Вы находитесь на странице: 1из 12

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78 67

PRODUKSI MANGGIS PADA BEBERAPA KELOMPOK UMUR


TANAMAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI MANGGIS DI KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

Utami Nuraniputri1, Heny Kuswanti S. Daryanto2, dan Kuntjoro3


1)Mahasiswa Program Magister Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
2)StafPengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
3)Staf Pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor


e-mail : 1)utaminuraniputri@gmail.com
 

ABSTRACT
Mangosteen is one of the prospective horticultural commodities in Indonesia. Mangosteen has been set as
national commodities in RUSNAS Buah (Fruit of the National Strategic Research) since 2000.
Mangosteen production in Indonesia has increased rapidly. In 1997 the production of mangosteen in
Indonesia amounted to 17 475 tonnes and increased to 114 755 tonnes in 2014. However, mangosteen
production in Indonesia is not optimal, because the productivity is still low. The average Indonesian
mangosteen tree can produce 30-50 kg of fruit per tree, lower than in Malaysia, Thailand and India were
able to reach the 200-300 kg of fruit per tree. Mangosteen production centers in Indonesia are in the
province of West Java, with a contribution of 41% of the total production of mangosteen in Indonesia in
2012. In West Java , mangosteen production centers scattered in Five Districts, namely Tasikmalaya,
Subang, Sukabumi, Bogor and Ciamis Districts. Therefore, the purpose of this study was to analyze the
level of production and the factors that affect the production of mangosteen in Sukabumi. The results
showed that the production of mangosteen in Sukabumi is still low and has not reached the production
target set by Direktorat Tanaman Buah. Factors that influence the production of mangosteen in Sukabumi
are the number and ages of productive plants owned by farmers.

Keywords: mangostee cultivation, mangosteen production, production factors.

PENDAHULUAN Permana, et al. (2012) menunjukan bahwa


bubuk kulit buah manggis instan
Manggis merupakan salah satu komo-
mengandung kadar alfa-mangostin sebesar
ditas hortikultura yang prospektif untuk
0,59 mg/g, antosianin sebanyak 1,13mg/g,
dikembangkan di Indonesia. Pemerintah telah
dan kadar fenolik sebesar 8,49 mg/g per
menetapkan manggis sebagai komoditas
satuan bobot sampel kering,sedangkan
unggulan nasional dalam RUSNAS Buah
kapasitas antioksidannya sebesar 19,72 mg/g
(Riset Unggulan Strategis Nasional Buah)
AEAC. Menurut Pasaribu et al (2013),
sejak tahun 2000. Berdasarkan data BPS
pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis
(2013), nilai ekspor manggis mencapai 9,64%
dengan dosis 100 mg/kg BB memberikan
dari total ekspor buah-buahan Indonesia di
hasil yang lebih baik terhadap penurunan
tahun 2012, dengan nilai nilai ekspor manggis
kadar glukosa darah.
pada tahun 2010 sebesar US$ 8.754.427 dan
Berdasarkan data BPS (2014), produksi
meningkat sebesar 189,87% menjadi US$
manggis di tahun 1997 sebesar 17.475 ton dan
16.622.522 pada tahun 2012. Firdaus (2011)
meningkat menjadi 114.755 ton di tahun 2014
menyatakan bahwa, peluang ekspor manggis
dengan jumlah tanaman produktif mencapai
masih terbuka karena pasar buah-buahan
1.429.459 pohon. Namun produksi manggis di
termasuk manggis belum dibatasi oleh kuota.
Indonesia belum optimal dan masih dapat
Peningkatan permintaan manggis di-
ditingkatkan melalui peningkatan produk-
pengaruhi oleh tingginya khasiat manggis di
tivitas tanaman manggis tersebut. Ber-
bidang pengobatan. Hasil penelitian
dasarkan data BPS (2014) Produktivitas

Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman… Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro
68 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78

tanaman manggis di Indonesia pada tahun pemukaan kulit buah berkurang; persentase
2015 sebesar 75.51 kg/pohon, sedangkan buah layak ekspor meningkat 25-40%,
menurut Setiawan et al. (2008), produktivitas menurunnya tingkat serangan getah kuning
tanaman manggis di Malaysia, Thailand dan dan burik buah; warna daging buah putih
India mencapai 200-300 kg buah per pohon. bersih; serta buah aman konsumsi.
Hal tersebut disebabkan oleh budidaya
tanaman manggis di Indonesia yang masih Tabel 1. Target Produksi Manggis di Kabu-
sangat tradisional, tanpa ada pemeliharaan, paten Sukabumi
Target
dan jarang dipupuk (Astuti 2012). Produksi Target
Umur produksi
Sentra produksi manggis terbesar di saat ini produksi
Tanaman per hektar
(kg/pohon) (kg/pohon)
Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat. (ton)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), 8 10-15 10-15 1-1.5
10 30 30 3
konstribusi produksi manggis di Propinsi
15 80-100 80-100 8-10
Jawa Barat terhadap produksi manggis 20 125-150 125-150 12.5-15
nasional pada tahun 2012 adalah sebesar 41%. 25 200 200 20
Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan >30 250 250 25
Sumber : Direktorat Budidaya Tanaman Buah (2009)
Provinsi Jawa Barat (2012), keragaan tanaman
manggis di daerah sentra khususnya di Jawa
Tujuan penelitian ini adalah untuk
Barat umumnya masih ditanam pada lahan
mengetahui tingkat produksi manggis di
pekarangan dengan teknologi budidaya
Kabupaten Sukabumi, serta mempelajari
tradisional, dipelihara turun temurun dan
faktor-faktor yang memepengaruhi produksi
sudah berumur puluhan tahun serta belum
manggis di Kabupaten Sukabumi.
tersentuh oleh teknologi maju, sehingga
produksi dan mutu buah manggis yang
dihasilkan masih rendah. KERANGKA TEORI
Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Soekartawi (2002), menyatakan bahwa
Provinsi Jawa Barat (2012) menunjukkan
produksi adalah perubahan input atau
bahwa sentra produksi manggis berasal dari
output. Debertin (1986), mengungkapkan
Kabupaten Tasikmalaya, Subang, Sukabumi,
bahwa, dalam ekonomi produksi, produsen
Bogor dan Ciamis. Diantara kelima kabupaten
dalam upaya memaksimalkan profit meng-
tersebut, Kabupaten Sukabumi merupakan
hadapi sejumlah pilihan yang kompleks.
kabupaten yang sedang aktif meningkatkan
Produsen sebagaimana halnya konsumen
produksi manggis. Selain itu, sentra
juga menghadapi problem alokasi sumber-
perkebunan manggis di Sukabumi, tengah
daya. Petani misalnya, harus memutuskan
memasuki masa produktif dari pohon-pohon
untuk mengalokasikan sejumlah sumberdaya
yang ditanam. Selama musim panen ber-
lahan, tenaga kerja, beberapa macam input
langsung, tingkat produksi bisa mencapai
variabel dan peralatan yang dimilikinya
satu ton per hari. Masa paling produktif
untuk mengusahakan suatu komoditi.
pohon manggis adalah saat berusia 20 hingga
Penambahan input produksi mengikuti
30 tahun (Jaluardi, 2012).
hukum The law of diminishing marginal returns,
Untuk meningkatkan produksi dan mutu
yaitu jika jumlah input variabel ditambah
manggis, Direktorat Budidaya Tanaman Buah
penggunaannya, maka output yang dihasil-
(2009) menetapkan Standar Operasional
kan meningkat tetapi setelah mencapai titik
Procedure (SOP) budidaya manggis, serta
tertentu penambahan output semakin lama
target peningkatan produksi. Target produksi
semakin berkurang. Berdasarkan fungsi
manggis disajikan pada Tabel 1, sedangkan
produksi neoklasik, kurva total produksi
target mutu yang ditetapkan meliputi : buah
dikategorikan menjadi tiga wilayah tahapan
utuh, tidak belah, pecah, atau terkelupas;
produksi (Gambar 1).
jumlah bercak, memar, atau noda hitam pada

Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78 69

input termanfaatkan maka total produksi


akan bergerak ke atas. Dengan bertambahnya
input, kurva produksi total atau TP semakin
meningkat tapi tambahannya atau MP mulai
turun. Pola ini mengacu pada pertambahan
hasil yang semakin menurun (The law of
diminishing return). Saat AP meningkat, kurva
produksi marginal bergerak meningkat dan
melebihi besarnya produksi rata-rata. Pada
MP dan AP berpotongan, merupakan awal
dari tahap kedua dan produksi rata-rata
mencapai puncak yang tertinggi. Pada
produksi total mencapai titik puncak, kurva
MP memotong sumbu horizontal dan
selanjutnya mencapai nilai negatif.
Penurunan total produksi menunjukkan
Gambar 1. Tahapan Produksi pada Fungsi bahwa semakin banyak input yang digunakan
Produksi Neoklasik justru akan mengurangi produksi totalnya.
Sumber : Debertin 1986
Kondisi ini masuk pada tahap ketiga bahwa
Dimana : penambahan input menyebabkan penurunan
TP : Total Product, merupakan produksi produksi total.
total yang menghasilkan oleh suatu Fungsi produksi merupakan suatu fungsi
proses produksi. yang menunjukkan hubungan teknis antara
MP : Marginal Product, mengacu pada hasil produksi fisik (output) dengan faktor-
perubahan output yang diakibatkan faktor produksi (input). Rumus matematis
oleh perubahan penggunaan satu
fungsi produksi dapat dituliskan sebagai
satuan input.
AP : Average Product, merupakan perban- berikut :
dingan antara output dan input.
Y = f (X1, X2, X3, ....................Xn)
Daerah I dan III dikenal sebagai daerah
Dimana :
irasional. Diistilahkan demikian sebab daerah
Y = Jumlah produksi yang dihasilkan
produksi I dan III merepresentasikan level X = Faktor produksi yang digunakan atau
penggunaan input produksi yang tidak variabel yang mempengaruhi
memaksimalkan keuntungan usahatani.
Petani yang orientasi perilaku produksinya Soekartawi (2003) menyatakan bahwa
tidak merujuk pada konsep maksimalisasi fungsi produksi linear menggambarkan
keuntungan digolongkan sebagai petani yang hubungan yang bersifat linear antara peubah
tidak rasional. Daerah produksi II, seringkali bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Fungsi
diistilahkan sebagai daerah produksi yang produksi linear dapat dibedakan menjadi dua
ekonomis atau tahapan produksi rasional. yaitu fungsi produksi linear sederhana dan
Terminologi ini merepresentasikan perilaku linear berganda. Fungsi produksi linear
petani yang rasional, dan selalu berusaha sederhana (simple regression) digunakan pada
memaksimalkan keuntungan usahataninya saat jumlah variabel faktor atau X yang
(Debertin 1986). digunakan adalah satu, sehingga fungsi
Pada Gambar 1 terlihat bahwa kurva produksi linear yang digunakan dalam
produksi bermula dari titik nol. Hal ini penelitian ini adalah fungsi produksi linear
menunjukkan bahwa tidak ada satupun berganda.
kontribusi variabel input maka tidak ada Fungsi produksi Cobb-Douglas menurut
output yang dihasilkan. Bila proses produksi Soekartawi (2003) adalah suatu fungsi atau

Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman… Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro
70 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78

persamaan yang melibatkan dua atau lebih dalam bentuk fungsi linear, maka terdapat
variabel, dimana variabel yang satu disebut beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
dengan variabel dependen (Y), dan yang lain dalam menggunakan fungsi Cobb-Douglas,
disebut sebagai variabel independen (X). yaitu: tidak ada nilai pengamatan yang
Penyelesaian hubungan antara Y dan X bernilai nol, perlu asumsi bahwa tidak ada
adalah biasanya dengan cara regresi dimana perbedaan teknologi, tiap variabel X adalah
variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi perfect competition, perbedaan lokasi seperti
dari X. Parameter-parameter yang diperoleh iklim sudah tercakup pada faktor kesalahan
dari model fungsi tersebut merupakan (u).
elastisitas produksi bagi setiap faktor
produksi yang masuk dalam model dengan
nilai elastisitas setiap faktor produksi dalam METODOLOGI PENELITIAN
model ini dianggap tetap. Model fungsi WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
produksi Cobb-Douglas hanya mampu Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
menerangkan proses produksi pada fase Cikembar dan Kecamatan Cicantayan,
diminising return, yaitu fase produksi pada Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
saat tambahan produksi yang dihasilkan Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertim-
sebagai akibat adanya tambahan faktor bangan bahwa Kabupaten Sukabumi merupa-
produksi, meningkat dengan peningkatan kan salah satu sentra penghasil manggis di
yang semakin lama semakin berkurang. Jawa Barat dan 80 persen produksi manggis di
Menurut Soekartawi (2003), bentuk Kabupaten Sukabumi berasal dari Kecamatan
umum model fungsi produksi Cobb-Douglas Cikembar dan Kecamatan Cicantayan (BPS
adalah sebagai berikut: Kabupaten Sukabumi 2013). Pengumpulan
data primer dilaksanakan pada bulan April-
Y = bo X1b1 X2b2 X3b3.......... Xnbn eu
Mei 2015.
Dimana:
Y = Jumlah produksi yang diduga JENIS DAN SUMBER DATA
bo = Intersep
Penelitian ini menggunakan data primer
bi = Parameter penduga variabel ke-i dan
merupakan elastisitas dan sekunder. Data primer diperoleh lang-
Xi = Faktor produksi yang digunakan (i = 1, sung dari petani menggunakan metode
2, 3,..., n) wawancara melalui pengisian kuisioner. Data
e = Bilangan natural (2.718) sekunder yang digunakan pada penelitian ini
u = Kesalahan (disturbance term) diperoleh dari instansi terkait, seperti
Direktorat Jendral Hortikultura, Badan Pusat
Pendugaan terhadap persamaan akan
Statistik Kabupaten Sukabumi, Dinas
lebih mudah dilakukan jika persamaan
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
diubah menjadi bentuk linear berganda
Sukabumi, Badan Pelaksana Penyuluhan
dengan cara melogaritmakan persamaan
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
tersebut. Logaritma dari persamaan tersebut
Sukabumi dan instansi lainnya yang terkait
adalah sebagai berikut:
dengan produksi manggis.
log Y = b0+b1log X +b2logX1+.....+bn log Xn + u
atau METODE PENARIKAN SAMPEL
ln Y = lnb0 b1lnX1+b2 ln X2 +...+bnln Xn + u
Populasi penelitian adalah petani
Nilai b1, b2, b3,....bn pada fungsi Manggis di Kecamatan Cikembar dan
produksi Cobb-Douglas menunjukkan elas- Cicantayan Kabupaten Sukabumi. Total
tisitas X terhadap Y. Karena penyelesaian populasi mencapai 450 petani. Penentuan
fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan responden dilakukan melalui dua tahap yaitu

Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78 71

teknik stratifikasi (stratified sampling) dan dalam fungsi produksi. Sedangkan fungsi
penarikan sampel secara acak (random produksi menurut Debertin (1986), menerang-
sampling). Teknik stratifikasi digunakan kan hubungan teknis yang mentransfor-
untuk membagi populasi sesuai dengan masikan input atau sumberdaya menjadi
umur tanaman di lokasi penelitian dan tahap output atau komoditas. Untuk menduga
selanjutnya menggunakan teknik pengambil- hubungan antara variabel bebas dengan
an responden secara acak untuk mengambil variabel terikat, dan menganalisis faktor-
responden pada setiap kelompok umur faktor yang mempengaruhi produksi manggis
tanaman agar setiap penarikan responden di Kabupaten Sukabumi, digunakan model
dalam setiap kelompok mempunyai peluang fungsi produksi Cobb-Douglas. Pendugaan
yang sama untuk dipilih sebagai responden. parameter fungsi produksi dilakukan dengan
Penentuan responden dengan teknik metode kuadrat terkecil (Ordinary Least
stratifikasi dilakukan karena umur tanaman Square), dengan menggunakan program SAS
diilokasi penelitian beragam, dan tingkat 9.0. Adapun fungsi produksi usahatani mang-
produksi tanaman dipengaruhi oleh umur gis di Kabupaten adalah sebagai berikut :
tanaman, sehingga untuk menggambarkan
keadaan populasi maka penentuan responden ln ln   ln  
dilakukan menggunakan teknik stratifikasi.
Keterangan :
Petani yang menjadi responden hanya Y : Produksi (kg)
petani yang memiliki umur pohon seragam, Co : Intersep
kalaupun terdapat perbedaan umur pada X1 : Luas lahan (m2)
tanaman yang dimiliki petani responden, X2 : Jumlah tanaman produktif (pohon)
perbedaan umurnya hanya terdapat pada X3 : Tenaga Kerja (HOK)
X4 : Pupuk Kandang (kg)
kelompok tanaman produktif dan tidak
X5 : Pengalaman berusahatani (tahun)
produktif, sehingga tidak terjadi bias dalam D1 : Dummy tingkat pendidikan petani, dimana :
menghitung penerimaan petani berdasarkan 1 = SLTP ke atas (>6 tahun)
umur tanaman. 0 = SD (≤ 6 tahun)
Petani manggis pada penelitian ini D2 : Dummy umur tanaman, dimana :
dikelompokkan menjadi tiga bagian berdasar- 1 = Tanaman berumur20-30 tahun
kan umur tanaman produktif yang dimiliki, 0 = Tanaman berumur < 20 tahun dan >30
tahun
yaitu kelompok pertama merupakan petani
D3 : Dummy umur tanaman, dimana :
yang memiliki tanaman dengan rata-rata 1 = Tanaman berumur ≥30 tahun
umur tanaman produktif di bawah 20 tahun 0 = Tanaman berumur <30 tahun
(12 responden), kelompok kedua merupakan
petani dengan tanaman produktif rata-rata
berumur 20-30 (17 responden) tahun, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang terakhir merupakan petani yang GAMBARAN UMUM BUDIDAYA
tanamannya berusia di atas 30 tahun (20 MANGGIS DI KABUPATEN SUKABUMI
responden). Pengelompokan umur dilakukan Tanaman manggis di Kabupaten Suka-
untuk melihat tingkat produksi manggis pada bumi umumnya diperbanyak menggunakan
setiap kelompok umur tanaman, dan mem- biji, dengan rata-rata umur tanaman lebih dari
bandingkannya dengan target yang ditetap- 20 tahun dan merupakan varietas lokal yang
kan oleh Direktorat Budidaya Tanaman Buah. ditanam secara turun temurun. Pola
penanaman yang diterapkan oleh petani
METODE ANALISIS manggis adalah tumpangsari. Tanaman
pisang, singkong, serta sayuran, digunakan
Produksi adalah suatu kegiatan yang
petani sebagai tanaman sela. Hal ini
mengubah input menjadi output. Kegiatan
dilakukan untuk menambah penghasilan
tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan

Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman… Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro
72 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78

petani selama menunggu masa panen ketika menjelang ataupun saat masa panen
manggis tiba. Selain itu, penanaman tanaman tiba.
sela pada tanaman manggis muda, memang
dianjurkan oleh Direktorat Budidaya Tana- PENGGUNAAN SARANA PRODUKSI
man Buah. Hal ini dimaksudkan sebagai DALAM USAHATANI MANGGIS
naungan bagi tanaman manggis muda agar
Pada bagian ini akan dijelaskan peng-
kelembaban tanah di sekitar tanaman terjaga.
gunaan sarana produksi yang digunakan
Tanaman sela yang dianjurkan adalah pisang,
dalam usahatani Manggis. Jenis sarana
karena pisang mampu menyimpan cadangan
produksi yang digunakan antara lain pupuk,
air dalam jumlah besar pada batang dan
tenaga kerja dan alat-alat pertanian.
akarnya.
Dalam membudidayakan tanaman, jarak
tanam merupakan aspek yang penting untuk Penggunaan Pupuk
diperhatikan, karena dapat mempengaruhi Pupuk yang digunakan oleh petani
produksi tanaman. Apabila jarak tanam responden adalah pupuk kandang dan pupuk
terlalu rapat, dapat menimbulkan kompetisi NPK. Namun umumnya petani hanya
antar tanaman dalam mendapatkan zat hara menggunakan pupuk kandang pada tanaman
di dalam tanah, sedangkan bila jarak tanam Manggisnya. Ada 73.5 persen petani yang
terlalu renggang maka akan terjadi inefisiensi hanya menggunakan pupuk kandang, 14.3
dalam penggunaan lahan. Menurut persen petani menggunakan campuran
Direktorat Budidaya Tanaman Buah (2009), pupuk kandang dan pupuk NPK, 4.1 persen
jarak tanam ideal untuk manggis adalah 10 x responden menggunakan pupuk NPK saja,
10 m atau 8 x 10 m. Dengan jarak tanam sedangkan sisanya tidak memberikan pupuk
tersebut, diperlukan 100-125 bibit per hektar. apapun pada tanamannya. Petani lebih
Namun 75.51 persen petani manggis di memilih menggunakan pupuk kandang
Kabupaten Sukabumi belum menerapkan dikarenakan sifat pupuk kandang yang tidak
penggunaan jarak tanam tersebut. Hal ini hanya memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman,
dikarenakan saat tanaman mereka ditanam, tetapi juga dapat menggemburkan dan
belum ada anjuran mengenai jarak tanam memperbaiki tekstur tanah. Pupuk kandang
ideal untuk manggis. Sehingga petani yang digunakan petani tersebut dibeli dari
menanam manggis dengan jarak tanam yang peternak setempat ataupun kios penjualan
rapat, yaitu 6x6 m, dengan harapan bahwa sarana produksi pertanian yang ada. Menurut
semakin banyak manggis yang ditanam maka Marsono dan Sigit (2001) pupuk kandang
hasil yang diperoleh akan semakin tinggi. aman digunakan dalam jumlah besar untuk
Pemerintah pun menyarankan untuk mene- beragam jenis tanaman buah, bahkan dalam
bang sebagian pohon manggis yang terlalu pertanian organik sumber utama hara berasal
rapat agar tidak terjadi kompetisi dalam dari pupuk kandang.
penyerapan hara didalam tanah, sehingga Dosis penggunaan pupuk kandang yang
dapat meningkatkan produktivitas manggis. diberikan oleh tiap-tiap petani berbeda-beda.
Namun petani tidak menerapkannya karena Berkisar antara 3 hingga 150 kilogram per
beranggapan bahwa dengan menebang pohon per tahun. Sedangkan untuk pupuk
sebagian pohon, maka pendapatannya akan NPK, dosis yang diberikan petani berkisar
berkurang. antara 0.3 hingga 3 kilogram per pohon per
Kegiatan pemeliharaan tanaman mang- tahun. Hal ini tergantung dari sumberdaya
gis yang dilakukan petani meliputi kegiatan yang dimiliki oleh masing-masing petani
penyiangan, pemangkasan, pembersihan ke- responden. Sedangkan dosis penggunaan
bun dan pemupukan. Kegiatan penyiangan, pupuk yang sesuai dengan SOP yang
pembersihan kebun dan pemangkasan dianjurkan oleh Direktorat Budidaya
umunya hanya dilakukan satu kali setahun Tanaman Buah (2009) untuk tanaman

Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78 73

berumur 4 tahun keatas adalah campuran Orang Kerja). Jumlah jam kerja di lokasi
urea, SP-36 dan KCl (1:4:3) sebanyak 3-6 kg berkisar delapan jam per hari. Jam kerja
per pohon ditambah pupuk kandang 40 kg dimulai dari pukul 07.00-12.00 kemudian
per pohon, pemupukan diberikan dengan dilanjutkan pada pukul 13.00-16.00 yang
frekuensi dua kali per tahun. Namun rata-rata dihitung sebagai satu HOK. Upah untuk satu
petani melakuan pemupukan 1 kali setahun, HOK di lokasi penelitian sebesar Rp 75.000.
yaitu setelah musim panen selesai. Pada Tabel 3 dijabarkan data mengenai
kebutuhan tenaga kerja pada usahatani
Tabel 2. Penggunaan Pupuk Berdasarkan manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015.
Umur Tanaman pada Usahatani Berdasarkan data pada tabel tersebut,
Manggis di Kabupaten Sukabumi
pemanenan merupakan kegiatan yang paling
Tahun 2015
Penggunaan Pupuk banyak membutuhkan tenaga kerja. Hal
Jenis Pupuk
(kg/hektar) tersebut terjadi karena sifat pemanenan
<20 20-30 >30 manggis berlangsung setiap dua hari sekali
tahun tahun tahun
Pupuk
selama dua bulan musim panen. Jadi,
2 861.25 5 926.47 2013.63 umumnya selama satu musim panen, panen
Kandang
Pupuk NPK 25.74 12.16 18.95 dilakukan sebanyak 30 kali. Penyebab lain
dari tingginya kebutuhan tenaga kerja untuk
Data mengenai penggunaan pupuk pemanenan adalah cara pemanenan yang
kandang dan pupuk NPK untuk tanaman masih tradisional menggunakan galah
manggis di Kabupaten Sukabumi terdapat bambu, menyebabkan pemanenan mem-
pada Tabel 2. Penggunaan pupuk kandang butuhkan tenaga kerja lebih banyak.
tertinggi terdapat pada kelompok tanaman Data Tabel 3 menunjukkan bahwa pada
berumur 20-30 tahun, yaitu 5 926.47 kg pupuk kelompok umur tanaman di bawah 20 tahun,
per hektar per tahun. Sedangkan pada pupuk penggunaan tenaga kerja lebih tinggi
NPK, penggunaan pupuk tertinggi terdapat dibandingkan dengan kelompok umur
pada kelompok tanaman berumur kurang lainnya. Penggunaan Tenaga Kerja Luar
dari 20 tahun, yaitu 25.74 kg per hektar per Keluarga (TKLK) pada tanaman berumur
tahun. kurang dari 20 tahun, 20-30 tahun, dan lebih
dari 30 tahun berturut-turut adalah 83 persen,
Penggunaan Tenaga Kerja 82 persen dan 98 persen dari total kebutuhan
tenaga kerja dalam usahatani manggis. Hal ini
Tenaga kerja yang digunakan pada
menunjukkan bahwa keberadaan usahatani
usahatani Manggis terdiri dari Tenaga Kerja
manggis menguntungkan bagi masyarakat
Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja
disekitar kebun manggis karena dapat
Luar Keluarga (TKLK). Jumlah tenaga kerja
menyerap banyak tenaga kerja.
yang digunakan dalam analisis usahatani
Manggis menggunakan satuan HOK (Hari

Tabel 3. Penggunaan Tenaga Kerja Berdasarkan Umur Tanaman pada Usahatani Manggis di
Kabupaten Sukabumi Tahun 2015
<20 tahun 20-30 tahun >30 tahun
Kegiatan
DK LK Total DK LK Total DK LK Total
Pemupukan 2.7 7.5 10.1 3.9 6.9 10.8 0.2 9.4 9.6
Pemangkasan 3.0 13.9 16.9 5.5 9.4 14.9 0.2 10.2 10.4
Pemanenan 29.6 152.3 181.9 23.4 133.0 156.4 3.3 140.6 143.9
Total 35.3 173.7 209.0 32.7 149.3 182.1 3.7 160.1 163.8
Persentase (%) 16.9 83.1 100.0 18.0 82.0 100.0 2.3 97.7 100.0

Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman… Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro
74 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78

Penggunaan Alat Pertanian ditetapkan oleh Direktorat Tanaman Buah


Alat-alat pertanian yang digunakan pada pada tahun 2009. Beberapa faktor penyebab
usahatani Manggis antara lain adalah tidak tercapainya target produksi yang
cangkul, parang, keranjang dan galah. ditetapkan adalah karena kurangnya pene-
Peralatan yang digunakan oleh petani rapan SOP dalam pemeliharaan tanaman.
responden adalah milik sendiri. Petani tidak Sebagai contoh, kegiatan pemupukan
selalu membeli alat-alat pertanian yang seharusnya dilakukan dua kali setahun
mereka gunakan di setiap musim panen, hal dengan dosis campuran urea, SP-36 dan KCl
ini dikarenakan alat pertanian tersebut masih (1:4:3) sebanyak 3-6 kilogram per pohon
dapat digunakan lebih dari satu kali musim ditambah 40 kilogram per pohon pupuk
panen. Penggunaan alat pertanian pada kandang, dengan frekuensi pemupukan dua
usahatani manggis di Kabupaten Sukabumi kali setahun, yaitu sebelum dan sesudah
dapat dilihat pada Tabel 4. musim panen. Namun kenyataannya rata-rata
petani hanya memberikan pupuk dengan
Tabel 4. Penggunaan Alat Pertanian pada dosis 0.15 kilogram pupuk NPK per pohon
Usahatani Manggis di Kabupaten dan 27.2 kilogram pupuk kandang dengan
Sukabumi Tahun 2015 frekuensi pemupukan satu kali setahun,
Jenis Alat Satuan Jumlah setelah panen.
Cangkul Buah 2 Selain itu, kegiatan pemangkasan pun
Sprayer Buah 1
tidak dilakukan sesuai dengan anjuran.
Ember Buah 1
Pemangkasan seharusnya dilakukan dua kali
Arit Buah 2
Galah Buah 2 dalam setahun, namun petani umumnya
Garpu Buah 1 hanya melakukan pemangkasan 1 kali
Keranjang Bambu Pasang 4 setahun, bahkan tidak dilakukan pemangkas-
an sama sekali. Alasan minimnya penerapan
PRODUKSI MANGGIS DI KABUPATEN SOP dalam budidaya Manggis di lokasi
SUKABUMI penelitian adalah karena petani merasa
Hasil pengamatan terhadap produksi bahwa dengan pemeliharaan yang minim pun
manggis di Kabupaten Sukabumi pada tahun usaha tani manggis sudah menguntungkan,
2015 dapat dilihat pada Tabel 5. Perhitungan sehingga mereka tidak merasa perlu untuk
produksi manggis didasarkan pada total menerapkan SOP yang telah dinjurkan oleh
produksi manggis per pohon selama musim Direktorat Budidaya Tanaman Buah.
panen berlangsung. Musim panen manggis
terjadi satu kali setahun. Musim panen FAKTOR-FAKTOR YANG
manggis berlangsung selama dua bulan, MEMPENGARUHI PRODUKSI
MANGGIS DI KABUPATEN SUKABUMI
antara bulan Februari – April. Pemanenan
dilakukan setiap dua hari sekali selama Analisis faktor-faktor yang mempenga-
musim panen tersebut. ruhi produksi dilakukan untuk melihat sebe-
Pada Tabel 5 dapat terlihat bahwa rapa besar pengaruh suatu faktor produksi
produksi tanaman manggis di lokasi peneliti- terhadap tingkat produksi suatu komoditas.
an belum mencapai target produksi yang

Tabel 5. Produksi Manggis di Kabupaten Sukabumi Tahun 2015


Jumlah
Produksi per Produksi per Target Produksi
Umur Tanaman tanaman per
pohon (kg) hektar (ton) (ton)
hektar (pohon)
<20 tahun 58.33 109 5.83 8-15
20-30 tahun 134.11 155 13.41 15-25
>30 tahun 204.00 108 20.40 >25

Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78 75

Pada penelitian ini model fungsi produksi 5. Pengalaman Petani (X5)


yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas. Pengalaman petani dalam usahatani
Model dianalisis dengan analisis regresi manggis akan menentukan hasil produksi.
berganda menggunakan metode OLS Asumsinya adalah semakin berpengalaman
(Ordinary Least Square). Pengolahan data petani dalam usahatani manggis maka akan
dilakukan dengan bantuan program SAS 9.1. semakin tinggi produksi usahataninya.
Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi
produksi manggis adalah : 6. Lama Pendidikan Petani (D1)
Lama pendidikan petani dikategorikan
1. Luas Lahan (X1) menjadi dua kelompok yang kemudian
Luas lahan pertanian yang digunakan dijadikan sebagai variabel dummy dalam
untuk budidaya manggis merupakan penentu model. Kelompok pertama adalah petani
yang mempengaruhi produksi manggis. berpendidikan SD dan tidak tamat SD (lama
Secara umum semakin luas lahan yang pendidikan ≤ 6 tahun) dan kelompok kedua
digarap/ditanami, semakin besar jumlah adalah petani yang berpendidikan SD ke atas
produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. (lama pendidikan > 6 tahun). Asumsi dalam
Ukuran lahan yang digunakan dalam analisis bahwa pendidikan petani ber-
penelitian ini adalah hektar. Lahan yang pengaruh positif terhadap hasil produksi
diperhitungkan adalah lahan yang sudah usahatani manggis. Artinya tingkat pen-
menghasilkan. didikan petani yang lebih tinggi dari 6 tahun
akan memberikan hasil produksi usahatani
2. Jumlah Tanaman Produktif (X2) yang lebih besar dan variabel dummy-nya
Jumlah tanaman produktif yang dimiliki diberi bobot 1 (satu), sedangkan yang tamat
petani akan sangat mempengaruhi hasil SD ke bawah dibobot 0 (nol) karena
produksi, semakin banyak jumlah tanaman diasumsikan memberikan hasil produksi
produktif maka akan semakin besar produksi. usahatani yang lebih kecil.

3. Tenaga Kerja (X3) 7. Umur Tanaman (D2 dan D3)


Secara umum semakin banyak tenaga Umur tanaman merupakan unsur
kerja yang dilibatkan dalam proses produksi penting dalam pengusahaan tanaman
usahatani maka akan semakin besar jumlah tahunan seperti manggis, hal tersebut
yang diproduksi atau dihasilkan. Untuk berkaitan dengan sifat agronomis tanaman
memudahkan penghitungan jumlah tenaga dimana suatu tanaman memiliki masa
kerja yang dibutuhkan dalam proses tertentu untuk berproduksi optimal. Asumsi-
produksi, digolongkan dalam satuan unit nya adalah semakin berumur tanaman maka
kerja Hari Orang Kerja (HOK), dimana satu semakin meningkat produksinya. Manggis
HOK adalah setara dengan delapan jam mulai berproduksi setelah berumur minimal
bekerja per hari. Nilai satu unit HOK dihitung 10 tahun, dengan masa hidup bisa lebih dari
dengan upah setara kerja pria. 100 tahun tergantung pada pemeliharaan.
Pada penelitian ini, umur tanaman dibagi
4. Penggunaan Pupuk Kandang (X4) menjadi tiga kelompok, yaitu tanaman
Penggunaan pupuk kandang diasumsi- berumur kurang dari 20 tahun, 20-30 tahun
kan akan meningkatkan produksi manggis. dan lebih dari 30 tahun, sehingga varabel
Sebagian petani di lokasi penelitian hanya dummy umur tanaman dibuat dalam dua
menggunakan pupuk kandang. Petani ber- tahap, yaitu :
anggapan bahwa penggunaan pupuk kan- D2 : Dummy umur tanaman, dimana :
dang tidak hanya dapat meningkatkan pro- 1 = Tanaman berumur 20-30 tahun
duksi manggis, tapi juga dapat memperbaiki 0 = Tanaman berumur <20 tahun dan >30
struktur tanah. tahun

Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman… Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro
76 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78

D3 : Dummy umur tanaman, dimana : Jumlah tanaman produktif (X2) ber-


1 = Tanaman berumur >30 tahun pengaruh nyata pada α satu persen dengan
0 = Tanaman berumur <30 tahun nilai parameter dugaan 1.04. Artinya setiap
penambahan tanaman produktif sebanyak
Hasil pendugaan parameter model satu persen akan meningkatkan produksi
fungsi produksi manggis dapat dilihat pada sebesar 1.04 persen. Variabel tenaga kerja (X3)
Tabel 8. Dari hasil pendugaan model di- dan penggunaan pupuk (X4) memiliki nilai
tunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi dugaan parameter negatif, namun hal ter-
(R2) sebesar 95.97 persen.Nilai koefisien sebut tidak berpengaruh signifikan terhadap
determinasi tersebut menunjukkan bahwa keragaman produksi tanaman. Hal ini diduga
sebesar 95.97 persen variasi produksi dapat karena pola tanaman manggis secara tum-
dijelaskan secara bersama-sama oleh faktor pangsari dengan tanaman lainnya, sehingga
luas lahan, jumlah tanaman, tenaga kerja, tenaga kerja dan pupuk tidak sepenuhnya
penggunaan pupuk kandang, pengalaman digunakan untuk tanaman manggis. Selain
beruasahatani, umur tanaman, serta pen- itu, variabel pengalaman petani (X5) pun
didikan petani. Lalu sisanya dipengaruhi oleh memiliki nilai parameter dugaan negatif, Hal
faktor lain di luar model. ini dipengaruhi oleh kegiatan budidaya serta
Nilai parameter dugaan juga merupakan penguasaan teknologi oleh petani. Umumnya
nilai elastisitas produksi yang menunjukkan petani yang pengalaman usahataninya lebih
perubahan produksi akibat adanya per- lama, kurang menerapkan kegiatan budidaya
ubahan pada input. Hasil pendugaan model yang intensif dan kurang menguasai tekno-
fungsi produksi manggis menunjukkan logi baru sehingga berdampak negatif ter-
bahwa variabel luas lahan (X1) tidak ber- hadap produksi.
pengaruh signifikan pada keragaman Variabel dummy pendidikan petani (D1)
produksi manggis. Hal ini di karenakan memiliki nilai parameter 0.047, menunjukkan
kerapatan tanaman pada masing-masing bahwa peningkatan pendidikan formal yang
petani berbeda dan pada kebun petani juga dimiliki petani dapat membantu mening-
ditanami tanaman lainnya, tidak hanya katkan produksi manggis. Hal tersebut dapat
tanaman manggis saja. disebabkan oleh lebih terkelolanya mana-
jemen budidaya tanaman apabila petani
Tabel 6. Hasil Pendugaan Parameter Model memiliki pendidikan yang lebih tinggi, Selain
Fungsi Produksi Manggis di itu, petani yang lebih berpendidikan akan
Kabupaten Sukabumi Tahun 2015 lebih mudah untuk menerapkan teknologi
Parameter
Variabel Bebas baru dalam budidaya sehingga dapat
Dugaan
mendorong peningkatan produksi. Variabel
Intersep atau Konstanta 3.429
dummy umur tanaman (D2 dan D3)
Luas Lahan (X1) 0.078
berpengaruh signifikan pada taraf satu
Jumlah Tanaman (X2) 1.044*** persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Tenaga Kerja (X3) -0.040 terdapat keragaman produksi yang nyata
Pupuk Kandang (X4) -0.007 antara tanaman berumur kurang dari 20
Pengalaman usahatani (X5) -0.039 tahun, tanaman yang berumur 20-30 tahun
Dummy Pendidikan (D1) 0.047 dan tanaman yang berumur lebih dari 30
tahun.
Dummy Umur Tanaman (D2) 0.904***
Dummy Umur Tanaman (D3) 1.355***
F-Hitung 119.01 KESIMPULAN DAN SARAN
Koefisien Determinasi (R2) 0.9597 KESIMPULAN
*** : Signifikan pada α 1 persen Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah, Tingkat produksi

Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78 77

manggis di Kabupaten Sukabumi masih dapat Debertin, D.L. 1986. Agricultural Production
ditingkatkan dan belum mencapai target Economics. New York : Macmillan
produksi yang ditetapkan oleh Direktorat Publishing Company.
Tanaman Buah. Hal tersebut disebabkan oleh [Diperta Jabar] Dinas Pertanian Tanaman
penerapan budidaya manggis yang belum Pangan Jawa Barat. 2012. Wilayah
sesuai dengan SOP yang dianjurkan oleh Sentra dan Produksi Buah Tahun 2011.
Direktorat Tanaman buah, seperti kurangnya Bandung. Tersedia pada :
http://diperta.jabarprov.go.id/index.
pemeliharaan tanaman dan kebun, peng-
php/subMenu/1429 [Diunduh pada :
gunaan pupuk di bawah dosis yang
20 April 2014]
dianjurkan, serta bibit yang ditanaman bukan
merupakan bibit unggul. Faktor-faktor yang [DPTB] Direktorat Budidaya Tanaman Buah.
secara signifikan berpengaruh positif ter- 2009. Standard Operating Procedure
Manggis Kabupaten Sukabumi. Jakarta
hadap produksi manggis adalah jumlah
: Direktorat Budidaya Tanaman Buah.
tanaman serta umur tanaman produktif yang Direktorat Jendral Hortikultura.
dimiliki petani. Departemen Pertanian.

Firdaus, D. 2011. Manggis. Bandung. Tersedia


SARAN pada :
Peningkatan produksi manggis dapat http://jabar.litbang.deptan.go.id/ind/
index.php/info-teknologi/14-alsin/64-
dilakukan melalui penerapan SOP budidaya
manggis-garcinia-mangostana-l-
manggis seperti mananam bibit unggul,
[Diunduh pada : 20 April 2014]
melakukan pemupukan dengan dosis dan
cara pemupukan yang sesuai anjuran, serta Jaluardi, H. 2012. Sentra manggis Sukabumi
rutin melakukan kegiatan pemeliharaan dan memasuki masa produktif. Sukabumi.
Tersedia pada :
pemangkasan tanaman sebanyak dua kali
http://regional.kompas.com/read/20
setiap tahunnya. Kegiatan pemangkasan ini 12/01/25/23235731/Sentra.Manggis.S
penting dilakukan sebab dapat mem- ukabumi.Masuki.Masa.Produktif
permudah proses pemanenan, sehingga dapat [Diunduh pada : 3 Juni 2014].
meminimalisir kerusakan buah dan tanaman
Marsono dan P Sigit. 2001. Pupuk Akar : Jenis
saat pemanenan. Selain itu, pada tanaman dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya
yang rutin dipangkas, bobot buah yang
dihasilkan lebih besar. Pasaribu, F., P.Sitorus, dan S.Bahri. 2012. The
Test of Ethanol Extract of Mangosteen
Rind (Garcinia mangostana L.) to
Decrease Blood Glucose Level. Journal
DAFTAR PUSTAKA of Pharmaceutics and Pharmacology
Astuti, R. 2012. Pengembangan Rantai Pasok Vol 1: 1-8
Buah Manggis di Kabupaten Bogor,
Permana, A.W., A.M.Widyanti, S.Prabawati,
Jawa Barat [Disertasi]. Bogor: Sekolah
dan D.A. Setyabudi. 2012. Sifat
Pascasarjana. Intitut Pertanian Bogor.
Antioksidan Bubuk Kulit Buah
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Manggis (Garcinia Mangostana l.)
Indonesia. Jakarta : BPS Instan dan Aplikasinya Untuk
Minuman Fungsional Berkarbonasi.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Jurnal Pascapanen Vol 9 No.2 : 88-95.
Tanaman Buah-buahan dan Sayuran
Tahunan Indonesia 2014. Jakarta : BPS Setiawan, E., R. Poerwanto. 2008.
Produktivitas dan Kualitas Buah
[BPS Kabupaten Sukabumi] Badan Pusat Manggis di Purwakarta. Agrovigor Vol
Statistik Kabupaten Sukabumi. 2013. 1 No.1 : 12-19
Kabupaten Sukabumi dalam Angka.
Sukabumi : BPS Sukabumi.

Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman… Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro
78 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 1, Juni 2016); halaman 67-78

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit


Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi


Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
Cobb-Douglas. Jakarta (ID): Raja
Grafindo Persada.

Utami Nuraniputri, Heny K. Daryanto, dan Kuntjoro Produksi Manggis pada Beberapa Kelompok Umur Tanaman…

Вам также может понравиться