Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Kabupaten Hulu Sungai Selatan adalah salah satu kabupaten di

Kalimantan Selatan, Indonesia. Ibukota sekaligus pusat pemerintahan terletak

di Kandangan. Hulu Sungai Selatan memiliki luas sekitar 1.703 km² dan

berpenduduk sekitar 212.485 jiwa. Letak Geografis kabupaten Hulu Sungai

Selatan terletak antara 2°29′ 59″- 2° 56’10″ LS dan 114°51′ 19″ – 115°

36’19″ BT. Secara geologis daerah ini terdiri dari pegunungan yang

memanjang dari arah timur ke selatan, namun dari arah barat ke utara

merupakan dataran rendah alluvial yang kadang-kadang berawa-rawa.

Kondisi topografi ini menyebabkan udara di wilayah ini terasa dingin agak

lembap dengan curah hujan pada tahun 2002 sebanyak 2.124 mm. Tanah di

wilayah Hulu Sungai Selatan Selatan sebagian besar berupa hutan dengan

rincian Hutan Lebat (780.319 Ha), Hutan belukar (377.774 ha), dan hutan

rawa (90.060 Ha), Hutan Sejenis (352.840 Ha) Tanah berupa semak/alang-

alang seluas 870.314 ha , berupa rumput (50.119), dan untuk lain lain

(83.014). Sedangkan penggunaan untuk sawah 413.107 ha, perkebunan

437.037 ha dan untuk perkampungan 57,903 ha serta untuk Tegalan (48.612

Ha). Bentuk geologi wilayah Hulu Sungai Selatan sebagian besar berupa

Aluvium Muda dan Formasi Berai.

51
52

Daha Selatan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai

Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Dengan luas 322,82 km2 dan

penduduknya menganut agama Islam dan sebagian 90% suku Banjar, serta

10% suku Nusantara baik pendatang maupun perkawinan.

Kecamatan Daha Selatan merupakan bagian dari wilayah Kerajaan

Negara tempo dulu, yang kini dipecah menjadi wilayah Daha Barat, Daha

Utara, dan Daha Selatan. Apabila menyebutkan urang Negara (orang Negara),

maka bisa mengacu pada ketiga wilayah di atas. Bentukan alamnya sebagian

besar rawa dengan tipikal rumah panggung terbuat dari kayu ulin.

Penduduknya memiliki pencaharian sebagai nelayan, berdagang, petani,

hingga pegawai negeri. Daha Selatan memiliki Stadion Sepak Bola, GOR

Badminton, pasar Negara, dan fasilitas umum yang memadai di ibukota

kecamatan. Alat transportasi yang biasa digunakan masyarakatnya berupa

jukung/klotok yaitu kapal kayu bermesin, karena sebagian besar wilayahnya

yang terdiri dari air rawa dan sungai-sungai besar. Selain itu masyarakat juga

dapat menggunakan motor, mobil, becak motor, dan truck karena akses jalan

aspal sudah tersedia menghubungkan Negara ke Kandangan maupun

Amuntai.

Desa Sungai Pinang merupakan salah satu desa di Kecamatan Daha

Selatan yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai Pengrajin Besi/Pandai

Besi, selain sebagai Pandai Besi ada juga penduduknya yang bekerja sebagai

Petani, PNS, Pedagang, Nelayan, dan Pembuat Emas dan Perak. Desa Sungai

Pinang di Pimpin oleh Kepala Desa (Pembakal) yang bernama Maskuri terdiri

dari 4 RT.
53

Pekerjaan Pandai Besi di Desa Sungai Pinang dalam kelasifikasi

industri masuk di industri kerajinan rumah tangga yang mana industri

kerajian rumah tangga ini mempuyai 1-4 karyawan sedangkan industri

kerajinan pandai besi ini di lakukan oleh dua orang, satu adalah sang pemilik

modal dan satu sebagai buruh. Kerajian Pandai Besi tidak hanya membuat

kerajian pisau dapur tapi juga membuat alat-alat pertanian seperti kapak,

celurit, sampai alat untuk menyadap karet. Industri kerajian Pandai Besi yang

masih bersifat tradisional masih banyak masalah yang dihadapi oleh pemilik

modal.

2. Analisis Deskriptif

a. Usia

Dari hasil penelitian diperoleh 42 subyek penelitian yang bekerja

sebagai pandai besi di Desa Sungai Pinang, dengan usia sebagai berikut:

Tabel 4.1
Responden berdasarkan usia

No. Usia F Persentase


1. < 20 tahun - -
2. 21 – 24 tahun 1 2,4%
3. 25 – 30 tahun 11 26,2%
4. 31 – 34 tahun 6 14,3%
5. 35 – 40 tahun 24 57,1%
Jumlah 42 100%
Sumber: hasil penelitian (2019)

Berdasarkan usia responden yang bekerja sebagai pandai besi di

Desa Sungai Pinang diperoleh usia 21-24 tahun sebanyak 2,4%, usia 25-30

tahun sebanyak 26,2%, usia 31-34 tahun sebanyak 14,3%, dan usia 35-40

tahun sebanyak 57,1%.


54

b. Pendidikan

Dari hasil penelitian diperoleh 42 subyek penelitian yang bekerja

sebagai pandai besi di Desa Sungai Pinang, dengan pendidikan terakhir

sebagai berikut:

Tabel 4.2
Responden berdasarkan pendidikan terakhir

No. Pendidikan F Persentase


Terakhir (%)
1. Tamatan SD 14 33,3
2 Tamatan SMP 13 31,0
3 Tamatan SMA 15 35,7
Jumlah 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan pendidikan terakhir responden yang bekerja sebagai

pandai besi di Desa Sungai Pinang diperoleh tamatan SD sebanyak

33,3%, tamatan SMP sebanyak 31,0%, dan tamatan SMA sebanyak

35,7%.

c. Status Perkawinan

Dari hasil penelitian diperoleh 42 subyek penelitian yang bekerja

sebagai pandai besi di Desa Sungai Pinang, dengan status perkawinan

sebagai berikut:

Tabel 4.3
Responden berdasarkan status perkawinan

No. Status F Persentase


Perkawinan (%)
1. Belum kawin 11 26,2
2. Kawin 31 73,8
Jumlah 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)
55

Berdasarkan status perkawinan responden yang bekerja sebagai

pandai besi di Desa Sungai Pinang diperoleh belum kawin sebanyak

26,2%, dan kawin sebanyak 73,8%.

d. Masa Kerja

Dari hasil penelitian diperoleh 42 subyek penelitian yang bekerja

sebagai pandai besi di Desa Sungai Pinang, dengan masa kerja sebagai

berikut:

Tabel 4.4
Responden berdasarkan masa kerja

No. Masa Kerja F Persentase


(%)
1. < 5 tahun 9 21,4
2. 6 – 10 tahun 14 33,3
3. 15 – 20 tahun 19 45,2
Jumlah 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan masa kerja responden sebagai pandai besi di Desa

Sungai Pinang diperoleh masa kerja < 5 tahun sebanyak 21,4%, masa kerja

6-10 tahun sebanyak 33,3%, dan masa kerja 15-20 tahun sebanyak 45,2%.

e. Penggunaan APD

Dari hasil penelitian diperoleh 42 subyek penelitian sebagai

pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, dengan penggunaan alat

pelindung diri (APD) sebagai berikut:

Tabel 4.4
Responden berdasarkan penggunaan APD

No. Penggunaan APD F Persentase


(%)
1. Sarung Tangan, Masker, Kacamata 23 54,8
2. Kacamata dan Masker 19 45,2
Jumlah 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)
56

Berdasarkan penggunaan APD responden sebagai pekerja pandai

besi di Desa Sungai Pinang diperoleh masa penggunaan APD memenuhi

syarat sebanyak 54,8%, dan penggunaan APD tidak memenuhi syarat

sebanyak 45,2%.

f. Lama Kerja

Dari hasil penelitian diperoleh 42 subyek penelitian dengan lama

kerja sebagai pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:

Tabel 4.6
Responden berdasarkan lama kerja

No. Lama kerja F Persentase


(%)
1. > 5 jam 18 42,9
2. < 5 jam 24 57,1
Jumlah 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan lama jam kerja responden sebagai pekerja pandai

besi di Desa Sungai Pinang diperoleh lama jam kerja sesuai sebanyak

57,1% dan lama jam kerja tidak sesuai sebanyak 42,9%.

g. Tekanan Panas

Dari hasil penelitian diperoleh 42 subyek penelitian dengan

tekanan panas sebagai pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, sebagai

berikut:

Tabel 4.7
Responden berdasarkan tekanan darah

No. Tekanan panas F Persentase


(%)
1. Ringan 17 40,5
2. Berat 25 59,5
Jumlah 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)
57

Berdasarkan tekanan panas responden sebagai pekerja pandai besi

di Desa Sungai Pinang diperoleh tekanan panas ringan sebanyak 40,5%

dan tekanan panas berat sebanyak 59,5%.

h. Tekanan Darah

Dari hasil penelitian diperoleh 42 subyek penelitian memiliki

tekanan darah sebagai pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, sebagai

berikut:

Tabel 4.8
Responden berdasarkan tekanan darah

No. Tekanan darah F Persentase


(%)
1. Sesuai 18 42,9
2. Tidak sesuai 24 57,1
Jumlah 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan tekanan darah sebagai pekerja pandai besi di Desa

Sungai Pinang diperoleh tekanan darah sesuai sebanyak 42,9% dan

tekanan darah tidak sesuai 57,1%.

3. Analisis Statistik

a. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen (tekanan

darah) dan variabel independen dilakukan analisis bivariat. Variabel

independennya yaitu umur, lama kerja, pemakaian APD dan tekanan

panas. Analisis ini menggunakan uji Chi-square dengan tingkat

kemaknaan atau p value < 0,05 (CI 95%). Jika nilai p value < 0,05 maka

disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dependen

dengan variabel independen.


58

a) Hubungan antara umur dengan tekanan darah pada pekerja pandai

besi

Hasil analisis hubungan usia dengan tekanan darah pekerja pandai

besi di Desa Sungai Pinang, sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hubungan usia dengan tekanan darah pekerja pandai besi
di Desa Sungai Pinang

Tekanan darah
Tidak OR
Usia Sesuai Jumlah p value
sesuai (CI 95%)
N % N % N %
26-31 tahun 8 19,0 3 7,1 11 26,2 5.600
0,020*
32-40 tahun 10 23,8 21 50,0 31 73,8 (1.218-25.751)
Total 18 42,8 24 57,1 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan hasil penelitian dari uji statistik menggunakan uji chi

square didapatkan p value 0,020 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara usia pekerja dengan tekanan darah pada

pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang. Hasil analisis diperoleh pula

nilai OR sebesar 5,60 artinya pekerja pandai besi yang berusia 32-40

tahun mempunyai risiko 5.60 kali mengalami tekanan darah tidak sesuai

dibandingkan dengan pekerja pandai besi yang berusia antara 26-31

tahun.

b) Hubungan antara lama kerja dengan tekanan darah pada pekerja

pandai besi

Hasil analisis penelitian hubungan antara lama kerja dengan

tekanan darah pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, sebagai

berikut:
59

Tabel 4.10
Hubungan lama kerja dengan tekanan darah pekerja pandai besi
di Desa Sungai Pinang

Tekanan darah
Tidak OR
Lama kerja Sesuai Jumlah p value
sesuai (CI 95%)
N % N % N %
≤ 5 jam 16 38,0 8 19,0 24 57,1 16.000
0,000*
≥ 6 jam 2 4,9 16 38,0 18 42,9 (2.931-87.354)
Total 18 42,9 24 57,1 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan hasil penelitian dari uji statistik menggunakan uji chi

square didapatkan p value 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan tekanan darah pada

pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang. Hasil analisis diperoleh pula

nilai OR sebesar 16,0 artinya pekerja pandai besi yang lama kerja ≤ 5

jam mempunyai risiko 16,0 kali mengalami tekanan darah dibandingkan

dengan pekerja pandai besi yang lama kerja ≥ 6 jam kerja.

c) Hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah pekerja pandai

besi

Hasil analisis penelitian hubungan antara masa kerja dengan

tekanan darah pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, sebagai

berikut:
60

Tabel 4.11
Hubungan masa kerja dengan tekanan darah pekerja pandai besi
di Desa Sungai Pinang

Tekanan darah
Tidak OR
masa kerja Sesuai Jumlah p value
sesuai (CI 95%)
N % N % N %
≤ 10 tahun 12 28,5 11 26,1 23 54,7 2.364
0,179*
≥ 11 tahun 6 12,4 13 31,0 19 45,3 (0,666-8,391)
Total 18 42,9 24 57,1 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan hasil penelitian dari uji statistik menggunakan uji chi

square didapatkan p value 0,179 (p < 0,05) yang berarti bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan tekanan

darah pada pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang. Hasil analisis

diperoleh pula nilai OR sebesar 2,364 artinya pekerja pandai besi yang

masa kerja ≥ 11 tahun mempunyai risiko 2,36 kali tidak mengalami

tekanan darah dibandingkan dengan pekerja pandai besi yang memiliki

masa kerja < 10 tahun.

d) Hubungan antara pemakaian APD dengan tekanan darah pekerja

pandai besi

Hasil analisis penelitian hubungan antara pemakaian APD dengan

tekanan darah pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, sebagai

berikut:
61

Tabel 4.12
Hubungan pemakaian APD dengan tekanan darah pekerja pandai besi
di Desa Sungai Pinang

Tekanan darah
Pemakaian Tidak OR
Sesuai Jumlah p value
APD sesuai (CI 95%)
N % N % N %
Memenuhi
8 19,0 15 35,7 23 54,7
syarat
0,480
Tidak 0,245*
(0,138-1.665)
memenuhi 10 23,9 9 21,3 19 45,3
syarat
Total 18 42,9 24 57,1 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Pemakaian alat pelindung diri adalah pemakaian alat pelindung

diri yang dilakukan oleh pekerja pandai besi yang meliputi penggunaan

masker, kacamata, sarung tanggan, baju/kaos tanggan panjang, penutup

kepala/topi, dan sepatu boot. Pengkategorian pemakaian alat pelindung

diri ada 2 yaitu memenuhi syarat apabila minimal memakai 3 jenis APD

(masker, sarung tangan, dan kacamata) dan tidak memenuhi syarat

apabila tidak memakai alat pelindung diri atau menggunakan < 3 APD.

Berdasarkan hasil penelitian dari uji statistik menggunakan uji chi

square didapatkan p value 0,245 (p < 0,05) yang berarti bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian APD dengan

tekanan darah pada pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang. Hasil

analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 0,48 artinya pekerja pandai besi

yang memakai APD tidak memenuhi syarat mempunyai risiko 0,48 kali

tidak mengalami tekanan darah dibandingkan dengan pekerja pandai besi

yang memakai APD memenuhi syarat.


62

e) Hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja

pandai besi

Hasil analisis penelitian hubungan antara tekanan panas dengan

tekanan darah pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, sebagai

berikut:

Tabel 4.13
Hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pekerja pandai besi
di Desa Sungai Pinang

Tekanan darah
Tekanan Tidak OR
Sesuai Jumlah p value
Panas sesuai (CI 95%)
N % N % N %
Ringan 16 38,0 1 2,3 17 40,4 184.000
0,000* (15,350-
Berat 2 4,9 23 54,8 25 59,6
2205,574)
Total 18 42,9 24 57,1 42 100
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan hasil penelitian dari uji statistik menggunakan uji chi

square didapatkan p value 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara tekanan panas dengan tekanan darah

pada pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang. Hasil analisis diperoleh

pula nilai OR sebesar 184,000 artinya pekerja pandai besi yang memiliki

tekanan darah tidak sesuai mempunyai risiko 184 kali mengalami

tekanan panas berat dibandingkan dengan pekerja pandai besi tekanan

panas ringan.
63

4. Analisis Multivariat

Hasil analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel

independen yang dianggap dominan dengan kejadian variabel dependen.

Tujuannya adalah untuk menunjukkan diantara variabel independen variabel

independen (usia, lama kerja, masa kerja, penggunaan APD, dan tekanan

panas) yang merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan variabel

dependen tekanan darah pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang. Analisis

data dan pengujian terhadap masing-masing hipoteis dalam penelitian dibantu

menggunakan program SPSS versi 22 for windows dengan hasilnya sebagai

berikut:

a) Seleksi Variabel Independen dengan Analisis Bivariat

Pada tahap ini dilakukan seleksi terhadap variabel independen yang

terdiri dari usia, lama kerja, masa kerja, penggunaan APD dan tekanan

panas pada pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang. Analisis yang

digunakan untuk menyeleksi variabel independen ini adalah analisis

bivariat. Hasil seleksi menyatakan variabel usia, lama kerja, pemakaian

APD dan tekanan panas masing-masing memiliki p value < 0,25. Hal ini

menunjukkan bahwa empat variabel tersebut dapat masuk ke dalam

model multivariat (Dahlan, 2014; Riyanto, 2012). Nilai masing-masing

variabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


64

Tabel 14. Hasil Seleksi Variabel Independen

No Variabel Independen p value


1 Usia pekerja pandai besi 0,020
2 Lama kerja 0,000
3 Masa kerja 0,179
4 Pemakaian APD 0,245
5 Tekanan panas 0,000
Sumber: Hasil penelitian (2019)

Berdasarkan tabel 14 maka variabel yang dimasukkan ke dalam

model multivariat yaitu variabel usia, lama kerja, masa kerja,

penggunaan APD dan tekanan panas hal ini dikarenakan nilai p-value

dari variabel-variabel tersebut < 0,25. Kemudian dilakukan analisis

regresi logistik berganda, yaitu memasukkan semua variabel independen

dengan satu-persatu langkah, tanpa melewatkan kriteria kemaknaan

statistik tertentu. Model ini yang tepat atau sering digunakan karena

dalam pemodelan dapat melakukan pertimbangan aspek substansi.

Selanjutnya dilakukan analisis terhadap seluruh variabel yang

diikutsertakan dalam analisis multivariat.

b) Proses Permodelan Analisis Multivariat

Hasil analisis multivariat tahap pertama diperoleh variabel usia,

lama kerja, masa kerja, penggunaan APD dan tekanan panas memiliki p

value < 0,05. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 15.
65

Tabel 23. Hasil Analisis Multivariat

No Variabel p value OR CI 95%


1 Usia pekerja 0,027 5,600 1,218 – 25,51
2 Lama kerja 0,001 16,000 2,931 – 87,354
3 Masa kerja 0,183 2,364 0,666 – 8,391
4 Pemakaian APD 0,247 0,480 0,138 – 1,665
5 Tekanan panas 0,000 184,000 15,350 – 2205,574

Berdasarkan tabel 23 menunjukan hasil analisis regresi logistik diperoleh

variabel memiliki p value < 0,05 adalah usia, lama kerja, dan tekanan

panas. Sedangkan variabel masa kerja dan pemakaian memiliki p value >

0,05. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa variabel usia, lama

kerja, dan tekanan panas merupakan variabel yang paling dominan

berhubungan dengan tekanan darah pada pekerja pandai besi di Desa

Sungai Pinang.

B. Pembahasan

1. Pengaruh usia dengan tekanan darah pekerja pandai besi di Desa Sungai
Pinang

Variabel usia pekerja pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua

yaitu kelompok usia 26 – 31 tahun dan kelompok usia 32 – 40 tahu. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi tekanan darah tidak sesuai pada

pekerja pandai besi cenderung lebih banyak ditemukan pada kelompok 32-40

tahun dibandingkan kelompok 26-31 tahun. Analisis bivariat menunjukkan

bahwa usia pekerja memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan

darah pekerja (p = 0,027 < 0,05*) dengan nilai OR (Odds Ratio) sebesar
66

5,600 yang artinya pekerja pandai besi yang termasuk dalam kelompok 32-

40 tahun mempunyai peluang 5,600 kali mengalami tekanan darah yang tidak

sesuai dibandingkan dengan kelompok usia 26-31 tahun. Hasil analisis

multivariat, menunjukkan variabel usia dengan p value 0,027 (p < 0,05)

memiliki pengaruh terhadap tekanan darah pada pekerja pandai besi di Desa

Sungai Pinang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dari Bustan (1997) menyebutkan

ditemukan kecenderungan peningkatan tekanan darah menurut usia dan

biasanya pada usia ≥ 40 tahun. Hal ini disebabkan karena tekanan arterial

meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya regurtasi aorta, serta

adanya generatif yang lebih sering pada usia tua. Dari penelitian Dhaningtyas

dan Hendrati (2006) mengatakan bahwa pada umumnya penderita tekanan

darah adalah orang-orang berusia diatas 40 tahun, namun tidak menutup

kemungkinan diderita oleh usia muda. Sebagian besar prehipertensi terjadi

pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi di bawah usia 20 tahun

dan di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena usia produktif jarang

memperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang

sehat seperti merokok.

Usia merupakan lama seseorang hidup sejak lahir. Menurut Hartono

(2004), usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah.

Terjadi peningkatan dalam tekanan darah cenderung ditemukan pada usia >

40 tahun yang disebabkan oleh tekanan arterial yang mengalami peningkatan

seiring dengan bertambahnya usia, selain itu juga mengalami regurtasi aorta

dan adanya generatif (Bustan, 1997).


67

Berdasarkan hasil observasi, peningkatan tekanan darah yang dialami

oleh pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang dikarenakan sebagian besar

pekerja usia tua bekerja di bagian yang terpapar tekanan panas tidak

memenuhi syarat atau melebih Nilai Ambang Batas (NAB). Pekerja dengan

usia tua lebih berpotensi mengalami peningkatan tekanan darah diakibatkan

keelastisitas pembuluh darah yang semakin menurun. Apabila denyut jantung

meningkat maka darah akan dipompa ke seluruh tubuh, akan tetapi karena

tingkat kelenturan pembuluh darah menurun mengakibatkan tekanan darah

meningkat karena pembuluh darah tidak bisa melebar dengan baik.

2. Pengaruh lama kerja terhadap tekanan darah pekerja pandai besi Di


Desa Sungai Pinang

Variabel lama kerja pekerja pada penelitian ini dikategorikan menjadi

dua yaitu kelompok < 5 jam dan kelompok ≥ 6 jam. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa proporsi tekanan darah tidak sesuai pada pekerja pandai

besi cenderung lebih banyak ditemukan pada kelompok ≥ 6 jam dibandingkan

kelompok < 5 jam. Analisis bivariat menunjukkan bahwa lama kerja pekerja

memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan darah pekerja (p = 0,000

< 0,05*) dengan nilai OR (Odds Ratio) sebesar 16,000 yang artinya pekerja

pandai besi yang termasuk dalam kelompok lama kerja ≤ 6 jam mempunyai

peluang 16,000 kali mengalami tekanan darah yang tidak sesuai dibandingkan

dengan kelompok lama kerja < 5 jam. Hasil analisis multivariat,

menunjukkan p value 0,001 (p < 0,05) artinya variabel lama kerja memiliki

pengaruh terhadap tekanan darah pada pekerja pandai besi di Desa Sungai

Pinang.
68

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muchsin (2010) pada pekerja di bagian Weaving (Tenun) “Agung Saputra

Tex” Piyungan Bantul Yogyakarta di mana penelitian tersebut membuktikan

bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara lama kerja dengan

tekanan darah.

Lama kerja merupakan lamanya pekerja melakukan pekerjaannya

dalam satu hari. Lingkungan kerja panas membuat anggota tubuh

membutuhkan usaha tambahan untuk mempertahankan keseimbangan panas

dalam tubuh. Apabila pekerja terpapar terus menerus, maka akan mengakami

risiko terjadinya gangguan kesehatan (Dian dalam Sari, 2017).

Berdasarkan hasil observasi, pekerja pandai besi di Desa Sungai

Pinang bekerja > 6 jam dalam satu hari. Hal ini disebabkan oleh pesanan yang

diterima banyak sehingga pekerja melakukan produksi kerajinan pandai besi

lebih banyak. Peningkatan tekanan darah yang terjadi pekerja pandai besia

dikarenakan banyak pekerja yang bekerja melebihi 8 jam kerja. Hal ini tidak

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyatakan

bahwa dalam sehari seorang pekerja maksimal bekerja selama 8 jam kerja.

Menurut peneliti, seseorang pekerja yang bekerja melebihi jam kerja

atau lama kerja tidak memenuhi standar, maka pekerja tersebut terpapar

dengan tekanan panas lebih lama sehingga mengalami terjadinya peningkatan

tekanan darah yang kemudian akan menyebabkan hipertensi (tekanan darah

tinggi). Selain itu juga banyak pekerja yang tidak memaksimalkan waktu

beristirahat sehingga hal ini dapat meningkatkan tekanan darah pekerja

pandai besi di Desa Sungai Pinang.


69

3. Pengaruh masa kerja terhadap tekanan darah terhadap pekerja pandai


besi di Desa Sungai Pinang.

Variabel masa kerja pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu

kelompok < 10 tahun dan kelompok ≥ 11 tahun. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa proporsi tekanan darah yang tidak sesuai pada pekerja

pandai besi cenderung lebih banyak ditemukan pada kelompok masa kerja ≥

11 tahun dibandingkan kelompok masa kerja < 10 tahun. Analisis bivariat

menunjukkan bahwa lama kerja pekerja tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan tekanan darah pekerja (p = 0,179 < 0,05*) dengan nilai OR

(Odds Ratio) sebesar 2,364 yang artinya pekerja pandai besi yang termasuk

dalam kelompok masa kerja < 10 tahun mempunyai peluang 2,364 kali

mengalami tekanan darah yang sesuai dibandingkan dengan kelompok masa

kerja ≥ 11 tahun. Hasil analisis multivariat, menunjukkan p value 0,183 (p >

0,05) artinya variabel masa kerja tidak memiliki pengaruh terhadap tekanan

darah pada pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurmagfira (2016) pada pekerja pabrik tahu di Kelurahan Bara-Baraya Timur

Kecamatan Makassar Kota Makassar. Penelitian tersebut membuktikan

bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah pekerja di

mana dari 68 responden diperoleh 78,6% yang mengalami peningkatan

tekanan darah dengan kategori masa kerja lama.

Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya pekerja bekerja

semenjak pertama kali diterima di tempat kerja hingga penelitian ini

berlangsung. Berdasarkan data pekerja yang memiliki masa kerja lama lebih

banyak dibandingkan dengan pekerja yang memiliki masa kerja baru. Hal
70

tersebut dapat mempengaruhi pekerja baik secara positif maupun negatif.

Menurut Budiono (2003) dampak positif yang diperoleh pekerja adalah

semakin berpengalamannya seorang pekerja tersebut dalam melakukan

pekerjaannya sedangkan dampak negatifnya adalah pekerja akan mudah

mengalami gangguan kesehatan akibat keseringan terkena bahaya paparan

yang diterima oleh pekerja selama bekerja di lingkungan kerja.

Berdasarkan observasi peneliti, pekerja dengan masa kerja lama dapat

dikatakan mengalami paparan bahaya risiko dalam hal ini tekanan panas yang

tidak sesuai dengan standar atau Nilai Ambang Batas (NAB) >290C di tempat

kerja dalam waktu yang lama sehingga berisiko mengalami peningkatan

tekanan darah dan yang lebih parah lagi bisa mengalami penyakit hipertensi

(tekanan darah tinggi). Pada umumnya gangguan akibat tekanan darah

setelah bekerja secara kontinyu selama bertahun-tahun di tempat kerja yang

terpapar tekanan panas. Sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi

akibat terpapar panas dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan

komplikasi. Hal ini berarti pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang, yang

bekerja < 10 tahun memiliki risiko yang sama untuk terkena tekanan darah

yang tidak sesuai akibat lingkungan yang panas dengan pekerja telah bekerja

≥ 11 tahun. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang menyatakan

efek jangka panjang dari lingkungan yang panas terjadi sampai beberapa jam,

hari ataupun lebih lama dan dapat terjadi akibat efek komulatif dari stimulus

yang berulang. Efek jangka panjang terjadi akibat adanya pengaruh hormonal.

Efek ini dapat berupa gangguan homeostatis tubuh karena hilangnya

keseimbangan simpatis dan para simpatis yang secara klinis dapat berupa
71

keluhan psikosomatik akibat gangguan saraf otonom, serta aktivasi hormon

kelenjar adrenal seperti hipertensi, distrimia jantung dan sebagainya.

4. Pengaruh pemakaian APD terhadap tekanan darah terhadap pekerja


pandai besi di Desa Sungai Pinang.

Variabel pemakaian APD pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua

yaitu kelompok memenuhi syarat dan kelompok tidak memenuhi syarat. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi tekanan darah yang tidak sesuai

pada pekerja pandai besi cenderung lebih banyak ditemukan pada kelompok

yang memenuhi syarat pemakaian APD dibandingkan kelompok tidak

memenuhi syarat. Analisis bivariat menunjukkan bahwa pemakaian APD

pekerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan darah

pekerja (p = 0,245 < 0,05*) dengan nilai OR (Odds Ratio) sebesar 0,480 yang

artinya pekerja pandai besi yang termasuk dalam kelompok tidak memenuhi

syarat pemakaian APD mempunyai peluang 0,48 kali tidak mengalami

tekanan darah dibandingkan dengan kelompok yang memenuhi syarat. Hasil

analisis multivariat, menunjukkan p value 0,247 (p > 0,05) artinya variabel

pemakaian APD tidak memiliki pengaruh terhadap tekanan darah pada

pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti di

mana ditemukan bahwa tidak ada hubungan dan pengaruh yang signifikan

antara pemakaian APD dengan tekanan darah. Berdasarkan observasi peneliti,

hal ini disebabkan karena APD yang digunakan pekerja pandai besi kurang

memenuhi standar serta cara pemakaiannya yang kurang benar di samping

juga karena terlalu sedikit responden yang memakai APD. Banyaknya pekerja
72

pandai besi yang tidak menggunakan APD, merasa terganggu saat bekerja

terlebih ketika mereka juga harus berkomunikasi selama bekerja dengan

sesama pekerja.

5. Pengaruh tekanan panas terhadap tekanan darah terhadap pekerja


pandai besi di Desa Sungai Pinang

Variabel tekanan panas di lingkungan kerja dalam penelitian ini

dikategorikan menjadi dua yaitu kelompok tekanan panas berat dan kelompok

tekanan panas ringan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi

tekanan darah tidak sesuai pada pekerja pandai besi cenderung lebih banyak

ditemukan pada kelompok tekanan panas berat dibandingkan kelompok

tekanan panas ringan. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tekanan panas

dilingkungan pekerja memiliki hubungan yang bermakna dengan tekanan

darah pekerja (p = 0,000 < 0,05*) dengan nilai OR (Odds Ratio) sebesar

184,000 yang artinya pekerja pandai besi yang termasuk dalam kelompok

tekanan panas berat mempunyai peluang 184,000 kali mengalami tekanan

darah yang tidak sesuai dibandingkan dengan kelompok tekanan panas

ringan. Hasil analisis multivariat, menunjukkan p value 0,000 (p < 0,05)

artinya variabel tekanan panas memiliki pengaruh terhadap tekanan darah

pada pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sugiyarto (2011) yang menunjukkan ada korelasi yang kuat antara tekanan

panas dengan tekanan darah terhadap pekerja di Unit Weaving PT. Dan Liris

Sukoharjo Tahun 2011. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Musthofa

(2013) menyatakan tidak ada perbedaan antara tekanan panas dengan tekanan
73

darah pada tenaga kerja bagian produksi pengecoran logam di Koperasi Batur

Jaya Ceper Klaten Tahun 2012.

Tekanan panas merupakan gabungan dari kelembaban udara, suhu

udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Sumber tekanan panas berasal dari

iklim, alat atau mesin produksi dan kerja otot manusia. Tekanan panas dapat

mempengaruhi kecepatan denyut jantung atau nadi, tekanan darah, daya

konsentrasi, dan ketahanan fisik. Perubahan yang terjadi pada suhu

lingkungan kerja baik terjadi peningkatan maupun penurunan dapat

mempengaruhi tekanan darah pekerja (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan observasi peneliti, bahwa pada lingkungan kerja pandai

besi memiliki tekanan panas yang tidak memenuhi syarat atau melebih Nilai

Ambang Batas (NAB) mempengaruhi tekanan darah. Hal tersebut sesuai

dengan teori yang dinyatakan Grandjean (1997) dimana efek fisiologis yang

diterima oleh tubuh akibat suhu lingkungan yang tinggi yaitu adanya

peningkatan terhadap denyut jantung, kelelahan, tekanan darah, aliran darah

pada kulit, produksi keringat yang berlebihan, suhu inti, serta adanya

penurunan terhadap aktivitas organ pencernaan.

6. Faktor dominan yang berhubungan dengan tekanan darah pekerja


pandai besi

Faktor dominan yang berhubungan dengan tekanan darah diperoleh

dari hasil analisis multivariat yaitu regresi logistik ganda. Dari proses analisis

multivariat hanya ada tiga variabel yang secara bermakna berhubungan

dengan tekanan panas pekerja pandai besi yaitu usia, lama kerja, dan tekanan

panas. Dari ketiga variabel tersebut, dengan melihat nilai OR setiap variabel
74

maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan

dengan tekanan darah pekerja pandai besi yaitu tekanan panas karena

memiliki nilai OR paling besar.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah masih ada faktor-faktor yang

mempengaruhi tekanan darah yang masih belum di teliti seperti aktivitas fisik,

jenis kelamin, stres, status gizi, dan kebisingan serta hubungan dengan penyakit

lainnya. Sehingga peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutnya agar dapat

meneliti faktor-faktor lainnya.


75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis variabel yang diteliti tentang

pengaruh umur, lama kerja, masa kerja, penggunaan APD, serta lingkungan kerja

seperti tekanan panas terhadap tekanan darah pada pekerja pandai besi di Desa

Sungai Pinang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh usia terhadap tekanan darah pekerja pandai besi di Desa

Sungai Pinang dengan p value 0,027 (p < 0,05).

2. Terdapat pengaruh lama kerja terhadap tekanan darah pekerja pandai besi di

Desa Sungai Pinang dengan p value 0,001 (p < 0,05).

3. Tidak terdapat pengaruh masa kerja terhadap tekanan darah pekerja pandai

besi di Desa Sungai Pinang dengan p value 0,183 (p > 0,05).

4. Tidak terdapat pengaruh penggunaan APD terhadap tekanan darah pekerja

pandai besi di Desa Sungai Pinang dengan p value 0,247 (p > 0,05).

5. Terdapat pengaruh tekanan panas terhadap tekanan darah pekerja pandai besi

di Desa Sungai Pinang dengan p value 0,000 (p < 0,05).

6. Terdapat pengaruh dominan usia, lama kerja, dan tekanan panas terhadap

tekanan darah pekerja pandai besi di Desa Sungai Pinang.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peniliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut:


76

1. Bagi instansi

Instansi terkait seperti Puskesmas dapat melakukan pengukuran suhu panas

secara rutin terkait terutama pada lingkungan kerja pekerja pandai besi agar

tidak melebihi NAB.

2. Bagi Pekerja

Pekerja pandai besia sebaiknya dapat menggunakan waktu istirahat yang

dengan maksimal agar tubuh mengalami rileksasi dan tidak membuat jantung

bekerja keras terus-menerus akibat dari banyaknya akitivitas yang dilakukan

pada saat bekerja.

Вам также может понравиться