Вы находитесь на странице: 1из 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun
kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan
prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun
beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi
dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu
dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan
mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi
anastesi lokal, regional atau umum. Sejalan dengan perkembangan
teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan pun
mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi
mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang
lebih kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah mikro (micro
surgery techniques) atau penggunaan laser, peralatan by Pass yang lebih
canggih dan peralatan monitoring yang kebih sensitif. (Sari,2013)
Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi
terkait dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga
pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang
teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh
peningkatan kemampuan masing-masing personel (terkait dengan teknik
dan juga komunikasi psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari
pasien bisa tercapai. Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal
tersebut diatas. Namun juga diikuti oleh perubahan pada pelayanan.
Untuk pasien-pasien dengan kasus-kasus tertentu, misalnya : hernia.
Pasien dapat mempersiapkan diri dengan menjalani pemeriksaan
dignostik dan persiapan praoperatif lain sebelum masuk rumah sakit.
Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba, maka pasien bisa
langsung mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur pembedahan.

1
Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah sakit.
(Sari,2013)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Perawatan Pre dan Pasca Bedah?
2. Apa saja Jenis Persiapan dan Perawatan Klien?
3. Apa saja yang termasuk di dalam Perawatan Luka Operasi?
4. Bagaimanakah Konsep Perawatan Luka Secara Umum?
5. Bagaimanakah Perawatan Luka untuk Mengganti Balutan seperti
gangren?

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Perawatan Pre dan Pasca bedah

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk


menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah
gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu
preoperative phase, intraoperative phase dan post operative phase. Masing-
masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu
pula dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan
masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang
luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan
dan standar praktik keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini
juga memerlukan dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam
perawatan pasien sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu
bentuk pelayanan prima. (Sari,2013)

Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang


dimulai dari prabedah (pre-operasi), bedah (intra-operasi) dan pasca bedah
(post-operasi). Prabedah merupakan masa sebelum dilakukan pembedahan,
dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah. Intra bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak
ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa keruang pemulihan.
Pascabedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang pemulihandan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya. (Indah,2015)

Fase pra bedah dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan


intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup

3
aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pra
operatif dan menyiapkan pasien untuk anstesi yang diberikan dan
pembedahan. (Sari,2013)

Pra bedah adalah masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan ,


dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pesien dimeja
bedah .Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan operasi adalah
Radiografi toraks, kapasitas vital, fungsi paru-paru, analisis gas darah pada
Pematuan sistem respirasi, dan elektrodiograf; pemeriksaan darah
seperti,Leukosit, eritosit, hematokrit, elektrolit dan lain-lain; pemeriksaan air
kencing,Albumin, blood Urea nitrogen (BUN), kreatinin untuk menentukan
gangguanSistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk
mendeteksi gangguan metabolisme. (Bandiyah,2009)

Fase intra bedah dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini
lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian
medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh :
memberikan dukungan psikologis selama induksi anstesi, bertindak sebagai
perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien d atas meja operasi
dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesimetrisan tubuh. (Sari,2013)

Perawatan intra bedah merupakan bagian dari tahapan asuhan


perioperatif. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam
aktivitas yang dilakukan oleh tenaga paramedis di ruang operasi. Aktivitas di
ruang operasi oleh paramedic difokuskan pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-
masalah fisik yang mengganggu pasien. Perawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi,
namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh

4
pasien. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga
kelompok besar, meliputi ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas
memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang
tepat di meja operasi, ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan
pembedahan serta perawat intra operatif. Perawat intra operatif bertanggung
jawab terhadap keselamatan dan kesejahteraan pasien. (Bandiyah,2009)

Fase pasca bedah dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan


(recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan
klinik atau di rumah. Lingkup aktivitas keperawaan mecakup renatang
aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian
meliputi efek agen anstesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi. Aktivitas keprawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut
dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta
pemulangan. (Sari,2013)

Asuhan pasca bedah (segera setelah operasi) harus dilakukan di ruang


pemulihan tempat adanya akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan
resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan staf terampil dalam jumlah
dan jenis yang memadai. (Bandiyah,2009)

Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan


adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah
dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang
lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik
bedah dan unit bedah ambulatori. Individu dengan masalah kesehatan yang
memerlukan intervensi pembedahan mencakup pula pemberian anastesi atau
pembiusan yang meliputi anastesi lokal, regional atau umum. Sejalan dengan
perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan pun
mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi
mutakhir telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih

5
kompleks dengan penggunaan teknik-teknik bedah mikro (micro surgery
techniques) atau penggunaan laser, peralatan by Pass yang lebih canggih dan
peralatan monitoring yang kebih sensitif. (Sari,2013)

Kemajuan yang sama juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait


dengan penggunaan obat-obatan anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan
pasien akan berjalan lebih cepat. Kemajuan dalam bidang teknik
pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus diikuti oleh peningkatan
kemampuan masing-masing personel (terkait dengan teknik dan juga
komunikasi psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari pasien bisa
tercapai. Perubahan tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Namun
juga diikuti oleh perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan
kasus-kasus tertentu, misalnya : hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri
dengan menjalani pemeriksaan dignostik dan persiapan praoperatif lain
sebelum masuk rumah sakit. Kemudian jika waktu pembedahannya telah tiba,
maka pasien bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur
pembedahan. Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien di
rumah sakit. (Sari,2013)

2.2 Jenis Persiapan dan Perawatan Klien


2.2.1 Pre Operatif
Merupakan fase dimana belum terjadinya pembedahan, dimulainya
keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan dan berakhir jika
pasien dipindahkan ke meja operasi. (Rahmah,2017)
Pembedahan atau Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani, dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan dilakukan untuk
mengobati suatu penyakit, cedera atau cacat, serta mengobati kondisi
yang sulit dan tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan
sederhana. (Syamsuhidajat,2010).

6
Pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan kesiapan
psikologis. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah
inform consent yaitu pernyataan persetujuan pasien dan keluarga
tentang tindakan yang akan dilakukan guna untuk mencegah
ketidaktahuan pasien tentang prosedur yang akan dilaksanakan.
Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan dalam rangka mempersiapkan pasien untuk
dilakukannya tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin
keselamatan pasien intraoperatif (Rahmah,2017).
1) Persiapan Pre Operatif
 Pemberian Pendidikan Kesehatan Pra Operatif
Informasi tersebut diantaranya tentang jenis pemeriksaan yang
dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang diperlukan,
pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan dan kemungkinan
pengobatan setelah operasi.
 Status Kesehatan Fisik Secara Umum
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
yaitu mengecek status kesehatan fisik secara umum. Sebelum
dilakukannya pembedahan, penting dilakukannya pemeriksaan
meliputi identitas pasien, riwayat penyakit seperti kesehatan
masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernapasan, fungsi ginjal dan hepatik. Pasien juga
diharuskan untuk istirahat yang cukup, karena dengan
beristirahat pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih
rileks.
 Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar
protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien

7
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah
sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca
operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input
dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang normal. Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekresi metabolit
obat-obatan anastesi.
 Persiapan Diet atau Puasa
8 jam sebelum pembedahan dilakukan pasien diharuskan untuk
berpuasa dan tidak diperbolehkan untuk makan. Sedangkan
untuk cairan tidak dioerbolehkan 4 jam sebelum pembedahan,
guna untuk mencegah terjadinya aspirasi yang ditakutkan akan
masuk ke dalam saluran pernafasan.
 Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ini ditujukan untuk
menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi
tempat persembunyian kuman dan juga menghambat proses
penyembuhan dan perawatan luka. Daerah yang dilakukan
pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dilakukan pembedahan. Biasanya daerah sekitar alat kelamin
(pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada
daerah sekitar perut dan paha. Adapula pembersihan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah
dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun

8
heksakloforin atau sejenisnya yang sesuai dengan jenis
pembedahan.
 Personal Hygeine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dibedahkan. Maka dari
itu sangat diusahakan untuk selalu diperhatikan masalah
kebersihan tubuh pasein.
 Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih ini dilakukan dengan
menggunakan pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan
isi bladder tindakan kateerisasi juga diperlukan untuk
mengobservasi balance cairan.
 Latihan napas dan latihan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru-paru. Pernapasan yang dianjurkan adalah
pernapasan diafragma, dengan cara berikut:
1. Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk
mengembangkan torak.
2. Tempatkan tangan diatas perut.
3. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
4. Tahan napas 3 detik.
5. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
6. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama
hingga tiga kali setelah napas terakhir, batukkan untuk
mengeluarkan lendir.
7. Istirahat.
 Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak
tromboflebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan

9
memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan
glutea. Latihan memompa otot dapat dilakukan dengan
mengontraksi otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot
kaki, dan ulangi hingga sepuluh kaki.
 Latihan Mobilitas
Latihan ini digunakan untuk mencegah komplikasi sirkulasi,
mencegah dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi
adanya nyeri. Melalui latihan mobilitas, pasien harus mampu
menggunakan alat di tempat tidur, seperti menggunakan
penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi
tempat tidur, atau dengan menggeser pasien ke sisi tempat tidur.
Melatih duduk diawali dengan tidur fowler, kemudian duduk
tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
 Pencegahan Cedera
Untuk mengatasi resiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan bedah dahulu :
a) Cek identitas pasien
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu,
misalnya cincin, gelang dan lain-lain.
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilai sirkulasi.
d) Lepaskan kontak lensa.
e) Lepaskan protesis.
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak
dapat mendengar.
g) Anjurkan pasien untuk mengosogkan kandung kemih.
h) Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien beresiko terjadi
tromboflebitis.

2.2.2 Intra Operatif


Intra operatif (bedah) merupakan masa pembedaahan dimulai sejak
ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ke ruang

10
pemulihan. Terdapat hal yang perlu di dikaji dalam intrabedah adalah
pengaturan posisi pasien. Berbagai masalah yang terjadi selama
pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis perubahan tanda
vital, sistem kardiovaskular, keseimbangan cairan, dan pernafasan.
Selain itu lakukan pengkajian terhadap tim, dan instrumen pembedahan,
serta anestesia yang diberikan.
Rencana tindakan :
1. Penggunaan baju seragam bedah.
Penggunaan baju seragam bedah didesain khusus dengan harapan
dapat mencegah kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan
berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju
bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam celana atau
harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri,
serta gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, dan celemek
steril.
2. Mencuci tangan sebelum pembedahan.
3. Menerima pasien di daerah bedah.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan
pemeriksaan ulang di ruang penerimaan untuk mengecek kembali
nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomor status registrasi
pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah
setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat
protesis, dan lain-lain.
4. Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah.
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,
trendelenburg, litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi
yang akan dilakukan.
5. Pembersihan dan persiapan kulit.
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan
dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit, serta mengurangi
adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam membersihkan kulit

11
ini harus memiliki spektrum khasiat, kecepatan khasiat, potensi yang
baik dan tidak menurun apabila terdapat kadar alkhohol, sabun
deterjen, atau bahan organik lainnya.
6. Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril
agar tetap sterilnya di daerah seputar bedah dan mencegah
berpindahnya mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.
7. Pelaksanaan anestesi.
Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan dengan berbagai macam,
antara lain anestesia umum, inhalasi atau intravena, anestesia
regional, dan anestesia lokal.
8. Pelaksanaan pembedahan.
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan
pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.

2.2.3 Pasca Operatif


Pasca Operatif (pasca bedah) merupakan masa setelah dilakukan
pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Setelah tindakan pembedahan
(pra oprasi), beberapa hal yang perlu dikaji diantaranya adalah status
kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi dan perubahan tanda vital
yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah
pembedahan dan sekitarnya, serta alat-alat yang digunakan dalam
pembedahan. Selama periode ini proses asuhan diarahkan pada
menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien,
menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang
cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi
optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman. Upaya yang dapat
dilakukan unuk megantisipasi dan mencegah masalah yang
kemungkinan bisa muncul pada tahap ini.
Faktor yang Berpengaruh Postoperasi

12
a. Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan
mayo/gudel.
b. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian
bantuan nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.
c. Mempertahakan sirkulasi darah
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian
cairan plasma ekspander.
d. Obeservasi keadaan umum, obeservasi vomitus dan drainase.
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui
keadaan pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau
muntahan mungkin saja terjadi akibat anastesi sehingga perlu
dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting
untuk dilakukan obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang
dialami pasien.
e. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
f. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injur.
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan,
disorientasi dan beresiko tinggi untuk jatuh. Tempatkan pasien pada
tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya. Untuk
mengurangi nyeri biasanya diperlukan intervensi keperawatan yang
tepat juga kolaborasi dengan media yang terkait .

Tindakan yang dapat dilakukan untuk pasien Pasca Bedah:

13
A. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri
dapat dilakukan manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan
jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal.
Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan
jahitan. Kemudian memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan
vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler.
B. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik
napas yang dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3
detik dan hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik
napas melalui hidung dan menggunakan diafragma, kemudian napas
dikeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
C. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan
harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna untuk memperlancar
vena
D. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan
memberikan cairan sesuai kebutuhan pasien, monitor input dan output ,
serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
E. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan
output, serta mencegah terjadinya retensi urine.
F. Mobilisasi dini, dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk
efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler
dan mengeluarkan sekret dan lendir. Mempertahankan aktivitas dengan
latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatori.
G. Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara
terapeutik.
H. Rehabilitasi, diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik
yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia

14
kala.Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal
yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi.
I. Discharge Planning. Merencanakan kepulangan pasien dan
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal
yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondis/penyakitnya post operasi

2.2.4 Perawatan luka Perineum pada Post Partum.


Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyembuhkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada
ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai kembalinya
organ genetik seperti sebelum hamil.
Bentuk luka Perineum :
a) Rupture
Adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala bayi atau bahu yang
terus mendorong keluar pada saat proses persalinan.
b) Episiotomi
Adalah sebuah irisan bedah pada perineum guna untuk memperbesar
muara vagina yang dilakukan sebelum keluarnya kepala bayi.

Waktu perawatan :

a. Pada saat mandi


Pada saat mandi, ibu post partum akan melepas pembalut, setelah
terbuka pasti akan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang
tertampung pada pembalut. Untuk itu maka perlu dilakukan
penggatian pembalut dan pembersihan perineum ibu.
b. Pada saat buang air kecil

15
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air
seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum, maka dari itu perlu dilakukan pembersihan.
c. Pada saat buang air besar
Pada saat ini, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekira
anus, guna untuk mencegah kontaminasi bakteri dari anus ke
perineum yang letaknya bersebelahan, maka perlu dilakukan
pembersihan secara keseluruhan.
2.3 Perawatan Luka Operasi
2.3.1 Ganti Balutan
Perawatan luka umumnya diawali dengan tindakan penggantian
balutan. Ganti balutan merupakan suatu tindakan untuk melindungi luka
dengan drainase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme. Ganti
balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,
melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan, yaitu: kondisi klinis
pasien, sifat operasi, tipe atau jenis luka dan tampilan luka.
Membersihkan luka sebaiknya memakai normal saline (NaCl).
Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, sebaiknya tidak
sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat
penyembuhan dan mencegah repitelisasi. Luka dengan sedikit debris
dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan
sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Kostania,
n.d.)
Menggunakan balutan yang tepat perlu disertai
pemahaman tentang penyembuhan luka. Apabila balutan tidak sesuai
dengan karakteristik luka, maka balutan tersebut dapat mengganggu
penyembuhan luka. Pilihan jenis balutan dan metode pembalutan luka
yang akan mempengaruhi kemajuan penyembuhan luka. (Kostania,
n.d.)
Menurut Putri Ristanti, karakteristik balutan luka yang ideal, yaitu :
 Dapat menyerap drainase untuk mencegah terkumpulnya eksudat

16
 Tidak melekat
 Impermeable terhadap bakteri
 Mampu mempertahankan kelembaban yang tinggi pada luka
 Penyekat suhu
 Non toksik dan non alergenik
 Nyaman dan mudah disesuaikan
 Mampu melindungi luka dari trauma lebih lanjut
 Biaya ringan
 Awet. (Ristanti, n.d.)
2.3.2 Angkat Jahitan
Angkat jahitan adalah suatu tindakan melepas jahitan yang
biasanya dilakukan pada hari ke-7 atau sesuai dengan proses
penyembuhan luka. Tujuan dilakukan angkat jahitan adalah untuk
mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya
infeksi. Pertimbangan dilakukan angkat jahitan adalah tegangan pada
tepi luka operasi atau luka jahitan. Hal-hal yang harus diperhatikan
berkaitan dengan tindakan angkat jahitan adalah :
1. Tepi luka yang searah dengan garis lipatan kulit tidak akan tegang
2. Luka yang arahnya tegak lurus terhadap garis kulit atau yang dijahit
setelah banyak bagian kulit diambil, akan menyebabkan tegangan
tepi luka yang besar  pengambilan jahitan ditunda lebih lama,
sampai dicapai kekuatan jaringan yang cukup, sehingga bekas
jahitan tidak mudah terbuka lagi
3. Jahitan yang dibiarkan terlalu lama, akan memperlambat
penyembuhan luka (Kostania, n.d.)

2.4 Konsep umum perawatan luka (secara umum)


2.4.1 Klasifikasi luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan
luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).

17
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi
yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan
infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari
tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal;
Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar
1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi),
merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya
infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka
terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan
kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut,
inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka a.
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) :
yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya
lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari
dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis
seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada

18
lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang
dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d.
Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai
lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam
proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan
endogen.

2.4.2 Fase penyembuhan luka


Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan
jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase
penyembuhan luka menurut Taylor (1997) adalah sebagai berikut:
A. Fase Inflamatori
Dimulai setelah pembedahan dan akan berakhir pada hari ke 3-4
pasca operasi. Dalam fase ini terdapat dua tahapa, yaitu Hemostasis
dan Fagositosis. Proses yang terjadi pada fase ini adalah proses
inflamasi. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh
darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet
yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi
pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka.
Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan
mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab
epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu
sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah

19
masuknya mikroorganisme. Fase inflamatori juga memerlukan
pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat
benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat
ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan
pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak
merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama
neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati
oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24
jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme
dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag
juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang
pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan
AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon
inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan
B. Fase Proliferatif
Pada tahap ini, firoblast secara cept akan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yaitu vitamin B,vitamin C dan asam amino. Hasil
sintesis tersebuta akan membentuk lapis-lapis perbaikan luka.
Lapisan tipis akan terbentuk melintasi luka dengan aliran darah di
dalamnya sehingga kapilerisasi akan tubuh melintasi luka. Jaringan
yang baru terbentuk tersebut disebut granulasi jaringan. Jaringan
tersebut berwarna kemerahan dan mudah berdarah.
C. Fase Maturasi
Dimulai pada hari ke-21 dan dapat berlanjut selama 1-2 tahun
setelah perlukaan. Pada fase ini terjadi perubahan kollagen yang
sebelumnya telah ditimbun dalam luka sehingga membuat
penyembuhan luka lebih kuat dan mulai membentuk jaringan.
Kollagen yang baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam
luka sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan berbentuk garis
putih. (Taylor, 1997)

20
2.4.3 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
1) Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.
Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi
hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2) Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh.
Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C
dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi
memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka
setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk
meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena
supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3) Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab
infeksi.
4) Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang
memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk
penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit
menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran
darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang
menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau
diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang
menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

21
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan
luka.
5) Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka
secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi.
Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan
waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
6) Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses
ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah
merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut
dengan nanah (“Pus”).
7) Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan
suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran
darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu
ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8) Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan
peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel.
Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori
tubuh.
9) Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10) Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan

22
antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap
infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal
tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan
setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat
koagulasi intravaskular.
2.4.4 Jenis luka: luka basah dan luka kering
Luka terbagi atas 2 jenis, yaitu luka basah dan luka kering.
Luka kering adalah luka yang tidak mengeluarkan cairan sedangkan
luka basah adalah luka yang mudah berdarah dan mengeluarkan pus
(nanah). Termasuk luka kering diantaranya adalah: luka lecet, luka
serut, luka bilah, luka akibat patah tulang dan yang sejenisnya.
Sedangkan yang termasuk luka basah adalah: luka akibat penyakit
diabetes, eksim basah, dan yang sejenis lainnya.
Lama waktu penyembuhan luka kering adalah lebih cepat dari
pada penyembuhan terhadap luka basah. Penyembuhan luka basah
memerlukan waktu yang lebih lama untuk cepat kering. Prinsip
dilakukannya perawatan pada luka basah adalah merawat luka dengan
baik agar luka tersebut tidak terinfeksi. Jika luka basah terganggu dan
terjadi infeksi maka waktu penyembuhannya akan jauh lebih lama
lagi. Dalam melakukan perawatan luka basah sangat diperlukan
pengetahuan tentang infeksi. Jika luka terinfeksi maka harus segera
konsultasikan ke dokter agar mendapatkan pengobatan yang tepat.
Adapun tanda-tanda dari luka yang terinfeksi adalah tampak
kemerahan pada sekeliling luka, terjadi pembengkakan pada daerah
luka dan kemudian keluar pus dari luka. Adapun gejala pada penderita
adalah penderita akan mengalami demam.

23
Dua prinsip utama dalam perawatan luka. Prinsip pertama
menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kering (tidak
mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu
ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain
bersih yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9 %.
Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan
teknik irrigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak
ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9 %. Jika memungkinkan
bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium permanganat
(PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air), atau
dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000
menggunakan kain kasa.

2.5 Perawatan Luka Ganti Balutan (seperti gangren)

2.5.1 Pengertian

Perawatan luka adalah tindakan untuk merawat luka dan


melakukan pembalutan. Hal tersebut untuk mencegah infeksi silang
(masuk melalui luka) dan mempercepat penyembuhan luka
(Musrifatul, 2009). Perawatan luka untuk mencegah trauma (injury)
pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh
adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan
kulit (Ismail, 2011)
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi
organ tubuh kembali pulih, ditunjukan dengan tanda-tanda dan
respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi,
melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang
sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan
penampilan. (Rosina, 2007)
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus
adalah, apakah luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang

24
harus diibuang, apakah ada tanda klinik yang memperlihatkan
masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat
resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif
terhadap obat topical dan lain-lain. (Rosina, 2007)
Keseimbangan kelembapan pada permukaan balutan luka adalah
faktot kunci dalam mengoptimalkan perbaikan jaringan,
mengeliminasi eksudat dari luka yang berelebihan pada luka kronik
yang merupakan bagian penting untuk permukaan luka maka
digunakan metode untuk menjaga luka agar tetap lembab. Metode ini
secara klinis memiliki keuntungan akan meningkatkan proliferasi
dan migrasi dari sel-sel epitel disekitar lapisan air yang tipis,
mengurangi resiko timbulnya jaringan parut dan lain-lain. (Rosina,
2007)

2.5.2 Manajemen Perawatan Luka


Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang
dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka,
penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan.
1) Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi
dan eksplorasi).
2) Tindakan Antiseptik, untuk melakukan pencucian/pembersihan
luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik.
- Perawatan luka kotor
Gunakan kasa steril yang di pegang dengan pinset , di
celupkan atau di berikan larutan savlon dan lakukan pembersih
pada luka . bila perlu bersihkan H2O2(bila ada jaringan mati
dan sulit di angkat) . lanjutkan pembersihan dengan boorwater
(BWC) hingga bersih. (Fatahilla, 2012)
- Perawatan luka bersih
Gunakan kasa steril yang di pegang dengan pinset ,
celupkan/di beri larutan NaCl o,9% atau BWC , kemudian

25
bersihkan sampai bersih dan lanjutkan dengan pengobatan luka
menggunakan betadine atau sejenisnya (Fatahilla, 2012)
3) Penutupan luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan
yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung
normal
4) Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat
tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi
sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan
lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan,
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom. (M. Sinaga, 2014)
Pada saat menggunakan balutan yang tepat perlu disertai
pemahaman tentang penyembuhan luka. Apabila balutan tidak
sesuai dengan karakteristik luka, maka balutan tersebut dapat
mengganggu penyembuhan luka. Pilihan jenis balutan dan metode
pembalutan luka akan mempengaruhi kemajuan penyembuhan
luka. (Evita, 2016)

Karakteristik balutan luka yang ideal :

1. Dapat menyerap drainase untuk mencegah terkumpulnya


eksudat
2. Tidak melekat
3. Impermeable terhadap bakteri
4. Mampu mempertahankan kelembaban yang tinggi pada luka
5. Penyekat suhu
6. Non toksik dan non alergenik
7. Nyaman dan mudah disesuaikan
8. Mampu melindungi luka dari trauma lebih lanjut

26
Menfiksasi balutan dapat menggunakan plester, tali atau
perban, atau balutan skunder dan pengikat kain untuk memfiksasi
balutan pada luka. Pilihannya tergantung dari ukuran luka, lokasi,
ada tidaknya drainase, frekuensi penggantian balutan, dan tingkat
aktifitas pasien. (Fatahilla, 2012)

Perawat paling sering menggunakan plester untuk


memfiksasi balutan jika klien tidak alergi terhadap plester. Kulit
yang sensitive terhadap plester perekat dapat mengalami inflamasi
dan ekskoriasi yang sangat berat dan bahkan dapat terlepas dari
kulit ketika plester diangkat. (Fatahilla, 2012)

2.5.3 Perawatan Luka dengan Balutan

1. Perawatan Luka dengan Balutan Kering


a. Pengertian : Tindakan pembersihan luka dan penggantian
balutan kering
b. Tujuan :
1. Mencegah infeksi sekunder
2. Luka bersih dan kering
3. Meminimalkan mikroorganisme
c. Indikasi : Untuk luka atau insisi pembedahan yang mempunyai
drainase minimal dan tidak ada jaringan yang hilang
d. Persiapan alat
1. Satu alat steril sesuai kebutuhan
2. Plester
3. Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4. Sarung tangan bersih
5. Sarung tangan steril
6. Larutan normal saline steril (NaCl 0,9 %)
7. Kantong sampah infeksius

27
8. Perlak dan alasnya
9. Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok dan
kom steril diatas troli
e. Prosedur
1. Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
2. Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
3. Berikan privasi
4. Tinggikan tempat tidur dan turunkan
5. penghalang tempat tidur untuk bekerja di samping pasien
6. Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di
dekat pasien
7. Cuci tangan
8. Pasangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti
balutan
9. Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10. Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11. Tuang larutan normal saline pada balutan
12. Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastic
13. Lepaskan sarung tangan
14. Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan
alat
15. Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan
beberapa potong kasa di daerah steril tersebut
16. Pakai sarung tangan steril
17. Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada
daerah depresi atau lubang
18. Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada
tanda-tanda infeksi
19. Tutup daerah luka dengan kasa steril
20. Lepaskan sarung  tangan dan masukkan ke dalam kantong
sampah infeksius

28
21. Plester hanya  pada bagian ujung-ujung balutan, plester
montgomeri dapat digunakan untuk mencegah iritasi kulit
yang berlebihan dan kerusakan yang disebabkan oleh ganti
balutan yang sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah
gulungan perban untuk memperkuat fiksasi
22. Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat
tidur dan kembali naikkan penghalang tempat tidur
23. Buang barang yang kotor ke dalam wadah yang tepat
(sampah infeksius)
24. Cuci tangan
25. Bereskan alat-alat

2. Perawatan Luka dengan Balutan Basah atau Lembab


a. Pengertian : Tindakan perawatan luka dan kompres yang
membutuhkan balutah basah atau lembap.
b. Tujuan :
1. Mencegah, membatasi, atau mengontrol infeksi
2. Mengangkat jaringan nekrotik untuk meningkatkan
penyembuhan luka
3. Menyerap drainase (eksudat)
4. Mempertahankan lingkungan luka yang lembap
c. Indikasi
1. Luka kronis dan banyak drainase/ pus
2. Luka yang banyak kehilangan jaringan kulit
d. Persiapan alat
1. Satu set steril sesuai kebutuhan
2. Plester
3. Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4. Sarung tangan bersih
5. Sarung tangan steril
6. Larutan normal saline steril (NaCl 0,9%)

29
7. Kantong sampah infeksius
8. Perlak dan alasnya
9. Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (piala
ginjal) dan kom steril diatas troli

e. Prosedur
1. Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2. Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3. Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4. Berikan privasi
5. Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat
tidur untuk bekerja di samping pasien
6. Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang
kotor di dekat pasien
7. Cuci tangan
8. Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti
balutan
9. Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10. Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11. Tuang larutan normal saline pada balutan
12. Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong
plastic
13. Lepaskan sarung tangan
14. Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan
alat
15. Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan
letakkan beberapa potong kasa di daerah steril tersebut
16. Pakai sarung tangan steril
17. Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada
daerah depresi atau lubang
18. Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada
tanda-tanda infeksi

30
19. Bentangkan kasa lembap dan basa dalam lapisan tunggal
dan tempatkan di bagian atas menutupi seluruh area
20. Kemudian tutup dengan kasa kering pada balutan untuk
menahannya
21. Lepaskan sarung  tangan dan masukkan ke dalam
kantong sampah infeksius
22. Plester hanya  pada bagian ujung-ujung balutan, plester
montgomeri dapat digunakan untuk mencegah iritasi
kulit yang berlebihan dan kerusakan yang disebabkan
oleh ganti balutan yang sering. Untuk daerah tertentu,
dapat ditambah gulungan perban untuk memperkuat
fiksasi
23. Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat
tidur dan kembali naikkan penghalang tempat tidur
24. Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat
(sampah infeksius)
25. Cuci tangan
26. Bereskan alat-alat
27. Catat dalam rekam medic
2.5.4 Perawatan Luka Ganti Balutan Gangren

A. Pengertian : Gangren adalah


luka yang terinfeksi disertai dengan adanya jaringan yang mati.
Mengganti balutan / perban adalah suatu tindakan untuk
mengganti balutan dalam perawatan luka untuk mencegah

31
infeksi silang dengan cara menjaga agar luka tetap dalam
keadaan bersih. (Kapevi, 2014)
B. Tujuan :
1. Mencegah meluasnya infeksi
2. Memberi rasa nyaman pada klien
C. Indikasi :
1. Luka terbuka atau kotor
2. Luka gangrene
D. Persiapan Alat dan Bahan :
1. Pinset anatomi
2. Pinset sirurgi
3. Klem Koucher
4. Perlak
5. Betadine
6. Kapas sublimat
7. Larutan H202
8. Larutan Boorwater
9. NaCl 0,9 %
10. Gunting perban
11. Plester atau balutan
12. Bengkok
13. Kasa steril
14. Kom kecil
15. Handscoon steril
E. Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan dan tutup sampiran
2. Meletakkan alat didekat pasien
3. Menyapa pasien, menjelaskan tujuan, dan prosedur apa yang
akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien.
4. Memposisikan pasien senyaman mungkin

32
5. Pasang perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan
diganti balutannya
6. Taruh bengkok di dekat pasien
7. Gunakan handscoon steril
8. Membuka balutan dan membuang balutan lama ke bengkok,
dengan menggunakan pinset anatomi
16. Bersihkan luka dengan kassa steril yang telah dibasahi
dengan NaCl, Larutan H202, Larutan Boorwater. (Sesuai
dengan keadaan luka, lakukan hingga bersih)
17. Buang bagian-bagian yang kotor
18. Bersihkan area paling bersih ke area kotor (dari dalam ke
luar)
19. Kompres luka dengan betadine atau dengan salep yang
telah ditentukan
20. Tutup luka dengan kassa steril
21. Balut luka dengan perban
22. Bereskan alat-alat yang telah digunakan
23. Cuci tangan
24. Mengevaluasi hasil tindakan
25. Berkomunikasi dengan pasien
26. Catat perubahan keadaan luka
27. Catat waktu dan tanggal ganti balutan
28. Dokumentasikan keadaan luka

33
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang
dimulai dari prabedah (pre-operasi), bedah (intra-operasi) dan pasca
bedah (post-operasi). Prabedah merupakan masa sebelum dilakukan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien di meja bedah. Intra bedah merupakan masa
pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja bedah dan berakhir
saat pasien dibawa keruang pemulihan. Pascabedah merupakan masa
setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki
ruang pemulihandan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
(Indah,2015)

34
DAFTAR PUSTAKA

A, Sari.2013.Konsep dasar keperawatan perioperatif.

A, Putri.(n.d.). SOP Perawatan Luka Operasi.

Brunner and Suddarth. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 2. Jakarta : Egc.

De’Safir.2013.Persiapan Pre-Operasi & Perawatan Post Operasi.

Evita Andriyani, 2016. Ganti Verban (GV)” STIKES Aisyiyah Yogyakarta.

Fathilla Ali, 2012.Ganti Perban.

G, Kostania.(n.d.) Bahan ajar, 1–18.

Gita.2014.Asuhan pada Pasien Pre, Intra dan Pasca Bedah pada Kasus
Kebidanan.

Irma.2016.Preoperasi, Intra Operasi, Pasca Operasi, Jenis-Jenis Anestesi.

Ismail.1997. Luka dan Perawatannya, 1–12.

Ismail, 2011. Luka dan Perawatannya.UMY. Yogyakarta

Kapevi Hatake, 2014.SOP Ganti Balutan Gangren.

M. Sinaga.2014.Penatalaksanaan perawatan luka: USU. Sumatera Utara


Musrifatul, et al.2009.Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Salemba
Medika. Jakarta.

Purnama, H et al.2016.Proses Penyembuhan dan Perawatan Luka. Fakultas


Farmasi, Universitas Padjajaran, 4, 1–13.

Retno.2015.Persiapan dan Perawatan Pre Operasi, Intra Operasi & Post


Operasi.

35
Rosina, 2007. “Perawatan Luka. Ilmu Keperawatan”. Jakarta

Semer, N. B.2013. Dasar-Dasar Perawatan Luka, 3–21.

Subandriyo, Adeirma.2015.Persiapan dan Perawatan Pre Operasi, Intra


Operasi& Post Operasi.

Yasmine, Indah.2015.Perawatan Bedah Kebidanan.

36

Вам также может понравиться