 5,6%

Kesimpulan: Dari percobaan yang dilakukan pada uji indeks tap diperoleh hasil
5,6% yang memenuhi syarat yaitu: I ≤ 20%.
d. Pencetakan tablet
Jumlah tablet yang tercetak : 115 tablet

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan formulasi sediaan tablet CTM dengan
menggunakan metode granulasi dasar. Metode granulasi dasar dibentuk dengan
jalan mengikat suatu pengikat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini
membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang
biasanya ditambahkan ke campuran serbuk. Namun demikian, bahan pengikat itu
dapat ditambahkan tersendiri.Hanya bahan obat yang tidak tahan terhadap
pemanasan dan tidak tahan lembab yang dapat menggunakan metode granulasi
dasar (Lachman, 1994).
Uji preformulasi pada tablet meliputi : waktu alir, sudut diam dan indeks
tap. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada percobaan,
didapatkan hasil, yaitu :
Uji sudut diam, sebesar θ = 21˚. Hasil ini memenuhi syarat uji sudut diam
dimana 20˚ < θ < 40˚.Sudut diam diperoleh dengan membagi dua kali tinggi
tumpukan granul dengan jari-jari tumpukan granul. Analisis dari data yang
diperoleh menunjukkan bahwa formula memenuhi persyaratan evaluasi sudut
diam granul dengan kategori sifat alir baik. Sifat alir granul dikatakan baik apabila
sudut diam antara 21º-30º (Lachman, 1994).

22
Uji waktu alir, sebesar t = 3,316 detik, hasil ini memenuhi syarat, yaitu talir
< 10 detik. Bilamana aliran suatu serbuk dari dalam bejana melalui lubang kecil
diamati, akan terlihat dua kemungkinan jenis alir yang berbeda bentuk sifat
alirnya yaitu : jenis alir bebas atau jenis lengket (sticky ; kohesif).Jenis alir bebas
memungkinkan serbuk dapat mengalir dengan mantap dan kontinyu, sedangkan
jenis kohesif mengalami kesukaran untuk mengalir.Sifat alir serbuk tersebut
dipengaruhi oleh ukuran partikel; bentuk; porositas dan kerapatan dan susunan
(tekstur) permukaan. Kebalikan dari sifat kohesif adalah dustibility yaitu
kemudahan serbuk untuk bertabur (Lachman, 1994).
Uji indeks tap, sebesar = 5,6%, hasil ini telah memenuhi syarat uji indeks
tap yaitu, I ≤ 20%.Granul dimasukkan secara perlahan ke dalam gelas ukur.
Ditapping sebanyak 20 kali. Dicatat perubahan volume yang terjadi. Diulangi
tapping sebanyak lagi, hingga volume granul tidak berubah lagi. Dihitung indeks
tap granul (Lachman, 1994).

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
- Pembuatan tablet dengan cara granulasi dasar dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut: zat pengisi, dan zat pengembang dicampur homogen.
Kemudian dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah
dengan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 40 –60°C. Setelah kering diayak lagi untuk
memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan
bahan aktif, bahan pelicin, dan bahan pengembang kemudian dikempa
menjadi tablet dengan mesin tablet.
- Hasil uji preformulasi:
 Sudut diam: 21o memenuhi syarat
 Waktu alir: 3,316 detik memenuhi syarat
 Indeks tap: 5,6% memenuhi syarat
- Setelah melakukan uji preformulasi, granulat yang dihasilkan memenuhi
persyaratan untuk dapat dicetak menjadi tablet.

5.2 Saran
- Pada percobaan selanjutnya bahan pengikat yang digunakan dapat diganti
dengan bahan pengikat lain seperti, larutan CMC Na 10% ataupun gelatin.
- Pada percobaan selanjutnya bahan obat yang digunakan dapat diganti
dengan bahan obat lain seperti, furosemid.
- Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan metode lain seperti
metode granulasi kering.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1990). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Halaman 215

Ansel, H.C. (1933). Pharmaceutical Dosage Forms third edition. London:

Philadelphia. Halaman 193-197

Carstensen, J. T. (1977). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms.

Canada: A Willey Interscience Publication. Halaman 147-153.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal. 644-645.

Jones, D. (2008). Pharmaceutics Dosage Form and Design. London :

Pharmaseutical Press. Halaman 135-145.

Lachman. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI-Press. Hal.

160-164.

Libberman, A. (1994) Teknologi dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.Halaman 645-747

Surheri, W. (2016). Perbandingan Metode Granulasi Basah dan Kempa

Langsung Terhadap Sifat Fisik dan Hancur. Padang : Parmasi Klinis.

Halaman 138 – 144.

Syamsuni, H. (2006). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta:

Penerbit Buku kedokteran.Halaman 81-87

Syamsuni, H. (2006). Ilmu Resep.Jakarta: Penerbit Buku kedokteran. Halaman

209-213

25

Вам также может понравиться