Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FEVER
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DENGUE HEAMORRHAGIC FEVER
Memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Anak 1
yang dibina olehIbu Triana Setijaningsih, S.Pd., M.Kes.
Oleh
Tika Permatasari Saputri
1201300001
***
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEAMORRHAGIC FEVER
Sesuai dengan patokan yang disebut terdahulu, WHO (1975) membagi derajat penyakit DHF
dalam empat derajat, yaitu sebagai berikut.
4. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang sangat gelisah. Obat
yang hipatoksik sebaiknya dihindari, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis
12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat hipnotik.
5. Terapi oksigen
6. Transfusi darah
7. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk menilai
hasil pengobatan.
8. Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
a. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
b. Nafsu makan membaik.
c. Tampak perbaikan secara klinis.
d. Hematokrit stabil.
e. Tiga hari setelah syok teratasi.
f. Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3
g. Tidak disertai distress pernapasan.
h. Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF (Dit.Jen.P3M., Dep. Kes. R.I., 1976) ialah sebagai
berikut.
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan
pemberantasan vector pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF/DSS.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vector pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremi sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vector di pusat daerah penyebaran, yaitu sekolah dan rumah
sakit, termasuk pula daerah penyangga di sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vector di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
Pencegahan DBD mencakup:
1. Pemberantasan nyamuk dewasa
Upayakan membersihkan tempat-tempat yang disukai oleh nyamuk (misalnya menggantung
baju bekas pakai), pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah, penyemprotan
dengan zat kimia, pengasapan dengan insektisida (fogging), menembus daur hidup dengan
menggunakan ikan cupang di tempat penampungan air.
2. Pemberantasan jentik nyamuk
Dengan melakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) artinya kuras bak mandi
seminggu sekali, tutup tempat penyimpanan air dengan rapat, kubur kaleng bekas pada kolam
ataua tempat penampungan air yang sulit dikuras dapat ditularkan bubuk Abate.
Pedoman penggunaan bubuk Abate (abatisasi): 1 sendok makan peres (10 g) untuk 100 liter air.
Dinding jangan disikat setelah ditaburi abate bubuk abate akan menempel di dinding bak
atau tempayan kolam. Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulan.
3. Penyuluhan bagi masyarakat
Karena DBD belum ada obat yang dapat membunuh virus dengue ataupun vaksin DBD, maka
upaya untuk pencegahan DBD sangatlah penting.Gerakan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) sangatlah penting untuk pencegahan DBD.Gerakan PSN harus dilakukan secara
bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat baik di rumah, di sekolah, di rumah sakit, dan
tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, makam.Dengan demikian masyarakat dapat
mengubah perilaku hidup sehat terutama meningkatkan kebersihan lingkungan.
****
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidkan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas
tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran kompos mentis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin
lemah.Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah
anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade
III, IV), melena atau hematemesis.
4. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bias mengalami serangan ulangan
DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat factor prediposisinya.Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti
air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makn berkurang, dan nafsu
makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara
DHF pada grade III-IV bias terjadi melena.
c. Eliminasi Urine (buang air kecil): perlu dikaji apakah sering kencng, sedikit/banyak,
sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan Istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot
dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutam untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
a. Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan andi lemah.
b. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petekia,
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
b. Kuku sianosis/tidak.
c. Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarhan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III,
IV).
d. Dada. Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales (+), ronchi (+) yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen. Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly), dan asites.
f. Ekstremitas. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.
11. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
a. Hb dan PCV meningkat (lebih dari sama dengan 20%).
b. Trobositopenia kurang dari sama dengan 100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis).
d. Ig. D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic: pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
B. Masalah/ Diagnosis
1. Diagnose medis: dugaan (suspect) DHF.
2. Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien DHF:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan
tekanan osmotik.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
g. Kecemasan orang tua atau keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan kurang
informasi.
(sumber: perawatan pasien DHF, Christiantie efendy).
C. Perencanaan
Untuk mengatasi permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
Tujuan keperawatan:
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan kriteria:
- Suhu tubuh normal (35°C- 37,5°C).
- Pasien bebas dari demam .
Rencana intervensi:
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 2. Tanda-tanda vital merupakan acuan
jam. untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat
mengembalikan suhu normal
memperlancar sirkulasi.
4. Beri banyak minum (± 1-1,5 4. Mengurangi panas secara konveksi
liter/hari) sedikit tapi sering. (panas terbuang bersama urine dan
keringat sekaligus mengganti cairan
tubuh karena penguapan).
5. Pakaian yang tipis menyerap
5. Ganti pakaian klien dengan bahan keringat dan membantu
tipis menyerap keringat. mengurangi penguapan tubuh
akibat dari peningkatan suhu dan
dapat terjadi konduksi.
6. Penjelasan yang diberikan pada
6. Beri penjelasan pada keluarga keluarga klien bisa mengerti dan
klien tentang penyebab kooperatif dalam memberikan
meningkatnya suhu tubuh. tindakan keperawatan.
7. Dapat menurunkan demam.
7. Kolaborasi pemberian obat anti
piretik.
b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Tujuan intervensi:
Volume cairan tubuh seimbang, dengan kriteria:
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi:
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan 1. Mengetahui dengan cepat
tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan
normalnya.
2. Kaji input dan output cairan. 2. Mengetahui balance cairan dan
elektrolit dalam tubuh atau
homeostatis.
3. Observasi adanya tanda-tanda syok. 3. Agar dapat segera dilakukan
4. Anjurkan klien untuk banyak tindakan jika terjadi syok.
minum. 4. Asupan cairan sangat diperlukan
untuk menambah volume cairan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam tubuh.
pemberian cairan I.V. 5. Pemberian cairan IV sangat penting
bagi klien yang mengalami defisit
volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.
Tujuan intervensi:
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria:
- Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien. 1. Memudahkan untuk intervensi
selanjutnya.
2. Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh 2. Merangsang nafsu makan klien sehingga
klien. klien mau makan.
3. Anjurkan orang tua klien untuk memberi 3. Makanan dalam porsi kecil tapi sering
makanan sedikit tapi sering. memudahkan organ pencernaan dalam
4. Anjurkan orang tua klien memberi metabolisme.
makanan TKTP dalam bentuk lunak. 4. Makanan dengan komposisi TKTP
berfungsi membantu mempercepat proses
5. Timbang berat badan klien tiap hari. penyembuhan.
5. Berat badan merupakan salah satu
6. Kolaborasi pemberian obat reborantia. indikator pemenuhan nutrisi berhasil.
6. Menambah nafsu makan.
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan
tekanan osmotik.
Tujuan:
Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan kriteria:
- Keadaan umum membaik.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana intervensi:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan umum klien 1. Memantau kondisi klien selama masa
perawatan terutama saat terjadi
perdarahan sehingga tanda prasyok, syok
dapat ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Tanda vital dalam batas normal
menandakan keadaan umum klien baik.
3. Perdarahan yang cepat diketahui dapat
3. Monitor tanda-tanda perdarahan teratasi sehingga klien tidak sampai pada
tahap syok hipovolemik akibat
perdarahan yang hebat.
4. Keterlibatan keluarga untuk segera
melaporkan jika terjadi perdarahan
4. Anjurkan pada pasien atau keluarga untuk terhadap pasien sangat membantu tim
segera melapor jika ada tanda-tanda perawatan untuk segera melakukan
perdarahan. tindakan yang tepat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami klien dan
untuk acuan melakukan tindak lanjut
5. Cek hemoglobin, hematokrit, terhadap perdarahan.
dan trombosit
Behrman, R.E., Kliegman, R.M. & Arvin, A.M. 1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2Edisi 15.
Jakarta: EGC.
Behrman, R.E.,& Vaughan, V.C. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Chin Ling, W.Y. & Sin Hock, J.T 1993.Kedaruratan pada Anak.Jakarta: Binarupa Aksara.
Indrawati, E. Februari, 2012.Demam Berdarah Dengue.Warta RSUD, hlm 7.
Nursalam, Susilaningrum, R. & Utami, S. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat
dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.
Soedarmo, S. S. P. 1988. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Soegijanto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. 2004. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: EGC.