Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ARTIKEL
Oleh:
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama
12.302.0153
Email : duhitanty.utama@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagian dari pisang klutuk baik yang tidak
dikukus maupun yang dikukus yang memiliki kandungan aluminium paling tinggi. Sampel yang
diteliti adalah bagian kulit, daging, serta biji pisang klutuk (Musa Balbisiana colla) yang tidak
dikukus dan yang dikukus. Penetapan kadar aluminium dilakukan dengan metode titrasi
kompleksometri.
Hasil penetapan kadar aluminium dari masing-masing sampel yaitu sampel A (kulit pisang
klutuk mature yang tidak dikukus) = 0,354%, sampel B (daging pisang klutuk mature yang tidak
dikukus) = 0,405%, sampel C (biji pisang klutuk mature yang tidak dikukus) = 0,473%, sampel D
(kulit pisang klutuk mature yang dikukus = 0,343%, sampel E (daging pisang klutuk mature yang
dikukus) = 0,078%, sampel F (biji pisang klutuk mature yang dikukus) = 0,372%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel C (biji pisang klutuk mature yang tidak
dikukus) merupakan sampel yang memiliki kandungan aluminium paling tinggi yaitu sebesar
0,473%, dan perlakuan pengukusan pada sampel mempengaruhi kandungan aluminium yang
terkandung pada pisang klutuk.
1
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
2
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
3
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
Sampel pisang klutuk dipisahkan bagian kulit dari hijau muda menjadi kuning.
tangkainya serta dibersihkan kulitnya Semakin matang pisang klutuk maka
dari kotoran dengan menggunakan lap semakin rendah tingkat kekerasannya.
basah. Selanjutnya pisang klutuk yang Aroma dari pisang klutuk mature tidak
telah bersih dipisahkan setiap bagiannya tercium bau khas dari pisang, namun
yaitu daging, biji serta kulitnya. Masing- semakin matang aroma khas pisang
masing bagian pisang klutuk ditimbang semakin kuat. Pisang klutuk mature
sebanyak 10 gram. Setelah terpisah akan memproduksi getah yang keluar
sampel dilakukan destruksi kering dari kulitnya dan terus menurun
(pengabuan). Hasil dari pengabuan kadarnya hingga tahap ripening atau
digunakan sebagai sampel untuk titrasi pada usia 15 minggu. Setelah pisang
kompleksometri. klutuk mencapai usia 15 minggu maka
b) Analisis Kuantitatif Aluminium ia akan menghentikan produksi getah di
pada Pisang Klutuk yang Dikukus kulitnya. Biji yang terdapat pada pisang
Analisis kuantitatif yang akan klutuk mature berwarna serupa dengan
digunakan dalam penentuan kadar dagingnya dan memiliki tekstur lunak,
aluminium pada pisang klutuk yang seiring kematangannya biji pada pisang
dikukus yaitu metode Titrasi klutuk semakin tampak dengan warna
Kompleksometri. Analisis ini bertujuan semakin gelap dan membentuk lapisan
untuk mengetahui kadar aluminium luar biji dan membesar hingga pada
yang terkandung dalam setiap bagian tahap ripening biji akan tampak
buah pisang klutuk yang dikukus. berwarna hitam.
Sampel pisang klutuk dipisahkan bagian Pematangan diartikan sebagai
tangkainya serta dibersihkan kulitnya perwujudan dari mulainya proses
dari kotoran dengan menggunakan lap kelayuan dimana organisasi antar sel
basah. Pisang yang telah dibersihkan menjadi terganggu. Gangguan ini
dipisahkan setiap bagiannya yaitu merupakan pelopor dari kegiatan
daging, biji serta kulitnya kedalam hidrolisa substrat oleh campuran enzim-
cawan porselen. Masing-masing bagian enzim yang ada didalamnya. Selama
pisang klutuk ditimbang sebanyak 10 proses hidrolisa terjadi pemecahan
gram. Selanjutnya dilakukan khlorofil, pati, pektin, dan tanin. Dari
pengukusan pada suhu 60-80oC selama hasil pemecahan senyawa-senyawa
15 menit. Setelah sampel dikukus tersebut akan terbentuk bahan-bahan
kemudian dilanjutkan dengan destruksi seperti etilen, pigment, flavor, energi
kering (pengabuan). Hasil dari dan polipeptida (Muchtadi, 2010).
pengabuan digunakan sebagai sampel Selama proses pematangan terjadi
untuk titrasi kompleksometri. perubahan-perubahan warna dari hijau
menjadi kuning atau merah; rasa asam
HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi manis; tekstur menjadi lebih
Penelitian pendahuluan ini lunak; terbentuknya vitamin-vitamin;
meliputi hasil identifikasi kematangan dan timbulnya aroma yang khas karena
pisang klutuk yang akan digunakan terbentuknya senyawa-senyawa volatil
dalam analisis kualitatif Aluminium, (Muchtadi, 2010).
sehingga diperoleh jenis pisang klutuk Warna bahan pangan secara alami
yang terdeteksi mengandung aluminium. disebabkan oleh senyawa organik yang
a) Identifikasi Kematangan Pisang disebut pigmen. Di dalam sayuran dan
Klutuk buah-buahan terdapat empat kelompok
Berdasarkan hasil pengamatan pigmen yaitu khlorofil, karotenoid,
didapat bahwa indikator kematangan antosianin, dan antoksantin. Selain itu
pisang klutuk adalah berubahnya warna terdapat pula kelompok senyawa
4
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
polifenol yang disebut tannin, yang naiknya jumlah pektin yang larut air
asalnya tidak berwarna tetapi bila (Muchtadi, 2010).
bereaksi dengan logam atau teroksidasi Kelayuan adalah suatu tahap
dapat memberikan warna coklat normal yang selalu terjadi dalam siklus
kehitaman, dan juga rasa sepat kehidupan tanaman. Dapat pula
(astringency) (Muchtadi, 2010). diartikam sebagai suatu tahap kelayuan
Khlorofil banyak terdapat pada buah-buahan yang terjadi setelah proses
buah-buahan yang berwarna hijau. Pada pematangan, akan tetapi kelayuan
buah-buahan yang masih muda, jumlah (senescence) dapat pula terjadi tanpa
khlorofil relatif lebih banyak melalui tahap pematangan, yaitu bila
dibandingkan dengan karotenoid terjadi suatu kerusakan pada buah-
sehingga buah berwarna hijau. Selama buahan tersebut (Muchtadi, 2010).
proses pematangan buah, akan terjadi Terjadinya bunga pada
degradasi khlorofil dan muncul tanaman dapat mempercepat
berwarna dari pigmen-pigmen lain, berlangsungnya senescence karena
sehingga buah berubah warnanya adanya mobilitas zat-zat makanan untuk
menjadi kuning (Muchtadi, 2010). pertumbuhan biji (buah) (Muchtadi,
Pada umumnya sebagian besar 2010).
buah-buahan, menghilangnya warna Gejala-gejala kelayuan pada
hijau merupakan pertanda kematangan. tanaman ditandai dengan mulai
Selama pematangan kandungan menguningnya daun, perontokan daun
khlorofil pada buah menurun secara dan buah dan bagian bunga, pematangan
perlahan. Hilangnya warna hijau pada buah serta pengurangan daya tahan
buah, mungkin karena terjadinya terhadap penyakit. Beberapa hormon
oksidasi atau penjenuhan terhadap yang berperan mempengaruhi proses
ikatan rangkap molekul khlorofil senescence adalah auksin, etilen,
(Muchtadi, 2010). giberelin, asam absisat, dan sitokinin
Senyawa kimia utama dalam (Muchtadi, 2010).
aroma buah adalah ester dari alkohol b) Analisis Kualitatif Aluminium
alifatik dan asam-asam lemak berantai Analisis kualitatif aluminium
pendek. Senyawa volatil diproduksi dan pada pisang klutuk bertujuan untuk
dikeluarksn oleh buah hanya apabila mengetahui jenis pisang klutuk yang
buah mulai matang (Muchtadi, 2010). terdeteksi mengandung aluminium pada
Pematangan akan menyebabkan dua titik kematangan yang berbeda yaitu
naiknya kadar gula sederhana untuk pisang klutuk mature (usia 3 bulan
memberikan rasa manis, penurunan setelah tumbuh jantung pisang) dan
kadar asam organik senyawa fenolik pisang klutuk ripe (usia 4 bulan setelah
untuk mengurangi rasa asam dan sepet, tumbuh jantung pisang) seperti yang
serta kenaikan produksi zat-zat volatil terlihat pada Gambar 1.
untuk memberikan flavor karakteristik
buah (Muchtadi, 2010).
Tekanan turgor sel selalu
berubah selama proses perkembangan
dan pematangan. Perubahan ini
umumnya disebabkan karena komposisi
dinding sel berubah. Adanya perubahan
ini mempengaruhi kekerasan buah, bila
(a) (b)
buah matang. Pengempukan buah
disebabkan menurunnya jumlah Gambar 1. (a) Pisang Klutuk Mature, (b)
protopektin yang tidak larut air dan Pisang Klutuk Ripe
5
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
6
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
bila ada serta asam tartarat, asam sitrat, daging, serta biji pisang klutuk mature
asam sulfosalisilat, asam malat, gula, yang tidak dikukus dengan yang dikukus
dan lain-lain senyawa hidroksi organik, yang mengandung kadar aluminium
karena pembentukan garam-garam tertinggi.
kompleks yang larut. Maka zat-zat Penelitian utama yaitu analisis
organik ini harus diuraikan dengan kuantitatif yang dilakukan untuk
pemijaran perlahan-lahan atau dengan mengetahui kandungan aluminium
menguapkan dengan asam sulfat pekat tertinggi pada bagian kulit, daging serta
atau asam nitrat pekat sebelum biji pisang klutuk mature baik yang
aluminium dapat diendapkan dalam tidak dikukus maupun yang dikukus.
pengerjaan analisis kualitatif yang biasa Masing-masing bagian pisang klutuk
(Svehla, 1979). terlebih dahulu dilakukan destruksi
Reaksi ion aluminium dengan kering yaitu pengabuan untuk
larutan ammonium yaitu menghasilkan selanjutnya diuji kadar aluminiumnya
endapan putih seperti gelatin dimana dengan menggunakan metode titrasi
aluminium hidroksida Al(OH)3, yang kompleksometri.
larut sedikit dalam reagensia berlebihan. a) Kadar Abu
Kelarutan berkurang dengan adanya Berdasarkan hasil analisis
garam-garam ammonium, disebabkan kadar abu didapatkan bahwa pada
oleh efek ion sekutu (suatu ion yang sampel A yaitu kulit pisang klutuk
juga merupakan salah satu bahan mature yang tidak dikukus dan sampel B
endapan). Sebagian kecil endapan yaitu daging pisang klutuk mature yang
masuk ke dalam larutan sebagai tidak dikukus menghasilkan kadar abu
aluminium hidroksida koloid (sol sebesar 0,80%, pada sampel C yaitu biji
aluminium hidroksida): sol ini pisang klutuk mature yang tidak dikukus
berkoagulasi pada pendidihan atau pada menghasilkan kadar abu sebesar 0,90%,
penambahan garam-garam yang larut pada sampel D yaitu kulit pisang klutuk
(misalnya: ammonium klorida), dengan mature yang dikukus menghasilkan
menghasilkan endapan aluminium kadar abu sebesar 0,91%, pada sampel E
hidroksida, yang dikenal sebagai gel yaitu daging pisang klutuk mature yang
aluminium hidroksida. Untuk menjamin dikukus menghasilkan kadar abu sebesar
pengendapan yang sempurna dengan 0,69%, sedangkan pada sampel F yaitu
larutan ammonia, larutan aluminium itu biji pisang klutuk mature yang dikukus
ditambahkan dengan sedikit berlebihan, yaitu sebesar 0,70%. Hasil analisis kadar
dan campuran dididihkan sampai cairan abu pada sampel pisang klutuk dapat
sedikit berbau ammonia. Bila baru dilihat pada Tabel 2.
diendapkan, ia mudah melarut dalam
Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Abu pada
asam kuat dan basa kuat, tetapi setelah
Sampel Pisang Klutuk Mature
dididihkan ia menjadi sangat sedikit
Kode
larut (Svehla, 1979).
Sampe Bagian Perlakuan % Abu
Al3+ + 3NH3 + 3H2O Al(OH)3↓ + 3NH4+ l
Berdasarkan hasil analisis diatas A Kulit 0,80 %
Tidak
maka dapat disimpulkan bahwa sampel B Daging 0,80 %
dikukus
yang terpilih merupakan sampel yang C Biji 0,90 %
diduga mengandung lebih banyak D Kulit 0,91 %
aluminium yaitu sampel pisang klutuk E Daging Dikukus 0,69 %
mature. Dengan terpilihnya sampel F Biji 0,70 %
tersebut maka selanjutnya akan Kadar abu ada hubungannya
ditentukan kadar aluminiumnya untuk dengan mineral suatu bahan. Mineral
dibandingkan antara bagian kulit,
7
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
yang terdapat dalam suatu bahan dapat kurang stabil, maka perlakuan ini tidak
merupakan dua macam garam yaitu memberikan hasil yang baik. Contoh
garam organik dan garam anorganik. yang telah didestruksi, baik destruksi
Yang termasuk dalam garam organik basah maupun kering dianalisis
misalnya garam-garam asam mallat, kandungan logamnya (Kristianingrum,
oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam 2012).
anorganik antara lain dalam bentuk b) Analisis Kuantitatif Aluminium
garam fosfat, karbonat, khlorida, sulfat, Penetapan kadar aluminium
nitrat (Sudarmadji, 2010). dilakukan secara kuantitatif yaitu
Selain kedua garam tersebut, menggunakan metode titrasi
kadang-kadang mineral berbentuk kompleksometri. Kadar aluminium
sebagai senyawaan kompleks yang dalam sampel ditentukan berdasarkan
bersifat organis. Apabila akan jumlah titrasi kembali sampel.
ditentukan jumlah mineralnya dalam Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
bentuk aslinya adalah sangat sulit, oleh kadar aluminium dalam sampel yang
karenanya biasanya dilakukan dengan dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
menentukan sisa-sisa pembakaran garam
Tabel 3. Hasil Analisis Kadar
mineral tersebut, yang dikenal dengan
Aluminium pada Pisang Klutuk
pengabuan (Sudarmadji, 2010).
Mature
Pengbuan merupakan perusakan
Kode
oksidatif dari bahan organik sebelum Bagian Perlakuan % Al
Sampel
penetapan suatu analit anorganik.
A Kulit 0.354 %
Seringkali digunakan untuk Tidak
menghilangkan efek matriks dengan B Daging 0.405 %
dikukus
sampel seperti makanan dan bahan C Biji 0.473 %
hayati (Day and Underwood, 1999) D Kulit 0.343 %
Untuk menentukan kandungan E Daging Dikukus 0.078 %
mineral bahan makanan, bahan tersebut F Biji 0.372 %
harus dihancurkan / didestruksi terlebih Berdasarkan Tabel 3 di atas,
dulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu masing-masing sampel memiliki kadar
pengabuan kering (dry ashing) dan aluminium yang bervariasi, diantaranya:
pengabuan basah (wet ashing). sampel pisang klutuk yang tidak dikukus
Pemilihan cara tersebut tergantung pada secara umum memiliki rata - rata kadar
sifat zat organik dalam bahan, mineral aluminium yang lebih tinggi
yang akan dianalisa serta sensitivitas dibandingkan sampel pisang klutuk yang
cara yang digunakan (Yenrina, 2015). dikukus. Berdasarkan hasil analisis
Destruksi kering merupakan seluruh sampel didapat bahwa sampel C
perombakan organik logam di dalam yang merupakan biji pisang klutuk
sampel menjadi logam-logam anorganik mature yang tidak dikukus adalah
dengan jalan pengabuan sampel dalam sampel yang menunjukkan kadar
muffle furnace dan memerlukan suhu aluminium tertinggi (0,473%). Pada
pemanasan tertentu. Pada umumnya urutan kedua terdapat sampel B yang
dalam destruksi kering ini dibutuhkan merupakan daging pisang klutuk mature
suhu pemanasan antara 400-800oC, yang tidak dikukus (0,405%), kemudian
tetapi suhu ini sangat tergantung pada urutan selanjutnya terdapat sampel F
jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk yang merupakan biji pisang klutuk
menentukan suhu pengabuan dengan mature yang dikukus (0,372%),
system ini terlebih dahulu ditinjau jenis selanjutnya sampel A yaitu kulit pisang
logam yang akan dianalisis. Bila oksida- klutuk mature yang tidak dikukus
oksida logam yang terbentuk bersifat (0,354%), selanjutnya sampel D yaitu
8
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
9
Rd. Duhita Diantiparamudita Utama (123020153)
Analisis Aluminium pada Pisang Klutuk (Musa Balbisiana Colla)
10