Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (YME) atas rahmat dan serta hidayah-
Nya, Saya beserta kelompok dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Manajemen
Keuangan Lanjutan dengan topik “likuidasi dan reorganisasi pada PT. Bank IFI
(Konvensional)”.
Laporan ini disusun sesuai dengan proses analisis mengenai segala yang telah kami
lakukan tentang merangkum berbagai macam sumber dari buku, jurnal, makalah dan situs
yang terkait.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam proses
penyusunan. Oleh karena itu saya menerima segala kritik dan saran, agar kami dapat
memperbaiki laporan penyusunan Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan
dengan topik “likuidasi dan reorganisasi pada PT. Bank IFI (Konvensional)”.
Akhir kata Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan juga
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan Indonesia di bidang ekonomi ditunjang oleh Bank sebagai bagian integral
dari perekonomian nasional yang diarahkan agar tumbuh menjadi penggerak utama
pembangunan ekonomi, meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan kegiatan
pembangunan dan hasil-hasilnya serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja
menuju terwujudnya perekonomian nasional yang tangguh dan mandiri.
Bank sebagai wadah kegiatan ekonomi diarahkan agar semakin memiliki kemampuan
menjadi badan usaha yang efektif dan tangguh dalam 2 membantu perekonomian masyarakat
dan perlu makin ditingkatkan peranannya dalam membantu perekonomian terutama di daerah
tempat berdirinya bank tersebut.
Pelaksanaan fungsi dan peranan bank perlu ditingkatkan melalui upaya peningkatan
semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional. Peran aktif masyarakat
menumbuhkembangkan bank harus terus ditingkatkan dengan meningkatkan kesadaran dan
kegairahan menabung masyarakat serta menghimpun dana di bank. Pembangunan bank
didukung melalui pemberian kesempatan berusaha seluas-luasnya di segala sektor kegiatan
ekonomi, baik di luar maupun di dalam negeri dan menciptakan iklim usaha yang mendukung
dengan kemudahan memperoleh modal dari adanya fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh
bank itu dalam bentuk tabungan yang dimana fasilitas itu dapat membantu meningkatkan
serta mengembangkan pertumbuhan pembangunan yang berkesinambungan.
Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan menggunakan metode Kualitatif
berupa pengambilan data-data dari sumber-sumber bacaan berupa buku pengetahuan dan
internet.
3
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bank dan menurut para ahli?
2. Untuk mengetahui apa saja perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah
ketika terjadi likuidasi terhadap bank?
3. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi PT. Bank IFI di likuidasi?
4. Untuk mengetahui apa dampak yang terjadi terhadap PT. Bank IFI di likuidasi?
5. Untuk mengetahui hal apa saja yang harus diketahui nasabah ketika bank
dilikuidasi?
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai bahan pertimbangandan acuan
untuk menambah ilmu dalam pemasaran.
1. Bagi Penulis
2. Bagi Lembaga
4
3. Bagi Pembaca
5
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Perbankan, bank adalah suatu lembaga atau orang pribadi yang
menjalankan perusahaan dalam menerimadan memberikan uang dari dan kepada pihak
ketiga.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998,
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Menurut Prof. G.M Verryn stuart, Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk
memuaskan kebutuhan kredit.
Menurut Sommary, Bank adalah suatu badan yang berfungsi sebagai pengambil dan
pemberi kredit, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang.
“Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.
Sedangkan keuangan adalah setiap setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan
dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau bahkan
kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan dana”
6
1.2 Jenis-Jenis Bank di Indonesia
1. Bank Sentral: adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas
harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku di negara tersebut, yang dalam hal ini
dikenal dengan istilah inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam arti lain turunnya
suatu nilai uang. Contoh Bank Di Indonesia:
- Bank Indonesia
2. Bank Umum Konvensional: adalah bank yang memilki aktivitas memobilisasi atau
menerima dana masyarakat dengan memberikan bunga sebagai bentuk balas jasanya.
Contoh Bank Umum Konvensional:
a. Bank Pemerintah: Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Contoh Bank Pemerintah:
o Bank Mandiri
o Mutiara Bank
o Bank Negara Indonesia
o Bank Rakyat Indonesia
o Bank Tabungan Negara
b. Bank Swasta Nasional Devisa: adalah Bank yang sebagian besar modalnya
dimiliki oleh pihak swasta non asing dan dapat melakukan transaksi dengan luar
negeri atau berkaitan dengan valas. Contoh Bank Swasta Nasional Devisa:
o Bank Agroniaga
o Bank Anda
o Bank Artha Graha Internasional
o Bank Bukopin
o Bank Bumi Arta
o Bank Capital Indonesia
o Bank Central Asia
o Bank CIMB Niaga
o Bank Danamon Indonesia
o Bank Ekonomi Raharja
o Bank Ganesha
o Bank Hana
o Bank Himpunan Saudara 1906
o Bank ICB Bumiputera
o Bank ICBC Indonesia
o Bank Index Selindo
o Bank Internasional Indonesia
o Bank Maspion
o Bank Mayapada
7
o Bank Mega
o Bank Mestika Dharma
o Metro Express
o Bank Nusantara Parahyangan
o Bank OCBC NISP
o Bank of India Indonesia
o Panin Bank
o Bank Permata
o Bank QNB Kesawan
o Bank SBI Indonesia
o Bank Sinarmas
o Bank UOB Indonesia
c. Bank Swasta Nasional Non Devisa: adalah Bank yang sebagian besar modalnya
dimiliki oleh pihak swasta non asing dan tidak melakukan transaksi dengan luar
negeri atau berkaitan dengan valas. Contoh Bank Swasta Non Devisa:
o Anglomas Internasional Bank
o Bank Andara
o Bank Artos Indonesia
o Bank Bisnis Internasional
o Centratama Nasional Bank
o Bank Dipo International
o Bank Fama Internasional
o Bank Harda Internasional
o Bank Ina Perdana
o Bank Jasa Jakarta
o Bank Kesejahteraan Ekonomi
o Bank Liman International
o Bank Mayora
o Bank Mitraniaga
o Bank Multi Arta Sentosa
o Bank Nationalnobu
o Prima Master Bank
o Bank Pundi Indonesia
o Bank Royal Indonesia
o Bank Sahabat Purba Danarta
o Bank Sinar Harapan Bali
o Bank Tabungan Pensiunan Nasional
o Bank Victoria Internasional
o Bank Yudha Bhakti
8
d. Bank Pembangunan Daerah: adalah bank umum yang kepemilikan sahamnya di
miliki oleh Pemerintah Provinsi di berbagai daerah. Contoh Bank Pembangunan
Daerah:
o Bank Jambi
o Bank Kalsel
o Bank Kaltim
o Bank Sultra
o Bank BPD DIY
o Bank Nagari
o Bank DKI
o Bank Lampung
o Bank Kalteng
o Bank Aceh
o Bank Sulsel
o Bank BJB
o Bank Kalbar
o Bank Maluku
o Bank Bengkulu
o Bank Jateng
o Bank Jatim
o Bank NTB
o Bank NTT
o Bank Sulteng
o Bank Sulut
o Bank BPD Bali
o Bank Papua
o Bank Riau Kepri
o Bank Sumsel Babel
o Bank Sumut
e. Bank Campuran: adalah [[joint venture bank]] yaitu bank umum yang didirikan
oleh satu bank umum atau lebih, berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh
warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang dimiliki
sepenuhnya oleh warga negara Indonesia dengan satu bank atau lebih, yang
berkedudukan di luar negeri. Contoh Bank Campuran:
o Bank ANZ Indonesia
o Bank Commonwealth
o Bank Agris
o Bank BNP Paribas Indonesia
o Bank Capital Indonesia
o Bank Chinatrust Indonesia
o Bank DBS Indonesia
o Bank KEB Indonesia
9
o Bank Mizuho Indonesia
o Bank Rabobank International Indonesia
o Bank Resona Perdania
o Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
o Bank Windu Kentjana International
o Bank Woori Indonesia
f. Bank Asing: Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar
negeri, atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) .Contoh
Bank Asing:
o Bank of America
o Bangkok Bank
o Bank of China
o Citibank
o Deutsche Bank
o HSBC
o JPMorgan Chase
o Royal Bank of Scotland
o Standard Chartered
o Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ
3. Bank Umum Syariah: adalah bank yang dalam aktivitasnya tidak menarik bunga dari
jasa usahanya, tetapi diperhitungkan mendapat bagian jasa berupa bagi hasil. Contoh
Bank Umum Syariah:
a. Bank Pemerintah Syariah : Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau
seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Contoh Bank Pemerintah
Syariah:
o Bank BNI Syariah
o Bank Muamalat Indonesia
o Bank Syariah Mandiri
b. Bank Swasta Nasional Devisa Syariah: adalah Bank yang sebagian besar
modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing dan dapat melakukan transaksi
dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas. Contoh Bank Swasta Nasional
Devisa Syariah:
o BCA Syariah
o Bank BJB Syariah
o Bank BRI Syariah
o Bank Mega Syariah
o Panin Bank Syariah
o Bank Syariah Bukopin
o Bank Victoria Syariah
10
c. Bank Campuran Syariah: adalah [[joint venture bank]] yaitu bank umum yang
didirikan oleh satu bank umum atau lebih, berkedudukan di Indonesia dan
didirikan oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang
dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia dengan satu bank atau lebih,
yang berkedudukan di luar negeri. Contoh Bank Campuran Syariah:
o Bank Maybank Syariah Indonesia
4. Unit Usaha Syariah Bank Umum Konvensional: adalah unit kerja dari kantor pusat
bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di
kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. Contoh Unit Usaha Syariah Bank
Umum Konvensional:
a. Bank Pemerintah Syariah: Bank pemerintah adalah bank yang sebagian atau
seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Contoh Bank Pemerintah
Syariah:
o Bank BTN Syariah
b. Bank Swasta Nasional Devisa Syariah: adalah Bank yang sebagian besar
modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing dan dapat melakukan transaksi
dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas. Contoh Bank Swasta Nasional
Devisa Syariah:
o Bank Danamon Syariah
o CIMB Niaga Syariah
o BII Syariah
o OCBC NISP Syariah
o Bank Permata Syariah
11
d. Bank Asing Syariah: Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di
luar negeri, atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) .Contoh
Bank Asing Syariah:
o HSBC Amanah
Variasi lain dari restrukturisasi, adalah “ Going Private “ yang merupakan keputusan
untuk membeli kembali saham-saham perusahaan yang terdaftar di bursa bagi perusahaan
yang sebelumnya go public.
Istilah reorganisasi berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mampu bertahan diri dan atau memperkecil/mengurangi skala usahanya agar perusahaan
tidak mengalami kesulitan di bidang keuangan dalam situasi ekonomi yang kurang
menguntungkan.
Dalam reorganisasi finansial sering dibarengi dengan upaya konsolidasi, yaitu membuat
perusahaan jadi lebih “ ramping “ secara operasional. Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan
dengan cara :
12
4. Menunda rencana ekspansi sampai dengan situasi dinilai lebih menguntungkan.
5. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang ( kalau dapat dikurangi dari
hasil penjualan aktiva yang tidak diperlukan ), dan menjaga likuiditas. Dalam
jangka pendek mungkin sekali profitabilitas dikorbankan ( profitabilitas terpaksa
negatif ).
Likuidasi bank merupakan tindakan penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank
sebagai akibat pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank. Jadi likuidasi bank
bukanlah sekedar pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank, tetapi berkaitan
dengan proses penyelesaian segala hak dan kewajiban dari suatu bank yang dicabut izin
usahanya. Setelah suatu bank dicabut izin usahanya, dilanjutkan lagi dengan proses
pembubaran badan hukum bank yang bersangkutan, dan seterusnya dilakukan proses
pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban (piutang dan utang) bank
sebagai akibat dari pencabutan izin usaha dan pembubaran badan hukum bank.
1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk
memenuhi likuiditasnya;
2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari yang tersebut diatas,
tetapi yang bersangkutan juga memiliki asset lainnya (khususnya surat-surat
berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai
pasarnya;
13
1. Ketentuan likuidasi menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yaitu
terdapat dalam:
- Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa “Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan
yang membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan
tindakan agar:
- Pasal 37 ayat (2) yang menyatakan bahwa dalam hal suatu bank mengalami
kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, apabila:
- Pasal 37 ayat (3) yang menyatakan bahwa dalam hal direksi bank tidak
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk
mengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan hukum bank, penunjukan
tim likuidasi, dan perintah pelaksanaan likuidasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
14
Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, pencabutan izin usaha bank dilakukan
oleh Pimpinan Bank Indonesia apabila :
- Pasal 3 ayat (2) huruf b dan Pasal 4 ayat (1) Pasal 3 ayat (2) huruf b menyatakan
bahwa apabila :
- Pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa pelaksanaan likuidasi bank oleh Bank
Indonesia ditetapkan dan diserahkan kepada Badan Khusus yang bersifat
sementara dalam rangka penyehatan perbankan berdasarkan ketentuan Pasal 37 A
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tetap mengikuti ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah ini.
- Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal para pemegang saham akan
membubarkan badan hukum bank atas keinginan sendiri, pembubaran tersebut
hanya dapat dilakukan setelah pencabutan izin usaha oleh Bank Indonesia.
- Pasal 2 dari kedua Surat Keputusan tersebut menyatakan bahwa pencabutan izin
usaha Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dilakukan oleh Direksi Bank
Indonesia apabila:
15
2. Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu Bank Umum atau Bank
Perkreditan Rakyat dapat membahayakan sistem perbankan; atau
3. Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegang saham Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat.
- Pasal 3 dari surat keputusan tersebut di atas menyebutkan bahwa pencabutan izin
usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dilakukan oleh
direksi Bank Indonesia berdasarkan alasan tindakan penyelamatan belum cukup
mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh Bank atau membahayakan sistem perbankan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a atau huruf b:
1. Terdapat permintaan kantor pusat bank yang berkedudukan di luar negeri;
atau
2. Izin usaha kantor pusat bank yang berkedudukan di luar negeri dicabut
dan/atau kantor pusat dimaksud dilikuidasi oleh otoritas yang berwenang
di negara setempat.
16
Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2008 tentang
Likuidasi Bank;
Pada saat suatu perusahaan mengalami resiko likuidasi ada beberapa sebab yang
melatarbelakanginya, yaitu:
1. Utang perusahaan yang berada pada posisi extreme leverage. Extreme leverage
artinya utang perusahaan sudah berada dalam kategori yang membahayakan
perusahaan itu sendiri.
2. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang disaat jatuh tempo sudah begitu besar,
baik utang di perbankan,leasing, mitra bisnis, utang dagang,termasuk utang dalam
bentuk bunga obligasiyang sudah jauh tempo yang secepatnya dibayar, dan berbagai
bentuk tagihan lainnya.
17
5. Perusahaan sering melakukan kebijakan gali lubang dan tutup lubang pada kewajiban
atau menyelesaikan persoalan likuidasi di pakai dari dana untuk membayar utang,
sehingga pada dana yang harusnya dialokasikan untuk membayar utang yang sudah
jatuh tempo namun dipakai untuk membayar gaji karyawan, listrik, dan sejenisnya
yang termasuk kategori short term liquidity.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 tentang
Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional terdapat 3
kategori bank bermasalah yaitu bank yang masuk dalam kategori bank dalam pengawasan
normal, bank dalam pengawasan intensif dan bank dalam pengawasan khusus. Berdasarkan
Pasal 3 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status
dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional menyatakan bahwa “Dalam hal
bank dalam pengawasan normal namun dinilai memiliki permasalahan yang signifikan maka
direksi, dewan komisaris, dan/atau pemegang saham pengendali Bank wajib menyampaikan
rencana tindak (action plan) kepada Bank Indonesia.”
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 tentang
Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional yang mengatur
mengenai kategori bank dalam pengawasan intensif menyatakan bahwa “Bank dinilai
memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) jika memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut:
1. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sama dengan atau lebih
besar dari 8% (delapan persen) namun kurang dari rasio KPMM sesuai profil risiko
Bank yang wajib dipenuhi oleh Bank;
2. Rasio modal inti (tier 1) kurang dari persentase tertentu yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia;
3. Rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dalam rupiah sama dengan atau lebih besar dari
5% (lima persen) namun kurang dari rasio yang ditetapkan untuk GWM rupiah yang
wajib dipenuhi oleh Bank, dan berdasarkan penilaian Bank Indonesia, Bank memiliki
permasalahan likuiditas mendasar;
4. Rasio kredit bermasalah (non performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima
persen) dari total kredit;
5. Tingkat kesehatan Bank dengan peringkat komposit 4 (empat) atau 5 (lima);
6. Tingkat kesehatan Bank dengan peringkat komposit 3 (tiga) dan Good Corporate
Governance (GCG) dengan peringkat 4 (empat).
Selain itu, salah satu cara untuk mengukur kesehatan suatu lembaga perbankan adalah
dengan mempergunakan metode CAMEL. CAMEL atau Capital Assets Management Earning
Liquidity merupakan salah satu metode penilaian kesehatan perbankan. Metode CAMEL
berisikan langkah-langkah yang dimulai dengan menghitung besarnya masing-masing rasio
pada komponen-komponen berikut:
18
1. C : Capital (Untuk Rasio Kecukupan Modal) : Rasio kecukupan modal, atau yang
sering disebut sebagai Capital Adequacy Ratio (CAR).
Untuk rasio sebesar 15,5 % atau lebih diberi nilai kredit 0 dan
Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit
ditambah 1 dengan maksimum 100.
19
Penilaian rasio KAP untuk perhitungan PPAP dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut untuk rasio 0 % diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan
1 % dari 0 % nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
20
1 Sangat Sehat ROA > 1,5%
2 Sehat 1.25% < ROA ≤ 1,5%
3 Cukup Sehat 0,5% < ROA ≤ 1,25%
4 Kurang Sehat 0% < ROA ≤ 0,5%
5 Tidak Sehat ROA ≤ 0%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004
Kelima komponen ini merupakan suatu indikator yang menentukan kondisi suatu
bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut, maka
21
bank tersebut akan atau sedang mengalami kesulitan. Metode CAMEL ini wajib diterapkan
agar pihak bank mengetahui lebih dini mengenai risiko likuidasi yang sedang mengancam
kegiatan usaha bank tersebut.
Mengenai proses likuidasi bank yang harus dilakukan oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dan tim likuidasi telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UULPS) dan peraturan lembaga penjamin
simpanana Nomor 02/PLPS/2008. Berdasarkan dari 2 ketentuan ini dapat diketahui mengenai
tahapan-tahapan proses likuidasi oleh lmbaga penjamin pinjaman dan tim likuidasi sejak
terbentuknya yaitu sebagai berikut:
Jika telah dikategorikan seebagai bank gagal yang telah dicabut izin usahanya.
Terhitung sejak izin usaha dicabut, LPS akan mengambil alih dan menjalankan segala
hak dan wewenang pemegang saham. LPS akan segera melakukan tindakan dalam
rangka Pengamanan aset bank sebelum proses likuidasi dimulai yaitu:
Terhitung sejak tanggal izin usaha suatu bank dicabut, direksi atau pihak yang
ditunjuk menjalankan tugas direksi wajib menyusun neraca penutupan dan harus
disampaikan kepada LPS paling lama 15 hari sejak tanggal pencabutan izin bank.
Neraca penutupan ini memuat posisi aset, kewajiban, dan modal bank termasuk
rekening administrative pertanggal pencabutan izin usaha.
Pada tahap ini tim likuidasi segera melakukan inventarisasi seluruh aset dan
kewajiban dari bank yang bersangkutan serta menentukan cara likuidasi yang akan
dipakai dalam melakukan likuidasi bank yang bersangkutan.
22
5. Penyusunan rencana kerja dan anggaran biaya
Dalam rangka pelaksanaan likuidasi bank, tim likuidasi menyusun rencana kerja
dan anggaran biaya dengan mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan oleh LPS.
Rencana kerja dan anggaran biaya ini minimal memuat hal-hal berikut ini:
Pencairan aset dan/atau penagihan piutang ini dilakukan sesuai dengan rencana
dan cara yang tercantum dalam rencana kerja dan anggaran biaya. Segala biaya yang
berkaitan dengan likuidasi dan tercantum dalam daftar biaya likuidasi menjadi beban
aset bank dalam likuidasi dan dikeluarkan terlebih dahulu dari setiap hasil pencairan
aset.
23
Tim likuidasi menyampaikan laporan realisasi rencana kerja dan anggaran biaya
kepada LPS setiap bulan paling lama tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan ini
berisikan mengenai perkembangan kegiatan likuidasi.
Pelaksanaan likuidasi bank selesai dalam hal seluruh kewajibann bank telah
dibayarkan dan/atau tidak ada lagi aset yang dapat digunakan untuk membayar
kewajiban sebelum berakhirnya jangka waktu likuidasi ataupun telah berakhirnya
jangka waktu pelaksanaan likuidasi.
Hal ini dapat dilakukan jika seluruh kewajiban bank dalam likuidasi telah
terbayarkan dan masih terdapat sisa hasil likuidasi dan/atau sisa aset bank.
Setelah tim likuidasi telah mengumumkan batas waktu pembayaran dalam 2 surat
kabar yang mempunyai peredaran luas, namun kreditur yang bersangkutan belum
mengambil bagaiannya sampai batas waktu yang ditentukan, maka bagian kreditur itu
dititipkan pada ban yang disetujui LPS.
Kegiatan perbankan sekarang ini memang lebih banyak bergantung kepada dana
masyarakat, oleh karena itu segala peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak
hanya bertujuan melindungi aktivitas bank, namun juga untuk melindungi dan menjamin
24
kepastian keamaanan dana masyarakat dari perbuatan atau praktik-praktik yang dapat
merugikan masyarakat luas.
Penjaminan simpanan nasabah bank yang diterapkan LPS ini mewajibkan seluruh
bank di Indonesia menjadi peserta penjaminan dan membayar premi penjaminan. Dalam hal
bank gagal dan harus dicabut izin usahanya, LPS akan membayar simpanan setiap nasabah
bank tersebut terlebih dahulu dalam jumlah tertentu, adapun simpanan yang tidak dijamin
akan diselesaiakan melaui proses likuidasi bank.
25
Alamat : Graha Iskandarsyah Lt.8
Berikut ini merupakan sejarah dari PT Bank IFI atau Indonesia Finance and
Invesment Company:
1 Maret 1998
Bank IFI merger dengan Bank Asta. Salah satu tujuannya adalah untuk
menciptakan sinergi karena ditunjang oleh struktur permodalan yang lebih
kuat dan jaringan cabang yang bertambah.
Bank IFI berhasil masuk ke dalam Bank Kategori A yang tidak direkapitalisasi
dan tidak dibawah BPPN.
28 Juni 1999
Bank IFI membuka Cabang Syariah, yang diberi nama Bank IFI Cabang
Syariah. Dengan dibukanya 1 (satu) cabang syariah tersebut, maka Bank IFI
menjadi bank pertama yang beroperasi dengan "Dual System".
26
Yayasan Kesejahteraan Pegawai BTN
PT. Pengelola Investama Mandiri
Grup Ramako
Awalnya. IFI merupakan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan lebih
dikenal dengan nama Indonesia Finance and Investment Company. Terbitnya
Undang-undang Perbankan No. 7 Tahun 1992, yang memudahkan syarat pendirian
bank membuat lembaga itu mengubah namanya menjadi sebuah bank di tahun 1993,
dengan nama PT Bank IFI.
Kekuatan finasial bank 'muda' tersebut awalnya cukup kokoh. Bahkan, di saat
dunia perbankan nasional kacau balau di tahun 1997, dimana sejumlah bank terlilit
kredit macet, Bank IFI masih bertahan. Bila sejumlah bank harus mampir ke Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk disembuhkan, bank milik pengusaha
Mc Donal, Bambang Rachmadi ini justru lepas dari 'jeratan' BPPN. Saat itu kondisi
keuangan bank masih kinclong.
Kendati demikian, agar tetap berdiri di tengah badai krisis, pada 1 Maret 1998,
bank ini memutuskan untuk merger dengan Bank Asta. Hasil merger itu melahirkan
sejumlah cabang Bank IFI. Dengan struktur permodalan yang cukup sehat, bank ini
kemudian merambah ke bisnis syariah. Pada 28 Juni 1999, bank tersebut resmi
membuka cabang syariah dan diberi nama Bank IFI Cabang Syariah. Inilah bank yang
pertama kali mengunakan system Dual System. Stuktur permodalan bank ini kian
kokoh dan menggembirakan.
Namun, kegembiraan itu tak seumur jagung ketika BI menetapkan Bank IFI
dalam pengawasan khusus sejak 21 Agustus 2002. Kondisi 'kesehatan' IFI mulai tidak
stabil saat BI menyatakan rasio kecukupan modal (CAR) bank tersebut kurang,
hingga pada September 2008, Bank IFI masuk pengawasan khusus. Setelah enam
bulan dinilai tidak ada tindakan untuk menyuntik dana guna memperkuat modal,
akhirnya Bank Indonesia mencabut izin usahanya
27
Penutupan Bank IFI dapat dikatakan „keharusan‟ karena bank itu menghadapi
masalah struktural yang mendasar. Per Februari 2009, asset Bank IFI hanya
Rp 554,185 miliar.
Sehingga, dalam kelompok kelas bank berdasar asset, Bank IFI masuk
kelompok bank kecil. Namun, walaupun assetnya sekelas BPR, Bank IFI adalah bank
devisa yang berarti bisa melakukan transaksi dalam valuta asing.
Pendapatan bunga bersih minus Rp 8,3 miliar. Artinya, dari sisi pendapatan
bunga bersih saja sudah rugi, apalagi kalau diperhitungkan dengan biaya administrasi
dan tenaga kerja. Total kerugian per Februari saja Rp 14,2 miliar. Kalau sudah begini,
tidak ada pilihan kecuali setor modal atau ditutup.
Problem lain yang dihadapi oleh Bank IFI adalah likuiditas. Baik likuiditas
endogen maupun eksogen, semuanya bermasalah. Aset likuid sangat kecil, yaitu kas
senilai Rp 700 juta, SBI senilai Rp 3 miliar, dan giro bank lain Rp 896 juta. Dengan
aset Rp 554 miliar, alat likuid ideal adalah Rp 20 miliar. Kas paling tidak di atas Rp 5
miliar. Mungkin karena memosisikan sebagai bank korporasi, kas dianggap kurang
penting.
Boleh dikatakan, Bank IFI salah satu korban dari krisis likuiditas yang sedang
terjadi di perbankan. Sangat sulit bagi manajemen pinjam ke pasar uang antarbank
(PUAB) karena Bank IFI termasuk risiko tinggi. Kalaupun memperoleh pinjaman,
suku bunganya sangat tinggi. Itu dapat dilihat dari tingginya beban bunga yang harus
dibayar oleh Bank IFI.
Sejak saat itu, kepercayaan nasabah dan bank-bank besar terhadap bank-bank
kecil menurun dan ada gerakan flight to quality dengan mengalihkan dananya ke
28
bank-bank besar nasional., berbeda dengan krisis 1998, bank asing menjadi pilihan.
Sekarang bank asing banyak dihindari karena mereka sedang bermasalah dan tidak
ada jaminan dari LPS.
NPL bank yang anjlok hingga 24 persen menyebabkan modal bank tergerus.
Lonjakan NPL ini terjadi lantaran nasabah Bank IFI tidak memenuhi kewajiban untuk
membayar bunga dan angsuran. Kondisi ini membuat menyebabkan return berkurang
dan biaya operasional otomatis menjadi negatif.
Berdasarkan posisi neraca akhir Maret 2009, simpanan nasabah Bank IFI yang
tidak dijamin atau di atas Rp2 miliar mencapai Rp191,2 miliar, simpanan sebesar itu
dimiliki oleh 30 rekening dari total rekening pada Bank IFI yang mencapai 9.600
rekening, sementara jumlah simpanan dibawah Rp2 miliar mencapai Rp160,4 miliar,
demikian Direktur Klaim dan Resolusi Bank Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
Noor Cahyo kepada pers
Menurut dia, simpanan yang dijamin adalah simpanan total setiap orang di
satu bank maksimal Rp2 miliar, dengan suku bunga simpanan maksimal sesuai yang
ditetapkan LPS yang saat ini 7,75 persen.
29
Menurut Kepala Eksekutif LPS Firdaus Djaelani, "Tidak usah panik. Kalau
dana nasabah di bawah Rp2 miliar kita jamin," Menurutnya, LPS akan membentuk
tim verifikasi yang akan mendata dana nasabah. Tim ini nantinya akan bertugas untuk
melakukan rekonsiliasi dan verifikasi simpanan nasabah untuk menentukan simpanan
layak dibayar dan tidak layak dibayar. "Jadi nasabah tinggal menunjukan bukti
simpanan dana saja,"
Cara menentukan simpanan yang layak bayar dan tidak layak bayar, yaitu
klaim penjaminan tidak layak bayar apabila berdasarkan hasil rekonsiliasi dan/atau
verifikasi:
-Mengajukan keberatan kepada LPS yang didukung dengan bukti nyata dan
jelas
Selain berdampak terhadap nasabah, hal ini juga berdampak ke pegawai PT.
Bank IFI karena sebanyak 4 kantor cabang dengan jumlah karyawan 130 orang
terpaksa di PHK akibat pencabutan izin usaha / likuidasi pada PT. Bank IFI.
30
-Nasabah tidak memperoleh bunga simpanan yang melebihi tingkat bunga
wajar yang ditetapkan oleh LPS/nasabah tidak menerima imbalan yang tidak
wajar dari bank; dan
Hal yang harus nasabah lakukan apabila bank tempat nasabah menyimpan
dana dicabut izin usahanya, yaitu nasabah dapat menunggu pengumuman hasil
rekonsiliasi dan verifikasi simpanan tahap I di kantor bank tersebut, media cetak
dan/atau website LPS.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bank IFI merger dengan Bank Asta. Salah satu tujuannya adalah untuk menciptakan
sinergi karena ditunjang oleh struktur permodalan yang lebih kuat dan jaringan cabang yang
bertambah.
Bank IFI salah satu korban dari krisis likuiditas yang sedang terjadi di perbankan.
Sangat sulit bagi manajemen pinjam ke pasar uang antarbank (PUAB) karena Bank IFI
termasuk risiko tinggi. Kalaupun memperoleh pinjaman, suku bunganya sangat tinggi. Itu
dapat dilihat dari tingginya beban bunga yang harus dibayar oleh Bank IFI.
31
akan lebih optimal dalam menangani masalah perbankan. Selain dapat memberikan rasa
aman, LPS juga dapat menjadikan nasabah bank lebih selektif dan lebih cerdas dalam
memilih lembaga keuangan sebagai mitra bisnisnya.
3.2 Saran
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet
- https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sentral
- https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_bank_di_Indonesia
- https://daftarkodebank.blogspot.com/2013/10/pengertian-bank-swasta-dan-
macam.html
- https://bank-id.blogspot.com/2012/09/daftar-alamat-kantor-pusat-bank-umum.html
- https://fakhrurrojihasan.wordpress.com/2015/03/30/mengenal-bank-pembangunan-
daerah/
- https://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/bank_campuran.aspx
- https://www.ssbelajar.net/2013/04/pengertian-dan-jenis-jenis-bank.html
- https://finance.detik.com/moneter/1116974/profil-bank-ifi-yang-dilikuidasi
- https://bloggermahasiswahukum.blogspot.co.id/2016/12/proses-terjadinya-likuidas-
bank.html
- https://dyka16.blogspot.co.id/2013/05/restrukturisasi-reorganisasi-dan.html
- https://www.liputan6.com/news/read/200135/bank-ifi-dilikuidasi-karena-tak-cukup-
modal
- https://www.antaranews.com/berita/138437/pengamat-tak-ada-efek-domino-likuidasi-
bank-ifi
32
- https://mdhaqiqi.wordpress.com/2010/01/06/pengukuran-tingkat-kesehatan-bank-di-
indonesia-dengan-menggunakan-metode-camel/
- https://www.lps.go.id/bank-yang-dilikuidasi/-/asset_publisher/Z7el/content/pt-bank-
ifi-dl
- https://dosen.perbanas.id/tingkat-kesehatan-bank-berdasarkan-risiko-risk-based-bank-
rating-rbbr/
- https://surabaya.tribunnews.com/2009/04/18/simpanan-rp-1912-miliar-tak-dijamin-
modal-minim-bank-ifi-dilikuidasi.
- https://www.antaranews.com/berita/138340/rp1912-miliar-dana-nasabah-bank-ifi-tak-
dijamin
- https://lps.go.id/f.a.q
- https://finance.detik.com/moneter/d-1117259/lps-tanggung-gaji-dan-pesangon-
karyawan-bank-ifi
Sumber Buku
33