Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta lereng.
2. Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta penggunaan lahan.
3. Agar mahasiswa dapat menyusun sebuah peta tanah.
4. Agar mahasiswa dapat menyusun peta satuan lahan.
5. Agar mahasiswa dapat menghitung volume curah hujan (Vh).
6. Agar mahasiswa dapat menghitung besar aliran (Q) / run off.
7. Agar mahasiswa dapat menghitung volume aliran permukaan (Vp).
8. Agar mahasiswa mampu menentukan kualitas penutupan lahan suatu
Daerah Aliran Sungai (R).
Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber yaitu aliran
permukaan, aliran antara, dan aliran air tanah. Aliran permukaan (surface flow)
merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah
menuju ke sungai, danau, dan lautan (Asdak, 1995). Aliran permukaan terjadi
apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi air tanah, dimana dalam hal
ini tanah telah jenuh air. Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateral
yang terjadi di permukaan tanah. Aliran antara terdiri dari gerakan air dan lengas
tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah, yang akhirnya masuk ke
sungai. Proses aliran ini lebih lambat dari aliran permukaan, dengan tingkat
kelambatan dalam beberapa jam sampai hari. Sedangkan aliran air tanah adalah
aliran yang terjadi di bawah permukaan air tanah ke elevasi yang lebih rendah
yang akhirnya menuju sungai. Air hujan yang terinfiltrasi melalui permukaan
tanah sebagian menjadi aliran antara dan sebagian yang lain mengalir ke bawah
(perkolasi) sehingga mencapai muka air tanah. Proses aliran air tanah ini lebih
lambat dari aliran antara, dengan tingkat kelambatan dalam mingguan sampai
tahunan.
Semua tipe aliran tersebut memberikan sumbangan pada aliran sungai.
Aliran permukan mulai terjadi segera setelah hujan, aliran antara agak lambat dan
aliran air tanah yang paling lambat sampai ke sungai. Dalam analisis hidrologi,
aliran permukaan dan aliran antara dapat disebut sebagi aliran langsung (direct
flow), sedangkan aliran air tanah disebut sebagai aliran tidak langsung. Apabila
terjadi hujan pada suatu daerah, aliran yang terjadi di sungai merupakan
sumbangan dari aliran langsung, sedangkan sumbangan dari air tanah merupakan
tanggapan yang tertunda. Meskipun tidak terjadi hujan, beberapa sungai masih
mengalirkan air. Aliran tersebut berasal dari sumbangan air tanah secara kontinyu.
Aliran air tanah yang mengisi sungai disebut sebagai aliran dasar (base flow).
Aliran permukaan dapat terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu
singkat, sehingga aliran permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir.
Jumlah aliran permukaan sangat bergantung pada intensitas hujan, kemiringan
lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan.
Intensitas hujan akan mempengaruhi debit dan volume aliran permukaan.
Jika intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi limpasan
permukaan. Pengaruh faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan
lahan terhadap aliran permukaan ditunjukkan dalam koefisien air larian (C).
Koefisien air larian adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara
besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Nilai C berkisar antara 0
sampai 1. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi
air intersepsi dan terutama air infiltrasi, sebaliknya, untuk nilai C=1 menunjukkan
bahwa semua air hujan mengalir sebagai air larian. Angka C dipakai untuk
menghitung besarnya air larian (Q) dan mengidentifikasi kawasan resapan air
suatu daerah tangkapan. Angka koefisien air larian dapat dilihat pada Tabel 2
berikut.
Tabel 2. Nilai Koefisien Air Larian (C) untuk Metode Rasional Berdasarkan
Lereng, Penggunaan lahan, dan Tekstur Tanah
No. Penggunaan lahan Nilai C
0-5% 5-10% 10-30%
1. Urban areas
30% 0,40 0,50 -
50% 0,55 0,65 -
70% 0,65 0,80 -
2. Cultivated areas (daerah
olahan)
Sandy Loam 0,30 0,40 0,52
Clay and Silt Loam 0,50 0,60 0,72
Tight Clay 0,60 0,70 0,82
3. Pastures (padang rumput)
Sandy Loam 0,10 0,16 0,22
Clay and Silt Loam 0,30 0,36 0,42
Tight Clay 0,40 0,55 0,60
4. Forested areas (daerah
hutan)
Sandy Loam 0,10 0,25 0,30
Clay and Silt Loam 0,30 0,35 0,50
Tight Clay 0,40 0,50 0,60
Sumber: Kumar (1979:109)
Satuan Lahan
Li-Pmk-III
Kelas Lereng
Penggunaan Lahan
Jenis tanah
Vegetasi penutup lahan memegang peranan penting dalam proses
intersepsi hujan yang jatuh dan transpirasi air yang terabsorpsi oleh akar. Lahan
dengan penutupan yang baik memiliki kemampuan meredam energi kinetis hujan,
sehingga memperkecil terjadinya erosi percik ('splash erosion'), memperkecil
koefisien aliran sehingga mempertinggi kemungkinan penyerapan air hujan,
khususnya pada lahan dengan solum tebal ('sponge effect'). Dalam menentukan
baik atau buruknya suatu penutupan lahan suatu daerah ialah dengan
membandingkan antara Volume Curah Hujan (Vh) dengan Volume Aliran
Permukaan/run off (Vp) atau dengan rumus berikut ini,
𝐕𝐡
𝐑=
𝐕𝐩
Keterangan :
Vh = Volume Curah Hujan
Vp = Volume Aliran Permukaan (run off)
Maka :
1. n=1
(1−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
0
tg =
353,5
tg = 0
= 0
2. n=2
(2−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
12,5
tg =
353,5
tg = 0,0354
= 2,004
3. n=3
(3−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
25
tg =
353,5
tg = 0,0709
= 4,055
4. n=4
(4−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
37,5
tg =
353,5
tg = 0,1063
= 6,07
5. n=5
(5−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
50
tg =
353,5
tg = 0,1418
= 8,07
6. n=6
(6−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
62,5
tg =
353,5
tg = 0,1773
= 10,05
7. n=7
(7−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
75
tg =
353,5
tg = 0,2127
= 12,01
8. n=8
(8−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
87,5
tg =
353,5
tg = 0,2482
= 13,94
9. n=9
(9−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
100
tg =
353,5
tg = 0,2836
= 15,83
10. n=10
(10−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
112,5
tg =
353,5
tg = 0,3191
= 17,7
11. n=11
(11−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
125
tg =
353,5
tg = 0,3546
= 19,52
12. n=12
(12−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
137,5
tg =
353,5
tg = 0,390
= 21,3
13. n=13
(13−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
150
tg =
353,5
tg = 0,425
= 23,05
14. n=14
(14−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
162,5
tg =
353,5
tg = 0,4609
= 24,74
15. n=15
(15−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
175
tg =
353,5
tg = 0,4964
= 26,40
16. n=16
(16−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
187,5
tg =
353,5
tg = 0,53
= 27,94
17. n=17
(17−1)x 12,5
tg =
√2 x 250
200
tg =
353,5
tg = 0,56
= 29,56
Klasifikasi kelas lereng menurut van zuidam
Kelas Lereng Besar Sudut Klasifikasi
I 0o - 2o Datar
II 2o - 4o Landai
III 4o - 8o Miring
IV 8 o - 16 o Agak Curam
V 16 o - 35 o Curam
VI 35 o - 55 o Sangat Curam
VII > 55 o Terjal
Sehingga
No. n kemiringan Kelas Lereng Keterangan
1. 1 0o I Datar
2. 2 2,004 II Landai
3. 3 4,055 II Landai
4. 4 6,07 III Miring
5. 5 8,07 III Miring
6. 6 10,05 IV Agak Curam
7. 7 12,01 IV Agak Curam
8. 8 13,94 IV Agak Curam
9. 9 15,83 IV Agak Curam
10. 10 17,7 V Curam
11. 11 19,52 V Curam
12. 12 21,3 V Curam
13. 13 23,05 V Curam
14. 14 24,74 V Curam
15. 15 26,40 V Curam
16. 16 27,94 V Curam
17. 17 29,56 V Curam
2. Menyusun sebuah peta penggunaan lahan dari Daerah Aliran Sungai
(DAS)
( Peta terlampir )
3. Menyusun sebuah peta tanah dari Daerah Aliran Sungai (DAS)
( Peta terlampir )
Rumus : 𝑉ℎ = 𝐻 × 𝐿
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kelas lereng yang ada di DAS Pelem yaitu : Kelas I = 0 – 20(datar) ,
Kelas II =2 – 40 (landai) , Kelas III = 4 – 80 (miring), Kelas IV = 8-
160(agak curam) , Kelas V = 16-350 (curam).
2. DAS Palem penggunaan lahannya yaitu untuk pemukiman, sawah, hutan,
semak belukar, dan tegalan.
3. Tanah yang terdapat di DAS Palem terdiri dari tanah Litosol dan tanah
Latosol.
4. Dari hasil overlay peta kemiringan lereng, peta tanah, dan eta penggunaan
lahan di DAS Pelem dapat diketahui bahwa satuan lahan yang dihasilkan
adalah sebanyak 82 satuan lahan.
5. Volume curah hujan tertinggi terdapat pada satlah La-Htn-V dengan tebal
rata – rata curah hujan 1,316 dengan luas area 3562500 m2
6. Runoff terbesar terletak pada satlah Li-Sw-V dengan runoff sebesar
0,94752
7. Volume aliran permukaan terbesar terdapat pada satlah La-Htn-V dengan
volume aliran permukaan sebesar 2812950 m3
8. Seluruh penutupan lahan di DAS Palem termasuk baik. Dengan nilai R
>0,5
VII.DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C.2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Bakosurtanal.2001.Peta Rupabumi Indonesia Lembar 1507-444 Bungkal skala 1 :
25.000. Cibinong : Bakosurtanal
Leo.2009. Hidrologi Dasar 1. http://leosejati.blogspot.com/2009/01/hidrologi-
dasar-1.html, dakses tanggal 21 Oktober 2012 pukul 20.56 WIB.
Lembaga Penelitian Tanah. 1966. Peta Tanah Tinjau Propinsi jawa Timur Skala
1 : 250.000.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset