Вы находитесь на странице: 1из 7

BUDAYA BARAT VS BUDAYA KE-TIMURAN

VS BUDAYA INDONESIA
Latar Belakang
Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Tetapi selama ini masyarakat
Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya sendiri. Budaya dan tradisi bangsa sendiri
mulai tergerus oleh budaya- budaya luar. Jika boleh dibilang dalam 10YearsChallenge atau
mungkin 20YearsChallenge, 20 tahu lalu yang terjadi pada Indonesia adalah budaya Indonesia VS
budaya barat (luar), tetapi yang terjadi sekarang adalah budaya barat VS budaya ketimuran. Sangat
mengenaskan jika hal tersebut terjadi pada kita sebagai muda, generasi perubahan, age of change.
Bukan mengubah Indonesia menjadi lebih maju, tetapi mengubah Indonesia lebih mundur jauh
kebelakang.
Ada setidaknya 3 budaya yang dapat merusak identitas nasional bangsa ini. Ke-3 hal besar
inilah yang sangat berpengaruh terhadap kerusakan identitas nasional kita. Dari ke-3 hal tersebut
adalah:

1. Budaya Barat
Budaya barat tidak sepenuhnya buruk, jika kita dapat memilihnya dengan tepat.
Akan tetapi yang terjadi pada kita, generasi Z adalah kita hanya mengikuti budaya barat
hanya sebagai style and joke tetapi bukan esensinya. Salah satu budaya barat yang harus
kita tiru adalah budaya on time. Tetapi malah terciptnya budaya jam karet.
Jadi yang dilakukan sebagian dari generasi Z dan juga generasi micin adalah,
HANYA meniru pakaian dan style and joke dari budaya barat yang sepenuhnya tidak
benar, tetapi mengesampingkan hal- hal yang jauh lebih baik yang bisa mereka lakukan.
Sebagai contoh, banyak dari generasi Z yang menirukan gaya ke- barat –barat an,
dan ketika ada salah satu dari teman mereka tidak mengikuti gaya maka kata- kata yang
akan dilontarkan adalah
“ah ketinggalan jaman lu, makanya lu yang open dong sama budaya barat”
Tetapi tunggu dulu, pada umur anda yang menginjak angka 19 dan 20 tahun, jika
anda mengikuti “budaya barat” maka anda sudah punya penghasilan sendiri, punya
pekerjaan, kuliah sudah tidak hidup bareng orang tua. Akan tetapi anda masih duit dari
orang tua, duit jajan dari orang tua, dan yang paling memalukan atas perkataan
“lu yang open dong sama budaya barat”
adalah, anda menikah di umur kepala 2, entah itu 25 atau 29.
Dengan hanya menirukan style-nya saja dan mengesampingkan hal yang lebih baik
dari itu, maka sudah menggerus identitas nasional kita. Itu jika hanya satu anak muda,
bayangkan ada berapa anak muda diluar sana.
Jadi jika ingin mengikuti budaya barat, ikutilah secara totalitas, jangan hanya
gayanya saja, jika tidak maka akan membunuh identitas bangsa sendiri.
2. Budaya Ke-Timuran
Datangnya budaya ke-timuran ini berasal dari orang- orang yang mabuk agama.
Budaya Ke-Timuran ini sangatlah kuat karena datang dari mana saja dan mendesak siapa
saja, kapan saja dan dimana saja. Ini adalah salah satu mabuk yang dapat menular ke siapa
saja tanpa memandang bulu (kecuali para minoritas). Dalam banyak kasus ini sangat
merugikan beberapa pihak, salah satunya adalah yang terjadi bulan kemarin di kota Bogor.
Yang terjadi di kota Bogor adalah penolakan perayaan Imlek.
Baca di: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-47106851
Mereka beranggapan bahwa hal tersebut akan membuat iman mereka akan luntur.
Ada juga penolakan hari valentine, banyak dari aksi tersebut yang mendesak dan
melakukan penolakan sampai diikuti dengan dukungan dari Dinas pendidikan dan sekolah.
Mereka beranggapan bahwa hal tersebut “tidak diajarkan di agama” “bukan budaya
kita” lalu apakah yang dimaksud dengan “bukan budaya kita” ? dan seperti apakah
“bukan budaya kita” itu? Apakah mengenakan hijab itu adalah budaya kita?
Baca di: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47222657
Sebenarnya saya tidak terlalu bermasalah dengan itu, tetapi yang membuat saya
prihatin adalah, mereka menolak dan melarang orang- orang yang akan atau sedang
merayakan valentine day.
Budaya ini bisa dibilang terlalu mengedepankan sisi agama dan menghiraukan sisi-
sisi yang lain. Tahun 2017 sampai 2019 sudah banyak budaya ketimuran yang menggerus
identitas nasional dan seolah olah hampir digantikan oleh budaya ketimuran. Entah apa
yang akan tersisa jika hal ini dibiarkan dan diteruskan.
3. Budaya Ikut- Ikutan
Budaya ini “kanker” sekali, menular dan tidak sehat. Budaya ikut- ikutan adalah
budaya yang memperkuat Budaya Barat dan Budaya Ke-Timuran, dan menghilangkan
budaya nasional dan indentitas nasional.
Salah satu contohnya adalah seperti yang ada pada artikel pada link diatas
"Sebenarnya sekarang banyak gerakan-gerakan yang anti-Valentine, tapi edukasi
tentang larangan tersebut pada enggak tahu kenapa dilarang, jadi anak-anak SMA
sekarang iya sekadar ikut-ikutan untuk tidak merayakan Valentine," ujar Dira
kepada Hidayatullah, wartawan di Aceh yang melaporkan untuk BBC News
Indonesia, Rabu (13/02).
Jadi dapat disimpulkan bahwa budaya inilah yang memperburuk keadaan. Dengan
masih adanya budaya ikut- ikutan, maka identitas nasional kita akan tergerus satu per satu,
hari demi hari, mulai dari kota demi kota, provinsi demi provinsi, dan yang lebih parah lagi
adalah pemimpin demi pemimpin.
Isi Tulisan

Dari sekian banyak berita yang berkaitan dengan tergerusnya identitas nasional secara
perlahan tapi pasti, siap atau tidak, menurut saya akan ada perkara lagi terkait dengan tergerusnya
identitas nasional. Para minoritas akan kehilangan tempat tinggalnya, tempat ibadah, tempat
berkumpul, dan tempat peristirahatan terahkirnya. Memang seharusnya ini terjadi, tetapi ini akan
terjadi, entah kapan. Padahal semua kebebasan memeluk agama dan kepercayaan sudah diatur
pada:
Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan.
Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan
hak asasi manusia.
Tak juga itu, lagu- anak- anak juga akan hilang satu demi satu, dari dulu yang sering kita
dengar akan terasa langka di kemudian hari. Kafe pun juga akan berubah fungsi dari yang dulu
sebagai tempat untuk ngopi ,curhat, tertawa bersama, bertukar pikiran akan berubah sebagai sarang
WI-FI dan sebagai warnet. Kantor kecamatan, kelurahan dan kantor desa akan terasa sangat sepi
diisi oleh para pemuda, yang mulai saat ini banyak para pemuda yang lebih memilih untuk
mengunci diri didalam kamar dan bermain posel untuk bermai Mobile Legend dan PUBG.
Salah satu faktor yang dapat menerjang hukum dan UU yang ada dan berlaku di Indonesia
adalah desakan dari masyarakat yang mayoritas. Hal ini bisa menular sampai ke aspek- aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari waktu ke waktu fenomena ini terus memburuk seiring
banyaknya orang yang menkonsumsi budaya barat secara mentah dan semakin banyaknya juga
orang yang dimabuk agama.
Mari kita lihat seberapa parahnya masalah ini dari segi politik, pendidikan, ekonomi, sosial,
dan budaya
1. Politik
Sudah tidak asing ditelinga kita jika sekarang agama dijadikan bahan politik. Hal
ini diperburuk oleh manusia- manusia mabuk agama, dan ditambah lagi dengan
budaya ikut- ikutan. Mengenaskan tetapi ya beginilah apa adanya. Seolah- olah
merekalah yang memegang kunci kebenaran atas segala masalah. Dua tahun ini
(2018 dan 2019) adalah masa- masa yang sangat sulit bagi Indonesia karena harus
melawan bangsanya sendiri untuk dapat mempertahankan Identitasnya sendiri.
2. Pendidikan
Seperti yang sudah disampaikan oleh youtuber asal Indonesia, yaitu Agung Habsah
dan Vincent Ricardo yang juga sebagai Mahasiswa Hukum di Universitas
Indonesia. Bahwa pendidikan di Indonesia tertinggal 128 tahun diantara negara-
negara maju.

Tonton video pendidikan di Indonesia tertinggal 128 tahun:


https://www.youtube.com/watch?v=X2EGHJwFadg

Dimana negara yang lain sudah berlomba- lomba membuat roket dan robot, di
Indonesia malah berlomba- lomba bendebatkan tentang kepercayaan yang mereka
anut. Salah satu contohnya adalah gambar berikut:

Sumber gambar: IG (fanatixx_official)

Jika dahulu kita belajar agama untuk memperdalam ilmu dan iman kita dan untuk
saling menghargai antar umat beragama, tetapi sekarang tujuannya sudah bukan itu
lagi, melainkan kita belajar agama hanya untuk memperdebatkan agama yang kita
anut dengan yang orang lain anut.
3. Ekonomi
Dibidang ekonomi pun juga bermasalah. Salah satu contoh simpelnya adalah
produk mie SAMYANG. Produk asal korea ini beberapa tahun lalu dikecam oleh
masyarakat yang mabuk agama dan memboikot serta melarang peredaran produk
SAMYANG tersebut karena tidak tertera lebel bertuliskan HALAL. Tentu saja hal
ini berpengaruh terhadap perekonomian yang mana saat itu SAMYANG lagi naik
naiknya. Dan juga pemboikot an produk sepatu NIKE yang trending di beberapa
berita terkait logo NIKE AIRMAX yang mereka buat bertuliskan menyerupai Lafaz
Allah.

Sumber: http://makassar.tribunnews.com/2019/02/04/sol-sepatu-nike-mirip-lafaz-allah-dapat-
protes-keras-reaksi-otoritas-resmi-nike

Jika kita tidak mabuk dengan agama, dan kita menjunjung rasa nasional kita, maka
kita tidak akan repot repot untuk melukan aksi boikot tersebut. Dirasa, Indonesia
tidak hanya kehilangan Ideologi Nasional saja, tetapi juga kehilangan akal sehat
mereka.
4. Sosial
Tidak usah kaget jika dari tahun ke tahun perayaan hari hari keagamaan bagi
minoritas akan terasa lebih sepi dari tahun ke tahun. Tidak usah kaget pula jika dari
tahun ke tahun ibadah itu akan dilarang. Perbedaan ini sangat terasa bila kita
bandingkan pada tahun 2000-an. Dimana sikap sosial dan keragaman kebersamaan
masih sangat hangat. Apakah ini yang dimaksud dengan Bhineka Tunggal Ika
berubah menjadi Bhineka Tinggal Cerita ?
5. Budaya
Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, budaya kita identitas nasional kita akan
tergerus oleh 3 faktor.
Contoh yang ingin saya bahas lagi adalah penolakan hari valentine. Mereka
melakukan dengan mengatakan “bukan budaya kita”. Yang menjadi pertanyaan
adalah “siapa yang mengajak mereka valentine? Sehingga mereka menolaknya”
“apakah yang dimaksud dengan ‘bukan budaya kita’ ” dan “ bagaimanakah budaya
kita seperti yang dimaksudkan? “
Justru jika mereka seperti itu dan dilakukan oleh para orang- orang yang mabuk
agama, maka “budaya” yang mereka maksud juga “bukan budaya kami” budaya
Indonesia. Jadi mohon dengan sangat atas kesadarannya.

sumber: IG (fanatixx_official)

Kesimpulan
Jadi sampai sini dapat saya simpulkan bahwa
“mabuk agama 1x lebih berbahaya daripada mabuk alkohol 3x
memakan budaya luar secara mentah lebih berbahaya daripada memakan
dangin mentah”
mengapa mabuk agama lebih berbahaya daripada mabuk alkohol? Karena jika seseorang
mabuk agama, maka akan sangat mudah sekali mereka menularkan kemabukan tersebut kepada
orang lain, dan akan cepat juga penularannya dibandingkan dengan mabuk alkohol. Jika seseorang
sudah mabuk agama, dia akan melakukan ujaran kebencian dan menghina orang lain yang
ahkirnya akan memecahbelah negara ini. Dibandingkan dengan seseorang yang mabuk alkohol,
jika seseorang mabuk maka yang akan dia lakukan adalah tidur, tidak melakukan ujaran kebencian
dan menghina orang lain. Mungkin ada, tetapi tidak semua dan jika dibandingkan dengan yang
mabuk agama maka jumlahnya akan lebih banyak jika mabuk agama.
Solusi dari saya adalah
1. Ingatlah perjuangan para pahlawan. Kemerdekaan mereka untuk semua golongan,
bukan untuk satu golongan saja
2. Jangan mabuk, jangan bodoh, pilih pergaulan yang sehat
3. Beragama boleh, fanatic jangan
4. Jangan membaca buku ke-agamaan tanpa diselingi buku pengetahuan yang cukup.
Bila tidak maka anda akan menjadi mabuk agama
5. Gaya kekinian boleh, lupa budaya sendiri jangan

Sumber:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-47106851
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-47222657
https://www.youtube.com/watch?v=6ZYaVe6CaxY
https://www.youtube.com/watch?v=X2EGHJwFadg
http://makassar.tribunnews.com/2019/02/04/sol-sepatu-nike-mirip-lafaz-allah-dapat-protes-
keras-reaksi-otoritas-resmi-nike

Вам также может понравиться