Вы находитесь на странице: 1из 38

GIPS

________________________________________
INDIKASI
1. Immobilisasi dan penyangga fraktur
2. Stabilisasi dan istirahatkan
3. Koreksi deformitas
4. Mengurangi aktivitas pada pada daerah yang terinfeksi
5. Membuat cetakan tubuh orthotik

• Gips yang ideal adalah dapat membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
• Penggunaan gips sesudah operasi lebih memungkinkan klien untuk mobilisasi dari pada pasien
ditraksi.

YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMASANGAN GIPS


1. Gips yang pas tidak akan menyebabkan perlukaan
2. Gips patah tidak bisa digunakan
3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
4. Sebelum pemasangan perlu dicatat apabila ada luka
5. Untuk mencegah masalah pada gips :
• Jangan merusak atau menekan gips
• Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips/menggaruk.
• Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.

WINDOWS
Dilakukan untuk :
1. Memeriksa luka
2. Membuka jahitan
3. Memeriksa adanya penekanan
4. Membuang/mengangkat benda asing
5. mengurangi penekanan.

PEMBUKAAN
1. Dibuat garis terlebih dahulu
2. Mata gergaji hanya memotong benda yang keras
3. Pemotongan dihentikan bila pasien merasa kepanasan
4. Selama pemotongan, mata gergaji ditekan dengan lembut
5. Pada saat memotong, anggota ekstremitas harus disangga.
6. Cuci dan keringkan, beri pelembab
7. Ajarkan aktivitas bertahap.

http://www.baharisatriaperwira.co.cc/2010/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
24 Maret 2010 — Ghandi

TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

ANATOMI DAN FISIOLOGI

 Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, sendi, otot dan jaringan konektif yang
berhubungan (kartilago, tendon dan ligamen).

SISTEM RANGKA

 Dipelihara oleh “Sistem Haversian” yaitu sistem yang berupa rongga yang di
tengahnya terdapat pembuluh darah.
 Terjadi proses pembentukan jaringan tulang baru dan reabsorpsi jaringan tulang yang
telah rusak.

FUNGSI TULANG

1. Menyokong memberikan bentuk


2. Melindungi organ vital.
3. Membantu pergerakan.
4. Memproduksi sel darah merah pada sumsum.
5. Penyimpanan garam mineral.

PEMBAGIAN TULANG

1. Tulang axial ( tulang pada kepala dan badan)

Seperti : tl. tengkorak, tl. vertebrae, tl. rusuk dan sternum.

1. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)

Seperti : extremitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan),
extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak kaki)

HISTOLOGI TULANG

 Ada 2 tipe tulang :      a. Kompaktum            → kuat, tebal, padat.

b. Kankellous    → lebih kopong, renggang


 Di antara lapisan tersebut terdapat ruang kecil → “lacuna”
 Cairan yang mengisi “Osteocyte”
 Osteocyte adalah sel pembentuk tulang.
 Osteoblast (sel pembentuk) dan osteoclast (reabsorbsi tulang).
 Suplai darah pada tulang didapat dari arteriole sepanjang kanal Haversin.
 Tulang juga dipersyarafi oleh syaraf-syaraf.

KLASIFIKASI TULANG BERDASARKAN BENTUKNYA

1. Tulang panjang (tl. humerus, radius), mengandung epifisis, kartilago artikular,


diafisis, periosteum dan rongga medular.

Epifisis                  :     Terletak di pangkal tulang panjang. Pada bagian ini otot berhubungan
dengan tulang dan membuat sendi menjadi stabil.

Kartilage artikular :     Membungkus pangkal tulang panjang dan membuat permukaan tulang
panjang menjadi halus.

Diafisis                  :     Bagian tulang panjang yang utama memberikan struktural pada tubuh.

Metafisis               :     Bagian tulang yang mengembang di antara epifisis dan diafisis.

Periosteum            :     Jaringan konektif fibrosa yang membungkus tulang.

R. medular            :     Terletak di tengah-tengah diafisis.

1. Tulang pendek seperti karpal, tarsal


2. Tulang pipih, melindungi organ tubuh dan sebagai tempat melekatnya otot.
3. Tulang sesamoid, bentuknya kecil, melingkar, berhubungan dengan sendi dan
melindungi tendon, seperti patela.

SISTEM ARTIKULAR

 Artikulasi/persendian : hubungan antara dua tulang atau lebih.


 Namun tidak semua persendian dapat melakukan pergerakan :

1)          Synarthrosis :

-  Sendi yang tidak dapat melakukan pergerakan sama sekali

2)          Amphiarthrosis :

-  Sendi dengan pergerakan sedikit/terbatas, seperti tl. simphisis pubis

3)          Diarthrosis ( Sendi Sinovial )

-      Sendi dapat bergerak bebas.

-      Sendi ini mengandung :


1. Rongga artikular (ruang dengan membran sinovial, memproduksi cairan sinovial
untuk melicinkan sendi)
2. Ligamen
3. Kartilago

-      Sendi ini dapat melakukan gerakan :

1. Protraksi (gerakan bagian tubuh ke arah depan/maju seperti pergerakan mandibula)


2. Fleksi/ekstensi dll.

SISTEM MUSKULAR

 40-50 % BB manusia.
 Pergerakan terjadi karena adanya kontraksi.
 Tipe-tipe otot :

1)      Otot jantung

2)      Otot polos

3)      Otot lurik atau rangka.

KARTILAGE

 Kartilage adalah jaringan konektif yang tebal yang dapat menahan tekanan.
 Kartilage umum terdapat pada tulang embrio
 Umumnya kartilage ini berubah secara bertahap menjadi tulang dengan proses
ossifikasi tetapi beberapa kartilage tidak berubah setelah dewasa..

LIGAMEN DAN TENDON

 Ligamen dan tendon tersusun dari jaringan konektif fibrosa yang tebal, mengandung
serabut kolagen dalam jumlah yang sangat besar. Tendon menghubungkan otot ke
tulang.
 Tendon merupakan perpanjangan dari pembungkus otot yang berhubungan langsung
dengan periosteum.
 Ligamen menghubungkan tulang dan sendi dan memberikan kestabilan pada saat
pergerakan.

FRAKTUR

DEFINISI :

 Hilangnya kesinambungan substansi tulang dengan atau tanpa pergeseran fragmen-


fragmen fraktur.
 Terputusnya hubungan/kontinuitas jaringan tulang.

SEBAB :
1. Trauma            :

 Langsung (kecelakaan lalulintas)


 Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi
fraktur tulang belakang )

1. Patologis       : Metastase dari tulang


2. Degenerasi
3. Spontan        : Terjadi tarikan otot yang sangat kuat.

JENIS FRAKTUR

1. Menurut jumlah garis fraktur :

 Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)


 Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
 Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)

1. Menurut luas garis fraktur :

 Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)


 Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
 Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan
bentuk tulang)

1. Menurut bentuk fragmen :

 Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)


 Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
 Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)

1. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :

 Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :

1. Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka
<1 cm.
2. Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.

III. Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.

 Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)

TANDA KLASIK FRAKTUR

1. Nyeri
2. Deformitas
3. Krepitasi
4. Bengkak
5. Peningkatan temperatur lokal
6. Pergerakan abnormal
7. Ecchymosis
8. Kehilangan fungsi
9. Kemungkinan lain.

PATOFISIOLOGI

Fraktur

Periosteum, pembuluh darah di kortek

dan jaringan sekitarnya rusak

 Perdarahan
 Kerusakan jaringan di ujung tulang

Terbentuk hematom di canal medula

Jaringan mengalami nekrosis

Nekrosis merangsang terjadinya peradangan, ditandai :

1. Vasodilatasi
2. Pengeluaran plasma
3. Infiltrasi sel darah putih

TAHAP PENYEMBUHAN TULANG

1. Haematom :

 Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom


 Setelah 24 jam suplay darah ke ujung fraktur meningkat
 Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama penyembuhan tapi
berubah dan berkembang menjadi granulasi.

1. Proliferasi sel :

 Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur


 Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus, lapisan
fibrosa periosteum melebihi tulang.
 Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di
ujung fraktur.

1. Pembentukan callus :

 Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk callus.
 Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
 Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang melebihi
normal.
 Hal ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan, sementara itu
terus meluas melebihi garis fraktur.

1. Ossification

 Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam kalsium
dan bersatu di ujung tulang.
 Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan berakhir
pada bagian tengah
 Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.

1. Consolidasi dan Remodelling

 Terbentuk tulang yang berasal dari callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan
osteoklast.

KOMPLIKASI

1. 1. Umum :

 Shock
 Kerusakan organ
 Kerusakan saraf
 Emboli lemak

1. 2. D i n i :

 Cedera arteri
 Cedera kulit dan jaringan
 Cedera partement syndrom.

1. 3. Lanjut :

 Stffnes (kaku sendi)


 Degenerasi sendi

 Penyembuhan tulang terganggu :


o Mal union
o Non union
o Delayed union
o Cross union

TATA LAKSANA

1. Reduksi untuk memperbaiki kesegarisan tulang (menarik).

1. Immobilisasi untuk mempertahankan posisi reduksi, memfasilitasi union :

 Eksternal   → gips, traksi


 Internal                  → nail dan plate

1. Rehabilitasi, mengembalikan ke fungsi semula.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Riwayat perjalanan penyakit.


2. Riwayat pengobatan sebelumnya.
3. Pertolongan pertama yang dilakukan

1. Pemeriksaan fisik :

 Identifikasi fraktur
 Inspeksi
 Palpasi (bengkak, krepitasi, nadi, dingin)
 Observasi spasme otot.

1. Pemeriksaan diagnostik :

 Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)


 RÖ
 CT-Scan

1. Obat-obatan : golongan antibiotika gram (+) dan gram (-)

 Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur :

1. Osteomyelitis acut
2. Osteomyelitis kronik
3. Osteomalacia
4. Osteoporosis
5. Gout
6. Rhematoid arthritis

PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

DATA SUBYEKTIF
 Data biografi
 Adanya nyeri, kekakuan, kram, sakit pinggang, kemerahan, pembengkakan,
deformitas, ROM, gangguan sensasi.

 Cara PQRST :
o Provikatif (penyebab)
o Quality (bagaimana rasanya, kelihatannya)
o Region/radiation (dimana dan apakah menyebar)
o Severity (apakah mengganggu aktivitas sehari-hari)
o Timing (kapan mulainya)

 Pengkajian pada sistem lain


o Riwayat sistem muskuloskeletal, tanyakan juga tentang riwayat kesehatan
masa lalu.
o Riwayat dirawat di RS
o Riwayat keluarga, diet.
o Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang digunakan
o Permasalahan dapat saja baru diketahui setelah klien ganti baju, membuka
kran dll.

DATA OBYEKTIF

 Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot


 Bandingakan dengan sisi lainnya.
 Pengukuran kekuatan otot (0-5)
 Duduk, berdiri dan berjalan kecuali ada kontra indikasi.
 Kyposis, scoliosis, lordosis.

PROSEDUR DIAGNOSTIK

1. X-ray dan radiography


2. Arthrogram (mendiagnosa trauma pada kapsul di persendian atau ligamen). Anestesi
lokal sebelum dimasukkan cairan kontras/udara ke daerah yang akan diperiksa.
3. Lamnograph (untuk mengetahui lokasi yang mengalami destruksi atau mengevaluasi
bone graf).
4. Scanograph (mengetahui panjang dari tulang panjang, sering dilakukan pada anak-
anak sebelum operasi epifisis).
5. Bone scanning (cairan radioisotop dimasukkan melalui vena, sering dilakukan pada
tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur).
6. MRI
7. Arthroscopy (tindakan peneropongan di daerah sendi)
8. Arthrocentesis (metode pengambilan cairan sinovial)

MASALAH-MASALAH YANG UMUM TERJADI

1. Gangguan dalam melakukan ambulasi.

 Berdampak luas pada aspek psikososial klien.


 Klien membutuhkan imobilisasi → menyebabkan spasme otot dan kekakuan sendi
 Perlu dilakukan ROM untuk menguragi komplikasi :

-  Kaki (fleksi, inverse, eversi, rotasi)

-  Pinggul (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi)

-  Lutut (ekstensi)

-  Jari-jari kaki (ektensi, fleksi)

1. Nyeri; tindakan keperawatan :

 Merubah posisi pasien


 Kompres hangat, dingin
 Pemijatan
 Menguragi penekanan dan support social

 Apabila nyeri di sendi, perlu dikaji :

-      Kejadian sebelum terjadinya nyeri

-      Derajat nyeri pada saat nyeri pertama timbul

-      Penyebaran nyeri

-      Lamanya nyeri

-      Intensitas nyeri, apakah menyertai pergerakan

-      Sumber nyeri

-      Hal-hal yang dapat mengurangi nyeri.

1. Spasme otot

 Spasme otot (kram/kontraksi otot involunter)


 Spasme otot dapat disebabkan iskemi jaringan dan hipoksia.

 Tindakan keperawatan :

1. Rubah posisi
2. Letakkan guling kecil di bawah pergelangan kaki dan lutut
3. Berikan ruangan yang cukup hangat
4. Hindari pemberian obat sedasi berat → dapat menurunkan aktivitas pergerakan
selama tidur
5. Beri latihan aktif dan pasif sesuai program

INTERVENSI
1. Istirahat

 Istirahat adalah intervensi utama


 Membantu proses penyembuhan dan meminimalkan inflamasi, pembengkakan dan
nyeri.
 Pemasangan bidai/gips.

1. Kompres hangat

 Rendam air hangat/kantung karet hangat


 Diikuti dengan latihan pergerakan/pemijatan

 Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah :


o Perlunakan jaringan fibrosa
o Membuat relaks otot dan tubuh
o Menurunkan atau menghilangkan nyeri
o Meningkatkan suplai darah/melancarkan aliran darah.

1. Kompres dingin

 Metoda tidak langsung seperti cold pack


 Dampak fisiologis adalah vasokonstriksi dan penerunan metabolic
 Membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma
 Nyeri dapat berkurang, dapat menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot
 Harus hati-hati, dapat menyebabkan jaringan kulit nekrosis
 Tidak sampai > 30 menit.

TRAKSI

PRINSIP PEMASANGAN TRAKSI

1. Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik.


2. Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar
reduksi dapat dipertahankan.
3. Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus.
4. Traksi dapat bergerak bebas melalui katrol.
5. Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai.
6. Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman.

KEUNTUNGAN PEMAKAIAN TRAKSI

1. Menurunkan nyeri spasme


2. Mengoreksi dan mencegah deformitas
3. Mengimobilisasi sendi yang sakit

KERUGIAN PEMAKAIAN TRAKSI

1. Perawatan RS lebih lama


2. Mobilisasi terbatas
3. Penggunaan alat-alat lebih banyak.

BEBAN TRAKSI

1. Dewasa                =  5  -  7  Kg
2. Anak                    =  1/13 x BB

MACAM-MACAM PEMAKAIAN TRAKSI

1. Traksi kulit/skin traksi

 Penarikan tulang yang patah melalui kulit dengan menggunakan skin traksi, plester
 Ex. :  traksi Buck, traksi Bryant.

1. Traksi tulang/traksi skeletal

 Penarikan tulang yang mengalami fraktur melalui tulang


 Ex. :  traksi Russel

JENIS TRAKSI

1. Traksi kulit Buck’s

 Traksi yang paling sederhana dan dipasang untuk jangka waktu yang pendek.

 Indikasi :
o Untuk mengistirahatkan sendi lutut pasca trauma sebelum dioperasi
o Digunakan pada anak.

 Komplikasi :
o Perban elastis dapat mengganggu sirkulasi
o Timbul alergi kulit
o Dapat timbul ulserasi akibat tekanan pada maleolus
o Pada lansia, traksi yang berlebihan dapat merusak kulit yang rapuh.

1. Traksi Russell’s

 Modifikasi dari traksi Buck’s


 Digunakan untuk fraktur lutut
 Digunakan pada orang dewasa
 Komplikasi :
o Perlu bedrest → decubitus, pneumoni
o Penderita bergerak, beban turun → traksi tidak adekuat
o Infeksi

1. Cervical traksi
 Digunakan pada fraktur cervical, maxillaries, clavicula
 Beban 4-6 pounds

 Komplikasi :
o Dapat terjadi gangguan integritas kulit
o Alergi
o Klien tidak nyaman dan melelahkan

1. Pelvic traksi

 Digunakan pada dislokasi dan fraktur pelvis, fraktur tulang belakang

DETEKSI DINI KOMPLIKASI

 Yang mungkin terjadi pada fraktur

1. Emboli paru, gejala :

 Nyeri dada
 Dispnea
 Nadi cepat dan lemah

1. Emboli lemak → ss. Tulang dan kerusakan jaringan

system pernapasan

-  perubahan status mental

-  tacycardi

1. Ganggren → infeksi anaerob → bakteri Clostridium welchii

Gejala : gg. mental, demam, TD↓, RR ↑

GIPS

INDIKASI

1. Immobilisasi dan penyangga fraktur


2. Stabilisasi dan istirahatkan
3. Koreksi deformitas
4. Mengurangi aktivitas pada pada daerah yang terinfeksi
5. Membuat cetakan tubuh orthotik
 Gips yang ideal adalah dapat membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh.
 Penggunaan gips sesudah operasi lebih memungkinkan klien untuk mobilisasi dari
pada pasien ditraksi.

YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMASANGAN GIPS

1. Gips yang pas tidak akan menyebabkan perlukaan


2. Gips patah tidak bisa digunakan
3. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
4. Sebelum pemasangan perlu dicatat apabila ada luka
5. Untuk mencegah masalah pada gips :

 Jangan merusak atau menekan gips


 Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips/menggaruk.
 Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama.

WINDOWS

Dilakukan untuk :

1. Memeriksa luka
2. Membuka jahitan
3. Memeriksa adanya penekanan
4. Membuang/mengangkat benda asing
5. mengurangi penekanan.

PEMBUKAAN

1. Dibuat garis terlebih dahulu


2. Mata gergaji hanya memotong benda yang keras
3. Pemotongan dihentikan bila pasien merasa kepanasan
4. Selama pemotongan, mata gergaji ditekan dengan lembut
5. Pada saat memotong, anggota ekstremitas harus disangga.
6. Cuci dan keringkan, beri pelembab
7. Ajarkan aktivitas bertahap.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume II


(terjemahan). PT EGC. Jakarta.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).Yayasan


Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta.


TINJAUAN KASUS

1. I. PENGKAJIAN

Waktu                     : 8 April 2002

Tempat                    : Ruang Bedah F Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.

1.         IDENTITAS PASIEN


Nama                                         : Tn. Suparno

Umur                                         : 25 Tahun

Jenis Kelamin                            : Laki-laki

Suku/Bangsa                             : Jawa/Indonesia

Agama                                       : Islam

Pekerjaan                                   : Wiraswasta

Pendidikan                                : SR

Alamat                                      : Kertajaya 2 A/3 Surabaya.

Tanggal MRS                            : 4 April 2002 jam 10.30 WIB.

Cara Masuk                               : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Diagnosa Medis                        : Gangguan Otak Ringan + Clost Fraktur Collum Femur


Sinistra + Hematome Frontal dan temporal kanan.

Alasan Dirawat                         : Untuk observasi dan akan dilakukan operasi.

Keluhan Utama                         : Patah tulang pada pangkal paha sebelah kiri

Upaya yang telah dilakukan     : Setelah kejadian tanggal 4 April 2002 jam 10.00 WIB. Klien
dibawa ke IRD Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Dipasang skin traksi

1. 2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1) Riwayat Penyakit Sekarang

Kepala klien dipukul dengan benda tumpul. Luka robek pada pelipis kiri. Nyeri pada kepala
sebelah kiri dan panggul kiri, Pingsan + 10 menit.
2) Riwayat Penyakit Dahulu

Klien tidak pernah menderita penyakit yang kronis.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang mengalami penderitaan seperti yang
dideritanya sekarang ini.

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan

Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersihdan nyama.

5) Riwayat Kesehatan Lainnya

Alat bantu yang dipakai ® (-).

1. 3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum baik

2) Tanda-tanda vital

Suhu                      : 36,8 0C

Nadi                      : 120 X/menit. Kuat dan teratur

Tekanan darah       : 140/80 mmHg.

Respirasi                : 20 x/menit

3) Body Systems

(1) Pernafasan (B 1 : Breathing)

Frekuensi 20 x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung, tidak terlihat
Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi, Kesimpulan hasil thorax foto : normal

(2) Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Nadi 120 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 140/80 mmHg, Suhu 36,8 0C, perfusi
hangat. Cor S1 S2 tunggal reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada

Kesimpulan Hasil ECG : normal

(3) Persyarafan (B 3 : Brain)

Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)

Verbal                         : Orientasi baik (5)


Motorik                                   : Menurut perintah (6)

Compos Mentis : Pasien sadar baik

(4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)

Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat,

Genital Hygiene cukup bersih.

(5) Perkemihan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, klien buang air
besar 1 X/hari

(6) Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus

Kesimpulan hasil foto femur sinistra : tampak clost fraktur collum femur sinistra.

Pola aktivitas sehari-hari

(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan

Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali bila sangat terpaksa Klien
terbiasa meminum jamu-jamuan dan obat-obat tradisional.

(2) Pola Nutrisi dan Metabolisme

Klien dirumah biasa makan 3 X/hari dengan lauk yang cukup.Klien tidak alergi makanan
tertentu. Saat ini klien selalu menghabiskan porsi makanan yang diberikan dan minum air
putih sekitar 2 – 3 liter perhari.

(3) Pola Eliminasi

Klien buang air besar 1 X/hari.

Klien buang air kecil sering, Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning pekat.

(4) Pola Aktivitas dan latihan

Klien biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini klien hanya beristirahat di Rumah Sakit
sambil menunggu rencana operasi.

(5) Pola tidur.dan Istirahat

Klien kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari. Klien tampak terganggu
dengan kondisi ruang perawatan yang ramai.
(6) Pola Kognitif dan Perseptual

Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.

(7) Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas,


pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(8) Pola Hubungan dan Peran

Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya
biasa sangat baik dan akrab.

(9) Pola Reproduksi Seksual

Selama terpasang skin traksi Klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.

(10) Pola Penanggulangan Stress

Klien merasa sedikit stress menghadapi tindakan operasi. karena kurangnya pengetahuan
tentang Type pembedahan dan Jenis anesthesi.

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Terpasangnya skin traksi memerlukan adaptasi klien dalam menjalankan ibadahnya.

(12) Personal Higiene

Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan cuci rambut 1 X/minggu.

(13) Ketergantungan

Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol.

Aspek Psikologis

Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi
tindakan operasi.

Aspek Sosial/Interaksi

Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar tempat tinggalnya
biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus dengan dunia luar, kehilangan pencari
nafkah (bagi keluarganya), biaya mahal.

Aspek Spiritual

Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama dijalankan setiap
saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah sholat 5 waktu sehari dan aktif mengikuti
kegiatan agama yang diselenggarakan oleh masjid di sekitar rumah tempat tinggalnya
maupun oleh masyarakat setempat.

Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya

4.         DIAGNOSTIC TEST


Laboratoriun

DL

Leuko                                        : 9.700             (L 4.700 – 10.300       P 4.500 – 11.300).

Ery                                            : 4,5                             (L 4,33 – 5,95 P 3,9 – 4,5).

Hb                                             : 13,5 mg/dl                 (L 13,4 – 17,7 P 11,4 – 15,1).

PCV                                          : 37,1 %                       (L 40 – 47       P 38 – 42).

MCV                                         : 82 Fl                                      (80 – 93).

MCH                                         : 30,1 Pg                                  (27 – 31).

MCHC                          : 36,4 g/dl                                (32 – 36).

Trombo                          : 203                                        (150 – 350).

Diff

Eos                                    : 3                                                        (1 – 2).

Baso                                  :                                                           (0 – 1).

Stab                                   :                                                           (3 – 5).

Seg                                    : 70                                                      (54 – 62).

Lym                                   : 25                                                      (25 – 33).

Mono                                 : 2                                                        (3 – 7).

LED                                          : 18 mm/jam                (L < 15                        P < 20).

PPT                                           : 12,9   C : 11,0                       (+/- 2 detik dari C).

KPTT                                        : 33,1   C : 31,2                       (+/- 7 detik dari C).

Fungsi Ginjal :
BUN                                         : 10 mg/dl                                (9 – 18).

Serum Creatinin            : 1,1 mg/dl                               (L < 1,52         P < 1,19).

Fungsi Hati :

SGOT                                        : 76 U/L                                   (L < 37                        P < 31).

SGPT                                        : 23 U/L                                   (L < 40                        P < 31).

Bilirubin

Direk                                         : 0,25 mg/dl                             (< 0,25 mg/dl).

Indirek                          : 0,61 mg/dl                             (< 0,75 mg/dl).

Total                                          : 0,86                                       (< 1,00 mg/dl).

BSN                                          : 98 mg/dl                                (< 140 mg/dl).

2 jam pp                                    : 43 mg/dl                                (< 120 mg/dl).

Kalium                          : 4 mmol/l                                (3,5 – 5,2 mmol/l).

Natrium                         : 140 mmol/l                (135 – 146 mmol/l).

Albumin                                    : 3,4 gr/dl                                 (3,2 – 3,5 gr/dl).

1. 5. ANALISA DAN SINTESA DATA

dATA ETIOLOGI MASALAH


S : Klien mengatakan Nyeri pada pangkal geseran/pergeraka Gangguan rasa
paha sebelah kiri pada saat digerakkan n fragmen tulang nyaman (nyeri)

O : Bengkak pada lokasi fraktur

Spasme otot
O : Daerah perifer pucat/sianosis. berkurangnya Gangguan
aliran darah akibat perfusi perifer
Pengisian kapiler daerah yang trauma > 5 adanya trauma
detik. jaringan/tulang

Daerah perifer dingin.


S : Klien mengatakan sedikit stress rencana Kecemasan
menghadapi tindakan operasi pembedahan dan
kehilangan status
Klien mengatakan kurang tidur baik pada kesehatan.
waktu siang maupun malam hari.
Klien tampak terganggu tegang dan gelisah
dengan kondisi ruang perawatan yang ramai

O : Tensi 140/80 mmHg

Nadi = 120 X/mt.


S : Klien menyatakan belum memahami kurangnya Kurangnya
tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan informasi yang pengetahuan
diagnostik dan tujuan tindakan yang akurat pada klien tentang
diprogramkan. pembatasan
aktifitas,
O : Klien bertanya-tanya tentang pembatasan pemeriksaan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan diagnostik dan
tindakan yang diprogramkan. tujuan tindakan
yang
diprogramkan.

II.                DIAGNOSA KEPERAWATAN


(Berdasarkan Prioritas
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan geseran/pergerakan fragmen
tulang ditandai dengan :

S : Klien mengatakan Nyeri pada pangkal paha sebelah kiri pada saat digerakkan

O : Bengkak pada lokasi fraktur

Spasme otot

1. Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan berkurangnya aliran darah akibat


adanya trauma jaringan/tulang ditandai dengan :

O : Daerah perifer pucat/sianosis.

Pengisian kapiler daerah yang trauma > 5 detik.

Daerah perifer dingin.

1. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status


kesehatan ditandai dengan :

S : Klien mengatakan sedikit stress menghadapi tindakan operasi

Klien mengatakan kurang tidur baik pada waktu siang maupun malam hari.

Klien tampak terganggu tegang dan gelisah dengan kondisi ruang perawatan yang ramai
O : Tensi 140/80 mmHg

Nadi = 120 X/mt.

1. Kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan


tujuan tindakan yang diprogramkan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
akurat pada klien ditandai dengan :

S : Pasien menyatakan belum memahami tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan


diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

O : Pasien bertanya-tanya tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan tujuan


tindakan yang diprogramkan.

III.             PERENCANAAN TINDAKAN


PERAWATAN
NAMA
Diagnosa TUJUAN DAN
RENCANA PERAWAT /
Tgl. Keperawatan/Data HASIL YANG rasional
TINDAKAN MAHASISW
Penunjang DIHARAPKAN
A
8 Gangguan rasa Tujuan : -            Kaji -            Nyeri S  u  b  h  a  n
Apri nyaman (nyeri) keadaan nyeri dapat
l berhubungan Gangguan rasa yang meliputi : menyebabkan
200 dengan nyaman dapat lokasi, shock.
2 geseran/pergeraka diatasi/berkuran intensitas, lama
n fragmen tulang g. nyeri dll. -            Untuk
mengistirahatkan
Data Penunjang : Kriteria : -            Batasi sendi yang sakit
pergerakan pada pasca trauma
-            Nyeri -            Klien daerah fraktur, sebelum dioperasi.
pada pangkal paha tidak mengeluh klien harus bed
sebelah kiri pada nyeri. rest. -            Untuk
saat digerakkan. meningkatkan
-            -            aliran vena dan
-            Bengkak Pembengkakan Tinggikan dan mengurangi
pada lokasi hilang/berkurang sokong edema..
fraktur. . ekstrimitas yang
mengalami -            Untuk
-            Spasme -            Otot fraktur. mendeteksi dini
otot. rileksasi.. terhadap masalah.
-           
Observasi -            Untuk
perubahan tanda mengurangi rasa
vital. sakit.

-            Berikan -            Untuk


alternatif mengurangi rasa
perubahan sakit.
posisi secara
periodik. -            Analgetik
memblok lintasan
-            Ajarkan nyeri sehingga
klien teknik mengurangi
relaksasi nafas nyeri/kolik yang
dalam dan berlebihan
teknik distraksi

-           
Kolaborasi
dengan dokter
Untuk
pemberian obat
analgetik.
8 Gangguan perfusi Tujuan : -            -            Untuk S  u  b  h  a  n
Apri perifer Observasi ada mendeteksi dini
l berhubungan Perfusi perifer tidaknya terhadap masalah
200 dengan dapat kualitas nadi perfusi perifer.
2 berkurangnya dipertahankan. periver dan
aliran darah akibat bandingkan -            Untuk
adanya trauma Kriteria : dengan pulses mendeteksi dini
jaringan/tulang. normal. terhadap masalah
-            HR 60 – perfusi perifer.
Data Penunjang : 100 X/mt. -           
Observasi -            Untuk
-            Daerah -            Kulit pengisian mengetahui
perifer hangat, sensori kapiler, warna terhadap masalah/
pucat/sianosis. normal.. kulit dan gangguan
kehangatannya perubahan
-            Pengisian -            pada bagian motorik/sensorik.
kapiler daerah Diastolik 60 – distal daerah
yang trauma > 5 90 mmHg. yang fraktur. -            Untuk
detik. mendeteksi dini
-            RR 16 – -            Kaji terhadap masalah
-            Daerah 24 X/mt. adanya perfusi perifer.
perifer dingin. gangguan
-            Urine perubahan -            Untuk
output 30 – 50 motorik/sensori meningkatkan
cc perjam. k anjurkan klien aliran vena dan
untuk mengurangi
-            mengatakan edema.
Pengisian lokasi adanya
kapiler 3 – 5 rasa sakit/tidak
-            Untuk
detik. nyaman. mengetahui
terhadap masalah
-            aliran vena dan
Observasi traksi mengurangi
jangan sampai edema.
terlalu menekan
syaraf dan -            Untuk
pembuluh mendeteksi dini
darah. terhadap masalah
ischemik daerah
-            tungkai.
Pertahankan
daerah yang -            Untuk
fraktur lebih meningkatkan
tinggi kecuali sirkulasi,
bila ada kontra mengurangi
indikasi. terjadinya trombus
terutama pada
-            Kaji ekstrimitas bagian
bila ada edema bawah.
dan
pembengkakan -            Untuk
ekstrimitas yang mendeteksi dini
fraktur. terhadap masalah
perfusi perifer.
-           
Observasi -            Untuk
adanya tanda- mengurangi edema
tanda ischemik sesuai indikasi.
daerah tungkai
seperti : -            Untuk
penurunan suhu, mendeteksi dini
dingin dan terhadap
peningkatan masalahdan dan
rasa sakit. pemberian cairan
Untuk
-            Dorong memudahkan
klien untuk pemberian obat
melakukan serta pemenuhan
mobilisasi cairan bila mual,
secepatnya muntah dan
sesuai indikasi. keringat dingin
terjadi.
-           
Observasi
tanda-tanda
vital, catat dan
laporkan bila
ada gejala
sianosis, dingin
pada kulit dan
gejala
perubahan
status mental.

-            Berikan
kompres es
sekitar fraktur.

-           
Kolaborasi
untuk
pemeriksaan
Laboratorium,
foto rontgen,
pemberian
cairan
parenteral atau
transfusi darah
bila perlu dan
persiapan
operasi jika
perlu.
8 Kecemasan Tujuan : -            Berikan -            Untuk S  u  b  h  a  n
Apri berhubungan dorongan mengurangi rasa
l dengan rencana Rasa cemas terhadap tiap- cemas
200 pembedahan dan dapat tiap proses
2 kehilangan status diatasi/berkuran kehilangan -            privacy
kesehatan. g. status kesehatan dan lingkungan
yang timbul. yang nyaman
Data Penunjang : Kriteria : dapat mengurangi
-            Berikan rasa cemas.
-            Klien -            Klien privacy dan
mengatakan dapat lingkungan -            Untuk
sedikit stress menyatakan yang nyaman. dapat lebih
menghadapi kecemasan yang memberikan
tindakan operasi. dirasakan. -            Batasi ketenangan.
Klien mengatakan staf
kurang tidur baik -            Klien perawat/petugas -            Untuk
pada waktu siang dapat kesehatan yang mendeteksi dini
maupun malam beristirahat menangani terhadap masalah
hari. Klien dengan tenang. pasien.
tampak terganggu -            Untuk
tegang dan gelisah -            Tensi -            mengurangi rasa
dengan kondisi dan Nadi dalam Observasi cemas.
ruang perawatan batas normal. bahasa non
yang ramai. verbal dan -           
-            Ekspresi bahasa verbal Kemampuan
-            Tensi wajah dari gejala- pemecahan
140/80 mmHg. ceria/rileks. gejala masalah pasien
kecemasan. meningkat bila
-            Nadi = lingkungan
120 X/mt. -            Temani nyaman dan
klien bila mendukung
gejala-gejala diberikan.
kecemasan
timbul. -            Untuk
mengurangi
-            Berikan ketegangan klien
kesempatan
bagi klien untuk -            Informasi
mengekspresika yang diberikan
n perasaannya . dapat membantu
mengurangi
-            Hindari kecemasan/ansieta
konfrontasi s.
dengan klien.
-            Untuk
-            Berikan menghindari
informasi kemungkinan yang
tentang program tidak diinginkan.
pengobatan dan
hal-hal lain -            Untuk
yang mengurangi
mencemaskan ketegangan dan
klien. kecemasan klien.

-            -            Untuk


Lakukan mengurangi
intervensi ketergantungan
keperawatan klien.
dengan hati-hati
dan lakukan -            Untuk
komunikasi meningkatkan
terapeutik. harga diri klien.

-           
Anjurkan klien
istirahat sesuai
dengan yang
diprogramkan.

-            Berikan
dorongan pada
klien bila sudah
dapat merawat
diri sendiri
untuk
meningkatkan
harga dirinya
sesuai dengan
kondisi
penyakit.

-            Hargai
setiap pendapat
dan keputusan
klien.
8 Kurangnya Tujuan : -            Kaji -            S  u  b  h  a  n
Apri pengetahuan tingkat Pengetahuan
l tentang Pengetahuan pengetahuan membantu
200 pembatasan klien tentang Klien dan mengembangkan
2 aktifitas, pembatasan keluarga tentang kepatuhan klien
pemeriksaan aktifitas, pembatasan dan keluarga
diagnostik dan pemeriksaan aktifitas, terhadap rencana
tujuan tindakan diagnostik dan pemeriksaan terapeutik
yang tujuan tindakan diagnostik dan
diprogramkan yang tujuan tindakan -            Untuk
berhubungan diprogramkan yang menambah
dengan kurangnya meningkat diprogramkan. pengetahuan klien.
informasi yang
akurat pada klien. Kriteria -            Berikan -           
penjelasan Meningkatkan
Data Penunjang : -            Klien terhadap klien kemampuan klien
menyatakan setiap prosedur untuk
-            Klien telah memahami yang akan memecahkan
menyatakan tentang dilakukan masalah
belum memahami pembatasan misalnya
tentang aktifitas, tentang -             Agar
pembatasan pemeriksaan pembatasan sirkulasi darah
aktifitas, diagnostik dan aktifitas, pada bagian bawah
pemeriksaan tujuan tindakan pemeriksaan dari daerah yang
diagnostik dan yang diagnostik dan fraktur tetap lancar
tujuan tindakan diprogramkan. tujuan tindakan dan otot tidak
yang yang atrofi.
diprogramkan. -            Klien diprogramkan.
dapat -            Untuk
-            Klien menjelaskan -            Berikan menambah
bertanya-tanya kembali secara kesempatan pengetahuan klien
tentang sederhana pasien dan bahwa keuntungan
pembatasan tentang hal-hal keluarga untuk pemakaian traksi
aktifitas, yang telah mengekspresika yaitu untuk
pemeriksaan dijelaskan. n perasaannya menurunkan nyeri
diagnostik dan dan mengajukan spasme,
tujuan tindakan -            Klien pertanyaan mengoreksi dan
yang tidak bertanya terhadap hal-hal mencegah
diprogramkan. lagi tentang yang belum deformitas dan
pembatasan dipahami. mengimobilisasi
aktifitas, sendi yang sakit.
pemeriksaan -           
diagnostik dan Anjurkan klien
tujuan tindakan untuk
yang melakukan
diprogramkan. mobilisasi aktif
dengan
menggerakkan
persendian pada
bagian bawah
dari daerah
yang fraktur.

-           
Diskusikan
pentingnya
penarikan
tulang yang
patah melalui
kulit dengan
menggunakan
skin traksi
dengan beban 5
– 7 Kg serta
gejala dan tanda
abnormal yang
timbul selama
perawatan dan
anjurkan klien
segera melapor
kepada
perawat/dokter
yang bertugas
bila ada rasa
sakit yang
semakin
bertambah,
perasaan dingin
atau perubahan
sensasi.

IV.             IMPLEMENTASI/TINDAKAN
KEPERAWATAN
NAMA
Tgl. Jam TINDAKAN KEPERAWATAN PERAWAT /
MAHASISWA
8 April 10.00 -            Mengkaji keadaan nyeri yang meliputi : lokasi, S  u  b  h  a  n
2002 WIB intensitas, lama nyeri dll.

-            Membatasi pergerakan pada daerah fraktur,


klien harus bed rest.

-            Meninggikan dan sokong ekstrimitas yang


mengalami fraktur.

-            Mengobservasi perubahan tanda vital.

-            Memberikan alternatif perubahan posisi secara


periodik.

-            Mengajarkan klien teknik relaksasi nafas


dalam dan teknik distraksi untuk mengurangi rasa
sakit.

-            Mengkolaborasikan dengan dokter untuk


pemberian obat analgetik.
8 April 11.00 -            Mengobservasi ada tidaknya kualitas nadi S  u  b  h  a  n
2002 WIB periver dan bandingkan dengan pulses normal.

-            Mengobservasi pengisian kapiler, warna kulit


dan kehangatannya pada bagian distal daerah yang
fraktur

-            Mengkaji adanya gangguan perubahan


motorik/sensorik anjurkan klien untuk mengatakan
lokasi adanya rasa sakit/tidak nyaman

-            Mengobservasi traksi jangan sampai terlalu


menekan syaraf dan pembuluh darah.

-            Mempertahankan daerah yang fraktur lebih


tinggi kecuali bila ada kontra indikasi untuk
meningkatkan aliran vena dan mengurangi edema.

-            Mengkaji bila ada edema dan pembengkakan


ekstrimitas yang fraktur.

-            Mengobservasi adanya tanda-tanda ischemik


daerah tungkai seperti : penurunan suhu, dingin dan
peningkatan rasa sakit.

-            Mendorong klien untuk melakukan mobilisasi


secepatnya sesuai indikasi untuk meningkatkan
sirkulasi, mengurangi terjadinya trombus terutama
pada ekstrimitas bagian bawah.

-            Mengobservasi tanda-tanda vital, catat dan


laporkan bila ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan
gejala perubahan status mental.

-            Memberikan kompres es sekitar fraktur untuk


mengurangi edema sesuai indikasi.

-            Mengkolaborasikan untuk pemeriksaan


Laboratorium, foto rontgen, pemberiancairan
parenteral atau transfusi darah bila perlu, pemberian
obat-obatan anti emboli dan persiapan operasi jika
perlu.
8 April 12.00 -            Memberikan dorongan terhadap tiap-tiap S  u  b  h  a  n
2002 WIB proses kehilangan status kesehatan yang timbul.

-            Memberikan privacy dan lingkungan yang


nyaman.

-            Membatasi staf perawat/petugas kesehatan


yang menangani klien.

-            Mengobservasi bahasa non verbal dan bahasa


verbal dari gejala-gejala kecemasan.

-            Menemani klien bila gejala-gejala kecemasan


timbul.

-            Memberikan kesempatan bagi klien untuk


mengekspresikan perasaannya .

-            Menghindari konfrontasi dengan klien.

-            Memberikan informasi tentang program


pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan klien.

-            Melakukan intervensi keperawatan dengan


hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.

-            Menganjurkan klien istirahat sesuai dengan


yang diprogramkan.

-            Memberikan dorongan pada klien bila sudah


dapat merawat diri sendiri untuk meningkatkan harga
dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.

-            Menghargai setiap pendapat dan keputusan


klien.
8 April 13.00 -            Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan S  u  b  h  a  n
2002 WIB keluarga tentang pembatasan aktifitas, pemeriksaan
diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

-            Memberikan penjelasan terhadap klien setiap


prosedur yang akan dilakukan misalnya tentang
pembatasan aktifitas, pemeriksaan diagnostik dan
tujuan tindakan yang diprogramkan.

-            Memberikan kesempatan klien dan keluarga


untuk mengekspresikan perasaannya dan mengajukan
pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.

-            Mendiskusikan pentingnya penarikan tulang


yang patah melaluikulit dengan menggunakan skin
traksi dengan beban 5 – 7 Kg.

V.                EVALUASI
NAMA
Tgl. Diagnosa Keperawatan Evaluasi PERAWAT /
MAHASISWA
8 April Gangguan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman dapat S  u  b  h  a  n
2002 (nyeri) berhubungan dengan diatasi/berkurang.
geseran/pergerakan fragmen
tulang Kriteria :

-            Klien tidak mengeluh nyeri.

-            Pembengkakan
hilang/berkurang.

-            Otot rileksasi.


8 April Gangguan perfusi perifer Perfusi perifer dapat dipertahankan. S  u  b  h  a  n
2002 berhubungan dengan
berkurangnya aliran darah Kriteria :
akibat adanya trauma
jaringan/tulang. -            HR 60 – 100 X/mt.

-            Kulit hangat, sensori


normal..

-            Diastolik 60 – 90 mmHg.

-            RR 16 – 24 X/mt.

-            Urine output 30 – 50 cc


perjam

-            Pengisian kapiler 3 – 5


detik.
8 April Kecemasan berhubungan Rasa cemas dapat diatasi/berkurang. S  u  b  h  a  n
2002 dengan rencana pembedahan
dan kehilangan status Kriteria :
kesehatan.
-            Klien dapat menyatakan
kecemasan yang dirasakan.

-            Klien dapat beristirahat


dengan tenang.

-            Tensi dan Nadi dalam batas


normal.

-            Ekspresi wajah ceria/rileks.


8 April Kurangnya pengetahuan Pengetahuan klien tentang S  u  b  h  a  n
2002 tentang pembatasan aktifitas, pembatasan aktifitas, pemeriksaan
pemeriksaan diagnostik dan diagnostik dan tujuan tindakan yang
tujuan tindakan yang diprogramkan.meningkat
diprogramkan berhubungan
dengan kurangnya informasi Kriteria
yang akurat pada klien.
-            Klien dapat menjelaskan
kembali tentang pembatasan
aktifitas, pemeriksaan diagnostik
dan tujuan tindakan yang
diprogramkan.

-            Klien tidak bertanya lagi


tentang pembatasan aktifitas,
pemeriksaan diagnostik dan tujuan
tindakan yang diprogramkan.

http://wadung.wordpress.com/2010/03/24/laporan-kasus-asuhan-keperawatan-klien-dengan-
gangguan-muskuloskeletal/
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan patah tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan
bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras. Sebelum menjadi keras,
gips yang lembek dapat dibalutkan melingkari sepanjang ekstremitasdan dibentuk sesuai dengan
bentuk ekstremitas. Gips yang dipasang melingkari ekstremitas disebut gipas sirkuler sedangkan jika
gips dipasang pada salah satu sisi ekstremitas disebut gips bidai.

BAB II
PEMBAHASAN

Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut plaster of paris , dan dalam
belanda disebut gips powder. Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih tang
mengandung unsur kalsium sulfat dan air.
Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak sesuai dengan kontur tubuh tempat
gips di pasang (brunner & sunder, 2000) gips adalah balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi
bagian tubuh dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass (Barbara Engram, 1999).
Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam
dengan formula khusus dengan tipe plester atau fiberglass.
Indikasi pemasangaan gips adalah pasien dislokasi sendi , fraktur, penyakit tulang spondilitis TBC,
pasca operasi, skliosis, spondilitis TBC, dll

A. Jenis-jenis Gips
Kondi si yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalangips yang dipasang. Jenis-jenis
gips sebagai berikut:
1. Gips lengan pendek. Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tanga,
dan melingkar erat didasar ibu jari.
2. Gips lengan panjang. Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah
prosimal lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
3. Gips tungkai pendek. Gi[s ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki
dalam sudut tegak lurus pada posisi netral,
4. Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai
dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
5. Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak
untuk berjalan
6. Gips tubuh. Gips ini melingkar di batang tubuh
7. Gips spika.gipsini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips spika
tunggal atau ganda)
8. Gips spika bahu. Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
9. Gips spika pinggul. Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips spika
tunggal atau ganda)

B. Bahan-bahan gips meliputi:


1. Plester. Gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin diimregasi
dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan
mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru tercapai
setelah kering , memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna
mengkilap , berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu dan
kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
2. Nonplester. Secara umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini
mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih ringan dan lebih
kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan rajuutan terbuka, tidak menyerap,
diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam
beberapa menit.
3. Nonplester berpori-pori, sehingga masalah kulit dapat di hindari . gips ini tidak menjadi lunak jika
terkena air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan pengering
rambut.

C. Tujuan pemasangan gips


1. Imobilisasi kasus dislokasi sendi
2. Fiksasi fraktur yang telah di reduksi
3. Koreksi cacat tulang
4. Imobilisasi padakasus penyakit tulang setelah dilakukan operasi
5. Mengoreksi deformitas
D. Pemasangan gips
Persiapan alat –alat untuk pemasangan gips:
1. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
2. Baskom berisi air biasa (untuk merendam gips)
3. Baskom berisi air hangat
4. Gunting perban
5. Benkok
6. perlak dan alasnya
7. waslap
8. pemotong gips
9. kasa dalam tempatnya
10. alat cukur
11. sabun dalam tempatnya
12. handuk
13. krim kulit
14. spons rubs ( terbuat dari bahan yang menyerap keringat)
15. padding (pembalut terbuat dari bahan kapas sintetis)

Teknik pemasangan gips, yaitu:


1. siapkan pasien dan jelaskan pada prosedur yang akan dikerjakan
2. siapkan alat-alat yang akandigunakan untuk pemasangan gips
3. daerah yang akan di pasang gips dicukur, dibersihkan,dan di cuci dengan sabun, kemudian
dikeringkan dengan handuk dan di beri krim kulit
4. sokong ekstremitas atau bagian tubuh yang akan di gips.
5. Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips dalam posisi yang di tentukan dokter selama
prosedur
6. Pasang spongs rubs(bahan yang menyerap keringat) pada bagian tubuh yang akan di pasang gips,
pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan di daerah tonjolan tulang
dan pada jalur saraf.
7. Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa saat sampai gelembung-gelembung
udara dari gips habis keluar. Selanjutnya, diperas untuk mengurangi air dalam gips.
8. Pasang gips secara merata pada bagian tubuh. Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal
ke proksimal tidak terlalu kendor atau ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan
bersinambungan agar terjaga ketumpangtidihan lapisan gips. Dianjurkan dalam jarak yang
tetap(kira-kira 50% dari lebar gips) Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga
kontak yang konstan dengan bagian tubuh.
9. Setelah pemasangan, haluskan tepinya, potong serta bentuk dengan pemotong gips.
10. Bersihkan Partikel bahan gips dari kulit yang terpasang gips.
11. Sokong gips selama pergeseran dan pengeringan dengan telapak tangan. Jangan diletakkan pada
permukaan keras atau pada tepi yang tajam dan hindari tekanan pada gips.

E. Pelepasan gips
Alat yang di gunakan untuk pelepasan gips
1. Gergaji listrik/pemotong gips
2. Gergaji kecil manual
3. Gunting besar
4. Baskom berisi air hangat
5. Gunting perban
6. Bengkok dan plastic untuk tempat gips yang di buka
7. Sabun dalam tempatnya
8. Handuk
9. Perlak dan alasnya
10. Waslap
11. Krim atau minyak
Teknik pelepasan gips, antara lain:

1. Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan


2. Yakinkan pasien bahwa gergaji listrik atau pemotong gips tidak akan mengenai kulit
3. Gips akan di belah dengan menggunakan gergaji listrik
4. Gunakan pelindung mata pada pasien dan petugas pemotong gips
5. Potong bantalan gips dengan gunting
6. Sokong bagian tubuh ketika gips di lepas
7. Cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan lembut oleskan krim atau minyak
8. Ajarkan pasien secara bertahap melakukan aktifitas tubuhsesuai program terapi
9. Ajarkan pasien agar meninggikan ekstremitas atau mengunakan elastic perban jika perlu untuk
mengontrol pembengkakan

F. Konsep asuhan Keperawatan

Pengkajian
Pengkajian secara umum perlu di lakukan sebelum pemasangan gips terhadap gejala dan tanda,
status emosional,pemahaman tujuan pemasangan gips, dan kondisi bagian tubuh yang akan di
pasang gips. Pengkajian fisik bagian tubuh yang akan di gips meliputi status neurovaskuler, lokasi
pembengkakan, memar , dan adanya abrasi. Data yang perlu di kaji pasien setelah gips di pasang
meliputi:
1. Data subyektif: adanya rasa gatal atau nyeri ,keterbatasan gerak, dan rasa panas pada daerah
yang di pasang gips
2. Data obyektif: apakah ada luka di bagian yang akan digips. Misalnya luka operasi , luka akibat
patah tulang; apakah ada sianosis;apakah ada pendarahan ;apakah ada iritasi kulit;apakah atau bau
atau cairan yang keluar dari bagian dari bagian tubuh yang di gips.
Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data pengkajian , diagnosis keperawatan utama pada pasien yang menggunakan gips
meliputi:
1. Cemas yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan prosedur pemasangan gips
2. Gangguan rasa nyeri yang berhubungan dengan terpasangnya gips
3. Keterbatasan pemenuhan kebutuhandiri yang berhubungan dengan terpasangnya gips
4. Gangguan eleminasi fekal yang berhubungan dengan imobilisasi
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya penekanan akibat pemasangan gips
6. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan pemasangan gips pada tungkai
7. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan pemasangan gips
8. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan ferifer yang berhubungan dengan respons fisiologis
terhadap cederta atau gips restriksi

Interfensi dan implement tasi keperawatan


Interfensi dan implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis yang ditemukan.
Evaluasi keperawatan
Intervensi dan implementtasi keperawatan :
1. Cemas berkurang pasien dapat beradaptasi dengan keadaannya
a) Menunjukan ketenangan
b) Mampu mengekspresikan keadaann ya
c) Menggunakan koping positif

2. Klien melaporkan nyeri berkurang


a) Meninggikan ekstremitas yang digips
b) Mereposisi sendiri
c) Menggunakan analgesic sesuai pogram
3. Kebutuhan diri terpenuhi dengan maksimal
a) Berpartisipasidalam aktivitas pemenuhan kebutuhan diri
b) Melakukan aktivitas higine secara mandiri dengan bantuan minimal
c) Memenuhi kebutuhan eleminasisecara mandiri dengan bantuan minimal
d) Memenuhimkebutuhan nutrisi secara mandiri dengan bantuan minimal

4. Eleminasi fekal teratur


a) Menunjukan kemampuan mobilisasi
b) Makan tinggi serat
c) Asupan cairan 2500 cc per hari
d) Konsistensi feses lunak

5. Memperlihatkan tidak terjadinya gangguan integritas kulit


a) Tidak menunjukan tanda infeksi sistemik kulit
b) Tidak menunjukan tanda local infeksi kulit
c) Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
d) Kulit tidak ada kemerahan dan lecet

6. Tidak terjadi cedera


a) Melakukan aktivitas secara bertahap
b) Menunjukan penggunaan alat bantu saat aktivitas

7. Memperlihatkan peninggatan kemampuan mobilitas


a) Menggunakan alat bantu yang aman
b) Berlatih untuk meningkatkan kekuatan otot
c) Mengubah posisi sesering mungkin
d) Melakukan latihan sesuai kisaran gerakan sendi yang tidak tertutup gips
8. Pemahaman program terapi
a) Meninggikan ekstremitas yang terpasang gips
b) Menjaga gips tetap kering
c) Tetap melakukan tindak lanjut atau mengadakan perjanjian dengan dokter

9. Peredaran darah adekuat pada ekstremitas yang sakit


a) Memperlihatkan warna dan suhu kulit yang normal
b) Mengalami pembekakan yang minimal
c) Memperlihatkan waktu pengisian kapiler yang memuaskan ketika diuji

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

....................

DAFTAR PUSTAKA
1. Suratun dkk (2008). Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal SAK. Jakarta:penerbit buku
kedokteran EGC
2. Andaners.wordpress.com
3. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1959026-imobilisasi-gips/ tgl 13 April 2010

http://akperku.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-gips.html.

Вам также может понравиться