Вы находитесь на странице: 1из 14

2.

1 Pengertian Sampah
Definisi sampah menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.(Slamet, 2002)
Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis,
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Namun, menurut Hadiwiyoto, 1994 mengatakan
sampah adalah sesuatu yang tidak dapat digunakan kembali, tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang tidak dipakai yang berasal dari kegiatan
manusia. (Hadiwiyoto,1994)

2.2 Pengertian Penglolaan Sampah


Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumberdaya.Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah
dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang
biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium
perantara menyebar luasnya suatu penyakit. (Handayani, 2009)
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam
menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.
Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan
transport, pengolahan dan pembuangan akhir. (Sujandari, 2009)
Pengelolaan sampah merupakan semua kegiatan yang bersangkut
paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan
transportasi,pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan
mempertimbangkanfaktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi,
konservasi, estetika, dan faktor – faktor lingkungan lainnya yang erat
kaitannya dengan respons masyarakat. . (Handayani, 2009)
Menurut UU no 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan
sebagaikegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputipengurangan dan penanganan sampah. Kegiatan pengurangan
meliputi:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.

Sedangkan kegiatan penanganan meliputi :


a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
sesuaidengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah
darisumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau
tempatpengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat
pengolahansampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber
dan/ataudari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat
pengolahansampah 3R terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir
(TPA) atau tempatpengolahan sampah terpadu (TPST);
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlahsampah; dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampahdan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secaraaman

2.3 Sumber- Sumber Sampah


Menurut Damanhuri 2010, Sumber-sumber timbulan sampah sebagai berikut:
(Damanhuri, 2010)
a. Sampah dari pemukiman penduduk
Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga
yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan
biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang
bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
b. Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan
Tempat- tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya
orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat – tempat tersebut
mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah
termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah
yang dihasilkan umumnya berupa sisa – sisa makanan, sampah kering,
abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya.
c. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid,
rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan saran pemerintah lainnya yang
menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
d. Sampah dari Industri
Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam perusahaan
kayu dan lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi
ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat
ini biasanya sampah basah, sampah kering abu, sisa – sisa makanan, sisa
bahan bangunan.
e. Sampah Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian,
misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang
dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi
serangga tanaman.

2.4 Jenis-jenis Sampah


Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang
berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah
sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah
institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah padat
dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut : (Naatonis, 2010)
a. Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati
yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable.
Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah
rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa – sisa makanan,
pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit
buah, daun dan ranting.
b. Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-
hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi :
sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah
kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar
anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme secara
keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya
dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat
rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.
(Damanhuri, 2010)

2.. TAKAKURA
 Pengertian keranjang Takakura

Keranjang Takakura merupakan alat pengomposan skala rumah tangga yang


ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu
International Techno-cooperative Association, dan Pemerintah Kitakyusu
Jepang pada tahun 2005. Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana
di sekitar kita yang mampu mempercepat proses pembuatan kompos. Satu
keranjang standar dengan starter 8 kg dipakai oleh keluarga dengan jumlah
total anggota keluarga sebanyak 7 orang. Sampah rumah tangga yang diolah
di keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari. (Hadisuwito, 2007)
Keranjang kompos Takakura adalah hasil penelitian dari seorang ahli Mr.
Koji TAKAKURA dari Jepang. Mr. Takakura melakukan penelitian di
Surabaya untuk mencari sistem pengolahan sampah organik. Selama kurang
lebih setahun Mr. Takakura bekerja mengolah sampah dengan membiakkan
bakteri tertentu yang “memakan” sampah organik tanpa menimbulkan bau
dan tidak menimbulkan cairan. Dalam pelaksanaan penelitiannya, Mr.
Takakura mengambil sampah rumah tangga, kemudian sampah dipilah dan
dibuat beberapa percobaan untuk menemukan bakteri yang sesuai untuk
pengomposan. Jenis bakteri yang dikembang-biakkan oleh Takakura inilah
yang kemudian dijadikan starter kit bagi keranjang Takakura. Hasil
percobaan itu, Mr. Takakura menemukan keranjang yang disebut “Takakura
Home Method” yang dilingkungan masyarakat lebih dikenal dengan nama
keranjang sakti Takakura. (Hadisuwito, 2007)
Selain Sistem Takakura Home Method, Mr. Takakura juga menemukan
bentuk-bentuk lain ada yang berbentuk “Takakura Susun Method”, atau
modifikasi yang berbentuk tas atau kontainer. Penelitian lain yang dilakukan
Takakura adalah pengolahan sampah pasar menjadi kompos. Akan tetapi
Takakura Home Method adalah sistem pengomposan yang paling dikenal
dan disukai masyarakat karena kepraktisannya. (Hadisuwito, 2007)
Mr. Takakura, melakukan penelitian di Surabaya sebagai bagian dari
kerjasama antara Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu di Jepang. Kerjasama
antar kedua kota difokuskan pada pengelolaan lingkungan hidup. Bentuk
kerjasama berupa pemberian bantuan teknis kepada kota Surabaya. Bantuan
teknis yang diberikan Pemerintah Jepang adalah dengan menugaskan
sejumlah tenaga ahli untuk melakukan penelitian tentang pengolahan
sampah yang paling sesuai dengan kondisi Surabaya. Mr. Takakura adalah
salah satu ahli yang ditugaskan itu. Kerjasama Kitakyushu-Surabaya untuk
mengelola sampah dimulai dari tahun 2001 sampai 2006. Takakura menjadi
peneliti kompos selama kerjasama tersebut sekaligus sebagai ahli
pemberdayaan masyarakat. Selama itu Takakura dan timnya secara berkala
datang ke Surabaya untuk melakukan penelitian dan melaksanakan hasil
penelitian itu. (Hadisuwito, 2007)
Sumbangsih Mr. Takakura terhadap upaya pengelolaan sampah berbasis
masyarakat sangatlah besar. Keberhasilan itu malah diapresiasi oleh lembaga
internasional IGES (Institut for Global Environment and Strategy).
Keberhasilan Mr. Takakura menemukan sistem kompos yang praktis tidak
saja memberikan sumbangsih bagi teknologi penguraian sampah organik,
tetapi juga menjadi inspirasi bagi pengelolaan sampah berbasis komunitas.
(Hadisuwito, 2007)

 Keunggulan Keranjang Takakura


1. Praktis dan murah untuk mengkompos di dalam ruangan dibanding
kebanyakan metode pengkomposan lainnya yang harus dilakukan diluar
ruangan.
2. Ukuran keranjang relatif kecil tetapi kinerjanya tinggi : mampu
mengkompos dengan cepat dan kecil kemungkinan terjadi bau.
Walaupun ruang yang disisakan untuk mengkompos hanya 1/3 wadah,
tetapi wadah akan penuh paling cepat 2-3 bulan, untuk masukan 1-2 kg
sampah per hari dengan jumlah anggota keluarga 5 – 7 orang.
3. Alat dan bahannya mudah diperoleh, bahkan dapat dibuat sendiri media
dan isinya.

 Jenis-jenis sampah yang dapat diolah keranjang Takakura


Pada dasarnya keranjang Takakura dapat digunakan untuk mengkompos
semua bahan organis (semua bahan yang berasal dari hewan dan tumbuhan).
Dimana jumlah rata-ratanya sekitar 50 % dari sampah rumah
tangga. Keranjang Takakura dirancang untuk mengolah sampah sisa-sisa
makanan, termasuk berbagai sisa bahan pada saat memasak.
Contoh / jenis sampah organik yang dapat dimasukkan :
a. Sampah sayur baru & sisa sayur basi (Sisa-sisa sayur sebelum
dimasukkan harus dipotong kecil-kecil dan Idealnya sisa sayuran
tersebut belum basi. Namun bila sayur telah basi, cuci sayuran tersebut
terlebih dahulu, peras, dan buang airnya).
b. Sisa nasi & sisa makan pagi, siang ataupun malam
c. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dll) hindari memasukkan kulit
buah yang keras seperti kulit salak.
d. Sampah ikan laut atau ikan tawar dan daging dapat diolah tapi jumlahnya
jangan sampai terlalu banyak.

 Proses pembuatan keranjang Takakura


a. Alat dan bahan :
 Keranjang laundry dengan tutupnya 1 buah
 Kardus bekas sekiranya cukup untuk dimasukkan ke dalam keranjang
plastik
 Gunting 1 buah
 Isolasi secukupnya untuk merekatkan kardus pada keranjang
 Kain jaring 1 meter.
 Cetok / garu 1 buah
 Jarum jahit dan benang untuk menjahit bantalan sekam
 Sekam secukupnya masukkan dalam kain yang mudah menyerap air
kemudian jahit menyerupai bantal, buat 2 bantal sekam.
 Kompos siap pakai sebagai starter.
 Sampah organik seperti sayuran, buah, dan nasi yang sudah ditiriskan
dulu agar bebas air lalu dicacah kecil- kecil.
b. Proses pembuatan
 Siapkan 1 buah keranjang plastik yang berlubang-lubang untuk
sirkulasi udara (keranjang laundry) yang bertutup. Ukurannya hanya
sekitar 50 liter, biasanya digunakan untuk keranjang wadah pakaian
kotor sebelum dicuci

 Ambil kardus dan potong dengan menggunakan gunting sesuai


ukuran keranjang lalu tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling
bagian dalam keranjang. Tekan-tekan supaya masuk dan pas
sehingga keranjang bisa ditutup. Kardus berfungsi sebagai perangkap
starter kompos agar tidak tumpah, karena keranjang yang dipakai
memiliki lubang yang relatif besar.
 Gunting kain jaring untuk membuat dua kantong bantalan sekam
sesuai ukuran alas dan bagian atas keranjang dengan cara menjahit
bagian tepi jaring.
 Setelah jaring berbentuk kantong, isi masing-masing kantong jaring
dengan sekam secukupnya lalu jahit hingga menyerupai bantal. Jahit
dengan gaya bebas semampunya. Bentuk akhir mirip bantal sekam,
lebih padat lebih bagus. Buat dua buah.
 Setelah bagian dalam keranjang terlapisi kardus, masukkan satu buah
bantal sekam pada alas keranjang. Ini gunanya supaya cairan sampah
dan kompos tidak merembes. Bantal sekam di bagian bawah
keranjang berfungsi sebagai penampung air lindi dari sampah bila
ada, sehingga bisa menyerap bau. Bantal sekam juga berfungsi
sebagai alat kontrol udara di tempat pengomposan agar bakteri
berkembang dengan baik.
 Masukkan kompos siap pakai ke dalam keranjang kurang lebih
setebal 5 cm. Kompos berfungsi sebagai starter pada proses
pengomposan karena di dalamnya terkandung mikroba-mikroba
pengurai.
 Masukkan sampah organik ke dalam keranjang, sampah yang hendak
dikomposkan antara lain: Sisa makanan dari meja makan: nasi, sayur,
kulit buah-buahan. Sisa sayuran mentah dapur: akar sayuran, batang
sayuran yang tidak terpakai. Sebelum dimasukkan ke dalam
keranjang, harus dipotong-potong kecil-kecil sampai ukuran 2 cm x 2
cm. Sesekali tekan sampah dengan cetok hingga sampah berada di
tengah- tengah kompos siap pakai
 Lapisi permukaan dengan salah satu kantong kain jaring berisi sekam
yang telah disiapkan

 Setelah dilapisi sekam, ambil kain jaring lagi untuk melapisi mulut
keranjang guna menghindari masuknya hewan- hewan kecil /
serangga.

 Setelah mulut keranjang dilapisi kain jaring, tutup keranjang dengan


tutup keranjang sampai tertutup rapat
 Letakkan keranjang di tempat yang terhindar dari sinar matahari
langsung.
 Jika kompos terlihat kering perciki dengan air bersih sambil diaduk-
aduk. Suhu idealnya 60 derajat celcius
 Bila kompos telah penuh, ambil 1/3 bagian dan matangkan di tempat
yang tidak terkena sinar matahari langsung, sedangkan 2/3 bagian
dapat digunakan lagi sebagai starter untuk pengolahan berikutnya
 Kompos matang, jika berwarna coklat kehitaman dan suhunya sama
seperti suhu kamar (sekitar 20 sampai 25 derajat celcius)

c. Catatan :
a. Keranjang Takakura didesain untuk ukuran sampah rumah tangga
sehari-hari dengan maksimum penghuni 7 orang. Bila jumlah
anggota keluarga lebih dari itu, sebaiknya memakai Keranjang
Takakura lebih dari satu buah.
b. Usahakan sampah organik masih segar dan dalam kondisi tercacah
buah, sayuran ataupun nasi. Upayakan memasukkan sayuran yang
belum basi. Bila sayuran telah basi, cuci dulu sayuran tersebut,
tiriskan, dan bisa dimasukkan ke komposter Takakura.
c. Sebaiknya sampah organik segar yang diisi setiap hari, usahakan
sampah ditekan dengan cetok sampai sampah timbunan baru tidak
terlihat.
d. Ganti kardus yang menjadi lapisan dalam keranjang setelah 3-6 bulan
atau ketika hancur.
e. Tidak ada belatung pada Keranjang Takakura meskipun setiap hari,
para pemakai memasukkan sampah. Asal belatung adalah dari telur
lalat. walaupun lalat telah bertelur pada makanan dan makanan
tersebut dimasukkan ke Keranjang Takakura, telur lalat tersebut tidak
akan menjadi belatung karena bahan-bahan yang ada di dalam
keranjang takakura, misalnya, sekam, tidak memungkinkan
perkembangbiakan belatung.
f. Cuci kain penutup jika dirasa kotor.
g. Bila Keranjang penuh maka 1/3 dari kompos itu dapat kita ambil dan
dimatangkan di taman/kebun kita yang terlindungi dari sinar
matahari selama kurang lebih 2 minggu untuk kemudian dapat
digunakan sebagai pupuk kompos.
h. Untuk mengetahui kalau proses pengomposan terjadi dengan baik,
Cara paling gampang adalah dengan meletakkan telapak tangan kita
kurang lebih 2 cm di atas kompos. Bila terasa hangat, bisa dipastikan
proses pengomposan berjalan dengan baik. Bakteri yang mendukung
proses pengomposan sedang bekerja. Bila telapak tangan tidak terasa
hangat, bakteri tidak bekerja maksimal. Bisa jadi kompos starter
tersebut terlalu kering hingga memerlukan air. Percikkan air pada
kompos tersebut. Pelan-pelan, suhu dari starter tersebut akan
meningkat dengan bekerjanya mikroorganisme yang mengubah
sampah menjadi kompos.
Karena proses pengomposan ini ‘aerob’ atau membutuhkan oksigen, isi
keranjang sebaiknya diaduk-aduk dengan sekop / cetok setiap hari.
i. Umumnya, keranjang Takakura penuh antara 2-4 bulan, tergantung
jumlah sampah yang dimasukkan. Bila sudah penuh, ambil sepertiga
bagian paling atas. Kompos yang diambil tadi didiamkan 14 hari,
barulah bisa dipakai. Sedangkan yang tetap tinggal di keranjang, bisa
dipakai sebagai starter untuk pengomposan kembali
j. Hindarkan dari terik matahari, agar keranjang tidak cepat rusak dan
kompos tidak cepat kering dan hindarkan dari hujan (taruh di tempat
teduh) keranjang Takakura dirancang sedemikian rupa sehingga
dalam keadaan normal, keranjang tidak menghasilkan bau.

d. Panduan Penggunaan Keranjang Takakura

1. Buka keranjang Takakura, kain penutup dan bantalan sekam


2. Gali media pengkomposan dengan sekop kecil tepat di tengahnya
sehingga terbentuk lubang. Sesuaikan ukuran galian dengan jumlah
sampah yang akan dimasukkan.
3. Kemudian masukkan sampah organis yang akan anda kompos.
4. Timbun sampah tadi dengan menggunakan media yang ada di tepian
lubang sehingga sampah tertutupi.
5. Tutup kembali dengan bantal sekam.
6. Tutup kembali keranjang Takakura dengan kain penutup dan penutup
keranjang

Di hari berikutnya ketika kita akan memasukkan sampah, terlebih dahulu


perlu melakukan pengadukan secukupnya, supaya sampah yang
dimasukkan sehari sebelumnya tercampur merata dengan media
pengkomposan. Setelah itu lakukanlah langkah no. 2 hingga no. 6 seperti
di atas.
e. Panen Kompos
Bila keranjang sudah penuh, maka 1/3 bagian dari isi keranjang sudah dapat
diambil untuk dijadikan kompos.
1. Keluarkan media pengomposan dari keranjang. Kemudian pisahkan
media yang warnanya lebih gelap dan halus (sudah menjadi kompos)
2. Untuk mengambil yang paling lembut, bisa mengayaknya dengan
menggunakan tutup keranjang. Jumlah yang dikeluarkan sebanyak
1/3 isi keranjang.
3. Kemudian masukkan kembali 2/3 bagian sisa pengayakan termasuk
sampah-sampah yang belum terurai ke dalam keranjang untuk
menjadi media pengomposan selanjutnya. Tempatkan sampah
organis yang belum terurai di bawah media pengomposan.
4. Kompos yang dipanen kita matangkan terlebih dahulu selama
setidaknya satu minggu. Setelah itu kompos siap digunakan.

f. Mengatasi Masalah Takakura


Masalah takakura yang paling sering ditemui yaitu :
1. Bau : Campurkan sejumlah sekam ke dalam kompos(semakin bau
semakin banyak). Aduk hingga merata, kemudia tutup kembali
keranjang takakura
2. Pengomposan terhenti dan menjadi dingin : Hal ini biasa terjadi jika
pengurai berhenti bekerja. Untuk mengatasinya bisa dengan
menambahkan segenggam bekatul dan segelas air gula. Aduk merata.
3. Terlalu basah : Tambahkan sejumlah sekam, kemudian aduk-aduk
bersama sampah lainnya
Terlalu kering : Tambahkan air dan aduk.
4. Tinggi kompos kurang dari setengah bagian : campurkan sekam
hingga tingginya mendekati 2/3 bagian. Tambahkan beberapa
genggam bekatul dan aduk merata. (Hadisuwito, 2007)
DAFPUS

 Naatonis, R. M. 2010. Sistem Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat


Di Kampung Nelayan Oesapa Kupang. Tesis tidak diterbitkan. UNDIP:
Program Pascasarjana UNDIP Semarang.
 Damanhuri Enri & Tri Padmi. 2010. Diklat Kuliah Pengelolaan Sampah.
Progam Studi Teknik Lingkungan.Institut Teknologi Bandung.

 Handayani S D, Budisulistiorini, Nuraeni R M. 2009. Jurnal Presipitasi,


UUD Pengelolaan Sampah. Volume 4.Nomor 2.

 Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: AgroMedia.

 Pusdakota Ubaya. 2008. Keranjang Takakura.


http://keranjangtakakura.blogspot.com/2008/09/membuat-
keranjangtakakura.html.

 Slamet, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.


Yogyakarta.
 Surjandari, I., Akhmad, H., Ade, S., 2009. Model Dinamis Pengelolaan
Sampah Untuk Mengurangi Beban Penumpukan. Jurnal Teknik Industri,
11(2):134-147.

Вам также может понравиться