Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan
merata untuk seluruh masyarakat merupakan keinginan yang menjadi
landasan pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang
lalu harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur
pelayanan kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah
kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai
belum dapat menuntaskan problem kesehatan masyarakat secara
menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung
semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin
berkembangnya penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum
dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini
merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan
lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya
masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan;
dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial
budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh
terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya
pendidikan kesehatan agar masalah kesehatan di masa depan dapat
ditanggulangi sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang
diinginkan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pemberantasan penyakit menular dan
penyehatan lingkungan pemukiman ?
2. Bagaimana Pendidikan kesehatan untuk penyakit tropis ?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan pemberantasan penyakit
menular dan penyehatan lingkungan pemukiman
2. Menjelaskan pendidikan kesehatan yang tepat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan
batasan ini tersirat unsur – unsur input (sasaran dan pendidik dari
pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku
kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan.(Notoadmojo, 2012)

B. Penyakit
1. Faktor penyabaranya
a. Lingkungan

Merupakan faktor penting yang mempengaruhi dalam


penyabaranya Lingkungan terdiri dari faktor fisik dan non fisik.

a) Lingkungan fisik meliputi:


 Keadaan geografis
 Kelembaban udara
 Temperatur
 Lingkungan tempat tingga
b) Lingkungan non fisik, meliputi:
 Sosial (pendidikan, pekerjaan)
 Budaya (adat kebiasaan turun menurun)
 Ekonomi(kebijakan mikro dan kebijakan lokal)
 Politik (suksesi kepemimpinan yang mempengaruhi
kebijakan pencegahan dan penanggulangan suatu
penyakit)

3
2. Penyebab

Faktor penyebab penyakit seperti Bahan kimia, mekanik,


stress (Psikologis), dan biologis (infeksi bakteri, virus,parasit).

Salah satu sifat agen penyakit adalah virulensi, virulensi


merupakan kemampuan atau keganasan suatu agen penyebab
penyakit untuk menimbulkan kerusakan pada sasaran

3. Orang yang berpotensi terkena penyakit

Hal yang perlu diperhatikan tentang horang yang berpotensi


terkena penyakit meliputi:

 Karakteristik (umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan, ras, gaya


hidup)
 gizi atau daya tahan
 pertahanan tubuh
 Cara penularanya
 Kontak Langsung (hubungan seks, kulit, varisela)
 Udara (percikan ludah, dahak atau bersin)
 Makanan dan Minuman
 Vektor (nyamuk, pinjal, anjing, kucing, kera)
4. Cara pencegahan dan penanggulanganya
Tindakan terpenting: memutus rantai penularan (menghentikan
kontak penyebab penyakit denganorang yang berpotensi ) .
Menitikberatkan penanggulangan faktor resiko penyakit (lingkungan
dan perilaku)

4
PENDIDIKAN KESEHATAN MENURUT JENIS PENYAKIT TROPIS

1. Pendidikan Kesehatan TBC

Pencegahan

1) Tahap pencegahan
Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan
peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC, maka tahapan
pencegahan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pencegahan Primer
Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu
pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung
tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar
kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi.
Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TBC yang
meliputi ; (1) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara
nasional dan internasional pada daerah dengan angka kejadian
tinggi dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai
proteksi yang tidak absolut dan tergantung Host tambahan dan
lingkungan, (2) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai
terbukti ketika kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan
dengan pasteurisasi produk ternak, (3) Pengontrolan Faktor
Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan
diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan mental.
b. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai
dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen
utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk
kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa
berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak
langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi
TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan.
Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi
juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.

5
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk
memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif
dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan
dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat
mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan
bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap
epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk
membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan
menghindari tekanan psikis.
c. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan
TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang
menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi
penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien,
kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu.
Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan
media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta
penegasan perlunya rehabilitasi.
2) Pengobatan
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif)
dan tahap lanjutan. Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat
ringannya penyakit. Penderita harus minum obat secara lengkap dan
teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan
tiga kali pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan
kemajuan pengobatan, yaitu pada akhir pengobatan tahap awal,
sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.

Cara penularan

TB menular melalui udara, sewaktu pasien batuk, bersih, meludah


atau berbicara kuman keluar melalui percikan dahaknya. Kuman tersebut
terhirup oleh orang sekitarnya. TB tidak menular lewat transfusi darah, air
susu ibu dan alat makan dan minum yang telah dicuci.

6
2. DIARE

Cara pencegahan :

 Mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum memasak,


mengolah makanan dan makan, sebelum memberi makan pada
anak-anak.
 BAB pada tempatnya.
 Jangan makan di sembarang tempat.
 Menggunakan air matang untuk minum.
 Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal 2 tahun pertama,
meningkatkan status gizi,dan imunisasi.
 Meletakkan makanan di tempat tertutup
3. HEPATITIS
a. Hepatitis A
1) Pencegahan :
Untuk menghindari terjangkitnya virus Hepatitis A maka di
sarankan sebagai berikut :
 Diharapkan agar menjaga higene sanitasi lingkungan dan
pribadi.
 Menjaga higene makanan dan minuman.
 Menghindari kontak lansung dengan penderita (dari orang ke
orang)
 Menghindari mengunakan bekas peralatan makan dan minum
penderita, betukar sikat gigi, bekas pisau cukur penderita,
suka makan bersama dalam satu wadah dan berhubungan
seks secara bebas.
 Menghindari kontak oral anal pada kelompok homoseksual.
 Menghindari pemakaian peralatan yang terkontaminasi virus
hepatitis A, seperti jarum suntik.
 Sebelum melakukan transfusi darah harus di lakukan
pemeriksaan Hepatitis terhadap pendonor.
 Melakukan upaya pencegahan dengan imunisasi.
2) Cara Penularan
Penularan hepatitis A yang dominan adalah melalui route fekal
– oral dan umumnya penularan dari orang ke orang (kontak
lansung), makanan atau minuman yang terkontaminasi feses

7
misalnya buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau setengah
masak dan makanan kerang yang terinfeksi oleh air limbah di
laut.. Mereka yang biasanya mengunakan bekas peralatan makan
dan minum penderita, betukar sikat gigi, bekas pisau cukur
penderita, suka makan bersama dalam satu wadah dan
berhubungan seks secara bebas adalah orang - orang berisiko
tinggi terinfeksi HAV. Secara umum model penularan hepatitis A
melalui kontak seksual kurang dari 5%. Hal ini dapat terjadi pada
kelompok homoseksual pria melalui kontak oral anal. HAV jarang
ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi atau melalui
darah yang tercemar virus. Hemodialisis tidak berperan dalam
penyebaran infeksi Hepatitis A pada penderita atau staf rumah
sakit. Prevalensi anti-HAV pada mereka yang mendapatkan
transfusi darah berulang kali atau yang tidak sengaja terinokulasi
dengan peralatan yang terkontaminasi dengan darah sipenderita
HAV kurang dari 5%.
b. Hepatitis b
1) Cara penularan

Penularan virus hepatitis B dapat melalui berbagai cara:

 melalui kulit (perkutan)


 melalui selaput lendir (peroral, seksual) atau penularan antara
satu orang keorang lain yang “sederajat”.penularan dengan
cara tersebut diatas dikenal dengan istilah penularan
horizontal
 masa persalinan (perinatal) penularan dari ibu keanaknya
pada masa perinatal dinamakan juga penularan vertikal.
2) Pencegahan
 Vaksinasi hepatitis B
Vaksin merupakan zat (antigen) yang jika disuntikkan
kedalam tubuh kita dapat merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen tersebut.
Sesungguhnya masuk, maka dengan gesit system
kekebalan tubuh dapat melawan dan membasminya. Hasilnya
tubuh kita terhindar dari hepatitis B.

8
HBsAg yang terdapat dalam vaksin hepatitis B ini dapat
dipeeroleh dari berbagai sumber. Ada yang mengamblnya dari
serum darah penderita (karier) hepatitis B yang memang kaya
akan HBsAg. Tapi, ini tidak bias dipakai langsung, karena
masih mengandung virus HBV yang ganas. Ke dalam otot
maupun bawah kulit. Sebulan setelah suntika ketiga umumnya
sudah dapat ditemukan anti HBs didalam darah, salah satu
tanda tubuh sudah mengenal dan dapat melawan seandainya
ada virus hepatitis B masuk menyerang.
Jika kadar anti HB situ masih kurang dari sekitar 100m
IU/ml darah, vasinasi penguat (booster) perlu disuntikkan lagi
sampai kadar zat anti HBs cukup tinggi. Sesudah itu tiap dua
tahun perlu dicek kadar zat anti HBs, jika sudah berkurang,
mungkin perlu disuntikkan booster lagi, terutama mereka yang
tergolong beresiko tinggi.

4. RABIES

Cara Penularan Rabies :

Air liur hewan positif rabies yang mengandung virus menularkan


virus melalui gigitan atau cakaran. Sekitar 70 % anjing yang tertular
rabies mengandung virus di dalam salivanya. Meskipun jarang, infeksi
juga dapat terjadi lewat kulit yang lecet atau konjungtiva yang kontak
lewat saliva. Pada gua kelelawar yang mengandung Utaravirus rabies
dalam jumlah sangat tinggi, penyebaran melalui udara pernah dilaporkan
terjadi. Penularan rabies melalui transplantasi organ (kornea) dari orang
yang meninggal karena penyakit sistem saraf pusat yang tidak
terdiagnosa sebelumnya kemungkinan dapat menularkan rabies kepada
penerima organ tadi.

5. MENINGITIS
1) Pencegahan
Vaksin Haemophillus influenza tipe B (Hib) saat ini
direkomendasikan sebagai bagian rutin dari vaksin pada anak. Vaksin
meningokokkus direkomendasikan pada keadaan terjangkitnya

9
penyakit, untuk mereka yang melakukan perjalanan di negara yang
mengalami penyakit endemik atau epidemik, meliputi mereka yang
pernah mengalami spelenektomi. Selain itu, petugas kesehatan
masyarakat secara umum meresepkan antibiotik profilaksis untuk
pengurus rumah yang anggota keluarganya terjangkit H.
Influenza atau meningitis meningokokkus.
Tujuan profilaksis ini adalah untuk eradikasi pembawa orofaring
dari organisme ini untuk menurunkan risiko terjadinya meningitis.
Vaksin pneumokokkus direkomendasikan untuk pasien dengan
supresi imun, orangtua dengan penyakt kronik seperti diabetes,
mereka yang lebih dari 65 tahun dan mereka dengan infek si HIV.
Individu yang kontak langsung dengan pasien harus diperti
mbangkan akan menerima antimikroba profilaksis
(rifampin). Kontak langsung diobservasi dan diperiksa
secara langsung bila demam atau
tanda dan gejala meningitis lain yang berkembang.
Vaksin meningokokus yang telah diizinkan di Amerika Serikat
mencakup polisakarida grup A, C, W135 dan Y, dan digunakan
terutama dalam perekrutan militer. Vaksin ini mungkin
menguntungkan bagi beberapa pelancong yang mengunjungi daerah
yang mengalami epidemik penyakit meningokokus. Vaksinasi juga
harus dipertimbangkan sebagai tambahan antibiotik kemoprofilaksis
untuk beberapa orang yang tinggal dengan pasien yang mengalami
infeksi meningokokus.
Vaksin polisakarida (Haemophillus b polysaccharide vaccine)
melawan masuknya Haemophillus influenzae tipe b yang telah
diizinkan penggunaanya di Amerika Serikat dan sekarang digunakan
rutin untuk pencegahan meningitis pada pediatrik. (Widoyo, 2005 )

BAB III

PENUTUP

10
A. Kesimpulan
Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan
kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi
kesehatan.(Notoadmojo, 2012).

Faktor penyabaran penyakit : Lingkungan

Faktor penyebab penyakit :Bahan kimia, mekanik, stress (Psikologis),


dan biologis (infeksi bakteri, virus,parasit.

Cara penularan penyakit :Kontak Langsung, Udara, Makanan,


Vektor.

Pendidikan Kesehatan menurut Jenis Penyakit Tropis :

1. TBC

Tahap pencegahan TBC : Pencegahan Primer, Pencegahan


Sekunder, Pencegahan Tersier

Pengobatan : Tahap awal (intensif), Tahap lanjutan

Cara penularan : TB menular melalui udara, sewaktu pasien batuk,


bersih, meludah atau berbicara kuman keluar melalui percikan
dahaknya.

2. Hepatitis b

Penularan : melalui kulit (perkutan), melalui selaput lendir ,masa


persalinan.

Pencegahan : Vaksinasi hepatitis B (Hasilnya tubuh kita


terhindar dari hepatitis B).

3. RABIES

Cara Penularan Rabies : Air liur hewan positif rabies (melalui


gigitan atau cakara).

4. Meningitis

11
Pencegahan : Vaksin Haemophillus influenza tipe B (Hib).
Vaksin polisakarida (Haemophillus b polysaccharide vaccine)
melawan masuknya Haemophillus influenzae tipe b yang telah
diizinkan penggunaanya di Amerika Serikat dan sekarang digunakan
rutin untuk pencegahan meningitis pada pediatrik. (Widoyo, 2005 )

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan
kesehatan itu perlu untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia.
Dengan adanya pendidikan kesehatan, masyarakat Indonesia dapat
bertindak sesuai dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat
mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang membahayakan diri sendiri
terutama penyakit-penyakit yang sering terjadi didaerah tropis seperti
salah satunya di Indonesia dengan.
Meskipun hasilnya akan terlihat dalam beberapa tahun kedepan,
namun pendidikan ini baik adanya untuk membantu masyarakat
Indonesia terlepas dari serangan penyakit serta terhindar dari tindakan
pencegahan yang membahayakan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Widoyo, 2005, Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan dan


pemberantasannya, Penerbit Erlangga

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_20025_7j.pdf ( diakses pada tanggal 13 Juli


2015 )

13

Вам также может понравиться