Вы находитесь на странице: 1из 20

Muhamad Rizqy Maulana

XII MIPA 7

1.
 MATERI: IKATAN KIMIA DAN GEOMETRI MOLEKUL
 Pada soal diketahui bahwa nomor atom nitrogen adalah 7 (ditulis 7N) dan nomor atom
klor adalah 17 (ditulis 17Cl). Soal ini meminta kita untuk mengidentifikasi senyawa
yang dibentuk antara N dan Cl. Molekul yang biasanya dibentuk adalah NCl3 karena
telah oktet. Untuk menjawab pernyataan-pernyataan soal ini diperlukan struktur
Lewis NCl3 dengan menggambarkan elektron-elektron valensinya di sekitar atom-
atom 7N dan 17Cl seperti gambar berikut:

(1) Senyawa NCl3 pasti memiliki ikatan kovalen polar. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan keelektronegatifan antara atom N dengan 3 atom Cl lainnya (sekitar
0,12 Pauling). Walaupun perbedaan keelektronegatifan ini terlihat kecil,
sebenarnya dikukuhkan oleh adanya sepasang elektron bebas (PEB). Hal inilah
yang menyebabkan molekul NCl3 memiliki ikatan kovalen polar. (BENAR)
(2) Pernyataan ini jelaslah salah karena senyawa yang dapat dibentuk adalah NCl 3.
Molekul NCl5 susah dibentuk karena 5 elektron valensi dari atom N semuanya
berikatan dengan 5 atom Cl, mengingat secara keseluruhan (total) atom N
mempunyai 10 elektron valensi, jelas-jelas hal ini melanggar aturan oktet.
(SALAH)
(3) Jika pernyataan (1) benar, sudah pasti pernyataan (3) benar. Pada struktur Lewis
di atas, dipastikan bahwa terdapat 3 pasang PEI dan 1 pasang PEB, artinya NCl 3
mempunyai rumus molekul AX3E atau piramida trigonal atau piramida segitiga.
(BENAR)
(4) Pada gambar struktur Lewis di atas sudah jelas molekul NCl3 mempunyai
sepasang elektron bebas. (SALAH)
 JAWABAN: B
Muhamad Rizqy Maulana
XII MIPA 7

2.
 MATERI: IKATAN KIMIA
 Air adalah senyawa yang memiliki rumus H2O dan bersifat
polar serta memiliki ikatan kovalen polar. Hal ini
dipengaruhi oleh perbedaan keelektronegatifan antara atom
H dengan O (sekitar 1,24 Pauling). Apabila dilihat dari
gambar di samping, vektor keelektronegatifan dari atom H
ke atom O memiliki jarak yang sama dan terlihat vektornya
adalah nol, tapi pernyataan ini adalah salah karena atom pusat O masih memiliki dua
pasang PEB sehingga arah vektor dari atom H ke atom O tidak sepenuhnya sama,
bisa saja sepasang PEB lainnya berada di sisi bawah atom O atau kedua PEB tersebut
berada di sisi bawah atom O. Nah, jika ada sejumlah H2O dalam sebuah wadah, maka
akan terjadi interaksi antarmolekul H2O yang dikenal dengan ikatan hidrogen.
 Lain halnya dengan molekul unsur O2 (oksigen) yang bersifat nonpolar dan memiliki
ikatan kovalen polar. Jika diperhatikan dari struktur Lewis O2
pada gambar di samping, terlihat bahwa antarmolekul oksigen
terikat oleh ikatan kovalen rangkap dua dan pada kedua sisi
sama-sama dikelilingi oleh 2 PEB sehingga vektor
keelektronegatifan O2 adalah nol. Hal inilah yang
menyebabkan oksigen (O2) lebih memiliki ikatan London (sesama molekul nonpolar;
contohnya: O2 dengan O2) antarmolekulnya.
 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa O2 dalam larutan H2O maka akan terjadi
interaksi antarmolekul kovalen nonpolar dengan kovalen polar. Dengan kata lain,
terjadi interaksi dipol terinduksi—dipol permanen. Dipol terinduksi dimiliki oleh O2
karena adanya serangan polaritas dari molekul H2O ke O2 namun hanya bersifat
terimbas. Lain halnya
dengan dipol permanen, artinya
polaritas elektron di H2O bersifat
permanen dan bisa didonorkan
dengan sesama molekul
Muhamad Rizqy Maulana
XII MIPA 7

polar maupun nonpolar lainnya. Dipol terinduksi—dipol permanen


digambar seperti gambar di samping pada kotak berwarna hijau:
 Pada gambar di atas, sebenarnya terlihat sekilas bahwa interaksi antarmolekul O2
dengan molekul H2O (tepatnya atom O di O2 dengan atom H di H2O) adalah ikatan
hidrogen. Tapi ingat, bahwa ikatan hidrogen adalah jenis ikatan dipol-dipol atau
ikatan antarmolekul polar yang memiliki dua buah muatan listrik berlawanan yang
memiliki polaritas yang berlawan. Jadi, ikatan hidrogen bukanlah jawaban yang
benar.
 Ikatan ion-ion pun juga bukan jawaban yang tepat karena ikatan ion-ion hanya terjadi
pada molekul-molekul ion seperti sesama NaCl atau NaCl dengan MgBr2.
 JAWABAN: C

3.
 MATERI: HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DAN STOIKIOMETRI
 Di soal diketahui dan ditanya:
 m senyawa X = 7,8 gram
 m CO2 = 26,4 gram  m H2O = 5,4 gram
 Tipe senyawa X = … ?
 Untuk mengetahui tipe senyawa X, kita hanya memerlukan perbandingan antara CO2
dan H2O karena berdasarkan seluruh obsein, tipe senyawa X diperkirakan adalah
senyawa hidrokarbon atau turunan alkana. Nah, berdasarkan informasi di soal,
senyawa organik X ini dibakar sempurna artinya menghasilkan CO2 dan air sebagai
berikut.
X + O2  CO2 + H2O
 Untuk membandingkan CO2 dan H2O diperlukan mol masing-masing senyawa!
 n CO2 = 26,4 gram/44 = 0,6 mol  n H2O = 5,4 gram/18 = 0,3 mol 
Perbandingannya:
X + O2  CO2 + H2O
0,6 mol 0,3 mol
6 3
2 1
Muhamad Rizqy Maulana
XII MIPA 7

 Sampai perbandingan paling sederhana dan tidak sederhana dinyatakan


sebagai berikut:
X + O2  6CO2 + 3H2O …. (tidak sederhana)
X + O2  2CO2 + H2O …. (paling sederhana)
 Berdasarkan informasi kedua reaksi di atas, untuk reaksi tidak sederhana
perbandingannya didapatkan ada 6 atom C pada CO2 dan 6 atom H pada
H2O sehingga dapat dipastikan rumus molekulnya C6H6 (benzena).
 Namun, berdasarkan reaksi paling sederhana perbandingannya didapatkan
ada 2 atom C pada CO2 dan 2 atom H pada H2O sehingga rumus molekulnya
C2H2 atau gas asetilena.
 Nah, di sini kita sudah mendapatkan jawaban yang tepat, yaitu benzena. Namun,
untuk membuktikannya apakah benar senyawa X tersebut jenis benzena digunakan
konsep hukum-hukum dasar kimia, yaitu salah satunya hukum Proust. Berdasarkan
reaksi pembakaran benzena:
C6H6 + 15/2 O2  6CO2 + 3H2O
Maka, banyaknya massa C dalam C6H6 harus sama dengan banyaknya massa C dalam
CO2 karena dalam hukum Proust perbandingan unsur-unsur bernilai tetap.
 Massa C dalam benzena (C6H6)
= Ar C x jumlah atom C dalam C6H6 x massa C6H6
Mr C6H6
= 12 x 6 x 7,8 gram
78
= 7,2 gram C
 Massa C dalam karbon dioksida (CO2)
= Ar C x jumlah atom C dalam CO2 x massa CO2
Mr CO2
= 12 x 1 x 26,4 gram
44
= 7,2 gram
 Terbukti bahwa massa C dalam benzena dan CO2 bernilai sama, yaitu 7,2
gram. Artinya, senyawa organik X tersebut adalah C6H6.
 JAWABAN: D
Muhamad Rizqy Maulana
XII MIPA 7

4.
 MATERI: STOIKIOMETRI
 Persentase dalam kimia dapat dinyatakan dalam persentase massa/massa (m/m),
volume/volume (v/v), dan massa/volume (m/v). Biasanya, jenis-jenis persentase ini
jarang banget lho disebutkan di SBMPTN, tapi sering banget muncul di SIMAK UI.
Oke, persentase yang dimaksud di soal ini adalah persentase m/m karena di soal hanya
diketahui massanya saja. Persentase biasanya dihubungkan dengan rendemen, sesuai
rumus (massa teoritis > massa eksperimen):
% rendemen = massa eksperimen x 100%
massa teoritis
 Di soal ditanya persentase (rendemen) hasil reaksi, yaitu rendemen senyawa SiC.
Pada soal diketahui ada 1,5 gram SiC yang terbentuk dan massa inilah yang
merupakan massa eksperimen karena berdasarkan teoritis atau stoikiometri, massa
SiC yang didapatkan tidak tepat 1,5 gram.
 Hitung massa teoritisnya secara stoikiometri reaksi!
 n C = 4,5 gram/12 = 0,375 mol  n SiO2 = 3 gram/60 = 0,046875 mol 
Reaksi setara:
2C (s) + SiO2 (s)  SiC (s) + CO2 (g)
M 0,375 0,046875 - - B -0,09375 -
0,046875 +0,046875 +0,046875
S 0,28125 - 0,046875 0,046875
 Berdasarkan reaksi di atas terlihat bahwa SiC pada keadaan sisa sebanyak 0,046875
mol (Mr SiC = 40) dengan massa 2 gram. Memang, secara eksperimen massa SiC
yang didapatkan tidak sepenuhnya 2 gram, melainkan 1,5 gram. Hal ini dikarenakan
pada stoikiometri kita menganggap ada suatu zat yang habis bereaksi sehingga adanya
suatu zat reaktan yang bertindak sebagai pereaksi pembatas pada reaksi kimia.
Muhamad Rizqy Maulana
XII MIPA 7

 Nah, hitung rendemen SiC!


 % rendemen SiC = 1,5 gram x 100%
2 gram
= 75%
 JAWABAN: D

5.
 MATERI: STOIKIOMETRI
 Di soal diketahui dan ditanya:  m Mn = 50 gram  m endapan = 43,5 gram
 Persentase Mn = … % ?
 Sama seperti soal sebelumnya, kadar Mn yang dimaksud adalah persentase m/m
(rendemen). Massa 50 gram batuan tersebut bisa dianggap setara dengan 50 gram
mangan (Mn), namun belum bisa dipastikan apakah massa tersebut massa eksperimen
atau teoritis. Untuk memeriksanya, kita bisa dapatkan massa Mn yang lain dari reaksi
kimia yang menghasilkan 43,5 gram endapan.
 Reaksi 1:
Mn (s) + 2HNO3 (aq)  Mn(NO3)2 (aq) + H2 (g) 
Reaksi 2:
Pada reaksi 1 terbentuk larutan Mn(NO3)2 dan garam ini dilanjutkan pada reaksi
2 ini. Data di soal dikatakan bahwa semua ion Mn2+ semuanya diendapkan
menjadi MnS, dengan maksud ion Mn2+ adalah ion yang berasal dari garam
Mn(NO3)2. Agar menghasikan endapan MnS, garam tersebut pasti bereaksi
dengan padatan belerang (S) sesuai reaksi:
Mn(NO3)2 (aq) + S (s)  MnS (s) + 2NO32- (aq) 
Hitung massa Mn melalui reaksi stoikiometri!
 n MnS = 43,5 gram/87 = 0,5 mol
 Mn(NO3)2 (aq) + S (s)  MnS (s) + NO32- (aq) x mol
0,5 mol
Karena perbandingan mol Mn(NO3)2 dengan MnS adalah 1 : 1, maka jumlah mol
Mn(NO3)2 adalah 0,5 mol juga (nilai x).
Muhamad Rizqy Maulana
XII MIPA 7

 Mn (s) + 2HNO3 (aq)  Mn(NO3)2 (aq) + H2 (g) y mol


0,5 mol
Karena perbandingan mol Mn dengan Mn(NO3)2 adalah 1 : 1, maka jumlah mol
padatan Mn adalah 0,5 mol juga (nilai y).
 Nah, sudah didapatkan bahwa jumlah mol padatan Mn yang terbentuk adalah 0,5 mol
(Ar Mn = 55) dengan massa 27,5 gram. Artinya, massa eksperimen dan teoritisnya
berturut-turut adalah 27,5 gram dan 50 gram dengan kadar Mn sebagai berikut:
 % kadar (rendemen) Mn = 2,75 gram x 100%
50 gram
= 55%
 JAWABAN: C

6.
 MATERI: TERMOKIMIA
 Untuk mendapatkan nilai entalpi pembakaran standar (ΔHc) ZnS seberat 9,7 gram,
didapatkan dari hasil pengurangan entalpi pembentukan produk dengan reaktan pada
reaksi pembakaran ZnS pada soal. Nah, di soal produknya berupa ZnO dan SO2,
sedangkan reaktannya berupa ZnS dan O2.
 Tapi ingat, bahwa entalpi pembakaran adalah entalpi atau energi yang diperlukan
untuk membakar ZnS dengan oksigen sebesar 1 kJ per 1 mol ZnS! Sementara reaksi
di soal masih dalam 2 mol ZnS. Sederhanakan saja reaksinya agar didapatkan 1 mol
ZnS dengan membagi semua koefisien dengan 2:
ZnS (s) + 3/2 O2 (g)  ZnO (s) + SO2 (g) 
Hitung besar entalpi pembakarannya!
 ΔHc = ΔHf produk – ΔHf reaktan
= [ΔHf ZnO + ΔHf SO2] – [ΔHf ZnS + 3/2 (ΔHf O2)]
= [-296,4 + (-348)] – [-202,9 + 3/2 (0)]
= -441,5 kJ/mol (data 1)
 Besar ΔHc di atas adalah untuk 1 mol ZnS sementara kita membutuhkan ΔHc untuk
9,7 gram ZnS sehingga:
 n ZnS = 9,7 gram/97 = 0,1 mol (data 2)
Muhamad Rizqy Maulana
XII MIPA 7

 ΔHc ZnS (data 1) = ΔHc ZnS (data 2) mol ZnS (data 1) mol ZnS
(data 2)
-441,5 = ΔHc ZnS (data 2)
1 mol 0,1 mol
ΔHc ZnS (data 2) = -44,15 kJ/mol
 JAWABAN: E

7.
 MATERI: REDOKS
 Nitrogen (N) sebagai reduktor artinya mengalami reaksi oksidasi atau mengalami
kenaikan bilangan oksidasi (biloks). Untuk memeriksanya, identifikasi dan pilih di
reaktan dan produk yang mengandung unsur nitrogen (N) saja.
(1) NO3-  NH3
 NO3- = biloks +5 didapatkan dari:
N + 3 (biloks O) = -1
N + 3 (-2) = -1
N = +5 
NH3 = biloks -3 didapatkan dari:
N + 3 (biloks H) = 0
N + 3 (+1) = 0
N = -3
 Biloks +5 ke -3 adalah reduksi. (SALAH)
(2) NO3-  NO
 NO3- = biloks +5 didapatkan dari:
N + 3 (biloks O) = -1
N + 3 (-2) = -1
N = +5 
NO = biloks +2 didapatkan dari:
N + biloks O = 0
N + (-2) = 0
N = +2
 Biloks +5 ke +2 adalah reduksi. (SALAH)
(3) NO2  NH3
Muhamad Rizqy Maulana
XII MIPA 7

 NO2 = +4 didapatkan dari:


N + 2 (biloks O) = 0
N + 2 (-2) = 0
N = +4 
NH3 = biloks -3 didapatkan dari:
N + 3 (biloks H) = 0
N + 3 (+1) = 0
N = -3
 Biloks +4 ke -3 adalah reduksi. (SALAH)
(4) NO  NO2
 NO = biloks +2 didapatkan dari:
N + biloks O = 0
N + (-2) = 0
N = +2 
NO2 = +4 didapatkan dari:
N + 2 (biloks O) = 0
N + 2 (-2) = 0
N = +4
 Biloks dari +2 ke +4 adalah oksidasi. (BENAR)
 JAWABAN: D

8.
 MATERI: REDOKS DAN ELEKTROKIMIA
 Di soal diketahui dan ditanya:  i = 0,2 A
 t = 804 menit = 48240 detik
 E° (oksidasi) = -1,66 volt (Al)  E° (reduksi) = -0,25 volt (Ni)
 Pengurangan massa di anoda = … gram ?
 Soal ini menghubungkan konsep sel elektrolisis dengan sel volta (galvani). Nilai E°sel
pada soal hanya sebagai bahan bantu agar kita tahu zat mana yang mengalami reaksi
oksidasi dan reduksi. Oleh karena reduksi potensial selnya lebih positif, maka Ni
mengalami reaksi reduksi dan sebaliknya unsur Al mengalami reaksi oksidasi. Untuk
mencari massa di anoda, maka kita memerlukan massa yang terbentuk di anoda yaitu
massa Al karena dalam elektrolisis katode tempat terjadi reaksi reduksi sementara
anode tempat terjadi reaksi oksidasi (ingat singkatan KARAOS).
 Untuk mendapatkan massa Al, kita memerlukan mol elektron. Ingat, bahwa elektron
terbawa dalam arus listrik yang mengalir selama proses elektrolisis berlangsung dan
arus listrik ini dirangkai secara seri sehingga arus listrik di kedua sel (sel Ni dan Al)
bernilai sama; ingat konsep fisika juga, ya.
 Cari besarnya mol elektron!
 Mol elektron = i x t .
96500
= 0,2 A x 48240 detik
96500
= 0,0999793 mol
 Cari besarnya mol Al di anode! Ingat, bahwa di anode terjadi pelepasan elektron
karena terjadi reaksi oksidasi!
 Al  Al3+ + 3e
x mol 0,0999793 mol
 Nilai x bisa didapatkan dari perbandingan koefisien (mol):
Mol Al (ditanya) = koefisien Al (ditanya) x mol e (diketahui)
koefisien e (diketahui)
= 1 x 0,999793 mol
3
= 0,0333264 mol Al
 Cari massa Al dengan konsep mol!
 mol Al = g (massa)/Ar Al 0,0333264 mol = g (massa)/27 g (massa) = 0,899
gram
= 0,9 gram (pembulatan)
 JAWABAN: E
9.
 MATERI: LAJU DAN ORDE REAKSI
 Persamaan laju reaksi biasanya dinyatakan dengan:
r = k [A]x[B]y ……. (persamaan 1) atau
1/t = k [A]x[B]y ……. (persamaan 2);
dengan r adalah laju reaksi, k adalah konstanta laju reaksi, A dan B adalah zat pada
reaktan, t adalah waktu, dan x dan y adalah orde reaksi. Untuk mendapatkan nilai x
dan y pada soal, bisa didapatkan dengan perbandingan laju reaksi dari data-data di
tabel, dengan pemisalan x adalah orde NO dan y adalah orde Br2 sehingga nanti rumus
laju reaksinya: r = k [NO]x[Br2]y
 Cari orde x dengan perbandingan data 1 dan 3, dan ingat bahwa 1 dipangkatkan
berapapun hasilnya tetap 1!
 (0,1/0,2)x (0,05/0,05)y = (1/4) x = 2
 Cari orde y dengan perbandingan data 1 dan 2, dan ingat bahwa 1 dipangkatkan
berapapun hasilnya tetap 1!
 (0,1/0,1)x (0,05/0,1)y = (2/4) y = 1
 Sehingga rumus laju reaksinya adalah r = k [NO]2[Br2]
 JAWABAN: E
10.
 MATERI: KESETIMBANGAN KIMIA
 Di soal diketahui dan ditanya:  Volume sistem = 1 L
 [PCl3]0 = [NH3]0 = 0,2 M
 [P(NH2)3]0 = [HCl]0 = 0,1 M
 n NH3 = 0,4 mol (saat penambahan)  n HCl = 0,2 mol (saat penambahan)
 [P(NH2)3]1 = … M ?
 Sistem kesetimbangan tersebut berada dalam volume 1 L, artinya kita bisa
mendapatkan komposisi mol awal masing-masing senyawa pada reaksi sebagai
berikut.
 Mol PCl3 dan NH3
[PCl3] = [NH3] = n (PCl3 dan NH3)
1L
0,2 M = n (PCl3 dan NH3)
1L
n (PCl3 dan NH3)0 = 0,2 mol
 Mol P(NH2)3 dan HCl
[P(NH2)3] = [HCl] = n (P(NH2)3 dan HCl)
1L
0,1 M = n (P(NH2)3 dan HCl)/1 L
n (P(NH2)3 dan HCl)0 = 0,1 mol 
Cari nilai Kc reaksi!
 Kc = [HCl]3[P(NH2)3]
[NH3]3[PCl3]
= [0,1]3[0,1]
[0,2]3[0,2]
= 1/16
 Untuk mencari nilai [P(NH2)3]1 setelah penambahan 0,4 mol NH3 dan 0,2 mol HCl,
kita perlu jumlah mol pada setimbang (label ―S‖) di reaksi kesetimbangan yang baru
di bawah ini. Nah, setelah adanya penambahan 0,4 mol NH3 dan 0,2 mol HCl, yang
molnya bertambah hanya NH3 dan HCl saja sehingga:
 n PCl3 (data ke-2) = 0,2 mol
 n NH3 (data ke-2) = 0,2 mol + 0,4 mol = 0,6 mol
 n P(NH2)3 (data ke-2) = 0,1 mol
 n HCl (data ke-2) = 0,1 mol + 0,2 mol = 0,3 mol
 Reaksi kesetimbangan yang baru tertera di bawah ini. Nah, penambahan sejumlah
NH3 dan HCl berbeda tempat (NH3 di reaktan dan HCl di produk), terlihat bahwa
jumlah mol NH3 total setelah ditambahkan lebih besar dibandingkan jumlah mol HCl
setelah ditambahkan, artinya kesetimbangan bergeser ke arah produk (kanan) untuk
menyimbangkan kelebihan NH3 yang terbentuk sehingga laju pengurangan NH3
(mol/detik) semakin berkurang sementara laju pembentukan HCl (mol/detik) semakin
bertambah (lihat label ―B‖). Dan, di reaksi kesetimbangan yang baru di bawah ini
dimisalkan pada label ―B‖ banyaknya NH3 yang berkurang sebesar 3x mol.
 PCl3 (g) + 3NH3 (g)  P(NH2)3 (g) + 3HCl (g) M
0,2 mol 0,6 mol 0,1 mol 0,3 mol
B -x mol -3x mol +x mol +3x mol
S (0,2 – x) (0,6 – 3x) (0,1 + x) (0,3 + 3x)
 Setelah ditemukan komposisi masing-masing senyawa pada keadaan sisa
(label
―S‖), maka dapat ditentukan nilai x-nya dengan konsep Kc. Ingat, setelah
penambahan NH3 dan HCl tidak terjadi perubahan suhu sehingga nilai Kc-nya
adalah tetap 1/16!
Kc = [HCl]3[P(NH2)3]
[NH3]3[PCl3] 1/16
= [0,3+3x]3[0,1+x] .
[0,6 – 3x] [0,2 – x]
3

1/16 = 27 [0,1+3x]3[0,1+x]
27 [0,2 – x]3[0,2 – x]
x = 0 mol
 Terhitung ada 0 mol NH3 yang berkurang atau tidak ada NH3 yang bereaksi setelah
penambaan NH3 dan HCl. Artinya, konsentrasi NH3-nya adalah tetap (konstan)!
 n P(NH2)3 (data ke-2; label ―S‖) = 0,1 + x = 0,1 + 0 mol = 0,1 mol
 [P(NH2)3]1 = n P(NH2)3 (data ke-2; label ―S‖) volume
(L)
= 0,1 mol
1L
= 0,1 M
 JAWABAN: A

11.
 MATERI: SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
 Di soal diketahui dan ditanya:
 Kb = 0,52
 m NaCl = 58,5 gram
 p larutan A = p larutan B = 5 kg
 m MgCl2 = 190 gram
 α = 1 (terdisosiasi sempurna)
 ΔTf larutan A : ΔTf larutan B = … ?
 Penurunan titik beku (ΔTf) dipengaruhi oleh tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf),
molal terlarut, dan faktor Van’t Hoff (i). Di soal, larutan A dan larutan B masing-
masing merupakan zat elektrolit sehingga nilai ΔTf-nya dipengaruhi juga oleh faktor
Van’t Hoff juga.
 Nilai faktor Van’t Hoff (i) larutan A:
NaCl  1Na+ + 1Cl- (n = 1 + 1 = 2)
i = 1 + (n – 1)α =
1 + (2 – 1).1
=2
 Nilai faktor Van’t Hoff (i) larutan B:
MgCl2  1Mg2+ + 2Cl- (n = 1 + 2 = 3)
i = 1 + (n – 1)α =
1 + (3 – 1).1
=3
 Hitung nilai ΔTba (larutan A)!
 ΔTba = Kb x m x i
= Kb x g x 1000 x i
Mr x p (gram)
= Kb x 58,5 x 1 x 2 = 0,4Kb
58,5 x 5
 Hitung nilai ΔTbb (larutan B)!
 ΔTbb = Kb x m x i
= Kb x g x 1000 x i
Mr x p (gram)
= Kb x 190 x 1 x 3
95 x 5
= 1,2Kb
 Bandingkan!
 ΔTba = 0,4Kb = 1
ΔTbb 1,2Kb 3
 JAWABAN: E

12.
 MATERI: LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)
 Di soal diketahui senyawa HCN (asam lemah) dan KOH (basa kuat) dicampur dengan
jumlah mol tertentu. Kita nggak tahu sistem pH apasih yang ada antara HCN dan
KOH tersebut. Untuk memeriksanya, kita reaksikan!
 n HCN = 0,2 L x 0,3 M = 0,06 mol
 n KOH = 0,1 L x 0,3 M = 0,03 mol
 HCN + KOH  KCN + H2O ..... (reaksi 1)
M 0,06 mol 0,03 mol - -
B -0,03 mol -0,03 mol +0,03 mol +0,03 mol
S 0,03 mol - 0,03 mol 0,03 mol
 Terlihat bahwa saat sisa (label ―S‖), yang habis bereaksi hanya basa kuat
KOH, sehingga tidak terjadi sistem asam-basa dan hidrolisis di sini,
melainkan sistem larutan penyangga asam.
 Reaksi di atas adalah reaksi awal HCN + KOH sebelum ditambah dengan basa kuat
lainnya, yaitu NaOH. Ingat, jumlah mol HCN dan KOH setelah bereaksi tertera di
label ―S‖ reaksi 1 sudah ada sebelum penambahan NaOH! Jika suatu buffer asam
ditambah basa kuat (di soal jenis NaOH), maka ion OH- dari NaOH tersebut akan
bereaksi dengan zat asam dari buffer asam tersebut, yaitu HCN.
 n NaOH = 0,8 gram/40 = 0,02 mol

 NaOH  Na+ + OH-


0,02 mol 0,02 mol
 Ketika ditambahkan NaOH dan terjadi reaksi pengikatan OH- oleh HCN pada reaksi
awal:
HCN + KOH  KCN + H2O … (reaksi 1)
HCN + KOH + NaOH  ? (setelah ditambah NaOH)
Maka, [HCN] atau konsentrasi HCN akan semakin berkurang karena terus-menerus
mengikat ion OH- sehingga reaksi tersebut akhirnya nanti menjadi setimbang
sehingga reaksi kesetimbangan tersebut bergeser ke kanan, akibatnya pada bagian
reaktan lajunya (mol/detik) semakin berkurang sementara bagian produk lajunya
(mol/detik) semakin bertambah (lihat label ―B‖ reaksi di bawah). Paham? Lanjut!
 Setelah terjadi penambahan NaOH, ion OH--nya tertarik ke senyawa HCN sesuai
reaksi di bawah ini. Ingat, bahwa pada kondisi reaksi 2 di bawah ini, jumlah mol
HCN, CN-, dan air mula-mula sudah ada karena berasal dari reaksi 1 di atas; dengan
catatan ion CN- berasal dari garam KCN.  Banyaknya ion CN- dari KCN pada reaksi
1
KCN  K+ + CN-
0,03 mol 0,03 mol
 Reaksi setelah penambahan NaOH (reaksi 2)
HCN + OH-  CN- + H2O ..... (reaksi 2)
M 0,03 mol 0,02 mol 0,03 mol 0,03 mol
B -0,02 mol -0,02 mol +0,02 mol +0,02 mol
S 0,01 mol - 0,05 mol 0,05 mol
 Pada reaksi 2 di atas, terlihat ion OH dari NaOH habis bereaksi dan reaksi ini masih
-

dalam sistem buffer asam sehingga nilai pH-nya adalah:  [H+] = Ka x [asam]
.
[basa konjugasi]
= Ka x [HCN]
[CN-]
= 5 x 10-10 x [0,01 mol/(0,2 L + 0,1 L)]
[0,05 mol/(0,2 L + 0,1 L)]
-10
= 1 x 10
 pH = –log[H+]
= –log[1 x 10-10] = 10
 JAWABAN: D
13.
 MATERI: TITRASI ASIDI-ALKALIMETRI DAN PENGENCERAN
 Soal ini membicarakan tentang pengenceran dan titrasi asidi-alkalimetri. Jangan
kaget dulu dengan nama titrasi asidi-alkalimetri. Titrasi ini adalah nama kerennya
titrasi asam-basa. Hehe.
 Asam oksalat (rumusnya C2H2O4) maksud di soal adalah asam ―bervalensi‖ dua,
artinya asam ini terionisasi menghasilkan 2 buah ion H+. Pada kondisi pertama, asam
oksalat diencerkan hingga volumenya 100 mL, artinya agar volume asam oksalat
tersebut 100 mL harus ada penambahan air sebanyak 90 mL. Dari sini bisa
disimpulkan pengenceran C2H2O4 sebagai berikut.
 Pengenceran asam oksalat
V1M1 = V2M2
10 mL . M1 = 100 mL . M2
 Nilai M1 atau konsentrasi awal yang akan diencerkan belum diketahui dan
M1 inilah yang dicari atau ditanya di soal. Untuk mendapatkannya, kita
memerlukan data M2 atau konsentrasi C2H2O4 setelah pengenceran.
 Data M2 didapatkan dari hasil titrasi C2H2O4 dengan basa kuat NaOH:
 Persamaan titrasi C2H2O4 oleh NaOH:
jumlah grek C2H2O4 = jumlah grek NaOH
V1 . M1 . valensi asam = V2 . M2 . valensi basa
25 mL . M1 . 2 = 20 mL . 0,2 M . 1
M1 = 0,08 M
 Didapatkan bahwa konsentrasi M1 asam oksalat untuk titrasinya dengan NaOH
adalah 0,08 M. Ingat, bahwa konsentrasi inilah yang juga merupakan konsentrasi
hasil pengenceran C2H2O4 dengan 90 mL air tadi! Di sini bisa ditentukan nilai
konsentrasi awal C2H2O4 sebelum pengenceran!
V1M1 = V2M2
10 mL . M1 = 100 mL . M2
10 mL . M1 = 100 mL . 0,08 M
M1 = 0,8 M
 JAWABAN: C

14.
 MATERI: KIMIA ORGANIK
 Kata kunci jawaban di soal ini adalah:
 Tidak menghasilkan endapan dengan pereaksi Tollens
 Jika direduksi menghasilkan suatu alkohol sekunder
 Fungsinya sebagai pelarut
 Dari kata kunci di atas sudah ditebak dengan mudah bahwa senyawa organik tersebut
mengandung gugus keton (—CO—) sehingga kemungkinan senyawa organiknya
adalah propanon.
 JAWABAN: C

15.
 MATERI: BIOKIMIA
 Perhatikan kata kunci di soal!
 Campuran senyawa organik tersebut banyak ―mengandung disakarida‖. 
Sering digunakan untuk pengental sirup.
 Dari 2 (dua) kata kunci di atas, kita dapat disimpulkan campuran yang mengandung
banyak disakarida artinya tidak hanya 1 (satu) disakarida saja, melainkan bisa jadi
banyak sukrosa, laktosa, atau maltosa. Otomatis, obsein B dan C salah.
 Ingat juga bahwa pati adalah salah satu contoh karbohidrat golongan polisakarida,
artinya mengandung banyak sekali campuran monosakarida atau oligosakarida atau
keduanya.
 Jika pati (amilum) dihidrolisis, pasti menghasilkan suatu senyawa oligosakarida yang
melekat dengan potongan gugus lainnya. Misal, jika suatu pati tersebut mengandung
gugus pektin dan maltosa 90%, hasil hidrolisisnya adalah maltopektin.
Hal ini hanya berlaku jika hidrolisis pati (amilum) dengan bantuan katalis asam.
Berbeda halnya dengan bantuan enzim, yang hasil hidrolisisnya hanya berupa gugus
monomer karbohidrat saja seperti monosakarida dan/atau oligosakarida.
 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa campuran senyawa organik yang
dimaksud adalah maltodekstrin karena maltodekstrin berarti maltosa dari golongan
disakarida serta dekstrin dari gugus potongan amilum.
 JAWABAN: D

Вам также может понравиться