Subjek

Penelitian ini melibatkan 230 subjek yang menyetujui yang terdiri dari 180 pasien dengan
penyakit mulut dan perioral, serta 50 subjek kontrol dengan kondisi oral sehat. Penelitian ini
memiliki 6 kelompok pasien sesuai dengan presentasi klinis: angioedema, reaksi likenoid oral
(OLRs), burning mouth syndrome (BMS), gingivostomatitis, keilitis, dan dermatitis perioral.
Setiap kategori penyakit tersebut terdiri dari 30 pasien. Kelompok angioedema terdiri dari
pasien-pasien dengan edema berulang atau persisten pada bibir, lidah, dan kulit perioral, yang
tidak mengenai bagian tenggorokan atau bagian tubuh lainnya. Angioedema herediter tidak
dimasukkan dalam kelompok tersebut. Kelompok OLR yang dipilih yaitu pasien dengan lesi
soliter, unilateral yang terkontak langsung mukosanya dengan agen penyebab atau restorasi
amalgam.15 Diagnosis OLR dikonfirmasi berdasarkan presentasi klinis dan temuan
histopatologis. Pasien yang memenuhi kriteria klinis untuk burning mouth syndrome (BMS)
idiopatik dan mengeluhkan pembakaran mukosa mulut tanpa penyakit mulut atau lesi oral yang
terlihat nyata, dimasukkan dalam kelompok BMS; mayoritas memiliki gejala terbakar
intermiten dengan penyebab lokal dan sistemik yang tidak diketahui dan tidak dikenal
(dikonfirmasi oleh pemeriksaan diagnostik sebelum tes alergi).16 Kategori keilitis termasuk
pasien dengan berbagai bentuk klinis keilitis (keilitis anguler, keilitis simpleks, keilitis
eksfoliatif, kontak keilitis, dan keilitis granulomatosa). Diagnosis ditegakkan pada kriteria
klinik. 7-19 Kategori gingivostomatitis terdiri dari pasien dengan lesi pada gingiva dan mukosa
mulut yang berdekatan, termasuk mereka dengan gingivitis sel plasma, gingivitis eksfoliatif,
dan stomatitis ulseratif, serta mereka yang memiliki stomatitis aftosa. Kriteria diagnosis
stomatitis ulseratif adalah yang ditetapkan oleh Chorzelski et al.20 Diagnosis dermatitis perioral
didasarkan pada gambaran klinis adanya kluster papula eritematosa atau papulopustula kecil
berukuran 1-2 mm pada kulit perioral di sekitar mulut yang tidak melibatkan warna kemerahan
dan disertai dengan sensasi mulut yang terbakar atau gatal. 17
Sebelum melakukan tes alergi pada kulit, semua pasien menjalani pemeriksaan
diagnostik yang komprehensif, yang mencakup riwayat pasien yang rinci, pemeriksaan klinis
komprehensif rongga mulut dan kulit pasien, lab darah rutin, pemeriksaan swab mikrobiologis
oral untuk kuman kokus gram positif dan Candida sp., serta biopsi dan studi imunofluoresensi
direk dan indirek untuk menyingkirkan penyakit lain. Pemeriksaan juga meliputi kadar glukosa
darah, penanda autoimun, kadar Cl esterase inhibitor (CI-INH), dan IgE total/spesifik.
Pemeriksaan biopsi mukosa harus dilakukan pada pasien dengan diagnosis klinis keilitis
granulomatosa, gingivitis sel plasma, gingivitis deskuamasi, dan stomatitis ulseratif untuk
mengonfirmasi diagnosis klinis.
Peneliti memilih penyakit-penyakit tersebut untuk penelitian karena penyakit yang
disebutkan di atas sangat umum pada populasi umum di antara semua kelompok umur dan
mungkin juga terkait dengan zat penyebab alergi (alergen) dan reaksi alerginya. Kriteria inklusi
pada penelitian adalah usia 18 tahun atau lebih; secara klinis terdapat penyakit mulut dan
perioral signifikan yang didiagnosis oleh dokter spesialis kulit dan spesialis dan dokter spesialis
gigi dan mulut; bersedia untuk menjadi subjek secara tertulis untuk menjalani semua tes
diagnostik dan alergi yang direkomendasikan; dan tidak adanya faktor risiko lokal atau
sistemik yang diverifikasi dari penyakit yang mendasari. Adapun kriteria eksklusi adalah
subtipe nonalergik spesifik dari penyakit oral dan perioral dengan etiologi yang diketahui: tes
mikrobiologi positif untuk infeksi jamur dan bakteri (swab diambil dari mukosa labial, oral,
dan kulit perioral);test immunofluoresensi positif baik direk dan/atau indirek untuk penyakit
autoimun; riwayat angioedema herediter atau kadar C1-INH yang menurun; penggunaan obat
yang menginduksi angioedema dan gingivostomatitis/keilitis herpetik; dan penggunaan obat-
obatan tertentu (kortikosteroid, antihipertensi, antihistamin, antidepresan trisiklik, obat asma,
proton pump inhibitor, dan NSAID.
Uji alergi kulit dilakukan dan reaksi alergi ditafsirkan oleh dokter spesialis kulit dan
kelamin. Tes tempel dilakukan dengan menggunakan alergen-alergen kontak yang relevan
(alergen standar yang ada di Kroasia dan bahan-bahan dental spesifik, dan berdasarkan riwayat
medis adanya alergi tertentu). Adapun tes tusukan kulit (SPT) dilakukan dengan bahan
pengawet dan aditif, makanan, dan inhalan. Subjek dengan hasil tes positif diberikan instruksi
tentang cara menghindari alergen dan dirujuk ke dokter umum atau dokter gigi untuk
pemantauan dan perawatan lebih lanjut
Patch Testing
Uji tempel alergi dilakukan pada semua subjek yang sesuai dengan pedoman European
Society of Contact Dermatitis. Alergen ditempel pada punggung atas pasien (Patch Test Strip
Curatest, Loh man & Rauscher International, Rangsdorf, Jerman) dan hasilnya dibaca setelah
48 dan 72 jam. Reaksi dinilai dengan kategori: lemah (+), kuat (++), dan sangat kuat (+++).
Kit alergen standar digunakan dan disediakan oleh Institute of Immunology, Zagreb, Kroasia.
Alergen standarnya yaknik kalium dikromat (0,5% pet.), campuran wewangian (8% pet.), resin
epoksi (1% pet.), p- fenil diamin (0,5% pet.), N-Isopropil-N-fenil-4-fenilenadiamin ( 0,1%
pet.), campuran merkapto (2% pet.), campuran thiuram (1% pet.), campuran carba (3% pet.),
campuran paraben (15% persen), Peru Balsam (25% pet.), neomisin sulfat (20% pet.), kolofoni
(20% pet.), formaldehida ( 1% air, ini merosal (0,1% persen), quaternium - 15 (19 persen),
lanolin (30% pet.), merkuri teramoniasi (10% pet.), fenilmerkuri asetat (0,01% air),
ichthammol (10% pet.), dan sulfur terpresipitasi (10% pet.)
Pasien sebelumnya ditanya allergen dental apa yang sekiranya berpotensi membuat
alergi. Ketika pasien mengatakan/dicurigai alergi terhadap material dental yang tidak termasuk
dalam kit, uji tempel alergi terhadap bahan gigi tambahan yang dibuat di laboratorium
dikondisikan dengan supervisi dari dokter spesialis gigi dan mulut bersama dokter spesialis
kulit dan kelamin. Uji tempel untuk bahan gigi tambahan tersebut yaitu: paduan emas-perak
Auropal (2% pet), methyl metakrilat (2% pet.), 2 hidroksietil metakrilat (2 - HEMA) (2% pet),
cobalt-chrome alloy Wironit (2% pet), polimer lvocron (2% pet.), hexachlorophene (1% pet.),
dan resorcinol (2% pet.). Substansi lain tidak diuji.
Skin Prick Test (SPT)
SPT dilakukan dengan aplikasi tetes alergen (dibuat oleh Institute of Immunology
Zagreb, Kroasia) di lengan bawah (dengan histamin 1% sebagai kontrol positif) dan larutan
salin sebagai kontrol negatif). Hasil dibaca setelah 15 menit, dan akan muncul sumuran
(wheal). Wheal dengan diameter minimal 3 mm dianggap sebagai hasil positif.22 SPT juga
dilakukan untuk zat inhalan (seperti debu rumah, tungau, bulu, serbuk bunga [termasuk
rumput-rumputan,pohon, gulma], rambut hewan, jamur, kapang, bakteri, serat herbal, serat
wol, sutra, sintetis, dan tepung); zat dari makanan (telur, susu, daging [group 1 dan 2], sayuran
[group 1 dan 2], buah-buahan [grup 1,2,dan 3], jamur, kopi, teh, kakao, ikan air tawar dan ikan
laut, serta tepung), dan untuk bahan pengawet dan aditif (asam asetilsalisilat, natrium benzoat,
tartazin, kalium metabisulfit, natrium glutamat, glutaraldehid) , dan asam sitrat).