Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BLOK X
TAHUN AJARAN 2017-2018
0
Kegunaan mempelajari sefalometri:
1. Mempelajari pertumbuhan craniofacial
2. Melakukan diagnosa/analisa kelainan craniofacial
3. Mempelajari tipe facial
4. Merencanakan suatu perawatan ortodonti
5. Mengevaluasi kasus yg sudah dirawat
6. Untuk penelitian
2
3. Siapkan viewer, kertas asetat (bila menggunakan foto rontgen non digital)
atau plastik mika bila menggunakan foto rontgen digital, pensil 3H, isolasi,
penghapus pensil, pulpen marker ukuran F 2 warna,
4. Posisikan sefalogram dengan posisi kepala menghadap ke kiri
5. Beri identitas pada kertas asetat/ plastik mika (OP, OS, sex, usia, tanggal
pemotretan)
6. Titik untuk menandai bagian tertentu cukup dibuat sekecil mungkin
7. Buat tanda ”cross” dengan pensil/ pulpen marker di bagian supero-anterior
dan postero-inferior pada sefalogram (sebagai pemandu/ acuan penapakan)
8. Rekatkan kertas asetat/ plastik mika di atas sefalogram dengan
menggunakan isolasi di bagian atas saja (agar kertas asetat/ plastik mika
mudah diangkat)
9. Awali dengan menapaki kontur kepala terluar hingga ke profil wajah (jaringan
lunak)
10. Lanjutkan dengan menapaki jaringan keras pada kontur kepala, dari posterior
menuju anterior
11. Temukan spina nasalis untuk menemukan titik N (bagian teranterior dari
sutura frontonasalis) radiolusen
12. Perhatikan regio pelipis untuk menemukan outline pituitary fossa (Sella
tursica) yang berbentuk ”S”. Buat titik pada pertengahan daerah tersebut
untuk ditandai sebagai titik S
13. Menyusuri tepi posterior rongga orbita ke arah inferio-anterior akan
ditemukan foramen infra-orbitalis. Biasanya bersinggungan dengan outline
superior dari sinus maksilaris. Sering ditemukan 2 (dua) titik foramen infra
orbitalis. Dapat dipilih bagian yang terinferior atau mengambil
pertengahannya, untuk dijadikan titik O
14. Untuk membuat sefalogram biasanya dipasangkan sefalostat pada daerah
telinga (lingkaran radioopak). Dekat dengan daerah tersebut dapat
ditemukan foramen meatus akustikus eksternus (radiolusen). Bagian
tersuperior dari rongga tersebut ditandai sebagai titik Po. Biasanya posisi
porion setinggi kepala kondilus.
3
15. Buatlah gambaran gigi insisif atas dan bawah sesuai anatominya. Pilih gigi
yang paling prominen sebagai patokan (bila inklinasi insisif satu atas kiri dan
kanan berbeda)
16. Perhatikan regio maksila untuk menemukan bentuk dari Os maksila. Titik
paling posterior dari palatum durum ditandai sebagai titik PNS, mengarah ke
anteior pada ujung nasal spine ditandai sebagai titik ANS
17. Dari ANS dapat dibuat garis tepi anterior dari premaksila (mencekung)
mengarah ke servikal gigi insisif satu atas. Bagian tercekung dari kontur
tersebut ditandai sebagai titik A. Biasanya posisi titik A setinggi apeks insisif
satu atas. Dilanjutkan dengan membuat dasar palatum dari serviko-palatal
insisif satu atas ke posterior (di titik PNS).
18. Dari serviko-labial insisif satu bawah ke arah infero-anterior akan diperoleh
outline cekungan. Bagian tercekung dari regio tersebut ditandai sebagai titik
B. Berlanjut membentuk outline dagu dan membentuk simpisis mandibula
berakhir di serviko-lingual gigi insisif satu bawah.
19. Bagian paling anterior dari kontur dagu ditandai sebagai titik Pg, bagian
paling inferior dari dagu ditandai sebagai titik Me, dan pada pertengahan
kedua titik tersebut ditandai sebagai titik Gn
20. Ingatlah bagaimana bentuk mandibula. Diawali dengan membuat kepala
kondilus kearah postero-inferior untuk mendapatkan outline ramus
mandibula, dilanjutkan dengan korpus mandibula. (Bila ditemukan dua buah
outline, dapat dipilih mana yang lebih tegas, atau dapat membuat garis
putus-putus diantara dua outline tersebut untuk dijadikan sebagai dasar
mandibula). Lanjutkan dengan menbuat prosesus koronoideus pada bagian
anterior dari kepala kondilus.
21. Buatlah garis yang menyinggung tepi posterior mandibula. Buatlah garis yang
menyinggung tepi inferior mandibula (dengan menghubungkan titik paling
infero-posterior dan infero-anterior=Me). Perpotongan kedua garis tersebut
(berupa sudut) lalu sudut tersebut diproyeksikan ke N. Singgungan pada regio
angulus mandibula ditandai sebagai titik Go
4
22. Lakukan penapakan pada tepi inferior basis cranii dan posterior dari Os.
Occipitale, berhubungan dengan margin anterior foremen magnum dan
tandai titik paling inferior sebagai Ba
23. Pada pertemuan batas inferior basis cranii dan tepi posterior kondilus tandai
sebagai titik Ar
24. Pada daerah superior dari PNS, dan tepat di atas dari prosesus koronoideus
akan ditemukan fisura yang berbentuk seperti tetesan air mata terbalik,
tandai titik paling superior sebagai PTM
25. Buatlah anatomi molar satu atas dan bawah sesuai oklusi yang dimiliki pasien
(dapat dibantu dengan model studi kalau ada). Oklusi pada daerah molar satu
dan insisif satu dapat menggambarkan bidang oklusi
26. Pada dahi, bagianpaling prominent(jaringan lunak)ditandai sebagai titik (G)
27. Pada bagian terujung hidung (jaringan lunak) ditandai sebagai titik Pr
28. Pada bibir atas paling prominent ditandai sebagaititik Ls
29. Pada bibir bawah paling prominent ditandai sebagaititik Li
30. Pada dagu bagianpaling prominent ditandai sebagai titik Pog
31. Setelah menemukan titik-titik di atas lakukan pembuatan garis-garis yang
dibutuhkan untuk menentukan nilai SNA, SNB, ANB, FMPA, NA-Pg, I-SN,
IMPA, FMIA. dari pasien
32. Terakhir buatlah kesimpulan analisa sefalometri.
5
(Normal / >Normal / < Normal)
Inklinasi insisif bawah terhadap bidang
FMIA 65º 2º
Frankfort. (Normal/ Protrusif/ Retrusif)
o o
NaPg 0º- 0 -5 Profil skeletal (Lurus/Cembung/Cekung)
Inklinasi insisif atas terhadap basis kranii
I-SN 104º 6º
(Normal/ Protrusif/ Retrusif)
IMPA 90º 2º Inklinasi insisif bawah terhadap bidang
mandibula (Normal/ Protrusif/ Retrusif)
Posisi bibir atas terhadap Esthetic Line(dalam
Ls-PrPog 2 2
mm)
Posisi bibir bawah terhadap Esthetic
Li-PrPog 4 2
Line(dalam mm)
6
10. Sumbu Y (Y axis) : garis yang ditarik dari S ke Gn (S-Gn), menunjukkan
arah pertumbuhan wajah (ke depan atau ke bawah)
11. Bimaksilari prognatism : bila maksila dan mandibula protruded
12. Bimaksilari retrognatism : bila maksila mandibula retruded
13. Bimaksialri dental protrusion : bila insisif atas dan bawah protrusif
14. Bimandibulari dental retrusion : bila insisif atas dan bawah retrusif
Nama operator :
NIM :
Nama pasien :
Jenis kelamin pasien :
7
9. Posisi bibir atas : (Di depan/ Di Belakang/normal)
Esthetic Line
10. Posisi bibir bawah : (Di depan/ Di Belakang/ normal)
Esthetic Line
Kesimpulan:
( )