Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji dan syukur kehadirat Allah subhana wa ta’ala atas limpahan rahmat dan
“Pengalaman Pasien Kanker tentang Perilaku Caring Perawat Menurut Teori Watson
akademis guna memperoleh gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu
hingga saat ini nilai-nilai kehidupan dan ilmu bisa tersampaikan pada diri peneliti yang
menjadi pedoman peneliti untuk menjalankan Proposal sampai dengan Skripsi dari
Penyusunan skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan sejak
awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan
kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi peneliti
dapat diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima
i
1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
2. Rini Rachmawaty, S.Kep., Ns., MN., Ph.D selaku pembimbing satu yang selalu
3. Ilkafah S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing dua yang juga selalu sabar dan
4. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes dan Nurmaulid S.Kep., Ns., M.Kep selaku
5. Orangtua saya, ayah H.Daming dan ibu Hj.Rosi serta kakak-kakak saya Kakak Itha
Kakak Acciz, Kakak Heri dan Kakak Yulis yang senantiasa mendo’akan serta
memberikan dukungan baik berupa dukungan moril maupun dukungan materi demi
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
7. Sahabat Until Jannah saya, Swastika Fadia Amalina, Fadhilatul Mar’ah, Ilham Adi
Pitra, Nur Rahma dan Siti Nastiti Deviyana yang senantiasa memberikan semangat
untuk terus berusaha dan berikhtiar agar kami bisa sama-sama wisuda.
skripsi ini.
ii
9. CRAN14L, teman seperjuangan sejak tahun 2014 terima kasih atas kebersamaan,
10. Teman-teman KKN PK Angkatan 53 (Zulkarnain, Riska Ade Irma, Yunita Feby
Ramadhany, Suryani Meisi, Marlina, Nurwulandari, Indrah Purnama Wati dan Ave
11. Seluruh partisipan yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk
menceritakan tentang pengalaman selama dirawat, serta pihak rumah sakit yang
12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya yang telah memberikan
penelitian ini tentu masih terdapat berbagai kekurangan, untuk itu peneliti sangat
hasil penelitian ini. Akhir kata mohon maaf atas segala salah dan khilaf skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah
disisi-Nya, amin.
iii
DAFTAR ISI
1. Definisi ......................................................................................................... 22
2. Etiologi ......................................................................................................... 23
iv
4. Perilaku caring perawat bagi Pasien Kanker .......................................... 26
1. Populasi ....................................................................................................... 32
2. Sampel ......................................................................................................... 32
v
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................... 86
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1………………………………………………………………………….28
vii
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1………………………..………………………………………………34
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asean Free Trade Area (AFTA) menjadi peluang dan tantangan untuk seluruh
dengan proses perawatan yang diberikan oleh perawat. Hal tersebut dibuktikan
dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kualitas pelayanan
sangat ditentukan oleh kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
Perilaku caring menjadi hal inti dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
Kualitas pelayanan rumah sakit yang baik dapat dilihat dari tingkat kepuasan
bahwa masih ditemukannya perawat yang tidak berperilaku caring sebanyak 48%
dan yang berperilaku caring sebanyak 52%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hampir setengah dari perawat di rumah sakit tersebut belum menerapkan perilaku
caring kepada pasien. Akibatnya, 59% pasien merasa tidak puas dengan perilaku
caring perawat.
1
Fenomena yang terjadi adalah masih banyaknya perawat yang belum
Germack, & Viscadi (2016) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa salah
satu rumah sakit di Amerika memiliki level perilaku caring perawat yang masih
rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya aktivitas perawat yang sering
ketidaknyamanan bagi pasien. Selain itu, 38,5% pasien berpendapat bahwa perawat
perawat di salah satu Rumah Sakit Bandung belum memiliki caring yang baik. Hal
ini dibuktikan dengan adanya komunikasi teraupetik yang belum baik, karena
perawat di rumah sakit tersebut hanya diam saat membereskan tempat tidur, sedikit
berbicara suara pelan dan tanpa kontak mata yang akan berdampak pada
pula sikap kurang tulus oleh perawat dalam melayani klien yang sedang
membutuhkan.
Semarang bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat
2
dengan tingkat depresi pada pasien dengan ulkus diabetikum. Hasil kuesioner
pasien dalam kategori tingkat depresi ringan sejumlah 14 pasien (94,3%). Hal ini
menunjukkan bahwa perilaku caring perawat yang baik akan berpengaruh dengan
perawat yang tidak berperilaku caring adalah pasien bisa meninggal akibat
kelalaian perawat dalam menggunakan jarum suntik, bayi bisa meninggal akibat
kecerobohan perawat dan lain sebagainya. Hal ini didukung dengan penelitian
kejadian pasien jatuh sebanyak 30%, 47% kejadian kesalahan pengobatan dan 32%
kejadian infeksi.
Pasien palliative care, seperti kanker adalah salah satu pasien yang memerlukan
sikap caring dari perawat. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Liu, Mok, & Wong
memiliki caring dan perawat tersebut akan disebut caring apabila perawat tersebut
3
khususnya pada pasien kanker. Hasil penelitian Hubert-Williams, et al (2017)
menjelaskan bahwa beberapa pasien kanker yang transgender mengeluh tidak puas
terhadap interaksi yang diberikan perawat dan perawat berbicara di depan mereka
Teori Watson merupakan teori caring yang sangat sesuai untuk diterapkan
kepada pasien kanker. McKay, Rajacich, & Rosenbaum (2002) dalam hasil
tersebut. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Sun & et al (2013) bahwa
Childs (2006) juga menjelaskan bahwa 10 faktor karatif Watson akan mampu
menjadi panduan untuk perawat dalam menangani pasien kanker usus secara
Watson, maka akan memberi perawat kesempatan untuk mendukung pasien secara
4
Theory of Human Caring Watson menunjukkan bahwa caring merupakan cita-
tentang 10 faktor karatif yang merupakan inti dari caring. Watson kemudian
konsisten. Dengan menerapkan 10 proses karitas dalam caring tersebut, maka akan
Saat ini, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar merupakan rumah sakit
rujukan berbagai kasus penyakit, termasuk kanker. Selain itu, Rumah Sakit
Wahidin Sudirhusodo merupakan salah satu dari lima rumah sakit yang
melaksanakan perawatan paliatif untuk pasien kanker (Ilkafah & Harniah, 2017).
khususnya di ruang Lontara 1 yang menjadi ruang rawat inap bagi pasien penyakit
dalam. Salsabilah & Wahyuni (2014) menjelaskan bahwa banyak perawat yang
tidak memberikan komunikasi yang baik terhadap pasien sehingga pasien merasa
tidak memahami apa yang dijelaskan. Selain itu, perawat dianggap belum mampu
Peneliti merasa perlu diketahui perilaku caring perawat pada pasien kanker
5
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengalaman Pasien
Kanker tentang Perilaku Caring Perawat Menurut Teori Watson di RSUP Dr.
B. Rumusan Masalah
Caring merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang
perawat berkaitan dengan perannya sebagai care-giver. Selain itu, perawat dituntut
dalamnya agar klien atau pasien mampu menerima haknya sebagai penerima
percaya melalui caring dengan pasien. Adriana (2010) dalam Mulyaningsih (2013)
menjelaskan dalam hasil penelitiannya bahwa hampir setengah dari perawat belum
komunikasi teraupetik dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien. Hal
ini sesuai dengan salah satu faktor caratif caring dari Watson. Beberapa perawat di
perilaku caring. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa keluhan baik dari
pasien maupun keluarga pasien terhadap pelayanan yang diberikan perawat selama
pasien dan keluarganya tidak dapat memahami penjelasan perawat dengan jelas
6
serta perilaku perawat yang belum bisa membina hubungan saling percaya dengan
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum:
Sudirohusodo.
Tujuan khusus:
Makassar.
menurut teori Watson: Enabling Faith and Hope di ruang perawatan Lontara
7
3. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat
Sudirohusodo Makassar.
Sudirohusodo Makassar.
8
corrective mental, social, spiritual environment di ruang perawatan Lontara
Sudirohusodo Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
pengetahuan dan bahan referensi serta bahan evaluasi khususnya dalam hal
perilaku caring perawat terhadap pasien kanker yang ada di instalasi rawat inap,
sehingga dapat menjadi acuan dan tolak ukur untuk rumah sakit lainnya di
bidang pelayanan keperawatan. Selain itu, diharapkan hasil dari penelitian ini
dapat menjadi bahan kajian tambahan pada kurikulum dan data awal untuk
9
2. Manfaat Aplikatif
khususnya bagi perawat yang ada di ruang rawat inap untuk lebih meningkatkan
penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk pembuatan modul dan pengadaan
pelatihan bagi perawat khususnya di ruang rawat inap dengan pasien kanker.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori caring Watson (1979) dikenal dengan Theory of Human Caring. Teori ini
menjelaskan bahwa caring adalah jenis transaksi atau hubungan yang diperlukan antara
Watson berpendapat bahwa fokus utama dalam praktek keperawatan terletak pada
faktor karatif. Watson meyakini bahwa sepuluh fakor karatif diperlukan oleh seorang
perawat untuk dijadikan dasar yang kokoh untuk membentuk Science of Caring (Potter
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori caring Watson dengan
pertimbangan bahwa inti dari teori caring Watson adalah menyembuhkan seorang
pasien dengan menciptakan lingkungan penyembuhan yang penuh perhatian dan teori
caring Watson merupakan sebuah teori yang fokus pada perawatan spiritual dan
holistik bagi pasien. Selain itu, teori Caring Watson memiliki 10 faktor karatif yang
telah dijelaskan dengan 10 faktor karatif yang akan memudahkan perawat untuk
Hasil penelitian (Liu, Mok, & Wong, 2006) menjelaskan bahwa pasien kanker
11
tersebut saat kemoterapi dan menciptakan lingkungan yang bersahabat dan
mendukung. Hal tersebut sejalan dengan 10 faktor karatif yang dikembangkan oleh
Watson, sehingga peneliti berpendapat bahwa Teori caring Watson tepat untuk
diterapkan pada pasien-pasien palliative care seperti kanker. Hal ini dibuktikan pada
hasil penelitian Sun & et al (2013) tentang penerapan 10 faktor karatif Watson terhadap
pasien kanker bahwa dengan pemberian intervensi 10 faktor karatif Watson akan
sebagai dasar spiritual yang merupakan ideal moral dari keperawatan. Menurut
Watson, eksistensi manusia dapat terlihat bila dimensi spiritual meningkat. Hal ini
ditunjukkan dengan penerimaan terhadap diri sendiri, tingkat kesadaran diri yang
tinggi, dan memiliki kekuatan dari dalam diri. Caring merupakan esensi dari
keperawatan serta sebuah tanggung jawab terhadap hubungan antara perawat dan
kesehatan.
Theory Caring. Dalam bukunya dijelaskan tentang 10 faktor karatif dimana tiap
faktor memiliki proses karitas sebagai hal yang harus dipenuhi dalam berperilaku
12
mencintai, dan memberikan kasih sayang. Watson (2008) dalam Watson & Sitzman
menerapkan konstruksi teoritis caring. Selain itu, 10 proses caritas ini dapat
1. Humanistic-Altruistic Values
kebaikan, empati, perhatian, dan mencintai diri sendiri serta orang lain. Nilai
humanistic berasal dari pengalaman masa kecil yang diperkuat oleh keyakinan,
budaya, dan seni. Nilai altruistic timbul dari komitmen dan kepuasan untuk
selalu memberi kepada orang lain. Nilai tersebut membawa arti bagi kehidupan
semacamnya merupakan faktor paling pertama dan faktor paling dasar untuk
klien dengan hormat sesuai dengan nama panggilan klien sehari-hari yang klien
13
senangi, merespon panggilan pasien dengan cepat meskipun perawat sedang
sibuk. Perawat juga dapat menerapkan faktor ini dengan mendengarkan dan
2. Instillation of faith-hope
Hippocrates bepikir bahwa pikiran dan jiwa orang yang sakit harus
Dalam hal ini, perawat harus menanamkan, menjaga dan memelihara keyakinan
serta harapan pasien untuk sembuh. Bahkan, saat tidak ada tindakan medis yang
dapat dilakukan lagi, perawat harus tetap memelihara keyakinan dan harapan
pasien.
penyakitnya dengan realistik. Selain itu, perawat juga dapat membantu klien
14
3. Cultivation of sensitivity to oneself and others
kepekaan atau sensitivitas terhadap diri sendiri dan orang lain adalah dengan
bahagia. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat dan mengeksplorasi perasaan
bahwa orang tersebut tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk
sendiri tidak hanya mengarah pada penerimaan diri sendiri, namun juga
lain akan mampu untuk belajar mengenai pandangan orang lain, meningkatkan
perawat dapat lebih ikhlas, otentik dan sensitif dalam pemberian asuhan
15
4. Development of a helping-trusting
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi secara jujur serta
dari pasien, perawat dapat memperlihatkan sikap empati, yaitu turut merasakan
apa yang dirasakan pasien. Perawat juga harus mempercayai orang lain dan
Perawat harus mampu bersikap caring dan melihat berbagai sisi dari
sudut pandang orang lain. Perawat perlu untuk selalu jujur dan memperlihatkan
sensitifitas terhadap orang lain. Selan itu, perawat juga diharapkan untuk
untuk memiliki kesadaran diri dan orang lain dalam berkomunikasi, meminta
klarifikasi kepada pasien bila diperlukan dan mengizinkan orang lain untuk
diberikan oleh pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perawat
dan mendukung terhadap ekspresi perasaan positif dan negatif sebagai koneksi
jiwa yang dalam dari diri sendi dan orang yang dirawat.
16
Perawat perlu untuk mengedepankan dan menerima perasaan positif
dan negatif, serta mendengarkan cerita pasien secara otentik. Hal ini dapat
dilakukan oleh perawat dengan mendorong cerita narasi sebagai cara untuk
berkembang. Selain itu, perawat juga dapat melakukan hal tersebut dengan
mendengarkan secara aktif dan membiarkan energi mengalir tanpa terbawa oleh
perasaan orang lain dan menerima serta menolong orang lain menghadapi
keperawatan yang telah diuji secara teori bahwa hal yang dimaksud dapat
dilaksanakan dengan baik pada klien. Hal ini dapat diartikan sebagai pola pikir
bagian dari proses caring yaitu telibat dalam perilaku caring-healing. Selain
17
menggunakan kontak mata, senyum / gestur positif, pendengaran aktifitas,
perlindungan alami dan sejenisnya. Selain itu, perawat juga dapat mendorong
alternatif untuk menemukan arti baru dan perjalanan situasi dalam menghadapi
kesehatan.
dalam sudut pandang orang lain. Caring yang dibangun dapat mengedepankan
kemungkinan untuk pasien dan diri sendiri. Perawat secara aktif mendengarkan
pembelajaran interpersonal.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam faktor karatif ini adalah
perawat berbicara dengan tenang, pelan dan hormat kepada orang lain. Selain
itu, perawat diharuskan menjadi orang pertama yang ingin belajar pada orang
dan berkreasi.
18
8. Provision for a supportive, protective environment
keindahan, kenyamanan pada level fisik baik non fisik dapat dipengaruhi
beberapa faktor. Peran dari perawat sendiri disini adalah menciptakan faktor-
faktor tersebut sehingga nantinya akan tercipta tempat yang seperti disebutkan
nantinya akan menjadi tempat alami hubungan manusia dimana kedua belah
pihak dapat berpartisipasi dan meyakini caring sebagai sesuatu yang dapat
yang dimana perawat sebagai lingkungan yang meyakini bahwa setiap orang
bagi pasien dimana perawat memberikan perhatian penuh kepada pasien ketika
19
rasa hormat dan penuh kepatuhan menemani dalam kebutuhan dasar dengan
niat kesadaran caring akan keseluruhan dan jesautan dalam aspek kepedulian.
menghargai kebutuhan orang lain yang unik, membuar orang lain senyaman
mungkin dan menolong pasien untuk tidak terlalu khawatir. Perawat harus
orang lain yang memiliki kebutuhan khusus dalam beristirahat serta berbicara
klien menemukan arti kehidupan dan berbagai kesulitan dari hidup. Faktor ini
sehingga hal tersebut akan membantu pasien mengatasi kesulitan hidup yang
untuk berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menyiapkan paisen dan
20
Hasil penelitian Betsy, Sarah, & Peggy (2013) yang menjelaskan tentang
jantung kronik atau Chronic Heart Failure (CHF). Data dalam penelitian tersebut
faktor karatif dari Watson sangat sesuai dengan perawatan pasien paliative care.
pasien-pasien terminal dan keluarga pasien tersebut. Hal ini didukung juga oleh
hasil penelitian Sun & et al (2013) bahwa dengan pemberian intervensi 10 faktor
karatif Watson akan meningkatkan kualitas hidup dan indeks kebahagiaan pasien
kanker.
mampu menjadi panduan untuk perawat dalam menangani pasien kanker usus
secara holistik dengan memberikan terapi yang dibutuhkan serta memadukan ilmu
21
holistik sehingga pasien akan menerima perawatan terbaik. Hal tersebut
Famili’s Doctor (2006) dalam Lubis (2009) menjelaskan bahwa setiap tahun
jumlah penderita kanker didunia meningkat menjadi 6,25 juta orang. Di berbagai
negara maju, kanker menjadi penyebab kematian nomor dua setelah penyakit-
orang di seluruh dunia akan meninggal di setiap tahunnya karena penyakit kanker.
Kanker menjadi salah satu jenis penyakit tidak menular dengan angka
dalam Dewi & Hendrati (2015) menjelaskan bahwa kanker menempati urutan ke
juga menjelaskan bahwa angka nasional kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk
dengan angka kejadian yang lebih tinggi pada perempuan dan 2,9 per 1000
1. Definisi
sebuah kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari
tubuh. Kanker memiliki istilah lain yang yaitu tumor ganas dan neoplasma.
22
sel-sel baru secara tidak normal yang tumbuh melampaui batas nirmal, dan
kemudian akan menyerang bagian tubuh dan menyebar hingga ke organ lain.
Proses ini disebut metastasis, yaitu penyebab utama kematian akibat kanker.
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker dapat berkembang dengan
cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri. Selanjutnya, sel-sel
melalui jaringan ikat, darah dan menterang organ-organ penting serta syaraf
yang selanjutnya menjadi sel kanker, sedangkan tumor adalah kondidi simana
tubuh.
2. Etiologi
Depkes (2013) menjelaskan bahwa lebih dari 30% dari kematian kanker
disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan, yaitu:
d. Merokok
23
e. Konsumsi alkohol yang berlebihan.
Menurut Tim Cancer Helps (2010) bahwa hingga saat ini, belum diketahui
faktor tunggal penyebab pasti dari kanker. Namun beberapa ahli berpendapat
C dan Epistein.
3) Zat kimia (karsinogen), seperti asap rokok dan alkohol atau zat-zat
24
c. Gangguan Keseimbangan Hormonal. Terapi hormon telah digunakan untuk
3. Gejala Kanker
Gejala kanker menurut Harsal & Rachman (2016) tergantung pada organ yang
diserangnnya atau pada daerah penyebarannya, dan beberapa kanker juga tidak
b. Perubahan Perilaku kebiasaan pada buang air besar atau fungsi kandung
kemih
umum yang semakin lama akan memburuk pada pasien kanker, yaitu:
a. Adanya benjolan yang timbul dan semakin membesar pada permukaan kulit
b. Terjadi perdarahan tidak normal seperti flek, mimisan atau batuk berdarah
25
d. Demam yang diakibatkan oleh bersarangnya virus kanker tersebut di dalam
tubuh
berpengaruh pada fisik maupun psikologisnya. Dampak fisik yang paling sering
dialami adalah nafsu makan berkurang, kerontokan rambut, timbul rasa nyeri
pada area yang terkena kanker dan sekitarnya. Selanjutnya, dampak psikologis
pada penderita kanker, sumber koping adalah hal yang sangat membantu pasien
agar pasien tersebut dapat menghadapi stres psikososial yang dialami. Konsep
pasien kanker dalam menerima perawatan secara holistik. Hasil penelitian Liu,
Mok, & Wong (2006) menjelaskan bahwa pasien kanker menganggap seorang
26
perawat berperilaku caring apabila perawat tersebut memiliki sikap empati,
perawatan holistik pada anak yang menderita kanker stadium akhir menjelaskan
bahwa dengan perilaku caring perawat yang bersifat spiritual dan holistik,
maka akan membuat pasien kanker yang dalam akhir hidupnya akan
C. Kerangka Teori
tentang 10 faktor karatif yang merupakan inti dari caring. Berdasakan landasan
teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka dan masalah penelitian, maka
27
Gambar 3. 1 Watson’s Caring Theory
Gambar 3.1 di atas menjelaskan bahwa fokus utama teori caring yang
masing faktor karatif memiliki 10 proses karitas untuk diterapkan kepada pasien.
existential-phenomenological force.
28
Sikap caring yang dapat ditunjukkan oleh perawat untuk humanistic-
altruistic adalah dengan merespon panggilan pasien dengan cepat. Salah satu
sensitivity to oneself and others dapat diterapkan dengan cepat tanggap terhadap
diaplikasikan oleh perawat dengan mengenalkan diri kepada pasien saat kontak
awal dengan pasien. Contoh sikap dari promotion and acceptance of the expression
Salah satu contoh sikap caring untuk systematic use of the scientific and
memenuhi kebutuhan diri sendiri secara mandiri. Sikap yang dapat ditunjukkan
oleh perawat untuk faktor karatif provision for a supportive, protective environment
Contoh sikap dari assistance with gratification of human needs adalah membantu
pasien untuk memenui kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan nutrisi, dll. Faktor
29
memberikan dukungan pada pasien agar tabah menghadapi penyakitnya (Watson
Teori caring Watson sangat tepat digunakan sebagai panduan bagi perawat di
ruangan palliative care seperti kanker. Dengan menerapkan teori caring Watson
kepada pasien kanker, maka akan meningkatkan kualitas hidup serta memberikan
perilaku caring menurut Teori Watson telah diterapkan atau perlu dievaluasi dan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
orang lain berbeda pada setiap individu, sehingga peneliti selanjutnya akan
yang membentuk sebuah makna dan arti dari pengalaman hidup tersebut dalam
bentuk cerita, narasi dan bahasa masing-masing individu (Afiyanti & Rachmawati,
tentang perilaku caring perawat di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
1. Tempat Penelitian
Sudirohusodo Makassar.
31
2. Waktu Penelitian
2017
1. Populasi
partisipan pada penelitian ini adalah pasien kanker yang berada di ruang
2. Sampel
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat
sebuah istilah dalam menyebut sampel yang diteliti, dimana partisipan dalam
penelitian ini adalah pasien kanker di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr.
32
Estimasi atau ukuran sampel pada penelitian kualitatif pada umumnya tidak
ditentukan pada tahap usulan penelitian. Hal ini disebabkan karena estimasi
(Santoso & Royanto, dikutip dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014). Saat
tercapai kejenuhan (saturated) pada data yang diperlukan atau tidak terdapat
3. Kriteria Partisipan
a. Kriteria Inklusi:
b. Kriteria Eksklusi
33
D. Alur Penelitian
Mendapatkan surat rekomendasi dari Universitas sebagai bukti bahwa tindakan ini
murni penelitian
Populasi: semua pasien kanker yang ada di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar
Partisipan diambil dari populasi yang diteliti dengan menggunakan metode purposive
sampling (partisipan dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi)
Permohonan izin penelitian ke Bagian Litbang Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas
Analisa data Creswell 2003 dengan Thematic Analisis dan saturasi data
34
E. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat bantu seperti
recorder tool (alat perekam) yang digunakan untuk merekam informasi dari
fenomena yang diteliti. Tujuan bracketing adalah untuk memperoleh data atau
35
informasi yang benar-benar alamiah dan berasal dari cerita langsung dari para
Rachmawati, 2014).
F. Analisis Data
naratif. Peneliti melakukan analisis data hasil wawancara dari berbagai pertanyaan
terkait sesuatu peneliti ingin dalami. Proses analis data dilakukan secara simultan
Salah satu model dari analisis data kualitatif adalah Creswell (2003).
fenomena yang diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara peneliti
36
berbagai pengalaman partisipan dibuat dalam suatu daftar pernyataan-
dikumpulkan dalam suatu unit data / informasi yang lebih besar, yang disebut
4. Menuliskan apa saja hal-hal yang dialami para partisipan terkait fenomena yang
diteliti. Hal ini disebut sebagai suatu “deskripsi tekstural” tentang suatu
ini biasa disebut sebagai suatu “deskripsi struktural”. Pada tahap ini, peneliti
deskripsi struktural. Hal ini disebut intisari (essence) dari pengalaman para
fenomenologi.
G. Keabsahan Data
mempertahankan keabsahan data pada penelitian ini dijelaskan dengan cara sebagai
berikut :
37
1. Kredibilitas (Keterpercayaan) Data
proses analisis data dari penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian dikatakan
memiliki kredibilitas yang tinggi atau baik jika hasil temuan tersebut dapat
dikenali oleh partisipan dalam situasi sosial dalam penelitian tersebut. Cara
mengklarifikasi hal-hal yang diceritakan dan kejadian yang nyata. Selain itu,
member check hasil dari transkrip untuk melihat kesesuaian dengan hasil
kembali hasil kutipan wawancara dan persetujuan tentang hasil analisa data
peneliti.
2. Transferabilitas (transferability)
tipe generalisasi analitik dan teoritis. Peneliti menguraikan secara rinci hasil
38
lapangan. Selanjutnya, dijelaskan pembahasan terhadap hasil penelitian
menggunakan literatur dan tinjauan yang sesuai dengan judul penelitian ini.
3. Dependabilitas (dependability)
melakukan pemeriksaan dengan kepala ruangan yang ada di ruang rawat inap
bidangnya.
4. Konfirmabilitas (confirmability)
diperlukan agar hasil peneitian bersifat objektif dimana data yang dikumpulkan
bahwa kesimpulan yang ditulis oleh peneliti muncul secara langsung dari
H. Etik Penelitian
terutama masalah etik. Menurut Komisi Etik Penelitian Kesehatan (2011) bahwa
39
peneliti perlu untuk memerhatikan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia,
menghormati hak otonomi partisipan demi menjaga privasi yang dimiliki. Hal
seperti tidak dapat membaca atau buta huruf dapat diperoleh dalam bentuk
verbal dan direkam melalui video atau audio. Proses informed consent ini akan
40
2. Justice (Prinsip etik keadilan)
partisipasi secara adil dan terbuka, serta mempunyai hak yang sama, partisipan
Justice yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah setiap partisipan
diperlakukan dengan tata krama yang benar dan pantas dengan memerhatikan
hak dari partisipan serta memberi distribusi seimbang dan adil dalam hal beban
memastikan bahwa peneliti tidak eksplotatif dan akan bermanfaat untuk untuk
Bentuk dari Benefience dan non maleficence dalam penelitian ini adalah
dari bahaya (free from harm), eksploitasi (free from exploitation) dan
penjelasan secara lengkap tentang tujuan dan manfaat yang diperoleh, serta hal-
41
memberikan informasi bahwa apabila terdapat ketidaknyamanan dalam
kegiatan penelitian ini, maka partisipan memiliki hak untuk tidak melanjutkan
melakukan penelitian.
42
BAB IV
A. Hasil Penelitian
menurut Teori Watson di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Pada bab ini, peneliti
identitas atau data demografi dari masing-masing informan. Pada interpretasi hasil
2017 di ruang rawat inap Lontara RS Wahidin Sudirohusodo yang terdiri dari
Ruang Rawat Inap Lontara 1 Atas Depan (Kelas 2/3), Ruang Rawat Inap Lontara
1 Atas Belakang (Kelas2/3), Ruang Rawat Inap Lontara 2 Atas Depan (Kelas2/3)
dan Ruang Rawat Inap Lontara 2 Atas Belakang (Kelas 2/3). Informan dalam
penelitian ini adalah pasien-pasien kanker yang dalam masa perawatan palliative
care yang dirawat di ruang rawat inap Lontara 1 dan Lontara 2 yang telah dipilih
43
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Secara keseluruhan jumlah
menjaga kerahasiaan partisipan, nama dan inisial yang digunakan dalam penelitian
1. Partisipan 1 (P1)
2. Partisipan 2 (P2)
3. Partisipan 3 (P3)
4. Partisipan 4 (P4)
5. Partisipan 5 (P5)
44
6. Partisipan 6 (P6)
7. Partisipan 7 (P7)
8. Parisipan 8 (P8)
Secara keseluruhan, hasil analisa data pada penelitian ini menunjukkan 9 tema
kanker tentang perilaku caring perawat menurut teori Watson di RSUP Dr.
altruistik. Tema ini dibentuk dari sub-sub tema memanggil nama pasien dengan
nama kesenangannya, sabar dan hormat kepada pasien dan mendahulukan pasien
kanker. Tema ini dibentuk dari sub-sub tema menjelaskan tentang tindakan yang
terhadap perasaan pasien kanker. Tema ini dibentuk dari sub-sub tema perawat
peka terhadap perasaan pasien dan perawat tidak peka terhadap perasaan pasien.
45
Tema 4: Bentuk sikap perawat terhadap pasien-pasien kanker. Tema ini
Respon perawat terhadap kebutuhan pasien. Tema ini dibentuk dari sub-sub
tema perawat memiliki respon cepat, dan perawat memiliki respon lama. Tema 6:
Dukungan perawat terhadap pasien kanker. Tema ini dibentuk dari sub-sub
spiritual. Tema 7: Suasana lingkungan kamar pasien. Tema ini dibentuk dari
sub-sub tema kebersihan kamar, privasi pasien, cahaya kamar, dan suhu ruangan.
dibentuk dari sub-sub tema keterlibatan keluarga dalam bagian administrasi dan
kanker. Tema ini dibentuk dari sub-sub tema harapan untuk pelayanan
medis.
Tema-tema yang dihasilkan dari penelitian ini dibahas secara terpisah, namun
tema-tema tersebut saling berhubungan satu sama lain yang menjelaskan tentang
pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat menurut teori Watson
46
1. Tema 1: Nilai-nilai humanistic-altruistik perawat
disenangi oleh pasien tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pasien merasa
sebagai berikut:
“…Yaa, langsung nama saja. Saya disini kan anggota militer jadi saya suka
dipanggil pakai nama samaran hehehe (sambil tertawa)…..” (P4).
menyatkan bahwa perawat sabar dan hormat kepada pasien saat pasien
berikut:
“.. ya biasa perawatnya sabarji kak, tapi begitumi biasa lama sekali kasih
perawatannya….”(P1)
47
“… ya biasa langsung ditanya sama perawatnya… biasa juga dia sabar
dengarkan keluhan saya.. meskipun saya jarang ngeluh.. hehehe” (P4)
membutuhkan. Hal ini dapat diketahui dengan adanya keluhan pasien yang
infusnya habis, namun tidak segera ditangani oleh perawat, selain itu ada
juga yang terkadang mengeluh nyeri namun perawat tidak langsung datang
“….perawatnya biasa suruh tunggu dulu.. yang dikasih duluan itu kak
pasien-pasien yang kayak maumi kayaknya mati…”(P1)
“….saya pernah itu dek rasa sakit sekali,,, tapi biasa perawatnya tidak
datang-datang.. justru disuruh tunggu dokter..” (P2)
“…
3. Senang dipanggil
48
seperti “Ibu J, atau
Bapak C”
2. Sabar pasien
mati membutuhkan
perawat tidak
datang-datang
Tema ini dibentuk dari sub-sub tema menjelaskan tentang tindakan yang
49
menyatakan bahwa perawat belum menjelaskan tentang tindakan yang
“… Iya dikasih tauji.. umpama mau disuntik bilang… “ini untuk tidak
kasih muntah-muntah di’ pak?.. begitu ji biasa langsung nabilang
perawatnya..” (P6)
“… Tidak dijelaskan sih,, Saya juga kan naknya lamami juga .. sudah
ditaumi semuanya.. jadi ndak dijelaskan lagi kalau obat.. tapi kalau
tindakan ya dikasih tau… disapa dulu..”
b. Kesadaran perawat untuk memperkenalkan diri kepada pasien
hanya kenal muka, tidak dengan nama perawat tersebut. Selain itu ada
50
beberapa partisipan yang menyatakan bahwa perawat memperkenalkan
diri pada saat kontak awal dengan pasien dan pada saat pergantian shift.
“… iyaa.. dia biasa perkenalkan dirinya, biasa dia bilang “ saya tugas
pagi.. saya tugas malam”… kayak begitu kak…” (P3)
“…. Anuu.. apa… kalau anuu ee.. saya yang bertanya dulu sama
perawatnya baru dikasih tau,, atau biasa bapak yang bertanya baru
dikasih tau. Kayak ini baru-baru dikasih tau kalau mau transfuse darah
nanti.. trus dikasih informasi katanya nanti dua hari baru kemo…” (P1)
“…Biasa juga ditanya pi baruki mau dikasih tahu. Biasa juga dokter yang
Tanya langsung. Yah kadang-kadanglah.. Perawatnya kasih tahu secara
51
baik dan sopan juga. Misalnya perawat datang, bertanya tentang keluhan
kita. Terus ditulis. Habis itu, selang sebentar, datang sudah obatnya
dikasih bilang “ni obatnya diminum yah jam sekian:. Biarpun tengah
malam, saya dikasih bangun dan disuruh minum obat. Jadi misalnya kalau
saya bilang sakit, dia anu lagi itu bagaimana caranya supaya nda sakit
lagi saya rasa. Begitu kuliatlah…”(P2)
“… Ya.. tiap pagi perawat sama dokternya datang.. jadi dikasih tau..
kadang juga ditanyapi baru dikasih tau… tapi yaa.. kebanyakan dokternya
yang langsung sampaikan…” (P4)
3. Langsung ji
dikasih
4. Dilarang bertanya
sama perawatnya
5. Biasa dijelaskan ji
6. Dikasih tauji
52
7. Kalau obat, tidak
tindakan,
dijelaskan
diri untuk
3. Perkenalan kalau
ganti tugas
4. Tidak perkenalan
diri
3. Ndak pernah
dikasih tahu
53
4. Kebanyakan
diinformasikan
oleh dokter
5. Kadang perawat,
kadang dokter
yang
menginformasikan
Tema ini dibentuk dari sub-sub tema perawat peka terhadap perasaan pasien
sebagai berikut:
“… Iya.. perawatnya langsung tahu kalau saya lagi marah… biasa dia
bilang “janganki marah-marah ibu, waktunya minum obat sekarang
ibu…”.. yaa perawatnya langsung menghibur saya kalau begitu.. biasa
kalau saya buang muka perawat nya bilang.. “ aih ibu, semangat bu” “Ibu
ini, janganki monyong ibu”.. ya begitu deh…” (P2)
“Iyya kak.. peka ji kalau perawat laki-laki, karena dia yang selalu rawatka..
kayak natau sekalimi kak kalau sakitka bagaimana.. jadi pasti biasa
langsung datang, tapi kalau perempuannya tidak kak..” (P3)
54
“… Kalau saya kesakitan,, malahan kalau dokternya datang pagi, saya
langsung kasih tahu... Kalau saya kesakitan saya punya tersendiri
keunikan…Kadang saya berteriak.. kalau sudah berteriak itu, pasti
perawatnya bilang “pasti pak David itu yang berteriak..” (P5)
perlu diberitahu agar bisa tahu perasaan pasien. Pernyataan pasien sebagai
berikut:
“perawatnya biasa harus dikasih tahu kalau saya sakit… meskipun kadang
ditanya.. tapi kebanyakan harus dikasih tahu kak..” (P1)
“Menurut saya sih tidak peka…. Harus ngomong ya kan.. Perawatnya kan
juga gak ngurus satu orang.. banyak toh…” (P4)
“
Coding Subtema Tema
1. Perawat langsung Perawat peka terhadap Kepekaan perawat
2. Perawat langsung
lagi sakit
3. Perawat langsung
yang berteriak
55
1. Perawat harus Perawat tidak peka
peka pasien
bukan hanya 1
pasien yang
diurus
gestur positif.
“… Ndak pernah.. Disini itu perawatnya sama semua siapa siapa saja
pasiennya sama semua. Perawat dari unhas kesini yang disini sama saja
semuanya….” (P2)
56
“.. oohh… selama ini ya tidak pernah.. sama semua.. tapi yaa yang jutek
ada.. yang usil-usil ada.. soalnya saya kan susah disuntik.. hehee…” (P4)
“…Iya, dia dengar semua keluhannya yang baik-baik yang jelek-jelek. Dia
biasa bilang “terus terang saja kalau ada yang mau kita sampaikan”. Biasa
juga dia bilang “janganki tahan-tahan”. Kadang juga diwawancarai sama
perawat. Ditanya semua dari mula-mulanya kena itu penyakit sampainya
berapa lama. Dikasih tau semua saja…” (P2)
57
“…Jadi perawatnya perhatian sekali. Biasa juga saya lihat perawatnya
bimbing ibu nya untuk berdzikir, mengingat Tuhan, kasih semangat, begitu-
begitulah…”(P2)
“…kalau menurut saya sih perawatnya sudah peduli cuman yaa itu tadi,
lambat sekali pelayanannya. Kalau pasien meninggal cepet tuh datangnya,
kalau nggak yah gitu deh, obatnya terlambat datang…”(P4)
sebagai berikut:
“…Perawatnya itu biasanya kasih aku semangat toh kalau datangki kesini
ramah dan sopan sekali kalau bicara. Yang begitu yang aku anu kasih
tambah lagi semangatku. Jadi saya senang. Biasa juga perawatnya main-
main sama saya. Iya, kalau antar obat apa’…” (P2)
“…: Baik, ramahki caranya bicara toh, sopan, biasa juga kalau mau
lakukan tindakan natutupi semua ini (sambil menunjuk sampiran)…” (P3)
“…. Sopan satunnya, salam sapanyaa. Kan 5 S gitu yah. Tapi yang saya
lihat, biasanya kalau kami panggil kan misalnya ganti cairan, kadang lama
dia baru muncul. Yang namanya pasien kan harus diperhatikan…” (P5)
58
“… Sama seperti kita bertanyaa, ee artinya biasa-biasa kan.. sopan,
ramah.. yaaa kan ada biasa perawat yang apa istilahnya “masseke’ seke’
bahasa ugina (tergesa-gesa), tapi disini tidak…” (P6)
“…semua baik ji… semua baik.. kalau apa yang kita eee… tanyakan ,
dikasih lebih detail.. dijelaskan ji semuanya.. tidak ada masalahji semua..
Kalau khusus untuk perawatnya ooo sopan.. ramah.. baik..itu saja
kayaknya…” (P8)
“…Ya itu kalau mau lakukan tindakan sama kalau saya yang panggil baru
datang kesini… nda saya hitungmi juga itu.. 3x kayaknya...” (P6)
“…Iyee.. rutin ji.. biasa datang sendiri.. biasa dipanggilpi.. tapi nda biasa
saya hitung berapa kali masuknya… 4x mungkin..” (P8)
“…Kalau jam-jam antar obat baru masuk.. biasanya juga masuk kesini
kalau mau tensi.. tapi kalau untuk yang lain-lain jarang kak…” (P3)
59
Coding Subtema Tema
1. Tidak pernah Tidak membeda- Bentuk sikap
3. Pelayanan sama
saja
4. Semuanya
disamakan
5. Perawat tidak
membeda-
bedakan
2. Biasanya
didengarkan
semua
3. Didengarkan
semuanya
60
2. Hanya perawat
laki-laki yang
peduli
masih lambat
perawat langsung
datang
3. 5S
4. Tidak tergesa-
gesa
baik
2. Dipanggil /
lakukan tindakan
baru datang, 3x
kayaknya
61
3. Datang
sendiri/dipanggil,
4x
obat/tensi
Tema ini dibentuk dari sub-sub tema perawat memiliki respon cepat, dan
sebagai berikut:
“… Biasa cepat biasa disuruh tunggu… tapi eee biasanya cepat ji datang..
apalagi kalau dia taumi kalau saya yang sakit.. kan saya yang paling lama
disini.. jadi mungkin perawatnya juga kenalmi sama saya…” (P6)
62
“eee tidak kak. Biasanya agak lama sebenarnya kalau kita tidak melapor.
Jadi saat saya kesakitan begitu, penanganannya agak lama. Yah, mungkin
masih urus pasien yang lain. Eeh, biasa kalau ehhh, waktu pertama kali
kesakitan, di kasih obatnya agak lama. Responnya juga lama. Pernah dulu
nda ada dokter, jadi biasa disuruh sama perawat menunggu dulu menunggu
dulu. Yah, jadi ditahan-tahan mami sakitnya…” (P1)
“….Kalau ada diminta langsungji bergerak ada juga yang bilang “tunggu
tunggu tunggu”(mencoba mempraktikkan) saja. Itumi yang kurang yang
nasuruhki menunggu lama. Biasa dia bilang “tunggu dulu tunggu dulu”
tapi inikan curhat saja kan berapa kalima masuk disini dengan di eee
kamar tiga kemarin lainki rasanya, perawatannya di kamar lima dengan
kamar disini, kalau di kamar lima baik-baik semua maupun perawat
maupun yang diatasnya perawat toh. Kalau disini saya rasa kayak kurang
seperti itu…. Karena kalau eee eee atas anunya toh pesan eee infusnya mau
diganti eh tunggu tunggu dulu. Bagaimana ini sampai kapan kita mau
menunggu? Sampai kapanki mau disuruh menunggu? Biasa tidak cepat
pelayanannya tapi kalau di kamar lima tidak bisa yang satu perawat yang
satunya bergerak. Kalau disini perawat perawat perempuannya biasa
suruh tunggu tunggu dulu, perawat laki-laki. Jadi biasa kodong itu kucari-
cari itu perawatnya pernah maluka juga kasi tahu lagi bagus pelayannya
di kamar sebelumnya daripada disini padahal sama ruanganji, kenapa bisa
begitu di’? kenapa perawat perempuannya bilang cari perawat laki-laki na
sedangkan sama….” (P3)
“…Kalau menurut saya sih lambat. Soalnya kan banyak pasien. Kalau sakit
sekali ya cepet. Biasanya disuruh tunggu, kalau pasiennya dia lihat masih
bisa tahan tahan dulu yah suruh tunggu tapi kalau gawat dia lihat, baru
cepet ditanganinnya. Nanti kalau sudah bener-bener kesakitan dia lihat,
baru dia datang. Jadi kalau pasien ada yang meninggal gara-gara
kesakitan dan terlambat obatnya kira-kira itu salah siapa? Perawatnya
atau pasiennya? Soalnya sering seperti itu mba…” (P4)
“…Biasanya responnya perawat dia bilang “tunggu”. Dalam arti kata kan
mungkin lagi ada dia kerja, jadi disuruh tunggu entakah juniornya ataukah
siapakah. Biasa pada saat disana banyak orang (perawat) biasa langsung
ada 1 orang yang ikut, tapi kalo sendiri biasanya dicarikan dulu, tapi yah
tetap lama….”(P5)
63
“…kadang anu.. kadang langsung datang.. kadang menunggu hingga
setengah jam,,, sepuluh menit,, paling lama setengah jam lah, 30
menit….Pernah disuruh ganti sesuatu,,ee lama datangnya,,, cuman karna
kita mungkin pasien toh artinya tidak datang langsung, disuruh tunggu
saja.. kalau memang sudah kelebihan (kelewatan), artinya kita datang
langsung saja disana complain….” (P8)
“Ooh kalau itu ya yang lain biasa disuruh, kayak itu tadi kebetulan perawat
yang jaga disini tidak ada, dan yang lewat perawat sebelah jadi saya minta
tolong Bapak suruh panggil perawat yang di sebelah saja. Tapi biasa juga,
disuruh tunggu baru dikasih tau Bapak bilang tolong kasih turun itu kunci
infusnya supaya nda lari darahnya…” (`P7)
datang
menunggu
3. Lelah menunggu
4. Lambat
5. Lama
64
6. Ditunggu
setengah jam
“..Kalau disini ndak pernah tapi waktu di kamar lima sering. Itu biasa
dibilang semangat, sabarki…” (P3)
65
“…Kayak apa di’?.. kayak itu saja..pujian-pujian begitu artinya ya supaya
semangat toh.. terus biasa juga kasih semangat.. cuman yaa dia bertanya-
bertanya saja.. artinya diaa.. ya kasih bercanda-bercanda saja…” (P8)
b. Pemberian dukungan berupa kegiatan spiritual
“…Ada yang disitu kemarin (sambil menunjuk bed di depannya) dikasih tau
katanya “sabar, kembalikan semuanya sama Tuhan, banyak-banyak saja
berdoa” tapi kalau saya yah Alhamdulillah belum pernah. Semoga jangan
deh..” (P4)
“…Aii tidak pernah ka ditanya begitu, tidak pernah itu perawatnya bilang
eee “banyak-banyak berdoa, ingatki Tuhan”, biasa dokterji yang bilang…
“(P6)
“…Ooo.. banyak… biasa perawat yang kasih tauka’, bahkan dokter juga..
ya dia bilang “banyak-banyakki berdoa, serahkan sama Yang Di Atas
supaya dilancarkan semua segala hambatannya”.. pernah juga dia bilang
“kembalikanmi saja semuanya sama Tuhan..” (P8)
66
Coding Subtema Tema
1. Jangan patah Pemberian dukungan Dukungan perawat
menghadapi
penyakit
3. Disuruh untuk
bersabar
4. Sering diberi
motivasi
5. Diminta untuk
sabar
6. Diberi pujian
supaya bisa
semangat
Tuhan
3. Banyak-banyak
berdoa
67
4. Mengingat Tuhan
5. Serahkan pada
Yang Di Atas
6. Dibimbing
berdzikir
Tema ini dibentuk dari sub-sub tema kebersihan kamar, privasi pasien,
a. Kebersihan Kamar
“…kamarnya bersih kak.. tiap hari selalu ada yang datang bersihkan…”
(P1)
68
“.. kalau suasana lingkungannya sih bersih, ramai, itu aja yaa. Cleaning
servicenya rajin..” (P5)
b. Cahaya Kamar
menyatakan cahaya kamar cukup baik dan otomatis mati di malam hari
berikut:
c. Suhu ruangan
“yaa… anu sih kayaknya.. karna nda angin masuk.. jadinya panas kak..
malam dan siang disini panas juga jadi kadang gerah..”(P1)
“.. disini panas kalau tidak ada kipas, makanya saya beli kipas sendiri…”
(P2)
69
“… Kalau disini tidak panas ji karena sudah ada angin dari luar tapi
mungkin akan bagus lagi kalau ada kipasnya…”(P3)
“… Yaa. Seperti kamar biasa.. cuma itu yaaa sering panas…” (P8)
“Ya bagus, tapi itu saja panas sekali, jadi bawa sendiri kipas angin…” (P6)
“.. iyaa ini kainnya (sampiran) ditutup dulu sama perawat, kalau misalnya
ada yang lubang atau tertutupi , biasanya penjaganya yang disuruh sama
perawat berdiri supaya tidak ada yang lihat…. (P2)
“…ditutup, biasa saya yang langsung tutup kalau saya lihat sudah mau
dilakukan tindakan, biasa juga perawatnya yang lakukan. Tapi tidak
pernah kalau perawatnya nda ada ji yang mau nalakukan.. atau kayak tidak
adaji yang mau dia tangani, kecuali kalau saya mau buang air kecil, yaa
ditutup…” (P7)
70
Coding Subtema Tema
1. Kamarnya bersih Kebersihan Kamar Suasana lingkungan
dibersihkan lagi
3. Bersihji, hanya
WCnya saja
bersihkan
5. Lingkungannya
bersih
6. Tiap hari
dibersihkan
7. Kebersihannya
bagus
otomatis
2. Kalau malam
tidurnya nyaman
3. Cahayanya bagus
71
1. Angin tidak Suhu ruangan
masuk
ada kipas
dekat jendela
4. Gerah
5. Sering panas
6. Panas sekali
7. Selalu panas
2. Kainnya ditutup
3. Ditutup dulu
sampiran
4. Perawat yang
tutup
5. Langsung ditutup
6. Sampirannya
ditutup
kecil, ditutup
72
8. Kalau tensi tidak
ditutup
Tema ini dibentuk dari sub-sub tema keterlibatan keluarga dalam bagian
a. Bagian Administrasi
“.. Biasa disuruh untuk urus administrasi begitu,, kayak BPJS,, begitu-
begitulah pokoknya…” (P5)
sebagai berikut:
“…Ya itu saja, selebihnya tidak pernah lagi dilibatkan. Mungkin yah
disuruh ambil obat. Itu saja..” (P4)
73
“Iya, ini semua (sambil menunjuk sampiran) ditutup sama perawat, kalau
misalnya ada yang lubang atau tidak tertutupi, biasa penjaganya yang
disuruh sama perawat berdiri supaya tidak ada yang lihat..” (P2)
sampah
3. Tutup sampiran
Tema ini dibentuk dari sub-sub tema harapan untuk pelayanan keperawatan,
berikut:
“..Iyya kalau bisa pelayanannya lebih baik lah. Ditingkatkan, jangan sering
sekali bilang tunggu” (P3)
“..Kalau bisa perawatnya lebih cepet, lebih sensitif pokoknya. Kalau cuman
dilihat mata saja kan sudah tahu yang ini kesakitan yang mana yang lebih
butuh. Jadi lebih sensitiflah..” (P4)
74
“..Kalau harapan saya ke depannya, kalau memang ada, maksudnya kalau
ada hasil lab, kita kan juga mau tahu. Kalau disini jarang dikasih tahu.
Harus kita terus yang bertanya duluan. Kayak kemarin kan, saya tanya
“Mba hasil Hbnya sudah keluar belum?”, trus perawatnya bilang “belum
pak”. Beberapa hari kemudian saya tanya sudah keluar mba?. Perawatnya
bilang oh iya pak. Jadi yang kami harapkan entahkah itu pemeriksaan
laboratorium ataukah foto ronsen, mohon dijelaskan apa saja maksudnya
dan tujuannya apa. Kalau memang ada yang mau diperbaiki tolong
sampaikan misalnya jangan konsumsi ini. Jadi sampaikan saja..” (P5)
“..Kalau disini tidak panas ji karena sudah ada angin dari luar tapi
mungkin akan bagus lagi kalau ada kipas anginnya..” (P1)
“Harapannya sih ada kipas angin di setiap ruangan. Namanya juga pasien
pasti ada yang gerah kan.” (P5)
“Kalau disini tidak panas ji karena sudah ada angin dari luar tapi mungkin
akan bagus lagi kalau ada kipas anginnya” (P3)
75
c. Harapan dalam pengobatan medis
kalau pasien
burtuh sesuatu
5. Lebih
ditingkatkan
angin pendukung
tiap ruangannya
76
3. Lebih bagus jika
buat pasien
sembuh
2. Semoga perawat
mengobati
penyakitku
Tema ini terdiri dari satu subtema yaitu mengajarkan pasien dan keluarga
“Yah, biasa juga Bapaknya saya lihat diajarkan bilang kalau misalnya saya
gelisah, nanti bapak bisa bantu misalnya kasih miring-miring badannya
supaya enak-enak dirasa. Kalau misalnya kesakitan, disuruh untuk tarek
napas, biasa bapak ji yang lakukan supaya tidak terasa lagi sakitnya” (P2)
77
“Kalo kami kayak militer ini biasa nda diajar-ajar sama perawatnya.
Kalaupun ada ya paling yang senior-senior saja. Biasa ya soal demam saja
sih. Katanya kalau masih panas, disuruh kompres air biasa saja” (P4)
“yaaa itumi tadi, seumpama kalau infusnya habis dan perawat tidak
sempat, diajari Bapaknya untuk kunciki supaya tidak lari darahnya sambil
menunggu perawat datang.” (P7)
“Kalau untuk kasih mandiri saya juga tidak tahu, tapi biasa kalau perut
saya sakit, kadang perawatnya bilang, perbanyak jalan, sudahnya kita
lihat kan kaki saya sudah bengkak, mungkin pengaruh karna tidak pernah
dipakai jalan. Biasa disuruh jalan sama perawatnya. Saya kan perut bagian
kiri yang tumor, kadang disampaikan jangan terlalu tidur terus, kadang
agak miring. Miring ke kanan. Biasa juga saya sendiri, kadang miring
kanan atau cari posisi yang nyamanlah. Asal jangan tengkurap” (P5)
kompres kalau
demam
3. Infus habis,
diajarkan untuk
mengunci infus
4. Diajarkan untuk
bergerak-bergerak
78
sedikit asal tidak
tengkurap
B. Pembahasan
C. Keterbatasan Penelitian
79
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam riset
Betsy, L. L., Sarah, S. L., & Peggy, H. C. (2013). Understanding Watson's caring model
in the self management program for chronic heart failure patient. Macau
Cahyani, E. (2017). Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat depresi pada
Childs, A. (2006). The complex gastrointestinal patient and Jean Watson's theory of
Number 4, 283-288.
Nomor 1, 48-53.
Dedi, B., Setyowati, & Afiyanti, Y. (2008). Perilaku caring perawat pelaksana di
80
Departemen Kesehatan (Depkes). (2013). Diakses di
http://depkes.go.id/resource/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
Dewi, G. T., & Hendrati, L. Y. (2015). Analisis risiko kanker payudara berdasarkan
Epidemiologi, 12-23.
Harsal, A., & Rachman, A. (2016). Mengenal lebih dalam tentang kanker. Jakarta:
Hubert-William, N. J., et al. (2017). The cancer care experiences of gay, lesbian and
Ilkafah, & Harniah. (2017). Perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang
Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan. 2011. Jakarta. Komisi Nasional Etik
Lake, E. T., Germack, H. D., & Viscadi, M. K. (2016). Missed nursing care is linked
Journal, 535-543.
81
Liu, J. E., Mok, E., & Wong, T. (2006). Caring in nursing: Investigating the meaning
Lubis, N. L. (2009). Dukungan sosial pada pasien kanker, perlukah? Medan: USU
Press.
Marilyn, S. C., & Marilyn, P. E. (2015). Nursing theory and nursing practice 4th
McKay, P., Rajacich, D., & Rosenbaum, J. (2002). Enhancing palliative care through
Nantsupawat, A., & et al. (2015). Nurse burnout, nurse-reported quality of care, and
Pajnkihar, M., Stiglic, G., & Vrbnjak, D. (2017). The concept of Watson's carative
factors in nursing and their (is)harmony with patient satisfaction. Peer Journal,
1-16.
82
Petersen, C. L. (2013). Spiritual care of the child with cancer at the end of life; A
Medika.
Rahayu. D. A., & Nurhidayanti. T. (2017). Penilaian terhadap stressor & sumber
www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskeskesdas%2020
Salsabilah, N., & Wahyuni, S. (2014). Pengaruh komunikasi dan perilaku perawat
3, 350-355.
Santi, S. M. P. L., & Sulastri. (2010). Gambaran fisik dan psikologis klien dengan
Surakarta.
83
Sudarta, I. W. (2015). Penerapan teori model dalam pelayanan keperawatan.
Alfabeta.
Sun, Y., & et al. (2013). Human care theory and influences on the life quality index of
Suroso, J., & et al. (2015). Top ten caring needs of emergency departement patients in
Tim Cancer Helps. (2010). Stop kanker. Jakarta Selatan: AgroMedia Pustaka.
Tomey, A., & Alligood, M. (2006). Nursing theorists and their work: Six Edition.
https://www.watsoncaringscience.org/files/Cohort%206/watsons-theory-of-
human-caring-core-concepts-and-evolution-to-caritas-processes-handout.pdf
Watson, J., & Sitzman, K. (2014). Caring science, mindful practice: Implementing
84
World Health Organization (2009). Cancer. Diakses di halaman
85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Kepada
Di-
Tempat
Dengan hormat,
NIM : C12114310
Judul : Pengalaman Pasien KankeR tentang Perilaku Caring Perawat Menurut Teori
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman pasien kanket tentang perilaku
wawancara yang peneliti lakukan sesuai dengan pendapat saudara(i) tanpa dipengaruhi
orang lain. Partisipasi saudara(i) dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas
86
menerima ataupun menolak sebagai partisipan tanpa ada sanksi apapun. Peneliti
ilmu keperawatan. Atas kesediaan dan kerjasama, peneliti ucapkan terima kasih.
Peneliti
87
Lampiran 2
Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud, tujuan, dan manfaat
NIM : C12114310
Judul : Pengalaman Pasien Kanker tentang Perilaku Caring Perawat Menurut Teori
Dengan ini saya menyatakan bersedia atau tidak keberatan untuk menjadi
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa paksaan
Partisipan
(…………………..)
88
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
Inisial Partisipan :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
ruang rawat inap untuk mengetahui caring yang dibutuhkan oleh pasien dengan
berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya tidak akan mencantumkan nama dan
alamat bapak dan ibu dalam penelitian ini dan saya akan menggantinya dengan
89
bagaimana pengalaman bapak/ibu sebagai penerima perilaku caring perawat di
ruangan ini? Kita akan berdiskusi 40-60 menit dan ruangan yang kita
respon perawat?
anda?
90