Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam
tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa
memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu
larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang
pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan
dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam
larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat basa. Sifat
asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan
suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan
asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7, sedangkan
larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH
atau dengan pH meter.( Mima M. Horne dan Pamela L.swearingen, 2001)
Gangguan keseimbangan asam basa disebut dengan istilah asidosis bila pH darah
bersifat asam dan alkalosis jika pH darah bersifat basa. Tergantung proses
primernyadapat dibagi menjadi asidosis/alkalosis respiratorik (proses primernya pada
pernapasan) dan asidosis/alkalosis metabolik (proses primernya adalah
gangguanmetabolik). Akhiran osis pada asidosis ataupun alkalosis menunjukkan proses
primer yang menghasilkan asam atau basa tanpa melihat nilai pH darah. Pada
asidosis/alkalosis ringan yang terkompensasi sempurna, pH darah dapat tetapnormal.Pada
setiap gangguan keseimbangan asam basa, selalu akan diikuti kompensasiuntuk
mempertahankan pH normal. Kompensasi dari asidosis respiratorik adalah alkalosis
metabolik, sedangkan kompensasi dari alkalosis respiratorik adalah asidosismetabolik
dan demikian juga sebaliknya. ( Mima M. Horne dan Pamela L.swearingen, 2001)
Sekarang karena kondisi apapun jika keseimbangan ini akan terganggu, itu akan
mulai mempengaruhi tubuh, meskipun perlahan-lahan, tetapi dapat mengakibatkan
komplikasi serius. Alkalinitas berlebih akan menyebabkan alkalosis metabolik,
sedangkan kelebihan keasaman akan menyebabkan asidosis metabolik. Pada artikel ini
kita berbicara tentang mantan. Ini adalah kondisi dimana pH cairan tubuh, terutama
darah, memiliki kelebihan basa (alkali), yang mengapa alkalosis panjang (berarti base
excess). Dalam kondisi ini tingkat pH jaringan tubuh lebih tinggi dari kisaran normal
sehat. Kondisi ini metabolik dapat disebut sebagai peningkatan konsentrasi bikarbonat
serum (HCO3). Ini adalah gangguan yang dapat disebabkan oleh hilangnya atau
penurunan ion hidrogen yang ketidakseimbangan tingkat, dengan meningkatkan kadar
bikarbonat dalam tubuh. Atau dapat juga disebabkan karena peningkatan kadar
bikarbonat saja. Ini dapat disederhanakan sebagai hilangnya hidrogen (H +) atau
keuntungan bikarbonat (HCO3). Kami sekarang akan memahami penyebab
ketidakseimbangan ini dan apa efek memiliki pada tubuh. ( Mima M. Horne dan Pamela
L.swearingen, 2001)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud alkalosis metabolic?

2. Apa etiologi dari alakalosis metabolic?


3. Bagaimana Manifestasi Klinik metabolik?
4. Bagaimana asuhan keperawatan alkalosis metabolic?

C. Tujuan
Adapun tujuan Umum penulisan makalah ini adalah Untuk Menjelaskan secara
terperinci tentang Alkalosis Metabolik beserta asuhan keperawatannya.

5. Mengetahui yang dimaksud alkalosis metabolic

6. Mengetahui Apa etiologi dari alakalosis metabolic


7. Mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinik metabolik
8. Mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan alkalosis metabolic
BAB II

A. DEFINISI

Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan yang Menggambarkan individu yang mengalami
atau berisiko tinggi untuk mengalami suatu ketidakseimbangan asam-basa yang
berhubungan dengan kelebihan bikarbonat atau kehilangan ion hydrogen

Alkalosis adalah kondisi di mana cairan tubuh melebihi batas. Ini bertentangan dengan
acidosis, di mana tubuh kekurangan cairan. Yang disebabkan oleh limpa dan ginjal
mengatur acid tubuh. Karbondiosida berkurang atau bicarbonat meningkat levelnya
membuat tubuh juga bersifat alkali, kondisi ini disebut alkalosis.

KRITERIA :

• PH lebih besar dari 7,45 pada pasien tidak terkompensasi

• PaCo2 normal sampai pasien hipoventilasi untuk mengkompensasi alkalosis HCo3


lebih besar dari 26.

B. ETIOLOGI

Penyebab alkalosis antara lain:

1. alkalosis yang responsif terhadap klorida paling sering terjadi pada kontraksi volume
ekstrasel akibat muntah- muntah , pengisapan nasogastrik, dan diuretika. Konsentrasi
klorida urin adalah kurang dari 10meq/L kecuali kalau pasien masih memakan suatu
diuretika.

2. alkalosis yang resisten- klorida paling sering akibat keadaan kelebihan mineralokortikoid,
yang mengakibatkan peningkatan pembentukan biokarbonat dan pembunagan kalium.
Hipokalemia sering ditemukan : volume ekstraselnya normal atau mengembang.
Konsentrasi klorida urine adalah lebih besar dari 20meq/ L.

3. alkalosis akibat pemberian alkali eksogen biasanya dapat dikoreksi dengan cepat dengan
peningkatan eskresi bikarbonat ginjal, tetapi terdapat sufisiensi ginjal, alkalosis dapat
terjadi dan cukup berat sehingga membutuhkan dialysis

C. MANIFESTASI KLINIS

Alkalosis metabolic ditandai dengan :

 Sakit kepala dan lesu adalah gejala-gejala awal;

 Kulit memerah hangat


 Kejang,

 Kebingungan mental,

 Otot berkedut,

 Agitasi; koma (asidosis berat);

 Anoreksia, mual, muntah dan diare;

 Respirasi dalam dan cepat (respirasi Kussmaul);

 Hiperkalemia (pergeseran asam untuk ICF dan K + ke ECF);

 Disritmia jantung.

Sedangkan kelemahan umumnya adalah :

· Kram otot,

· Refleks hiperaktif,

· Tetani (karena penurunan kalsium);

· Kebingungan dan kejang dapat terjadi dalam situasi yang parah.

· Peningkatan pH darah; meningkat HCO3-; PaCO2 normal atau meningkat jika


kompensasi terjadi.

D. PERAWATAN

Perawatan alkalosis tergantung pada penyebab khusus. Sebagian orang membutuhkan bantuan
medis untuk mengetahui kehilangan apakah dalam dirinya kekurangan zat kimiawi seperti
chloride dan potasium. Kontrol kesehatan lain yang perlu dilakukan antara lain memonitor tanda-
tanda vital seperti suhu, tekanan darah atau pernafasan.

E. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Tanda dan gejala : kelemahan otot, ketidakstabilan saraf otot, dan hiporefleksia
sekunde terhadap hipokalemia menyertai penurunan motilitas saluran GI dapat
mengakibatkan paralitik ileus. Alkalosis berat juga dapat mengakibatkan tanda- tanda
kepekaan rangsang saraf otot juga apatis, kacau mental dan stupor.
b. EKG :berbagai tipe distritmia atrial ventrikuler sabagai akibat kepekaan jantung yang
terjadi dengan hipokalemi : gelombang U

c. Riwayat dan factor- factor resiko :

· Keadaan klinik yang berhubungan dengan volume/ penurunan klorida ; muntah


atau drainase urine.

· Alkali posthiperkapnia

2. Identitaspasien

Nama:

Umur:

Jeniskelamin:

Status :

Pekerjaan:

Alamat:

Mulai perawatan :

Diagnosamasuk:

3. Pemeriksaan Fisik

Penurunan ph kurang dari 7,35 dan HCO kurang dari 22 mEq/L

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Nilai- nilai gas darah arteri : menentukan keparahan alkalosis dan respons terhadap
terapi . pH akan menjadi > 7,4

2. biokarbonat serum : nilainya akan meningkat sampai > 26 mEq/L


3. Elektrolik Serum : biasanya serum kalium akan rendah, (<4,0 mEq/L). sedangkan serum
klorida < 95mEq/L. meskipun hubungan antara alkalosis metabolic dan dan kalium tidak
dipahami secara lengkap , alkalosis dan hipokalemia sering terjadi bersama- sama.

4. EKG : untuk mengkaji adanya disritmia, terutama jika terdapat hipokelemia ataupun alkalosis
berat.

4. Pathway terjadinya alkalosis metabolik

5. PENATALAKSANAAN KOLABORATIF

Penatalaksanaan akan tergantung pada gangguan yang mendasari . alkalosis metabolik ringan
atau sedang biasanya tidak memerlukan intervensi- intervensi terapeutik yang khusus.

1) Infuse saline : infuse normal saline dapat mengkoreksi kekurangan volume (klorida)
pada pasien dengan alkalosis sekunder karena kehilangan melalui
lambung . alkalosis metabolic sukar untuk diperbaiki jika hipovelemia
dan kekurangan klorida tidak di koreksi.

2) Kalium Klorida (KCL) : diindikasikan untuk pasien- pasien dengan kadar kalium rendah.
KCL lebih dipilih ketimbang garam kalium lainnya karena kehilangan
klorida dapat diganti secara simultan

3) Natrium dan kalium klorida : efektif untuk alkalosis posthiperkapnia yang terjadi saat retensi
CO2 kronik dikoreksi secara cepat. Jika jumlah klorida dan kalium
yang adekuat tidak trsedia , maka kelebihan biokarbonat oleh ginjal
akan mengalami kerusakan dan alkalosis metabolic akan terus
berlangsung.

4) Bahan- bahan yang bersifat asam : alkalosis yang berat memerlukan pengobatan dengan
bahan- bahan yang asam seperti asam hidroklorida encer,
ammonium klorida . karena efek samping nya yang serius,
maka obat- obatan ini tidak sering digunakan.

6. Penatalaksanaan lainnya:

a. Penatalaksanaan cairan : jika ada penurunan volume , diberikan normal saline

b. Penggantian kalium :

· kalium IV : jika pasien sedang menggunakan pemantau jantung maka diberikan


kalium klorida sampai 20mEq/jam untu mengatasi hipokalemia .

· kalium oral : rasanya sangat tidak enak .15mEq/L per gelas adalah yang paling
banyak yang dapat ditoleransi pasien dengan dosis maksimum setiap hari 60-80
mEq. Tablet kalium yang terurai dengan lambat merupakan bentuk bentuk KCL
yang dapat diterima. Semua bentuk KCL dapat mengiritasi lambung dan
mukosa usus

· diet ; diet berisi 3 gram atau 75mEq kalium , tetapi bukan dalam bentuk kalium
klorida . diet kalium tambahan tidak efektif jika terdapat bersamaan dengan
kekurangan klorida.

c. Deuretik hemat kalium : dapat ditambahkan jika diuretic tiazid merupakn penyebab
hipokalemia dan alkalosis metabolic.

d. Mengidentifikasi dan mengkoreksi penyebab hiperadrenokortisisme

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN

· Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan factor- factor listrik sekuder
terhadap alkalosis metabolic akibat tindakan penghisapan lambung

· Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ttg penyakit dan


pengobatannya.

8. INTERVENSI KEPERAWATAN

· Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan factor- factor listrik sekuder
terhadap alkalosis metabolic akibat tindakan penghisapan lambung

intervensi :

o monitor nilai –nilai lab, terutama pH dan serum CO2 untuk menentukan respon pasien
terhadap terapi.
o Monitor EKG terhadap adanya disritmia.

o Monitor kadar kalium

o Gunakan cairan saline isotonic untuk mengiritasi selang lambung

o Ukur dan catat jumlah cairan yang dikeluarkan oleh suction

o Timbang pasien tiap hari untuk menentukan status volume cairan.

·Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ttg penyakit dan pengobatannya.

Intervensi :

o Beritahukan informasi tentang penyakit kepada pasien dan keluarga terdekat

o Tekankan pentingnya untuk menggunakan dosis sesuai dengan anjuran dokter

o Jelaskan tentang diet tinggi natrium meningkatkan risiko hipokalemia dan alkalosis ,
mengharuskan pembatasan natrium sesuai anjuran

o Jika diresepkan KCL tambahan, ajarkan pasien pada hal- hal berikut:

§ Kalium oral rasanya sangat tidak enak dan akan terasa enak jika dicampur dengan
juice jeruk atau juice tomat

§ Tablet kalium yang terurai secara perlahan seharusnya tidak dikunyah

§ Keduanya dapat mengiritasi lambung dan seharusnya dimakan bersamaan saat waktu
makan

§ Meskipun nenerapa makanan mengandung kalium , makanan tersebut seharusnya


tidak digunakan sebagai pengganti untuk kalium klorida tambahan yang dianjurkan
oleh para dokter
DAFTAR PUSTAKA

http://maqhfiratulnetri05.blogspot.com/2014/05/askep-alkalosis-etabolik.html?m=1

https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com%2F-
SPH4XnB6UAs%2FV5mMPnstR_I%2FAAAAAAAABNc%2F-
T0AlgnDHt07KZ2j6teZS55ljo4kQ4q4ACLcB%2Fs1600%2F04.jpg&imgrefurl=http%3A%2F
%2Fwarungbidan.blogspot.com%2F2016%2F07%2Fasidosis-respiratorik-
asidosis.html&docid=yhIscLOfdRYh6M&tbnid=0RBUFKs1xsfp9M
%3A&vet=1&w=714&h=868&hl=in-ID&source=sh%2Fx%2Fim

Вам также может понравиться