Вы находитесь на странице: 1из 3

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT

NOMOR :
TENTANG
KEBIJAKAN PENDELEGASIAN PELAYANAN KEFARMASIAN KE PERAWAT
RUMAH SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam pelayanan di rumah sakit diperlukan kerjasama dengan


perawat dalam pelayanan terhadap pasien rawat inap.
2. Bahwa dalam pelayanan mendelegasikan beberapa tindakan kefarmasian ke
perawat untuk membantu dalam mengoptimalkan pelayanan kefarmasian.
3. Bahwa pendelegasian dilakukan karena jumlah tenaga di instalasi farmasi
belum memenuhi standart untuk melayani seluruh pelayanan kefarmasian
di instalasi farmasi.
4. Bahwa dalam pendelegasian tindakan kefarmasian tersebut dibutuhkan
kebijakan dari rumah sakit untuk mengatur pendelegasian pelayanan
kefarmasian ke perawat.
MENGINGAT : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Peraturan Presiden RI No. 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit.
3. Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1963 tentang Farmasi.
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Pengelolaan perbekalan farmasi untuk pencampuran obat menjadi tangung
jawab bidan atau perawat sudah tersertifikat
KEDUA : Dalam memenuhi pelayanan kefarmasian yang efektif perlu dilakukan
kerjasama dengan perawat.
KETIGA : Dalam kerjasama pelayanan kefarmasian dilakukan pendelegasian tugas
kefarmasian ke perawat yang masih sesuai dengan undang undang yang
berlaku.
KEEMPAT : Pendelagasian dilakukan karena masih terbatasnya jumlah tenaga di instalasi
farmasi.
KELIMA : Pendelegasian ke perawat meliputi:
a. Pendelegasian pencampuran elektrolit konsentrat pekat (KCL,
MgSO4,dll)
b. Pendelegasian pengoplosan injeksi serbuk kering (Cefotaxime,
Ceftriaxone, Methylprednisolone, dll).
c. Pendelegasian pencampuran obat injeksi, (Asam Tranexamat inj, Vitk K
inj, Dicynone inj, dll).
d. Pendelegasian pengoplosan nutrisi parenteral (Clinimix + dll).
e. Pendelegasian penyerahan obat.
KEENAM : Pemberian obat harus memastikan kebenaran pemberian obat ke pasien dengan
mengisi ceklist 7 benar, yakni:
a. Benar pasien
b. Benar obat
c. Benar dosis
d. Benar waktu
e. Benar cara pemberian
f. Benar dokumentasi
g. Benar informasi

KETUJUH : Pendokumentasian kebenaran pemberian obat ke pasien oleh perawat


didokumentasikan di CPO (catatan penggunaan obat) dengan menulis nama
pada kolom perawat yang memberi obat.
KEDELAPAN : Dalam pendelegasian ke perawat, instalasi farmasi mengedukasi (melatih) dan
memonitor pelayanan kefarmasian yang dilakukan perawat yang dilakukan
oleh APJP (Apoteker Penanggung Jawab)
KESEMBILAN : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal 1
tahun sekali.
KESEPULUH : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukan
perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Baradatu
Tanggal : 30 Juni 2018
RUMAH SAKIT BUNDA
Direktur

Dr. Meliza Agusti artha

TEMBUSAN Yth :
1. Wadir Pelayanan Medis
2. Komite Medis
3. Seluruh Dokter di Rumah Sakit
4. Kepala Bagian Keperawatan
5. Seluruh Kepala Ruang Keperawatan
6. Instalasi Farmasi
7. Arsip
SURAT PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR :
TANGGAL : 30 Juni 2018

SURAT PELIMPAHAN WEWENANG APOTEKER


Nomor:

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Euis Rohima, S.Farm,.Apt
SIPA : 19891011/18.07/2015/2005
Jabatan : Apoteker Penanggung Jawab IFRS

Dengan ini memberikan pelimpahan wewenang kepada:


Jabatan : Perawat/Bidan Rumah sakit
Untuk melaksanakan : Pelayanan Kefarmasian.
Ruangan : Rawat Inap
Pada Tanggal :

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menjalankan tugas pelimpahan wewenang:
1. Mengacu pada SOP Pencampuran Obat yang berlaku di Rumah Sakit .

Demikian surat pelimpahan wewenang apoteker ini dibuat untuk dipergunakan sebagaiaman
mestinya.

Mengetahui Ditetapkan di : Baradatu


Tanggal : 30 Juni 2018
Direktur

Euis rohima,S,Farm,.APT
Apoteker penanggung jawab Dr. Meliza Agusti Artha

Вам также может понравиться