Вы находитесь на странице: 1из 99

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah subhana wa ta’ala atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengalaman Pasien Kanker tentang Perilaku Caring Perawat Menurut Teori Watson

di Ruang RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”, yang merupakan persyaratan

akademis guna memperoleh gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad

shallallahu’alaihi wa sallam yang menjadi suri tauladan terbaik manusia sehingga

hingga saat ini nilai-nilai kehidupan dan ilmu bisa tersampaikan pada diri peneliti yang

menjadi pedoman peneliti untuk menjalankan Proposal sampai dengan Skripsi dari

awal hingga akhir.

Penyusunan skripsi ini tentunya menuai banyak hambatan dan kesulitan sejak

awal hingga akhir penyusunan skripsi ini. Namun berkat bimbingan, bantuan, dan

kerjasama dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang dihadapi peneliti

dapat diatasi. Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

i
1. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

2. Rini Rachmawaty, S.Kep., Ns., MN., Ph.D selaku pembimbing satu yang selalu

sabar dan senantiasa memberikan masukan dan arahan-arahan dalam

penyempurnaan penyusunan skripsi ini.

3. Ilkafah S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing dua yang juga selalu sabar dan

memberikan arahan-arahan dalam penyempurnaan penyusunan Skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes dan Nurmaulid S.Kep., Ns., M.Kep selaku

tim penguji yang akan menyempurnakan hasil skripsi ini.

5. Orangtua saya, ayah H.Daming dan ibu Hj.Rosi serta kakak-kakak saya Kakak Itha

Kakak Acciz, Kakak Heri dan Kakak Yulis yang senantiasa mendo’akan serta

memberikan dukungan baik berupa dukungan moril maupun dukungan materi demi

kelancaran segala kebutuhan saya.

6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

Universitas Hasanuddin Makassar

7. Sahabat Until Jannah saya, Swastika Fadia Amalina, Fadhilatul Mar’ah, Ilham Adi

Pitra, Nur Rahma dan Siti Nastiti Deviyana yang senantiasa memberikan semangat

untuk terus berusaha dan berikhtiar agar kami bisa sama-sama wisuda.

8. Muhammad Rahmatullah R, selaku orang terdekat yang senantiasa menemani,

membantu, memberi semangat dan menginspirasi saya untuk tetap mengerjakan

skripsi ini.

ii
9. CRAN14L, teman seperjuangan sejak tahun 2014 terima kasih atas kebersamaan,

dukungan, bantuan, motivasi, dan bantuannya kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman KKN PK Angkatan 53 (Zulkarnain, Riska Ade Irma, Yunita Feby

Ramadhany, Suryani Meisi, Marlina, Nurwulandari, Indrah Purnama Wati dan Ave

Winy Paysei) atas dukungan, dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Seluruh partisipan yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk

menceritakan tentang pengalaman selama dirawat, serta pihak rumah sakit yang

telah memberikan bantuannya kepada peneliti

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya yang telah memberikan

bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan hasil

penelitian ini tentu masih terdapat berbagai kekurangan, untuk itu peneliti sangat

mengharapkan kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan

hasil penelitian ini. Akhir kata mohon maaf atas segala salah dan khilaf skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah

disisi-Nya, amin.

Makassar, Oktober 2017

Indah Gita Cahyani

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii

DAFTAR BAGAN .................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 11

A. Tinjauan tentang Caring Menurut Jean Watson ........................................ 12

B. Tinjauan Tentang Kanker ............................................................................. 22

1. Definisi ......................................................................................................... 22

2. Etiologi ......................................................................................................... 23

3. Gejala Kanker ............................................................................................. 25

iv
4. Perilaku caring perawat bagi Pasien Kanker .......................................... 26

C. Kerangka Teori ............................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 31

A. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................... 31

1. Tempat Penelitian ....................................................................................... 31

2. Waktu Penelitian ........................................................................................ 32

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 32

1. Populasi ....................................................................................................... 32

2. Sampel ......................................................................................................... 32

3. Kriteria Partisipan ..................................................................................... 33

D. Alur Penelitian ................................................................................................ 34

E. Pengumpulan Data ......................................................................................... 35

1. Instrumen Penelitian .................................................................................. 35

2. Metode Pengambilan Data ........................................................................ 35

F. Analisis Data ................................................................................................... 36

G. Keabsahan Data .............................................................................................. 37

H. Etik Penelitian ................................................................................................. 39

v
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................... 86

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1………………………………………………………………………….28

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1………………………..………………………………………………34

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN


Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN
Lampiran 3 PEDOMAN WAWANCARA

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asean Free Trade Area (AFTA) menjadi peluang dan tantangan untuk seluruh

pekerjaan, termasuk tenaga kesehatan. Akibatnya, rumah sakit sebagai institusi

pelayanan kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan

terjangkau bagi seluruh masyarakat. Kualitas suatu rumah sakit berhubungan

dengan proses perawatan yang diberikan oleh perawat. Hal tersebut dibuktikan

dengan persentase perawat di rumah sakit berkisar antara 40 hingga 60 persen

dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, kualitas pelayanan

sangat ditentukan oleh kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

Perilaku caring menjadi hal inti dalam pemberian asuhan keperawatan kepada

pasien (Suroso & et al, 2015).

Kualitas pelayanan rumah sakit yang baik dapat dilihat dari tingkat kepuasan

pasien. Hasil penelitian Darmawan (2016) di RSUD Klungkung Bali menunjukkan

bahwa masih ditemukannya perawat yang tidak berperilaku caring sebanyak 48%

dan yang berperilaku caring sebanyak 52%. Hal tersebut menunjukkan bahwa

hampir setengah dari perawat di rumah sakit tersebut belum menerapkan perilaku

caring kepada pasien. Akibatnya, 59% pasien merasa tidak puas dengan perilaku

caring perawat.

1
Fenomena yang terjadi adalah masih banyaknya perawat yang belum

menerapkan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan. Lake,

Germack, & Viscadi (2016) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa salah

satu rumah sakit di Amerika memiliki level perilaku caring perawat yang masih

rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya aktivitas perawat yang sering

tidak dilakukan. Aktivitas perawat yang paling sering dilewatkan adalah

kenyamanan dalam hal berbicara dengan pasien. 47,6% responden berpendapat

bahwa perawat sangat jarang berbicara dengan pasien sehingga menimbulkan

ketidaknyamanan bagi pasien. Selain itu, 38,5% pasien berpendapat bahwa perawat

jarang memperbarui atau mengembangkan rencana keperawatan.

Hasil penelitian Dedi, Setyowati, & Afiyanti (2008) menjelaskan bahwa

perawat di salah satu Rumah Sakit Bandung belum memiliki caring yang baik. Hal

ini dibuktikan dengan adanya komunikasi teraupetik yang belum baik, karena

perawat di rumah sakit tersebut hanya diam saat membereskan tempat tidur, sedikit

berbicara suara pelan dan tanpa kontak mata yang akan berdampak pada

pencapaian keberhasilan dalam proses penyembuhan klien. Selain itu, didapatkan

pula sikap kurang tulus oleh perawat dalam melayani klien yang sedang

membutuhkan.

Caring perawat juga dapat mempengaruhi psikologis pasien di rumah sakit.

Cahyani (2017) menegaskan dalam hasil penelitiannya di RSUD Kabupaten

Semarang bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat

2
dengan tingkat depresi pada pasien dengan ulkus diabetikum. Hasil kuesioner

menunjukkan bahwa perilaku caring perawat yang baik berkomunikasi dengan

pasien dalam kategori tingkat depresi ringan sejumlah 14 pasien (94,3%). Hal ini

menunjukkan bahwa perilaku caring perawat yang baik akan berpengaruh dengan

tingkat depresi seseorang.

Nursalam (2014) menjelaskan bahwa caring dapat dijadikan sebagai upaya

untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan. Dampak dari

perawat yang tidak berperilaku caring adalah pasien bisa meninggal akibat

kelalaian perawat dalam menggunakan jarum suntik, bayi bisa meninggal akibat

kecerobohan perawat dan lain sebagainya. Hal ini didukung dengan penelitian

Nantsupawat & et al (2015) yang menjelaskan bahwa 16% perawat di Rumah

Sakit Thailand memiliki kualitas caring yang rendah sehingga meningkatkan

kejadian pasien jatuh sebanyak 30%, 47% kejadian kesalahan pengobatan dan 32%

kejadian infeksi.

Pasien palliative care, seperti kanker adalah salah satu pasien yang memerlukan

sikap caring dari perawat. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Liu, Mok, & Wong

(2006) yang menjelaskan bahwa pasien kanker membutuhkan perawat yang

memiliki caring dan perawat tersebut akan disebut caring apabila perawat tersebut

memiliki sikap empati, memberikan dukungan emosional seperti menyemangati

pasien kanker tersebut saat kemoterapi dan menciptakan lingkungan yang

bersahabat dan mendukung. Namun, perilaku caring perawat masih kurang

3
khususnya pada pasien kanker. Hasil penelitian Hubert-Williams, et al (2017)

menjelaskan bahwa beberapa pasien kanker yang transgender mengeluh tidak puas

terhadap interaksi yang diberikan perawat dan perawat berbicara di depan mereka

seolah-olah pasien tersebut tidak berada di tempat yang sama.

Teori Watson merupakan teori caring yang sangat sesuai untuk diterapkan

kepada pasien kanker. McKay, Rajacich, & Rosenbaum (2002) dalam hasil

penelitiannya tentang penerapan konsep caring Watson menjelaskan bahwa

mengimplementasikan 10 faktor karatif dari Watson sangat sesuai dengan

perawatan pasien palliative care. 10 Faktor tersebut memungkinkan perawat untuk

dapat lebih memenuhi kebutuhan pasien-pasien terminal dan keluarga pasien

tersebut. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Sun & et al (2013) bahwa

dengan pemberian intervensi 10 faktor karatif Watson akan meningkatkan kualitas

hidup dan indeks kebahagiaan pasien kanker.

Childs (2006) juga menjelaskan bahwa 10 faktor karatif Watson akan mampu

menjadi panduan untuk perawat dalam menangani pasien kanker usus secara

holistik dengan memberikan terapi yang dibutuhkan serta memadukan ilmu

pengetahuan dan seni praktek keperawatan. Dengan mengaplikasikan teori caring

Watson, maka akan memberi perawat kesempatan untuk mendukung pasien secara

holistik sehingga pasien akan menerima perawatan terbaik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa 10 faktor karatif Watson dapat diterapkan pada pasien-pasien

palliative care seperti kanker.

4
Theory of Human Caring Watson menunjukkan bahwa caring merupakan cita-

cita moral keperawatan yang pada akhirnya akan memberikan perlindungan,

peningkatan dan kelestarian martabat manusia. Dalam teori Watson, dikemukakan

tentang 10 faktor karatif yang merupakan inti dari caring. Watson kemudian

mengembangkan 10 faktor karatif tersebut menjadi 10 proses karitas yang lebih

konsisten. Dengan menerapkan 10 proses karitas dalam caring tersebut, maka akan

memudahkan dalam proses penyembuhan, penghargaan, keutuhan dan

berkontribusi terhadap evolusi kemanusiaan (Pajnkihar, Stiglic, & Vrbnjak, 2017).

Saat ini, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar merupakan rumah sakit

rujukan berbagai kasus penyakit, termasuk kanker. Selain itu, Rumah Sakit

Wahidin Sudirhusodo merupakan salah satu dari lima rumah sakit yang

melaksanakan perawatan paliatif untuk pasien kanker (Ilkafah & Harniah, 2017).

Namun, beberapa pasien masih sering mengeluhkan sikap caring perawat

khususnya di ruang Lontara 1 yang menjadi ruang rawat inap bagi pasien penyakit

dalam. Salsabilah & Wahyuni (2014) menjelaskan bahwa banyak perawat yang

tidak memberikan komunikasi yang baik terhadap pasien sehingga pasien merasa

tidak memahami apa yang dijelaskan. Selain itu, perawat dianggap belum mampu

membina hubungan saling percaya terhadap pasien sehingga menghambat kerja

perawat dalam perawatan pasien.

Peneliti merasa perlu diketahui perilaku caring perawat pada pasien kanker

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Berdasarkan fenomena tersebut,

5
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengalaman Pasien

Kanker tentang Perilaku Caring Perawat Menurut Teori Watson di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Caring merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang

perawat berkaitan dengan perannya sebagai care-giver. Selain itu, perawat dituntut

untuk tetap melaksanakan asuhan keperawatan dengan menempatkan caring di

dalamnya agar klien atau pasien mampu menerima haknya sebagai penerima

pelayanan kesehatan. Perawat harus mampu mengembangkan hubungan saling

percaya melalui caring dengan pasien. Adriana (2010) dalam Mulyaningsih (2013)

menjelaskan dalam hasil penelitiannya bahwa hampir setengah dari perawat belum

berperilaku caring menurut pandangan dari pasien yang dirawat, terutama

kemampuan komunikasi perawat dengan pasien. Perawat yang mampu melakukan

komunikasi teraupetik dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien. Hal

ini sesuai dengan salah satu faktor caratif caring dari Watson. Beberapa perawat di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar masih kurang dalam menerapkan

perilaku caring. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa keluhan baik dari

pasien maupun keluarga pasien terhadap pelayanan yang diberikan perawat selama

di ruang perawatan. Salsabilah & Wahyuni (2014) menjelaskan bahwa beberapa

keluhan seperti ketidaknyamanan dalam berkomunikasi dengan perawat sehingga

pasien dan keluarganya tidak dapat memahami penjelasan perawat dengan jelas

6
serta perilaku perawat yang belum bisa membina hubungan saling percaya dengan

pasien sehingga dapat menghambat perawatan pasien. Hal tersebut akan

berdampak buruk tehadap mutu pelayanan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, khususnya tenaga kerja perawat. Berdasarkan uraian diatas tentang

pentingnya caring seorang perawat, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut: Bagaimana pengalaman pasien kanker tentang perilaku caring

perawat menurut Teori Watson di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum:

Mengetahui pengalaman pasien kanker tentang perilaku caring perawat

menurut teori Watson di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin

Sudirohusodo.

Tujuan khusus:

1. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Humanistic-Altruistic Values di ruang perawatan

Lontara 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

2. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Enabling Faith and Hope di ruang perawatan Lontara

1 Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

7
3. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Cultivation of Sensitivity to one’s self and other di

ruang perawatan Lontara 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

4. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Development of helping-trusting, human caring

relationship di ruang perawatan Lontara 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

5. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Promotion and Acceptance of expression of positive

and negative feelings di ruang perawatan Lontara 1 Rumah Sakit Umum

Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

6. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Systematic use of the scientific problem solving

method of decision making di ruang perawatan Lontara 1 Rumah Sakit

Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

7. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Promotion of transpersonal teaching-learning di

ruang perawatan Lontara 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

8. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Provision for a supportive, protective, and / or

8
corrective mental, social, spiritual environment di ruang perawatan Lontara

1 Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

9. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Assistance with gratification of human needs di ruang

perawatan Lontara 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

10. Mengetahui pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat

menurut teori Watson: Allowance for existential-phenomenological spiritual

dimension di ruang perawatan Lontara 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan ilmu

pengetahuan dan bahan referensi serta bahan evaluasi khususnya dalam hal

perilaku caring perawat terhadap pasien kanker yang ada di instalasi rawat inap,

sehingga dapat menjadi acuan dan tolak ukur untuk rumah sakit lainnya di

bidang pelayanan keperawatan. Selain itu, diharapkan hasil dari penelitian ini

dapat menjadi bahan kajian tambahan pada kurikulum dan data awal untuk

penelitian kualitatif berikutnya.

9
2. Manfaat Aplikatif

Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan

untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang ilmu keperawatan

khususnya bagi perawat yang ada di ruang rawat inap untuk lebih meningkatkan

pengetahuan dan perilaku caring kepada pasien. Selain itu, diharapkan

penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk pembuatan modul dan pengadaan

pelatihan bagi perawat khususnya di ruang rawat inap dengan pasien kanker.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Teori caring Watson (1979) dikenal dengan Theory of Human Caring. Teori ini

menjelaskan bahwa caring adalah jenis transaksi atau hubungan yang diperlukan antara

pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk meningkatkan serta melindungi

pasien sebagai manusia, sehingga mampu untuk mempercepat proses penyembuhan.

Watson berpendapat bahwa fokus utama dalam praktek keperawatan terletak pada

faktor karatif. Watson meyakini bahwa sepuluh fakor karatif diperlukan oleh seorang

perawat untuk dijadikan dasar yang kokoh untuk membentuk Science of Caring (Potter

& Perry, 2009).

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teori caring Watson dengan

pertimbangan bahwa inti dari teori caring Watson adalah menyembuhkan seorang

pasien dengan menciptakan lingkungan penyembuhan yang penuh perhatian dan teori

caring Watson merupakan sebuah teori yang fokus pada perawatan spiritual dan

holistik bagi pasien. Selain itu, teori Caring Watson memiliki 10 faktor karatif yang

telah dijelaskan dengan 10 faktor karatif yang akan memudahkan perawat untuk

memiliki sikap caring (Watson & Sitzman, 2014).

Hasil penelitian (Liu, Mok, & Wong, 2006) menjelaskan bahwa pasien kanker

menganggap seorang perawat berperilaku caring apabila perawat tersebut memiliki

sikap empati, memberikan dukungan emosional seperti menyemangati pasien kanker

11
tersebut saat kemoterapi dan menciptakan lingkungan yang bersahabat dan

mendukung. Hal tersebut sejalan dengan 10 faktor karatif yang dikembangkan oleh

Watson, sehingga peneliti berpendapat bahwa Teori caring Watson tepat untuk

diterapkan pada pasien-pasien palliative care seperti kanker. Hal ini dibuktikan pada

hasil penelitian Sun & et al (2013) tentang penerapan 10 faktor karatif Watson terhadap

pasien kanker bahwa dengan pemberian intervensi 10 faktor karatif Watson akan

meningkatkan kualitas hidup dan indeks kebahagiaan pasien kanker.

A. Tinjauan tentang Caring Menurut Jean Watson

Jean Watson memahami konsep keperawatan yang terkenal dengan Theory of

Human Caring. Watson (1988) dalam Sudarta (2015) mendefiniskan caring

sebagai dasar spiritual yang merupakan ideal moral dari keperawatan. Menurut

Watson, eksistensi manusia dapat terlihat bila dimensi spiritual meningkat. Hal ini

ditunjukkan dengan penerimaan terhadap diri sendiri, tingkat kesadaran diri yang

tinggi, dan memiliki kekuatan dari dalam diri. Caring merupakan esensi dari

keperawatan serta sebuah tanggung jawab terhadap hubungan antara perawat dan

klien untuk membantu dalam memperoleh pengetahuan dan meningkatkan

kesehatan.

Marilyn S & Marilyn P (2015) dalam bukunya menjelaskan tentang Grand

Theory Caring. Dalam bukunya dijelaskan tentang 10 faktor karatif dimana tiap

faktor memiliki proses karitas sebagai hal yang harus dipenuhi dalam berperilaku

caring. Caritas berarti menghargai dan memberikan perhatian khusus atau

12
mencintai, dan memberikan kasih sayang. Watson (2008) dalam Watson & Sitzman

(2014) telah mengembangkan dan menyempurnakan 10 faktor karatif yang

selanjutnya menjadi 10 proses caritas untuk membimbing perawat dalam

menerapkan konstruksi teoritis caring. Selain itu, 10 proses caritas ini dapat

digunakan untuk membentuk profesionalisme perawat melalui caring. 10 proses

karitas caring diantaranya, adalah:

1. Humanistic-Altruistic Values

Nilai yang bersifat humanistic-altruistik didasarkan pada bebeerapa nilai

humanistic-altruistik secara universal. Nilai-nilai humanistic mencakup

kebaikan, empati, perhatian, dan mencintai diri sendiri serta orang lain. Nilai

humanistic berasal dari pengalaman masa kecil yang diperkuat oleh keyakinan,

budaya, dan seni. Nilai altruistic timbul dari komitmen dan kepuasan untuk

selalu memberi kepada orang lain. Nilai tersebut membawa arti bagi kehidupan

seseorang dan akan meningkatkan hubungan seseorang dengan yang lainnya.

Jadi, memiliki perasaan humanistic-altruistik, bertindak sebagai pemberi

pelayanan, dan memperomosikan perawatan professional yang terbaik dan

semacamnya merupakan faktor paling pertama dan faktor paling dasar untuk

ilmu dan pengetahuan dan etika caring seorang perawat.

Perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang dapat

mencerminkan faktor humanistic-altruistic values adalah memanggil nama

klien dengan hormat sesuai dengan nama panggilan klien sehari-hari yang klien

13
senangi, merespon panggilan pasien dengan cepat meskipun perawat sedang

sibuk. Perawat juga dapat menerapkan faktor ini dengan mendengarkan dan

memperhatikan keluhan dan kebutuhan pasien, bersikap hormat dan sabar

dalam menghadapi pasien, menghargai dan menghormati pendapat pasien,

membimbing pasien dengan tulus (Potter & Perry, 2009).

2. Instillation of faith-hope

Hippocrates bepikir bahwa pikiran dan jiwa orang yang sakit harus

terinspirasi sebelum pemberian pelayanan dilakukan. Dalam faktor karatif ini,

keyakinan pasien harus didorong, dibangun, dan dihormati sebagai pengaruh

yang signifikan dalam proses promosi kesehatan serta penjagaan kesehatan.

Dalam hal ini, perawat harus menanamkan, menjaga dan memelihara keyakinan

serta harapan pasien untuk sembuh. Bahkan, saat tidak ada tindakan medis yang

dapat dilakukan lagi, perawat harus tetap memelihara keyakinan dan harapan

pasien.

Perawat dapat menerapkan faktor instillation of faith-hope dengan

memberikan informasi pada pasien tentang tindakan keperawatan dan

pengobatan yang akan diberikan, memotivasi pasien untuk menghadapi

penyakitnya dengan realistik. Selain itu, perawat juga dapat membantu klien

untuk memenuhi keinginannya terhadap alternatif pengobata nuntuk

memperoleh kesehatan pasien selama tidak bertentangan dengan penyakit dan

kesembuhan klien (Potter & Perry, 2009).

14
3. Cultivation of sensitivity to oneself and others

Cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan

kepekaan atau sensitivitas terhadap diri sendiri dan orang lain adalah dengan

mengenali dan merasakan perasaan seseorang. Kepekaan terhadap diri sendiri

adalah sebuah pengakuan dan pengetahuan perasaan menyakitkan maupun

bahagia. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat dan mengeksplorasi perasaan

sendiri. Orang yang tidak memiliki sensitivitas dan kepekaan menekankan

bahwa orang tersebut tidak memberi kesempatan pada orang lain untuk

mengkspresikan serta mengekspolorasi perasaannya. Kepekaan terhadap diri

sendiri tidak hanya mengarah pada penerimaan diri sendiri, namun juga

berpengaruh pada pertumbuhan psikologis dan berbagai aspek lainnya.

Perawat yang menumbuhkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang

lain akan mampu untuk belajar mengenai pandangan orang lain, meningkatkan

kepedulian terhadap kenyamanan pasien, proses pemulihan, dan perkembangan

kesehatan pasien. Perawat yang mampu menggunakan kepekaannya untuk

promosi kesehatan akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan

kesehatan pasien menjadi lebih baik. Perawat harus mampu untuk

mengembangkan sikap sensitifitas dan peka terhadap perasaan pasien, sehingga

perawat dapat lebih ikhlas, otentik dan sensitif dalam pemberian asuhan

keperawatan (Tomey & Alligood, 2006).

15
4. Development of a helping-trusting

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi secara jujur serta

tidak membeda-bedakan pasien. Selain itu, untuk mendapatkan kepercayaan

dari pasien, perawat dapat memperlihatkan sikap empati, yaitu turut merasakan

apa yang dirasakan pasien. Perawat juga harus mempercayai orang lain dan

mampu untuk membina hubungan saling percaya sehingga akan membantu

pasien lebih terbuka kepada perawat.

Perawat harus mampu bersikap caring dan melihat berbagai sisi dari

sudut pandang orang lain. Perawat perlu untuk selalu jujur dan memperlihatkan

sensitifitas terhadap orang lain. Selan itu, perawat juga diharapkan untuk

merespon orang lain berdasarkan pengalaman yang dirasakan oleh pasien.

Untuk mengembangkan kepercayaan pasien kepada perawat, perawat perlu

untuk memiliki kesadaran diri dan orang lain dalam berkomunikasi, meminta

klarifikasi kepada pasien bila diperlukan dan mengizinkan orang lain untuk

memilih waktu yang tepat untuk membicarakan kekhawatirannya.

5. Promotion and acceptance of the expression of positive and negative feelings

Seorang perawat harus mampu menerima ungkapan perasaan yang

diberikan oleh pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perawat

memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan

klien. Perawat dituntut untuk mennjadi seseorang yang menghargai momen,

dan mendukung terhadap ekspresi perasaan positif dan negatif sebagai koneksi

jiwa yang dalam dari diri sendi dan orang yang dirawat.

16
Perawat perlu untuk mengedepankan dan menerima perasaan positif

dan negatif, serta mendengarkan cerita pasien secara otentik. Hal ini dapat

dilakukan oleh perawat dengan mendorong cerita narasi sebagai cara untuk

mengekspresikan pemhaman dan mengizinkan cerita tersebut, berubah dan

berkembang. Selain itu, perawat juga dapat melakukan hal tersebut dengan

mendengarkan secara aktif dan membiarkan energi mengalir tanpa terbawa oleh

perasaan orang lain dan menerima serta menolong orang lain menghadapi

perasaan negatif mereka.

6. Systematic use of the scientific, problem solving method of decision-making

Pengambilan keputusan oleh perawat harus menggunakan metode

keperawatan yang telah diuji secara teori bahwa hal yang dimaksud dapat

dilaksanakan dengan baik pada klien. Hal ini dapat diartikan sebagai pola pikir

dan critical thinking seorang perawat dalam melakukan pendekatan asuhan

keperawatan kepada klien serta metode pengambilan keputusan. Perawat

diminta untuk kreatif dalam menggunakan semua cara untuk mengetahui

bagian dari proses caring yaitu telibat dalam perilaku caring-healing. Selain

itu, perawat juga harus menggunakan metode kreatif dalam menyelesaikan

masalah dalam pengambilan keputusan.

Penyelesaian masalah secara kreatif harus sesuai dengan kebutuhan

orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan

penyembuhan caring melalui sentuhan, suara, kehadiran otentik, pergerakan,

ekspresi seni, spontanitas, musik, persiapan, pernapasan, relaksasi, niat,

17
menggunakan kontak mata, senyum / gestur positif, pendengaran aktifitas,

perlindungan alami dan sejenisnya. Selain itu, perawat juga dapat mendorong

pasien untuk bertanya dan menolong mereka untuk mengeksplorasi cara

alternatif untuk menemukan arti baru dan perjalanan situasi dalam menghadapi

kesehatan.

7. Promotion of interpersonal teaching

Dalam meningkatkan proses pembelajaran interpersonal, perawat

dituntut untuk terlibat dalam pengalaman proses belajar mengajar yang

ditujukan untuk menciptakan kesatuan dan pengertian, mencoba untuk tinggal

dalam sudut pandang orang lain. Caring yang dibangun dapat mengedepankan

pengetahuan, perkembangan, pemberdayaan dan proses penyembuhan dan

kemungkinan untuk pasien dan diri sendiri. Perawat secara aktif mendengarkan

cerita pengalaman orang lain sehingga akan mampu meningkatkan proses

pembelajaran interpersonal.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam faktor karatif ini adalah

perawat berbicara dengan tenang, pelan dan hormat kepada orang lain. Selain

itu, perawat diharuskan menjadi orang pertama yang ingin belajar pada orang

lain, mengerti pandangan mereka, kemudian membagikan dan melatih serta

menyediakan informasi pilihan untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Perawat

juga dapat berpartisipasi dalam suatu komunitas tertentu untuk berkolaborasi

dan berkreasi.

18
8. Provision for a supportive, protective environment

Terciptanya suatu lingkungan yang lembut, penuh kesadaranp,

keindahan, kenyamanan pada level fisik baik non fisik dapat dipengaruhi

beberapa faktor. Peran dari perawat sendiri disini adalah menciptakan faktor-

faktor tersebut sehingga nantinya akan tercipta tempat yang seperti disebutkan

di atas dengan mengedepankan prinsip caring. Lingkungan yang dibangun ini

nantinya akan menjadi tempat alami hubungan manusia dimana kedua belah

pihak dapat berpartisipasi dan meyakini caring sebagai sesuatu yang dapat

menyembuhkan. Lingkungan ini juga akan memiliki berbagai aspek seperti

cahaya, seni, bunyi, kebersihan, privasi, nutrisi, kecantikan, dan keamanan

yang dimana perawat sebagai lingkungan yang meyakini bahwa setiap orang

memiliki keunikan masing-masing.

Lingkungan ini akan menciptakan perasaan responsif dan selalu ada

bagi pasien dimana perawat memberikan perhatian penuh kepada pasien ketika

mereka sedang berbicara maupun berinteraksi dalam bentuk lainnya sehingga

perawat bisa mengetahui dan mengantisipasi kebutuhan pasien.

9. Assistance with gratification of human needs

Seorang perawat harus mampu mengenali kebutuhan klien maupun

pasien. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia sangat perlu dicapai sebelum

beralih ke kebutuhan tingkat selanjutnya. Untuk itu, perawat dituntut untuk

mengetahui berbagai kebutuhan dasar manusia secara umum. Denngan penuh

19
rasa hormat dan penuh kepatuhan menemani dalam kebutuhan dasar dengan

niat kesadaran caring akan keseluruhan dan jesautan dalam aspek kepedulian.

Faktor ini dapat dilaksanakan oleh perawat dengan melihat dan

menghargai kebutuhan orang lain yang unik, membuar orang lain senyaman

mungkin dan menolong pasien untuk tidak terlalu khawatir. Perawat harus

mampu menghargai privasi orang lain, melibatkan keluarga dan menolong

orang lain yang memiliki kebutuhan khusus dalam beristirahat serta berbicara

terbuka terhadap keluarga pasien.

10. Allowance for existential-phenomenological forces

Faktor ini sangat diperlukan oleh perawat untuk membantu pasien /

klien menemukan arti kehidupan dan berbagai kesulitan dari hidup. Faktor ini

memberi pengetahuan kepada perawat untuk menggali kekuatan dalam diri

pasien untuk menghadapi kehidupan ataupun kematian. Seorang perawat harus

dapat menunjukkan sikap yang ramah dalam melakukan asuhan keperawatan

sehingga hal tersebut akan membantu pasien mengatasi kesulitan hidup yang

dialami seperti rasa sakit yang dideritanya.

Perilaku perawat yang dapat mencerminkan faktor allowance for

existential-phenomenological forces adalah perawat memberikan kesempatan

kepada pasien maupun keluarga pasien untuk melakukan kegiatan spiritual

untuk mendapatkan penyembuhannya. Perawat juga dapat memotivasi pasien

untuk berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menyiapkan paisen dan

keluarga pasien saat menghadapi fase berduka.

20
Hasil penelitian Betsy, Sarah, & Peggy (2013) yang menjelaskan tentang

pengaplikasian 10 faktor carative terhadap pasien-pasien yang mengalami gagal

jantung kronik atau Chronic Heart Failure (CHF). Data dalam penelitian tersebut

menyebutkan bahwa peneliti melakukan intervensi dengan memandu perawat yang

yang memiliki pasien CHF untuk meningkatkan kesadaran caring yang

komprehensif dalam praktek klinis mereka. Hasil penelitian yang didapatkan

menjelaskan bahwa 10 faktor carative ini berpengaruh dalam membantu

peningkatan derajat kesehatan, prestasi serta, memperpanjang umur pasien.

McKay, Rajacich, & Rosenbaum (2000) dalam hasil penelitiannya tentang

penerapan konsep caring Watson menjelaskan bahwa mengimplementasikan 10

faktor karatif dari Watson sangat sesuai dengan perawatan pasien paliative care.

10 Faktor tersebut memungkinkan perawat untuk dapat lebih memenuhi kebutuhan

pasien-pasien terminal dan keluarga pasien tersebut. Hal ini didukung juga oleh

hasil penelitian Sun & et al (2013) bahwa dengan pemberian intervensi 10 faktor

karatif Watson akan meningkatkan kualitas hidup dan indeks kebahagiaan pasien

kanker.

Childs (2006) juga menjelaskan bahwa 10 faktor karatif Watson akan

mampu menjadi panduan untuk perawat dalam menangani pasien kanker usus

secara holistik dengan memberikan terapi yang dibutuhkan serta memadukan ilmu

pengetahuan dan seni praktek keperawatan. Dengan mengaplikasikan teori caring

Watson akan memberi perawat kesempatan untuk mendukung pasien secara

21
holistik sehingga pasien akan menerima perawatan terbaik. Hal tersebut

menunjukkan bahwa 10 faktor karatif Watson dapat diterapkan pada pasien-pasien

palliative care seperti kanker

B. Tinjauan Tentang Kanker

Famili’s Doctor (2006) dalam Lubis (2009) menjelaskan bahwa setiap tahun

jumlah penderita kanker didunia meningkat menjadi 6,25 juta orang. Di berbagai

negara maju, kanker menjadi penyebab kematian nomor dua setelah penyakit-

penyakit kardiovaskuler. Beberapa tahun yang akan datang diperkirakan 9 juta

orang di seluruh dunia akan meninggal di setiap tahunnya karena penyakit kanker.

Kanker menjadi salah satu jenis penyakit tidak menular dengan angka

kejadiannya memiliki peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Depkes (2011)

dalam Dewi & Hendrati (2015) menjelaskan bahwa kanker menempati urutan ke

tujuh sebagai penyebab kematian terbesar di Indonesia. Data Riskesdas (2013)

juga menjelaskan bahwa angka nasional kanker adalah 4,3 per 1000 penduduk

dengan angka kejadian yang lebih tinggi pada perempuan dan 2,9 per 1000

penduduk pada laki-laki.

1. Definisi

WHO (2009) menyebutkan bahwa kanker merupakan istilah umum untuk

sebuah kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari

tubuh. Kanker memiliki istilah lain yang yaitu tumor ganas dan neoplasma.

Salah satu definisi juga menjelaskan bahwa kanker merupakan pertumbuhan

22
sel-sel baru secara tidak normal yang tumbuh melampaui batas nirmal, dan

kemudian akan menyerang bagian tubuh dan menyebar hingga ke organ lain.

Proses ini disebut metastasis, yaitu penyebab utama kematian akibat kanker.

Kanker adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker dapat berkembang dengan

cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri. Selanjutnya, sel-sel

kanker akan menembus ke jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar

melalui jaringan ikat, darah dan menterang organ-organ penting serta syaraf

tulang belakang (Tim Cancer Helps, 2010).

Riskesdas (2013) menjelaskan bahwa penyakit kanker merupakan

penyakit yang muncul akibat ketidaknormalan pertumbuhan sel jaringan tubuh

yang selanjutnya menjadi sel kanker, sedangkan tumor adalah kondidi simana

pertumbuhan sel abnormal sehingga membentuks ebuah lesi atau benjolal di

tubuh.

2. Etiologi

Depkes (2013) menjelaskan bahwa lebih dari 30% dari kematian kanker

disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan, yaitu:

a. Indeks Massa Tubuh yang tinggi

b. Mengkonsumsi buah dan sayur dengan jumlah yang kurang

c. Memiliki aktivitas fisik yang kurang

d. Merokok

23
e. Konsumsi alkohol yang berlebihan.

Menurut Tim Cancer Helps (2010) bahwa hingga saat ini, belum diketahui

faktor tunggal penyebab pasti dari kanker. Namun beberapa ahli berpendapat

bahwa kanker merupakan penyakit multifaktor yaitu dapat disebabkan oleh

berbagai faktor. Tiga klasifikasi faktor utama pencetus kanker, yaitu:

a. Inflamasi Jangka Panjang

Bukti epidemis menunjukkan bahwa ada hubungan antara peradangan

jangka panjang dengan kejadian kanker. Faktor pencetus terjadinya

peradangan jangka panjang, yaitu:

1) Virus, seperti Human Papilomma Virus (HPV), Hepatitis B, Hepatitis

C dan Epistein.

2) Bakteri, seperti parasit Schistosoma atau Bilharzian.

3) Zat kimia (karsinogen), seperti asap rokok dan alkohol atau zat-zat

kimia yang ada di makanan.

4) Paparan sinar ultraviolet (UV) seacra berlebihan dapat menyebabkan

kulit rusak permanen dan berpotensi menyebabkan kanker.

5) Ketegangan atau Stress. Stress kronik dapat melemahkan sistem

kekebalan tubuh sehingga dapat menjadi satu faktor timbulnya kanker.

b. Faktor genetik, dimana sekitar 5-10% gen abnormal dapat diwariskan,s

eperti kanker payudara, ovarium, prostat, atau kolon.

24
c. Gangguan Keseimbangan Hormonal. Terapi hormon telah digunakan untuk

menghambat gejala, namun ditemukan ada hubungan antara pengunaan

terapi hormon dengan peningkatan risiko terkena kanker payudara dan

ovarium pada wanita.

3. Gejala Kanker

Gejala kanker menurut Harsal & Rachman (2016) tergantung pada organ yang

diserangnnya atau pada daerah penyebarannya, dan beberapa kanker juga tidak

memiliki gejala khas. Gejala kanker secara umum yaitu:

a. Batuk dan suara serak, terdapat benjolan

b. Perubahan Perilaku kebiasaan pada buang air besar atau fungsi kandung

kemih

c. Perdarahan abnormal, kesulitan menelan

d. Perubahan pada tahi lalat

e. Penurunan berat badan secara signifikan yang tidak jelas

f. Sariawan yang berulang

Sementara gejala umum menurut Tim Cancer Helps (2010) gejala

umum yang semakin lama akan memburuk pada pasien kanker, yaitu:

a. Adanya benjolan yang timbul dan semakin membesar pada permukaan kulit

b. Terjadi perdarahan tidak normal seperti flek, mimisan atau batuk berdarah

c. Rasa nyeri yang kerap datang serta semakin memburuk

25
d. Demam yang diakibatkan oleh bersarangnya virus kanker tersebut di dalam

tubuh

e. Penurunan berat badan secara signifikan

Penanganan kondisi pasien kanker akan menimbulkan stres yang akan

berpengaruh pada fisik maupun psikologisnya. Dampak fisik yang paling sering

dialami adalah nafsu makan berkurang, kerontokan rambut, timbul rasa nyeri

pada area yang terkena kanker dan sekitarnya. Selanjutnya, dampak psikologis

yang kemungkinan akan muncul adalah pasien tersebut akan menampakkan

ketakutannya akan kematian, ketidakmampuan, merasa ditelantarkan,

ketergantungan, kehilangan kemandirian sehingga akan berdampak pada fungsi

peran dan finansial (Santi & Sulastri, 2010).

Keliat (2006) dalam Rahayu & Nurhidayanti (2017) menjelaskan bahwa

pada penderita kanker, sumber koping adalah hal yang sangat membantu pasien

agar pasien tersebut dapat menghadapi stres psikososial yang dialami. Konsep

keperawatan menekankan bahwa koping sangat diperlukan untuk pasien yang

mengalami stres agar pasien tersebut dapat memiliki kemampuan untuk

mengatasi sumber stres dan mampu beradaptasi dengan stres tersebut.

4. Perilaku caring perawat bagi Pasien Kanker

Perilaku caring perawat merupakan sebuah aspek yang dapat membantu

pasien kanker dalam menerima perawatan secara holistik. Hasil penelitian Liu,

Mok, & Wong (2006) menjelaskan bahwa pasien kanker menganggap seorang

26
perawat berperilaku caring apabila perawat tersebut memiliki sikap empati,

memberikan dukungan emosional seperti menyemangati pasien kanker tersebut

saat kemoterapi dan menciptakan lingkungan yang bersahabat dan mendukung.

Perawatan spiritual merupakan hal yang penting dalam melakukan

asuhan keperawatan holistik. Hasil penelitian Petersen (2013) tentang

perawatan holistik pada anak yang menderita kanker stadium akhir menjelaskan

bahwa dengan perilaku caring perawat yang bersifat spiritual dan holistik,

maka akan membuat pasien kanker yang dalam akhir hidupnya akan

mendapatkan kematian yang damai, pertumbuhan spiritual, sebuah hubungan

dan kepercayaan untuk menghadapi perawatan terminal.

C. Kerangka Teori

Theory of Human Caring Watson menunjukkan bahwa caring merupakan cita-

cita moral keperawatan yang pada akhirnya akan memberikan perlindungan,

peningkatan dan kelestarian martabat manusia. Dalam teori Watson, dikemukakan

tentang 10 faktor karatif yang merupakan inti dari caring. Berdasakan landasan

teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka dan masalah penelitian, maka

peneliti membuat skema yang menggambarkan konsep-konsep berupa hubungan

antara variabel sebagai berikut:

27
Gambar 3. 1 Watson’s Caring Theory

Gambar 3.1 di atas menjelaskan bahwa fokus utama teori caring yang

dikembangkan oleh Watson memiliki 10 faktor karatif, yang selanjutnya masing-

masing faktor karatif memiliki 10 proses karitas untuk diterapkan kepada pasien.

10 faktor karatif tersebut adalah humanistic-altruistic, instillation of faith-hope,

cultivation of sensitivity to oneself and others, development of a helping-trusting,

promotion and acceptance of the expression of positive and negatife feelings,

systematic use of the scientifi and problem solving method of decision-making,

promotion of interpersonal teaching, provision for a supportive and protective

environment, assistance with gratification of human needs, dan allowance for

existential-phenomenological force.

28
Sikap caring yang dapat ditunjukkan oleh perawat untuk humanistic-

altruistic adalah dengan merespon panggilan pasien dengan cepat. Salah satu

contoh sikap caring untuk instillation of faith-hope adalah perawat menjelaskan

prosedur tindakan setiap kali akan melaksanakan tindakan. Sikap cultivation of

sensitivity to oneself and others dapat diterapkan dengan cepat tanggap terhadap

keluhan dan kebutuhan pasien. Faktor development of a helping-trusting dapat

diaplikasikan oleh perawat dengan mengenalkan diri kepada pasien saat kontak

awal dengan pasien. Contoh sikap dari promotion and acceptance of the expression

of positive and negatife feelings adalah perawat mendengarkan keluhan pasien

dengan penuh perhatian (Watson Caring Science Institute, 2010).

Salah satu contoh sikap caring untuk systematic use of the scientific and

problem solving method of decision-making adalah perawat melakukan pengkajian

hingga evaluasi asuhan keperawatan kepada pasien. Sikap promotion of

interpersonal teaching dapat diterapkan dengan membimbing pasien tentang cara

memenuhi kebutuhan diri sendiri secara mandiri. Sikap yang dapat ditunjukkan

oleh perawat untuk faktor karatif provision for a supportive, protective environment

adalah dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitar.

Contoh sikap dari assistance with gratification of human needs adalah membantu

pasien untuk memenui kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan nutrisi, dll. Faktor

karatif allowance for existential-phenomenological force dapat dilakukan dengan

29
memberikan dukungan pada pasien agar tabah menghadapi penyakitnya (Watson

Caring Science Institute, 2010)

Teori caring Watson sangat tepat digunakan sebagai panduan bagi perawat di

ruangan palliative care seperti kanker. Dengan menerapkan teori caring Watson

kepada pasien kanker, maka akan meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

kebahagiaan tersendiri pada pasien dengan kanker. Peneliti ingin mengetahui

bagaimana pelaksanaan perilaku caring menurut Teori Watson yang diterapkan

kepada pasien kanker di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, apakah

perilaku caring menurut Teori Watson telah diterapkan atau perlu dievaluasi dan

dilakukan peningkatan kualitas caring di ruangan tersebut untuk meningkatkan

derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam penelitian ini, akan

didapatkan pengalaman pasien kanker tentang perilaku caring menurut Watson di

Ruang Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Desain fenomenologi memungkinkan peneliti untuk mampu dalam

memahami keunikan fenomena kehidupan seseorang, bahwa realitas kehidupan

orang lain berbeda pada setiap individu, sehingga peneliti selanjutnya akan

mengeksplorasi dan menginvestigasi makna dari fenomena tersebut. Tujuan studi

fenomenologi yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis data secara lengkap

dan terstruktur untuk mendapatkan informasi berupa pengalaman hidup seseorang

yang membentuk sebuah makna dan arti dari pengalaman hidup tersebut dalam

bentuk cerita, narasi dan bahasa masing-masing individu (Afiyanti & Rachmawati,

2014). Penelitian kualitatif ini akan menjabarkan pengalaman pasien kanker

tentang perilaku caring perawat di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

31
2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus sampai dengan Desember

2017

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah responden, namun

menggunakan istilah partisipan (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Adapun

partisipan pada penelitian ini adalah pasien kanker yang berada di ruang

perawatan Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Sampel

Pengumpulan data melalui wawancara mendalam dilakukan secara

kualitatif, sehingga teknik pengambilan sampel tidak diambil secara probablitas

(probablity), akan tetapi secara purposive sampling. Purposive sampling

merupakan sebuah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Individu yang

dijadikan partisipan diseleksi atau dipilih secara sengaja karena memiliki

pengalaman yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Partisipan adalah

sebuah istilah dalam menyebut sampel yang diteliti, dimana partisipan dalam

penelitian ini adalah pasien kanker di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

32
Estimasi atau ukuran sampel pada penelitian kualitatif pada umumnya tidak

ditentukan pada tahap usulan penelitian. Hal ini disebabkan karena estimasi

sampel yang diperlukan pada penelitian kualitatif disesuaikan dengan

ketercapaian kelengkapan informasi atau data yang diperlukan peneliti

(Santoso & Royanto, dikutip dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014). Saat

tercapai kejenuhan (saturated) pada data yang diperlukan atau tidak terdapat

informasi baru yang ditemukan.

3. Kriteria Partisipan

a. Kriteria Inklusi:

1) Pasien dengan diagnosa kanker yang dalam keadaan palliative care

dengan kesadaran compos mentis

2) Pasien dalam perawatan hari ke-2

3) Pasien dapat berinteraksi dengan bahasa yang dapat dimengerti

4) Pasien berusia 18-45 tahun

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien tidak bersedia menjadi partisipan

2) Pasien yang mengalami gangguan komunikasi verbal

33
D. Alur Penelitian

Mendapatkan surat rekomendasi dari Universitas sebagai bukti bahwa tindakan ini
murni penelitian

Populasi: semua pasien kanker yang ada di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar

Partisipan diambil dari populasi yang diteliti dengan menggunakan metode purposive
sampling (partisipan dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi)

Permohonan izin penelitian ke Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas

Permohonan izin penelitian ke Bagian Litbang Program Studi Ilmu Keperawatan Unhas

Permohonan izin penelitian ke Bagian Penelitian ruang perawatan Lontara 1 RSUP


Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Informed Consent dilanjutkan dengan wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Pengumpulan data dengan metode in depth interview (wawancara mendalam)

Analisa data Creswell 2003 dengan Thematic Analisis dan saturasi data

Interpretasi dan Pembahasan

Bagan 3.1 Alur Penelitian

34
E. Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat bantu seperti

recorder tool (alat perekam) yang digunakan untuk merekam informasi dari

partisipan selama proses penelitian berlangsung.

2. Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode

wawancara mendalam (in depth interview). Peneliti melakukan wawancara

mendalam dan menggunakan catatan lapangan (field note) untuk

mendokumentasikan isi dan situasi selama wawancara berlangsung. Jenis

wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur (semistructure interview)

dan menggunakan pedoman wawancara. Dalam penelitian ini, pelaksanaan

wawancara semi terstruktur bertujuan untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka, dimana pihak partisipan diminta pendapat dan ide-idenya

kemudian peneliti mendengarkan secara teliti dan mencatat hal-hal yang

dikemukakan oleh partisipan (Sugiyono, 2015).

Pengambilan data dalam studi fenomenologi harus memperhatikan hal-hal

tertentu. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah melakukan bracketing.

Bracketing merupakan sebuah proses mensupresi, membatasi, atau menyimpan

berbagai asumsi, pengetahuan, dan keyakinan yang dimiliki peneliti tentang

fenomena yang diteliti. Tujuan bracketing adalah untuk memperoleh data atau

35
informasi yang benar-benar alamiah dan berasal dari cerita langsung dari para

partisipan tentang berbagai pengalaman yang dialaminya tanpa dipengaruhi

oleh berbagai asumsi, pengetahuan dan keyakinan peneliti (Afiyanti &

Rachmawati, 2014).

F. Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian kualitatif diolah secara kualitatif

naratif. Peneliti melakukan analisis data hasil wawancara dari berbagai pertanyaan

yang diajukan sehingga diperoleh gambaran mengenai pengalaman informan

terkait sesuatu peneliti ingin dalami. Proses analis data dilakukan secara simultan

dengan proses pengumpulan data.

Salah satu model dari analisis data kualitatif adalah Creswell (2003).

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dengan model analisis data Creswell

(2003) dalam Afiyanti & Rachmawati (2014), yaitu:

1. Memberikan gambaran tentang pengalaman personal seseorang terhadap

fenomena yang diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara peneliti

mendengarkan deeskripsi verbal partisipan, membaca berulang-ulang deskripsi

tersebut. Selanjutnya, peneliti menganalisis pernyataan-pernyataan spesifik

untuk memberi gambaran fenomena yang terjadi.

2. Peneliti membuat daftar pernyataan yang signifikan Peneliti menemukan

pernyataan-pernyataan tentang bagaimana pengalaman partispan. Selanjutnya,

36
berbagai pengalaman partisipan dibuat dalam suatu daftar pernyataan-

pernyataan yang signifikan.

3. Peneliti mengelompokkan pernyataan yang signifikan tersebut dan

dikumpulkan dalam suatu unit data / informasi yang lebih besar, yang disebut

unit meaning atau tema-tema.

4. Menuliskan apa saja hal-hal yang dialami para partisipan terkait fenomena yang

diteliti. Hal ini disebut sebagai suatu “deskripsi tekstural” tentang suatu

pengalaman, dimana apa yang dialami diungkapkan dan dilengkapi dengan

contoh-contoh kalimat yang diungkapkan para partisipan.

5. Peneliti menuliskan bagaimana pengalaman yang dialami oleh partisipan. Hal

ini biasa disebut sebagai suatu “deskripsi struktural”. Pada tahap ini, peneliti

merefleksikan pada konteks fenomena yang diteliti dan dialami partisipan.

6. Menuliskan interpretasi data, yaitu menggabungkan deskripsi tekstural dan

deskripsi struktural. Hal ini disebut intisari (essence) dari pengalaman para

partisipan, dan peneliti selanjurnya merepresentasikan aspek inti dari studi

fenomenologi.

G. Keabsahan Data

Menurut Afiyanti & Rachmawati (2014) langkah-langkah dalam

mempertahankan keabsahan data pada penelitian ini dijelaskan dengan cara sebagai

berikut :

37
1. Kredibilitas (Keterpercayaan) Data

Peneliti menjelaskan nilai kebenaran dari data yang dihasilkan, termasuk

proses analisis data dari penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian dikatakan

memiliki kredibilitas yang tinggi atau baik jika hasil temuan tersebut dapat

dikenali oleh partisipan dalam situasi sosial dalam penelitian tersebut. Cara

yang dapat dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian dengan kredibilitas

yang tinggi adalah memperbanyak waktu bersama partisipan selama

mengambil data, melibatkan diri dalam kegiatan sehari-hari partisipan untuk

mengklarifikasi hal-hal yang diceritakan dan kejadian yang nyata. Selain itu,

kredibilitas juga dapat dilakukan dengan member check.

Dalam hal ini, peneliti akan melakukan pengecekan kembali atau

member check hasil dari transkrip untuk melihat kesesuaian dengan hasil

rekaman dan catatan lapangan. Selanjutnya, partisipan diminta untuk mengecek

kembali hasil kutipan wawancara dan persetujuan tentang hasil analisa data

peneliti.

2. Transferabilitas (transferability)

Penilaian transferability atau keteralihan data ditentukan oleh para

pembaca. Robson (dikutip dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014) menyebutkan

bahwa generalisasi pada penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan

tipe generalisasi analitik dan teoritis. Peneliti menguraikan secara rinci hasil

temuan yang didapat kemudian dibuat penjelasan tentang hasil wawancara

dalam bentuk narasi yang menceritakan rekaman wawancara dan catatan

38
lapangan. Selanjutnya, dijelaskan pembahasan terhadap hasil penelitian

menggunakan literatur dan tinjauan yang sesuai dengan judul penelitian ini.

3. Dependabilitas (dependability)

Dependabilitas dalam penelitian ini merupakan kriteria-kriteria untuk

melihat konsistensi peneliti dalam menemukan dan mengumpulkan data,

mengolah, dan menggunakan konsep-konsep ketika menginterpretasikan hasil

penelitiannya untuk membuat sebuah kesimpulan. Pada penelitian ini, peneliti

melakukan pemeriksaan dengan kepala ruangan yang ada di ruang rawat inap

lontara 1 RS Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai orang yang berkompeten di

bidangnya.

4. Konfirmabilitas (confirmability)

Konfirmabilitas dalam penelitian ini adalah sebuah aspek yang

diperlukan agar hasil peneitian bersifat objektif dimana data yang dikumpulkan

sesuai dengan data dicantumkan dalam laporan lapangan. Komfiramabilitas

akan didapatkan ketika peneliti telah mendapatkan hubungan data yang

dihasilkan dengan sumber yang akurat, dimana pembaca dapat menentukan

bahwa kesimpulan yang ditulis oleh peneliti muncul secara langsung dari

sumber data yang terpercaya dan tervaliditas.

H. Etik Penelitian

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian

terutama masalah etik. Menurut Komisi Etik Penelitian Kesehatan (2011) bahwa

39
peneliti perlu untuk memerhatikan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia,

keluarga dan masyarakat yang bersangkutan dalam melakukan penelitian.

Ketetapan mengenai prinsip dasar penerapan etik kesehatan, meliputi;

1. Respect for persons (Menghormati harkat dan martabat manusia).

Peneliti harus mampu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian

dalam memperoleh suatu informasi berdasarkan tujuan peneliti. Selain itu,

peneliti juga harus memberikan kebebasan kepada subjek penelitian untuk

memberikan informasi atau tidak. Respect for persons digunakan untuk

menghormati hak otonomi partisipan demi menjaga privasi yang dimiliki. Hal

pertama yang dilakukan adalah peneliti memberikan informed consent.

Selanjutnya peneliti akan menyusun pembahasan dan hasil tanpa

mencantumkan nama partisipan, melainkan hanya menulisnya dalam bentuk

kode berupa P1-P8 dari masing-masing partisipan.

Informed consent atau persetujuan partisipana dengan keterbatasan fisik

seperti tidak dapat membaca atau buta huruf dapat diperoleh dalam bentuk

verbal dan direkam melalui video atau audio. Proses informed consent ini akan

melindungi partisipan dan peneliti dari tindakan eksploitasi (Rachmawaty,

2017). Peneliti memberikan kebebasan pada partisipan jika menolak dan

menjamin kerahasiaan informasi dari partisipan. Dalam penelitian ini, informed

consent akan terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan in depth interview.

40
2. Justice (Prinsip etik keadilan)

Responden dalam penelitian ini akan mendapatkan perlakuan yang sama

selama proses penelitian berlangsung. Peneliti wajib memperlakukan

partisipasi secara adil dan terbuka, serta mempunyai hak yang sama, partisipan

juga akan dijaga kerahasiaan datanya atau informasi yang disampaikannya.

Justice yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah setiap partisipan

diperlakukan dengan tata krama yang benar dan pantas dengan memerhatikan

hak dari partisipan serta memberi distribusi seimbang dan adil dalam hal beban

dan manfaat keikutsertaannya dalam penelitian.

Pemenuhan kebutuhan lokal merupakan salah satu metode untuk

memastikan bahwa peneliti tidak eksplotatif dan akan bermanfaat untuk untuk

partisipan. Justice harus ditegakkan pada partisipan (Rachmawaty, 2017).

Dalam penelitian ini, prinsip justice ditegakkan dengan tidak membeda-

bedakan dan peneliti akan memperlakukan setiap partisipan dengan adil.

3. Beneficence dan non maleficence (Prinsip etik berbuat baik)

Bentuk dari Benefience dan non maleficence dalam penelitian ini adalah

peneliti memperhatikan hak dan kebebasan partisipan seperti hak kebebasan

dari bahaya (free from harm), eksploitasi (free from exploitation) dan

ketidaknyamanan (free from discomfort). Untuk itu peneliti memberikan

penjelasan secara lengkap tentang tujuan dan manfaat yang diperoleh, serta hal-

hal berbahaya yang mungkin dapat dialami partisipan. Peneliti juga

41
memberikan informasi bahwa apabila terdapat ketidaknyamanan dalam

kegiatan penelitian ini, maka partisipan memiliki hak untuk tidak melanjutkan

partisipasinya dalam kegiatan riset yang dilakukan.

Peneliti harus menjelaskan tentang kekurangan dan manfaat kepada

setiap partisipan yang menjadi subjek penelitian. Peneliti diharuskan untuk

menyampaikan manfaat dari penelitiannya. Sebelum penelitian dimulai,

peneliti harus mendapatkan persetujuan etik dari komisi etik (Rachmawaty,

2017). Dalam penelitian ini, persetujuan etik dilakukan sebelum sebelum

melakukan penelitian.

42
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeksplorasi secara lebih

mendalam bagaimana pengalaman pasien kanker tentang perilaku caring perawat

menurut Teori Watson di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Pada bab ini, peneliti

akan membahas tentang karakteristik informan, interpretasi dari hasil penelitian,

dan keterbatasan penelitian. Karakteristik informan yang dipaparkan berupa

identitas atau data demografi dari masing-masing informan. Pada interpretasi hasil

penelitian dilakukan pembahasan yang lebih lanjut dengan cara mengidentifikasi

hasil penelitian dengan teori-teori, konsep-konsep dan hasil penelitian sebelumnya.

Keterbatasan penelitian akan dibahas dengan membandingkan proses penelitian

yang telah dilalui dengan kondisi seharusnya.

Penelirtian ini dilakukan mulai dari 19 November 2017 sampai 25 November

2017 di ruang rawat inap Lontara RS Wahidin Sudirohusodo yang terdiri dari

Ruang Rawat Inap Lontara 1 Atas Depan (Kelas 2/3), Ruang Rawat Inap Lontara

1 Atas Belakang (Kelas2/3), Ruang Rawat Inap Lontara 2 Atas Depan (Kelas2/3)

dan Ruang Rawat Inap Lontara 2 Atas Belakang (Kelas 2/3). Informan dalam

penelitian ini adalah pasien-pasien kanker yang dalam masa perawatan palliative

care yang dirawat di ruang rawat inap Lontara 1 dan Lontara 2 yang telah dipilih

43
dengan menggunakan teknik purposive sampling. Secara keseluruhan jumlah

partisipan yang mengikuti wawancara sebanyak 8 orang pasien kanker. Untuk

menjaga kerahasiaan partisipan, nama dan inisial yang digunakan dalam penelitian

ini dari partisipan. Adapun karakteristik dari 8 partisipan yang bersedia

diwawancarai adalah sebagai berikut:

1. Partisipan 1 (P1)

P1 berusia 20 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA,

diagnosa Adenocarcinomarecti, dan lama perawatan 6 hari.

2. Partisipan 2 (P2)

P2 berusia 42 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SMP,

diagnosa Carcinoma Mammae, dengan lama perawatan 28 hari.

3. Partisipan 3 (P3)

P3 berusia 20 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA,

diagnosa Acute Myeloid Leukimia, dengan lama perawatan 6 hari.

4. Partisipan 4 (P4)

P4 berusia 21 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA,

diagnosa Acute Myeloid Leukimia dengan lama perawatan 3 minggu.

5. Partisipan 5 (P5)

P5 berusia 22 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA,

diagnosa Malt Lymphoma dengan lama perawatan sekitar 28 hari

44
6. Partisipan 6 (P6)

P6 berusia 43 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SD, diagnosa

Skisomatis Carcinoma Penis dengan lama perawatan 4 bulan.

7. Partisipan 7 (P7)

P7 berusia 42 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SD,

diagnosa Carcinoma Mammae dengan lama perawatan 2 hari.

8. Parisipan 8 (P8)

P8 berusia 23 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA,

diagnosa squamous cell carcinoma dengan lama perawatan 2 hari.

Secara keseluruhan, hasil analisa data pada penelitian ini menunjukkan 9 tema

yang disusun dari beberapa subtema yang menggambarkan pengalaman pasien

kanker tentang perilaku caring perawat menurut teori Watson di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo. Tema 1 pada penelitian ini yaitu Nilai-nilai humanistik-

altruistik. Tema ini dibentuk dari sub-sub tema memanggil nama pasien dengan

nama kesenangannya, sabar dan hormat kepada pasien dan mendahulukan pasien

yang membutuhkan. Tema 2: Bentuk komunikasi perawat terhadap pasien

kanker. Tema ini dibentuk dari sub-sub tema menjelaskan tentang tindakan yang

akan dilakukan, kesadaran perawat untuk memperkenalkan diri, menjelaskan

tentang perkembangan informasi yang diberikan. Tema 3: Kepekaan perawat

terhadap perasaan pasien kanker. Tema ini dibentuk dari sub-sub tema perawat

peka terhadap perasaan pasien dan perawat tidak peka terhadap perasaan pasien.

45
Tema 4: Bentuk sikap perawat terhadap pasien-pasien kanker. Tema ini

dibentuk dari sub-sub tema tidak membeda-bedakan pasien, mendengarkan segala

keluhan pasien, memberikan perhatian, memberikan gestur positif. Tema 5:

Respon perawat terhadap kebutuhan pasien. Tema ini dibentuk dari sub-sub

tema perawat memiliki respon cepat, dan perawat memiliki respon lama. Tema 6:

Dukungan perawat terhadap pasien kanker. Tema ini dibentuk dari sub-sub

tema pemberian dukungan berupa motivasi dan pemberian dukungan kegiatan

spiritual. Tema 7: Suasana lingkungan kamar pasien. Tema ini dibentuk dari

sub-sub tema kebersihan kamar, privasi pasien, cahaya kamar, dan suhu ruangan.

Tema 8: Bentuk keterlibatan keluarga dalam tindakan keperawatan. Tema ini

dibentuk dari sub-sub tema keterlibatan keluarga dalam bagian administrasi dan

keterlibatan keluarga dalam bentuk tindakan. Tema 9: Harapan pasien-pasien

kanker. Tema ini dibentuk dari sub-sub tema harapan untuk pelayanan

keperawatan, harapan untuk fasilitas pendukung dan harapan dalam pengobatan

medis.

Tema-tema yang dihasilkan dari penelitian ini dibahas secara terpisah, namun

tema-tema tersebut saling berhubungan satu sama lain yang menjelaskan tentang

pengalaman pasien kanker terhadap perilaku caring perawat menurut teori Watson

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Selanjutnya tema-tema utama yang

teridentifikasi akan dibahas secara rinci, sebagai berikut:

46
1. Tema 1: Nilai-nilai humanistic-altruistik perawat

Tema ini dibentuk berdasarkan sub-sub tema memanggil nama pasien

dengan nama kesenangannya, sabar dan hormat kepada pasien dan

mendahulukan pasien yang membutuhkan.

a. Memanggil nama pasien dengan nama kesenangannya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan bahwa perawat memanggil mereka dengan nama yang

disenangi oleh pasien tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pasien merasa

nyaman dalam menerima tindakan keperawatan. Pernyataan partispan

sebagai berikut:

“…Yaa, langsung nama saja. Saya disini kan anggota militer jadi saya suka
dipanggil pakai nama samaran hehehe (sambil tertawa)…..” (P4).

“…emm, Namaku ji langsung karena kan memang lebih senangka kalau


namaku ji langsung napanggil…” (P3).

“…biasa perawatnya panggilka’ bilang Ibu J.. Biasa itu ji memang


dipanggilkanka’.. kalau dia panggil saya biasa manja manja jadi aku
senang.. biasa kalau aku tidue dia bilang buu.. buu..…”(P2).

b. Sabar dan hormat kepada pasien saat mengeluh

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatkan bahwa perawat sabar dan hormat kepada pasien saat pasien

tersebut mengeluh tentang penyakitnya. Pernyataan partisipan sebagai

berikut:

“.. ya biasa perawatnya sabarji kak, tapi begitumi biasa lama sekali kasih
perawatannya….”(P1)

47
“… ya biasa langsung ditanya sama perawatnya… biasa juga dia sabar
dengarkan keluhan saya.. meskipun saya jarang ngeluh.. hehehe” (P4)

c. Mendahulukan pasien-pasien yang membutuhkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan bahwa perawat belum mendahulukan pasien-pasien yang

membutuhkan. Hal ini dapat diketahui dengan adanya keluhan pasien yang

infusnya habis, namun tidak segera ditangani oleh perawat, selain itu ada

juga yang terkadang mengeluh nyeri namun perawat tidak langsung datang

untuk melihat dan menanyakan kondisi pasien yang mengeluh. Pernyataan

partisipan sebagai berikut:

“….perawatnya biasa suruh tunggu dulu.. yang dikasih duluan itu kak
pasien-pasien yang kayak maumi kayaknya mati…”(P1)

“….saya pernah itu dek rasa sakit sekali,,, tapi biasa perawatnya tidak
datang-datang.. justru disuruh tunggu dokter..” (P2)

“…

Coding Subtema Tema


1. Senang dipanggil Memanggil nama Nilai-nilai

pakai nama samara pasien dengan nama humanistik-

2. Senang dipanggil kesenangannya altruistik

sesuai nama asli

3. Senang dipanggil

sesuai nama asli

48
seperti “Ibu J, atau

Bapak C”

1. Sabar, tapi Sabar dan hormat

responnya lama terhadap keluhan

2. Sabar pasien

1. Perawat duluan ke Mendahulukan pasien-

pasien yang mau pasien yang lebih

mati membutuhkan

2. Pasien sakit sekali,

perawat tidak

datang-datang

2. Tema 2: Bentuk komunikasi perawat terhadap pasien-pasien kanker

Tema ini dibentuk dari sub-sub tema menjelaskan tentang tindakan yang

akan dilakukan, kesadaran perawat untuk memperkenalkan diri, menjelaskan

tentang perkembangan informasi yang diberikan.

a. Menjelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan bahwa perawat menjelaskan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Namun beberapa pasien juga

49
menyatakan bahwa perawat belum menjelaskan tentang tindakan yang

akan dilakukan. Pernyataan tersebut sebagai berikut:

“…. Kalau sudah natutup semua ini (sambil menunjuk sampiran),


nakasihmi tindakan kak, biasa juga dia jelaskan ji kalau ini obat anti
nyeri..” (P1)
“… Yaa. Dijelaskanji.. Aku tanya ini pedis, nyeri… Suntikan saya kan
biasanya kadang 4, kadang 3. Jadi perawat biasa kasih tau bilang ini
suntikan untik ini… untuk ini… antibiotic untuk infeksi.. ini dan ini.. ya
begitulah…” (P2)
“… Langsung ji dikasih obat anti nyeri.. Ndak pernah dikasih tau kalau
obat ini untuk ini.. atau obat apa untuk apa.. yaa.. mungkin karena saya
nda pernah juga bertanya…”(P3)
“…Saya dulu kan pernah bertanya sama susternya bilang “sus, ini obat
apa?”.. terus tba-tiba susternya ngejawab “TIDAK USAH TANYA,
LANGSUNG MINUM SAJA”.. Pernah tuh saya tanya gitu mba…” (P4)
“.. Yaa, perawat biasa jelaskan ji dek.. misalnya dia bilang “ini agak sakit
yah pak.. biasa juga diba bilang ini obat supaya tidak nyeri kita rasa”..
begitu.. begitu pokoknya..” (P5)

“… Iya dikasih tauji.. umpama mau disuntik bilang… “ini untuk tidak
kasih muntah-muntah di’ pak?.. begitu ji biasa langsung nabilang
perawatnya..” (P6)

“… Tidak dijelaskan sih,, Saya juga kan naknya lamami juga .. sudah
ditaumi semuanya.. jadi ndak dijelaskan lagi kalau obat.. tapi kalau
tindakan ya dikasih tau… disapa dulu..”
b. Kesadaran perawat untuk memperkenalkan diri kepada pasien

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagian informan menyatakan

bahwa perawat tidak memperkenalkan diri saat berkomunikasi dengan

pasien. Beberapa partisipan menyatakan bahwa pasien dan keluarganya

hanya kenal muka, tidak dengan nama perawat tersebut. Selain itu ada

50
beberapa partisipan yang menyatakan bahwa perawat memperkenalkan

diri pada saat kontak awal dengan pasien dan pada saat pergantian shift.

Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“… ee misalnya tergantiki jadwalnya.. susternya langsung masuk ji kak..


tapi eee,, apa… tidak perkenalan diriki kak…” (P1)

“… perawatnya yah selalu perkenalkan diri.. pokoknya setiap pergantian,


dia datang.. dia perkenalan lagi toh kalau waktunya lagi tugas..” (P2)

“… iyaa.. dia biasa perkenalkan dirinya, biasa dia bilang “ saya tugas
pagi.. saya tugas malam”… kayak begitu kak…” (P3)

“ Aii, nda perkenalan diriki perawatnya.. langsung saja suntik.. “(P4)

“… Kalau masalah perkenalan diri, disini perawatnya tidak perkenalkan


diri.. jadi cuman kenal muka.. ndak tau nama…”(P5)

c. Menjelaskan tentang informasi perkembangan penyakit pasien

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan perawat tidak menyampaikan informasi perkembangan

penyakit kepada pasien. Beberapa partisipan juga menyatakan bahwa tidak

perawat hanya menyampaikan jika ditanya, dan ada pasien yang

mengatakan bahwa yang memberikan informasi perkembangan penyakit

pasien adalah dokter. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“…. Anuu.. apa… kalau anuu ee.. saya yang bertanya dulu sama
perawatnya baru dikasih tau,, atau biasa bapak yang bertanya baru
dikasih tau. Kayak ini baru-baru dikasih tau kalau mau transfuse darah
nanti.. trus dikasih informasi katanya nanti dua hari baru kemo…” (P1)

“…Biasa juga ditanya pi baruki mau dikasih tahu. Biasa juga dokter yang
Tanya langsung. Yah kadang-kadanglah.. Perawatnya kasih tahu secara

51
baik dan sopan juga. Misalnya perawat datang, bertanya tentang keluhan
kita. Terus ditulis. Habis itu, selang sebentar, datang sudah obatnya
dikasih bilang “ni obatnya diminum yah jam sekian:. Biarpun tengah
malam, saya dikasih bangun dan disuruh minum obat. Jadi misalnya kalau
saya bilang sakit, dia anu lagi itu bagaimana caranya supaya nda sakit
lagi saya rasa. Begitu kuliatlah…”(P2)

“… kalau kondisi kesehatan,, ndak pernah dikasih tau,, mungkin karena


nda pernahka bertanya juga soal itu.. hehehe….” (P3)

“… Ya.. tiap pagi perawat sama dokternya datang.. jadi dikasih tau..
kadang juga ditanyapi baru dikasih tau… tapi yaa.. kebanyakan dokternya
yang langsung sampaikan…” (P4)

“,,, Kadang perawatnya yang sampaikan atau dokternya.. Apakah pasien


tetap begini… Rencana tindakannya apa. Jadi biasa teman saya yang
tanyakan juga ke perawatnya. Jangan sampai kita tunggu lama-lama tapi
tidak ada penyelesaiannya…. (P5)

Coding Subtema Tema


1. Biasa juga Menjelaskan tentang Nilai-nilai

dijelaskanji tindakan yang akan humanistik-

2. Dijelaskanji dilakukan altruistik

3. Langsung ji

dikasih

4. Dilarang bertanya

sama perawatnya

5. Biasa dijelaskan ji

6. Dikasih tauji

52
7. Kalau obat, tidak

dikasih tahu, kalau

tindakan,

dijelaskan

1. Tidak perkenalkan Kesadaran perawat

diri untuk

2. Pekenalkan diri memperkenalkan diri

kalau ganti shift kepada pasien

3. Perkenalan kalau

ganti tugas

4. Tidak perkenalan

diri

5. Cuma tau muka,

ndak tau nama

1. Bertanya dulu baru Menjelaskan tentang

dikasih tahu informasi

2. Ditanyapi baru perkembangan

dikasih tahu penyakit pasien

3. Ndak pernah

dikasih tahu

53
4. Kebanyakan

diinformasikan

oleh dokter

5. Kadang perawat,

kadang dokter

yang

menginformasikan

3. Tema 3: Kepekaan perawat terhadap perasaan pasien

Tema ini dibentuk dari sub-sub tema perawat peka terhadap perasaan pasien

dan perawat tidak peka terhadap perasaan pasien.

a. Perawat peka terhadap perasaan pasien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 orang partisipan menyatakan

bahwa perawat peka terhadap perasaan partisipan tersebut hanya dengan

melalui mimik wajah yang ditunjukkan oleh pasien. Pernyataan partisipan

sebagai berikut:

“… Iya.. perawatnya langsung tahu kalau saya lagi marah… biasa dia
bilang “janganki marah-marah ibu, waktunya minum obat sekarang
ibu…”.. yaa perawatnya langsung menghibur saya kalau begitu.. biasa
kalau saya buang muka perawat nya bilang.. “ aih ibu, semangat bu” “Ibu
ini, janganki monyong ibu”.. ya begitu deh…” (P2)

“Iyya kak.. peka ji kalau perawat laki-laki, karena dia yang selalu rawatka..
kayak natau sekalimi kak kalau sakitka bagaimana.. jadi pasti biasa
langsung datang, tapi kalau perempuannya tidak kak..” (P3)

54
“… Kalau saya kesakitan,, malahan kalau dokternya datang pagi, saya
langsung kasih tahu... Kalau saya kesakitan saya punya tersendiri
keunikan…Kadang saya berteriak.. kalau sudah berteriak itu, pasti
perawatnya bilang “pasti pak David itu yang berteriak..” (P5)

b. Perawat tidak peka terhadap perasaan pasien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 partisipan menyatakan perawat

tidak peka terhadap perasaan pasien. Partisipan mengatakan bahwa perawat

perlu diberitahu agar bisa tahu perasaan pasien. Pernyataan pasien sebagai

berikut:

“perawatnya biasa harus dikasih tahu kalau saya sakit… meskipun kadang
ditanya.. tapi kebanyakan harus dikasih tahu kak..” (P1)

“Menurut saya sih tidak peka…. Harus ngomong ya kan.. Perawatnya kan
juga gak ngurus satu orang.. banyak toh…” (P4)


Coding Subtema Tema
1. Perawat langsung Perawat peka terhadap Kepekaan perawat

tahu kalau saya perasaan pasien terhadap perasaan

lagi marah pasien

2. Perawat langsung

tahu kalau saya

lagi sakit

3. Perawat langsung

tahu kalau saya

yang berteriak

55
1. Perawat harus Perawat tidak peka

diberi tahu supaya terhadap perasaan

peka pasien

2. Tidak peka karena

bukan hanya 1

pasien yang

diurus

4. Tema 4 : Bentuk sikap perawat terhadap pasien-pasien kanker

Tema ini dibentuk dari sub-sub tema tidak membeda-bedakan pasien,

mendengarkan segala keluhan pasien, memberikan perhatian, memberikan

gestur positif.

a. Tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap pasien di kelas 2 dan 3

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua partisipan menyatakan

perawat tidak membeda-bedakan pasien dari jenis kelas BPJSnya.

Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“.. Kalau untuk perlakuanyna perawat, saya rasa tidak pernah ji


dibedakan,,, palingan yang dibedakan yah beginimi. Seperti beda kelas,
beda-beda juga berapa orang di dalamnya tidur…” (P1)

“… Ndak pernah.. Disini itu perawatnya sama semua siapa siapa saja
pasiennya sama semua. Perawat dari unhas kesini yang disini sama saja
semuanya….” (P2)

“… Kalau pelayanan menurut saya iyya sama saja… Paling beda


ruangannya ji kayaknya.. kayak beginimi…” (P3)

56
“.. oohh… selama ini ya tidak pernah.. sama semua.. tapi yaa yang jutek
ada.. yang usil-usil ada.. soalnya saya kan susah disuntik.. hehee…” (P4)

“… nggak pernah kok perawatnya membeda-bedakan. Kalau perawatnya


disini kan yang namanya pekerjaan kan ndak boleh membeda-bedakan.
Perawatnya disini diratakan semua pasiennya. Berlaku sama begitu…”
(P5)

b. Mendengarkan semua keluhan pasien

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan perawat mendengarkan semua jenis keluhan dari pasien.

Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“…Iya, dia dengar semua keluhannya yang baik-baik yang jelek-jelek. Dia
biasa bilang “terus terang saja kalau ada yang mau kita sampaikan”. Biasa
juga dia bilang “janganki tahan-tahan”. Kadang juga diwawancarai sama
perawat. Ditanya semua dari mula-mulanya kena itu penyakit sampainya
berapa lama. Dikasih tau semua saja…” (P2)

“… eee.. nadengarkan ji biasa semuanya.. nda berubah ji biasa sikapnya


kalau kadang saya mengeluh tentang pelayanannya…” (P3)

“… nadengarkan ji semuanya… Biasanya yaaa perawatnya terima, atau


disampaikan sama dokter. Nanti dokter yang datang ke ruangan. Cek
kembali. Tanyakan ke saya, apa saja keluhan saya. Dilihat apakah sesuai
dengan keluhan yang disampaikan perawatnya atau tidak. Setelah itu
dokter kembali ke ruangannya dengan membawa resep untuk mengambil
obat di apotek….”(P5)

c. Memberikan perhatian terhadap pasien


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian partispan

menyatakan perawat memberikan perhatian terhadap pasien, dilihat dari

beberapa pasien yang memberikan pengalaman positif terkait bentuk

perhatian perawat kepada pasien. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

57
“…Jadi perawatnya perhatian sekali. Biasa juga saya lihat perawatnya
bimbing ibu nya untuk berdzikir, mengingat Tuhan, kasih semangat, begitu-
begitulah…”(P2)

“…Kalau yang laki-laki peduli ji sama perhatian tapi kalau perempuannya


tidak. Pedulimi tapi belum peka puas kayak belum maksimal, tapi peduli ji
iyya…”(P3)

“…kalau menurut saya sih perawatnya sudah peduli cuman yaa itu tadi,
lambat sekali pelayanannya. Kalau pasien meninggal cepet tuh datangnya,
kalau nggak yah gitu deh, obatnya terlambat datang…”(P4)

“… Yaa, perhatian kayak kalau misalnya saya sudah kesakitan, perawatnya


itu biasa datang kalau obatnya sudah masuk langsung disampaikan bilang
“banyak-banyak berdoa”…” (P5)
d. Memberikan gesture positif (senyum, ramah, sopan)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagaian besar partispan

menyatakan bahwa perawat memberikan gestur positif, dilihat dari sikap

perawat yang murah senyum, ramah dan sopan. Pernyataan partisipan

sebagai berikut:

“…Perawatnya itu biasanya kasih aku semangat toh kalau datangki kesini
ramah dan sopan sekali kalau bicara. Yang begitu yang aku anu kasih
tambah lagi semangatku. Jadi saya senang. Biasa juga perawatnya main-
main sama saya. Iya, kalau antar obat apa’…” (P2)

“…: Baik, ramahki caranya bicara toh, sopan, biasa juga kalau mau
lakukan tindakan natutupi semua ini (sambil menunjuk sampiran)…” (P3)

“…. Sopan satunnya, salam sapanyaa. Kan 5 S gitu yah. Tapi yang saya
lihat, biasanya kalau kami panggil kan misalnya ganti cairan, kadang lama
dia baru muncul. Yang namanya pasien kan harus diperhatikan…” (P5)

58
“… Sama seperti kita bertanyaa, ee artinya biasa-biasa kan.. sopan,
ramah.. yaaa kan ada biasa perawat yang apa istilahnya “masseke’ seke’
bahasa ugina (tergesa-gesa), tapi disini tidak…” (P6)

“…semua baik ji… semua baik.. kalau apa yang kita eee… tanyakan ,
dikasih lebih detail.. dijelaskan ji semuanya.. tidak ada masalahji semua..
Kalau khusus untuk perawatnya ooo sopan.. ramah.. baik..itu saja
kayaknya…” (P8)

e. Melakukan observasi secara rutin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian partisipan

menyatakan perawat sering melakukan observasi secara rutin dengan

melakukan pengukuran tekanan darah, pengukuran suhu dan pemberian

obat. Pernyataan pasien sebagai berikut:

“…perawatnya rajin ji datang kak.. biasa pagi datang lagi apa


namanyaa..ee.. tensi saya.. trus ehh habis itu dia biasa kasih.. tapi ya itu ji
saja nadatang kak ada sekitar 4 x mungkin….” (P1)

“…Ya itu kalau mau lakukan tindakan sama kalau saya yang panggil baru
datang kesini… nda saya hitungmi juga itu.. 3x kayaknya...” (P6)

“…Iyee.. rutin ji.. biasa datang sendiri.. biasa dipanggilpi.. tapi nda biasa
saya hitung berapa kali masuknya… 4x mungkin..” (P8)

“…Sering sekali susternya datang,, biarpun tengah malam, saya dikasih


bangun dan disuruh minum obat..” (P2)

“…Kalau jam-jam antar obat baru masuk.. biasanya juga masuk kesini
kalau mau tensi.. tapi kalau untuk yang lain-lain jarang kak…” (P3)

59
Coding Subtema Tema
1. Tidak pernah Tidak membeda- Bentuk sikap

dibedakan bedakan pasien di perawat terhadap

2. Perawat samakan kelas 2 dan 3 pasien-pasien

semua pasien kanker

3. Pelayanan sama

saja

4. Semuanya

disamakan

5. Perawat tidak

membeda-

bedakan

1. Mendengarkan Mendengarkan semua

semua keluhan keluhan pasien

2. Biasanya

didengarkan

semua

3. Didengarkan

semuanya

1. Perawat perhatian Memberikan perhatian

sekali terhadap pasien

60
2. Hanya perawat

laki-laki yang

peduli

3. Sudah peduli, tapi

masih lambat

4. Kalau sakit sekali,

perawat langsung

datang

1. Ramah dan sopan Memberikan gesture

2. Sopan positif kepada pasien

3. 5S

4. Tidak tergesa-

gesa

5. Sopan, ramah dan

baik

1. Rajin, 4x x datang Melakukan observasi

mungkin secara rutin

2. Dipanggil /

lakukan tindakan

baru datang, 3x

kayaknya

61
3. Datang

sendiri/dipanggil,

4x

4. Kalau mau antar

obat/tensi

5. Tema 5: Respon perawat terhadap kebutuhan pasien

Tema ini dibentuk dari sub-sub tema perawat memiliki respon cepat, dan

perawat memiliki respon lama.

a. Perawat memiliki respon cepat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 2 orang dari 8 partisipan

menyatakan perawat memiliki respon yang cepat. Pernyataan partisipan

sebagai berikut:

“… Misalnya habis infusku toh, dipanggilpi perawatnya.. jadi kalau sudah


dipanggil, datangmi.. Tapi biasa juga dia yang datang.. kalau dia datang
baru eee masih ada sedikit, biasa dia suruh tunggu dulu, tapi kalau saya
yang panggil aiii biasa cepat ji..” (P2)

“… Biasa cepat biasa disuruh tunggu… tapi eee biasanya cepat ji datang..
apalagi kalau dia taumi kalau saya yang sakit.. kan saya yang paling lama
disini.. jadi mungkin perawatnya juga kenalmi sama saya…” (P6)

b. Perawat memiliki respon lama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 6 orang dari 8 partisipan

menyatakan perawat memiliki respon yang lama saat dibutuhkan oleh

pasien. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

62
“eee tidak kak. Biasanya agak lama sebenarnya kalau kita tidak melapor.
Jadi saat saya kesakitan begitu, penanganannya agak lama. Yah, mungkin
masih urus pasien yang lain. Eeh, biasa kalau ehhh, waktu pertama kali
kesakitan, di kasih obatnya agak lama. Responnya juga lama. Pernah dulu
nda ada dokter, jadi biasa disuruh sama perawat menunggu dulu menunggu
dulu. Yah, jadi ditahan-tahan mami sakitnya…” (P1)

“….Kalau ada diminta langsungji bergerak ada juga yang bilang “tunggu
tunggu tunggu”(mencoba mempraktikkan) saja. Itumi yang kurang yang
nasuruhki menunggu lama. Biasa dia bilang “tunggu dulu tunggu dulu”
tapi inikan curhat saja kan berapa kalima masuk disini dengan di eee
kamar tiga kemarin lainki rasanya, perawatannya di kamar lima dengan
kamar disini, kalau di kamar lima baik-baik semua maupun perawat
maupun yang diatasnya perawat toh. Kalau disini saya rasa kayak kurang
seperti itu…. Karena kalau eee eee atas anunya toh pesan eee infusnya mau
diganti eh tunggu tunggu dulu. Bagaimana ini sampai kapan kita mau
menunggu? Sampai kapanki mau disuruh menunggu? Biasa tidak cepat
pelayanannya tapi kalau di kamar lima tidak bisa yang satu perawat yang
satunya bergerak. Kalau disini perawat perawat perempuannya biasa
suruh tunggu tunggu dulu, perawat laki-laki. Jadi biasa kodong itu kucari-
cari itu perawatnya pernah maluka juga kasi tahu lagi bagus pelayannya
di kamar sebelumnya daripada disini padahal sama ruanganji, kenapa bisa
begitu di’? kenapa perawat perempuannya bilang cari perawat laki-laki na
sedangkan sama….” (P3)

“…Kalau menurut saya sih lambat. Soalnya kan banyak pasien. Kalau sakit
sekali ya cepet. Biasanya disuruh tunggu, kalau pasiennya dia lihat masih
bisa tahan tahan dulu yah suruh tunggu tapi kalau gawat dia lihat, baru
cepet ditanganinnya. Nanti kalau sudah bener-bener kesakitan dia lihat,
baru dia datang. Jadi kalau pasien ada yang meninggal gara-gara
kesakitan dan terlambat obatnya kira-kira itu salah siapa? Perawatnya
atau pasiennya? Soalnya sering seperti itu mba…” (P4)

“…Biasanya responnya perawat dia bilang “tunggu”. Dalam arti kata kan
mungkin lagi ada dia kerja, jadi disuruh tunggu entakah juniornya ataukah
siapakah. Biasa pada saat disana banyak orang (perawat) biasa langsung
ada 1 orang yang ikut, tapi kalo sendiri biasanya dicarikan dulu, tapi yah
tetap lama….”(P5)

63
“…kadang anu.. kadang langsung datang.. kadang menunggu hingga
setengah jam,,, sepuluh menit,, paling lama setengah jam lah, 30
menit….Pernah disuruh ganti sesuatu,,ee lama datangnya,,, cuman karna
kita mungkin pasien toh artinya tidak datang langsung, disuruh tunggu
saja.. kalau memang sudah kelebihan (kelewatan), artinya kita datang
langsung saja disana complain….” (P8)

“Ooh kalau itu ya yang lain biasa disuruh, kayak itu tadi kebetulan perawat
yang jaga disini tidak ada, dan yang lewat perawat sebelah jadi saya minta
tolong Bapak suruh panggil perawat yang di sebelah saja. Tapi biasa juga,
disuruh tunggu baru dikasih tau Bapak bilang tolong kasih turun itu kunci
infusnya supaya nda lari darahnya…” (`P7)

Coding Subtema Tema


1. Kalau sudah Perawat memiliki Respon perawat

dipanggil, respon yang cepat terhadap kebutuhan

perawat langsung pasien

datang

2. Biasa cepat kalau

saya yang panggil

1. Agak lama Perawat memiliki

2. Disuruh respon yang lama

menunggu

3. Lelah menunggu

4. Lambat

5. Lama

64
6. Ditunggu

setengah jam

6. Dukungan perawat terhadap pasien

Tema ini dibentuk dari sub-sub tema pemberian dukungan berupa

motivasi dan pemberian dukungan kegiatan spiritual.

a. Pemberian dukungan berupa motivasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan bahwa perawat memberikan dukungan berupa motivasi dalam

bentuk kata-kata yang mendorong pasien untuk tabah menghadapi

penyakitnya. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“… Biasa perawatnya bilang sabar.. Jangan patah semangat…” (P1)

“…Yah, kadang perawatnya bilang “ semangatki ibu, itu namanya kita


sakit bukan sengaja. Itu adalah cobaan semua toh. Jadi kita harus sabar
saja menghadapinya lah…” (P2)

“..Kalau disini ndak pernah tapi waktu di kamar lima sering. Itu biasa
dibilang semangat, sabarki…” (P3)

“…Sering dikasih motivasi sama petugasnya… Apalagi misalnya kalau


dia (perawat) lihat pasien kan biasa sering cemberut kan, kadang diajak
bercanda sama perawatnya, biasa dikasih sentuhan untuk kasih semangat
jadi saya tersenyum..” (P5)

“… Kalau perawatnya ya biasa bilang saja eee “semangatki pak.. sabarki


pak”. Ituji saja..” (P6)

65
“…Kayak apa di’?.. kayak itu saja..pujian-pujian begitu artinya ya supaya
semangat toh.. terus biasa juga kasih semangat.. cuman yaa dia bertanya-
bertanya saja.. artinya diaa.. ya kasih bercanda-bercanda saja…” (P8)
b. Pemberian dukungan berupa kegiatan spiritual

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan perawat telah memberikan dukungan untuk melakukan

kegiatan spiritual seperti sholat di tempat tidur dan banyak-banyak berdoa

kepada Tuhan. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“… rajin-rajinki berdoa.. biasa begitu nabilang perawatnya.. serahkan


semuanya sama Allah.. biasa kalau dikasih begituka’ lagi, menangis lagi
mamaku…” (P3)

“…Ada yang disitu kemarin (sambil menunjuk bed di depannya) dikasih tau
katanya “sabar, kembalikan semuanya sama Tuhan, banyak-banyak saja
berdoa” tapi kalau saya yah Alhamdulillah belum pernah. Semoga jangan
deh..” (P4)

“..Sering dikasih motivasi sama petugasnya. Apa lagi kalau dokternya


datang itu. Pasti disampaikan Pak D banyak banyak berdoa. Kita bantu
juga dengan medis. Tapi Pak D juga harus banyak banyak berdoa sama
Tuhannya…” (P5)

“…Aii tidak pernah ka ditanya begitu, tidak pernah itu perawatnya bilang
eee “banyak-banyak berdoa, ingatki Tuhan”, biasa dokterji yang bilang…
“(P6)

“…Ooo.. banyak… biasa perawat yang kasih tauka’, bahkan dokter juga..
ya dia bilang “banyak-banyakki berdoa, serahkan sama Yang Di Atas
supaya dilancarkan semua segala hambatannya”.. pernah juga dia bilang
“kembalikanmi saja semuanya sama Tuhan..” (P8)

“…Jadi perawatnya perhatian sekali. Biasa juga saya lihat perawatnya


bimbing ibu nya untuk berdzikir, mengingat Tuhan, kasih semangat, begitu-
begitulah.. biasa juga ditanya bilang eee “bu kalau bisa sholat di tempat
tidurki…” (P2)

66
Coding Subtema Tema
1. Jangan patah Pemberian dukungan Dukungan perawat

semangat berupa motivasi terhadap pasien

2. Harus sabar kanker

menghadapi

penyakit

3. Disuruh untuk

bersabar

4. Sering diberi

motivasi

5. Diminta untuk

sabar

6. Diberi pujian

supaya bisa

semangat

1. Rajin-rajin berdoa Pemberian dukungan

2. Kembalikan untuk melakukan

semuanya ke kegiatan spiritual

Tuhan

3. Banyak-banyak

berdoa

67
4. Mengingat Tuhan

5. Serahkan pada

Yang Di Atas

6. Dibimbing

berdzikir

7. Suasana lingkungan kamar pasien

Tema ini dibentuk dari sub-sub tema kebersihan kamar, privasi pasien,

cahaya kamar, dan suhu ruangan

a. Kebersihan Kamar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan bahwa kebersihan kamar sangat baik dan mendukung sehingga

pasien merasa nyaman. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“…kamarnya bersih kak.. tiap hari selalu ada yang datang bersihkan…”
(P1)

“…ruangannya bersih.. pokoknya sedikit-sedikit sapu lagi,, sedikit-sedikit


sapu lagi.. bersihkan lagi.. jadi yah lumayan nyaman lah…” (P2)

“… Bersih ji cuma biasa ada pasien yang habis kencing tidak


nabersihkanki.. jadi kita di dekat WC tidak nyamanmi juga.. Kalau
kebersihan sendiri di kamar Alhamdulillah sudah bagus, hanya saja
WCnya…” (P3)

“…bersih sih kalau menurutku mba., ada trus petugasnya bersihkan..


kecuali kalau seprei, biasa kan tergantung dari kita.. Kalau sudah kotor, ya
jadi kita panggil perawatnya gantikan.. Oh itu juga mba, biasa orang-
orang kalau masuk WC tidak dibersihkan jadi baunya itu sampai disini,,
Kan jadi tidak nyaman begitu…” (P4)

68
“.. kalau suasana lingkungannya sih bersih, ramai, itu aja yaa. Cleaning
servicenya rajin..” (P5)

“.. Yaa.. bagus ji ka tiap hari dibersihkan…” (P7)

“.. Wah bagus sekali kalau kebersihannya disini, karena hari-hari


dibersihkan.. bukan hari-hari juga.. setiap jam dibersihkan….” (P8)

b. Cahaya Kamar

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian partisipan

menyatakan cahaya kamar cukup baik dan otomatis mati di malam hari

sehingga pasien merasa nyaman saat tidur. Pernyataan pasien sebagai

berikut:

“… kalau lampunya ya kayaknya otomatis kak… tapi sudah bagus.. kalau


malam biasa mati, tapi ya bagus soalnya gak bisa tidur juga kalau
lampunya nyala…” (P1)

“…kayaknya otomatis ji kalau malam mati lampunya, memang saya suka


tidue kalau mati lampunya,, jadi saya nyamanji…” (P3)

“.. kalau cahayanya bagusji, tidak berpengaruhji kayaknya..” (P7)

c. Suhu ruangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan suhu ruangan panas sehingga pasien merasa gerah. Pernyataan

partisipan sebagai berikut:

“yaa… anu sih kayaknya.. karna nda angin masuk.. jadinya panas kak..
malam dan siang disini panas juga jadi kadang gerah..”(P1)

“.. disini panas kalau tidak ada kipas, makanya saya beli kipas sendiri…”
(P2)

69
“… Kalau disini tidak panas ji karena sudah ada angin dari luar tapi
mungkin akan bagus lagi kalau ada kipasnya…”(P3)

“… Nyaman tidak nyaman sih ya namanya rumah sakit.. harapannya sih


ada kipas angin di setiap ruangan. Namanya juga pasien gerah…”(P5)

“… Yaa. Seperti kamar biasa.. cuma itu yaaa sering panas…” (P8)

“Ya bagus, tapi itu saja panas sekali, jadi bawa sendiri kipas angin…” (P6)

“.. Iya,, kalau itu, biasa panas sekali disini..”(P7)


d. Privasi pasien

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh partisipan

menyatakan bahwa perawat menjaga privasi pasien saat melakukan

tindakan dengan menutup sampiran. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“… pertama sebelum lakukan tindakan kak, biasa ini (sambil menunjuk


sampiran) ditutup dulu..” (P1)

“.. iyaa ini kainnya (sampiran) ditutup dulu sama perawat, kalau misalnya
ada yang lubang atau tertutupi , biasanya penjaganya yang disuruh sama
perawat berdiri supaya tidak ada yang lihat…. (P2)

“… ini selalu langsung ditutup sama perawtanya…” (P4)

“.. pada saat melakukan tindakan pasti sampirannya ditutup sama


perawatnya, biasa juga dokternya atau biasa penjaga pasien yang
disuruh..” (P5)

“…ditutup, biasa saya yang langsung tutup kalau saya lihat sudah mau
dilakukan tindakan, biasa juga perawatnya yang lakukan. Tapi tidak
pernah kalau perawatnya nda ada ji yang mau nalakukan.. atau kayak tidak
adaji yang mau dia tangani, kecuali kalau saya mau buang air kecil, yaa
ditutup…” (P7)

“…Iyaaa, eee biasa perawatnya tutup (sampiran) kecuali kalau misalnya


apa namanya, seperti ee itu tensi, biasa tidak ditutup. Biasa juga saya tutup
kalau misalnya mau saya bersihkan lukanya Bapak toh..” (P6)

70
Coding Subtema Tema
1. Kamarnya bersih Kebersihan Kamar Suasana lingkungan

2. Sedikit-sedikit kamar pasien

dibersihkan lagi

3. Bersihji, hanya

WCnya saja

4. Ada petugas yang

bersihkan

5. Lingkungannya

bersih

6. Tiap hari

dibersihkan

7. Kebersihannya

bagus

1. Lampunya Cahaya kamar

otomatis

2. Kalau malam

lampu mati, jadi

tidurnya nyaman

3. Cahayanya bagus

71
1. Angin tidak Suhu ruangan

masuk

2. Panas jika tidak

ada kipas

3. Tidak panas karna

dekat jendela

4. Gerah

5. Sering panas

6. Panas sekali

7. Selalu panas

1. Tutup sampiran Privasi pasien

2. Kainnya ditutup

3. Ditutup dulu

sampiran

4. Perawat yang

tutup

5. Langsung ditutup

6. Sampirannya

ditutup

7. Kalau buang air

kecil, ditutup

72
8. Kalau tensi tidak

ditutup

8. Bentuk keterlibatan keluarga dalam tindakan keperawatan

Tema ini dibentuk dari sub-sub tema keterlibatan keluarga dalam bagian

administrasi dan keterlibatan keluarga dalam bentuk tindakan.

a. Bagian Administrasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 2 partisipan menyatakan

keterlibatan keluarga saat perawat melakukan tindakan adalah di bagian

administrasi yaitu tanda tangan. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“.. Iya sering. Contohnya tanda tangan. Hehehe..” (P4)

“.. Biasa disuruh untuk urus administrasi begitu,, kayak BPJS,, begitu-
begitulah pokoknya…” (P5)

b. Keterlibatan dalam bentuk tindakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa partisipan menyatakan

keterlibatan keluarga saat erawat melakukan tindakan adalah membantu

menutup sampiran, ambil obat atau buang sampah. Pernyataan partisipan

sebagai berikut:

“…Ya itu saja, selebihnya tidak pernah lagi dilibatkan. Mungkin yah
disuruh ambil obat. Itu saja..” (P4)

“..Untuk sampai sekarang belum yaa. Palingan kemarin waktu dikeluarkan


cairan dari dalam perutnya, palingan ya. Itu saja.. cuman apaa.. cuman
bantu perawatnya dalam artian kata buang cairannya ke tempat
sampah…” (P5)

73
“Iya, ini semua (sambil menunjuk sampiran) ditutup sama perawat, kalau
misalnya ada yang lubang atau tidak tertutupi, biasa penjaganya yang
disuruh sama perawat berdiri supaya tidak ada yang lihat..” (P2)

Coding Subtema Tema


1. Tanda tangan Bagian administrasi Bentuk keterlibatan

2. Urus administrasi keluarga dalam

1. Ambil obat Keterlibatan keluarga tindakan

2. Buang ke tempat dalam bentuk tindakan

sampah

3. Tutup sampiran

9. Harapan pasien-pasien kanker

Tema ini dibentuk dari sub-sub tema harapan untuk pelayanan keperawatan,

harapan untuk fasilitas pendukung dan harapan dalam pengobatan medis.

a. Harapan untuk pelayanan keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan menyatakan memiliki

harapan untuk pelayanan keperawatan terutama untuk respon perawat yang

cukup lama saat pasien membutuhkan. Pernyataan partisipan sebagai

berikut:

“..Iyya kalau bisa pelayanannya lebih baik lah. Ditingkatkan, jangan sering
sekali bilang tunggu” (P3)

“..Kalau bisa perawatnya lebih cepet, lebih sensitif pokoknya. Kalau cuman
dilihat mata saja kan sudah tahu yang ini kesakitan yang mana yang lebih
butuh. Jadi lebih sensitiflah..” (P4)

74
“..Kalau harapan saya ke depannya, kalau memang ada, maksudnya kalau
ada hasil lab, kita kan juga mau tahu. Kalau disini jarang dikasih tahu.
Harus kita terus yang bertanya duluan. Kayak kemarin kan, saya tanya
“Mba hasil Hbnya sudah keluar belum?”, trus perawatnya bilang “belum
pak”. Beberapa hari kemudian saya tanya sudah keluar mba?. Perawatnya
bilang oh iya pak. Jadi yang kami harapkan entahkah itu pemeriksaan
laboratorium ataukah foto ronsen, mohon dijelaskan apa saja maksudnya
dan tujuannya apa. Kalau memang ada yang mau diperbaiki tolong
sampaikan misalnya jangan konsumsi ini. Jadi sampaikan saja..” (P5)

“…Harapan saya mungkin.. artinya..eee.. jika pasien membutuhkan


sesuatu seperti perawat atau dokternya.. cepat bertindak.. jangan artinya
ada dulu keluhan baru mereka bertindak.. begitu.. kadang juga dokter juga
begitu juga eenanti orang menunggu setengah jam,, baru datang.. kadang
bahkan lebih dari itu.. jadi kan pasien membutuhkan.. jadi tolong semuanya
perawatnya dokternya cepat datang.. itu saja sudah harapan saya..” (P8)

“…Kalo perawatnya, yaa semoga dapat lebih ditingkatkan.. kalau ditanya


bilang puas, insha Allah saya puas, tapi tetap kalau bisa ditingkatkan
lagi…”(P7)

b. Harapan untuk fasilitas pendukung

Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan menyatakan

memiliki harapan untuk fasilitas pendukung yang ada di ruangan, seperti

kipas angin. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“..Kalau disini tidak panas ji karena sudah ada angin dari luar tapi
mungkin akan bagus lagi kalau ada kipas anginnya..” (P1)

“Harapannya sih ada kipas angin di setiap ruangan. Namanya juga pasien
pasti ada yang gerah kan.” (P5)

“Kalau disini tidak panas ji karena sudah ada angin dari luar tapi mungkin
akan bagus lagi kalau ada kipas anginnya” (P3)

75
c. Harapan dalam pengobatan medis

Hasil penelitian menunjukkan beberapa partisipan menyatakan

memiliki harapan dalam pengobatan medis khususnya agar pasien kanker

bisa cepat sembuh. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“..Semoga lebih baik perawatnya. Semoga dokter sama perawatnya bisa


kasih sembuhka. Ituji” (P6)

“Ya mudah-mudahan ini dokternya perawatnya apanya bisa mengobati


penyakitku sampai aku pulang ke rumah” (P2)

Coding Subtema Tema


1. Lebih baik lagi Harapan untuk Harapan pasien-

2. Lebih sensitive pelayanan pasien kanker

3. Tolong hasil lab keperawatan Bentuk keterlibatan

dijelaskan keluarga dalam

4. Cepat bertindak tindakan

kalau pasien

burtuh sesuatu

5. Lebih

ditingkatkan

1. Pengadaan kipas Harapan untuk fasilitas

angin pendukung

2. Ada kipas angin

tiap ruangannya

76
3. Lebih bagus jika

ada kipas angin

1. Semoga dokter Harapan dalam

dan perawat bisa pengobatan medis

buat pasien

sembuh

2. Semoga perawat

dan dokter bisa

mengobati

penyakitku

3. Edukasi perawat kepada pasien dan keluarganya dalam hal kemandirian

Tema ini terdiri dari satu subtema yaitu mengajarkan pasien dan keluarga

pasien untuk lebih mandiri.

a. Mengajarkan pasien dan keluarga pasien untuk lebih mandiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan

menyatakan perawat mengajarkan pasien dan keluarga pasien untuk lebih

mandiri. Pernyataan partisipan sebagai berikut:

“Yah, biasa juga Bapaknya saya lihat diajarkan bilang kalau misalnya saya
gelisah, nanti bapak bisa bantu misalnya kasih miring-miring badannya
supaya enak-enak dirasa. Kalau misalnya kesakitan, disuruh untuk tarek
napas, biasa bapak ji yang lakukan supaya tidak terasa lagi sakitnya” (P2)

77
“Kalo kami kayak militer ini biasa nda diajar-ajar sama perawatnya.
Kalaupun ada ya paling yang senior-senior saja. Biasa ya soal demam saja
sih. Katanya kalau masih panas, disuruh kompres air biasa saja” (P4)

“yaaa itumi tadi, seumpama kalau infusnya habis dan perawat tidak
sempat, diajari Bapaknya untuk kunciki supaya tidak lari darahnya sambil
menunggu perawat datang.” (P7)

“Kalau untuk kasih mandiri saya juga tidak tahu, tapi biasa kalau perut
saya sakit, kadang perawatnya bilang, perbanyak jalan, sudahnya kita
lihat kan kaki saya sudah bengkak, mungkin pengaruh karna tidak pernah
dipakai jalan. Biasa disuruh jalan sama perawatnya. Saya kan perut bagian
kiri yang tumor, kadang disampaikan jangan terlalu tidur terus, kadang
agak miring. Miring ke kanan. Biasa juga saya sendiri, kadang miring
kanan atau cari posisi yang nyamanlah. Asal jangan tengkurap” (P5)

Coding Subtema Tema


1. Diajarkan kalau Mengajarkan pasien Edukasi perawat

gelisah, ganti dan keluarga pasien kepada pasien dan

posisi untuk lebih mandiri keluarganya dalam

2. Diajarkan hal kemandirian

kompres kalau

demam

3. Infus habis,

diajarkan untuk

mengunci infus

4. Diajarkan untuk

bergerak-bergerak

78
sedikit asal tidak

tengkurap

B. Pembahasan

C. Keterbatasan Penelitian

79
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam riset

keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.

Betsy, L. L., Sarah, S. L., & Peggy, H. C. (2013). Understanding Watson's caring model

in the self management program for chronic heart failure patient. Macau

Journal of Nursing Vol. 12 No. 1, 42-47.

Cahyani, E. (2017). Hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat depresi pada

pasien dengan ulkus diabetikum di RSUD Kabupaten Semarang. Ungaran:

Universitas Ngudi Waluyo.

Childs, A. (2006). The complex gastrointestinal patient and Jean Watson's theory of

caring in nutrition support. Journal Gastroenterology Nursing Volume 29

Number 4, 283-288.

Darmawan, A. N. (2016). Hubungan perilaku caring perawat terhadap tingkat kepuasan

pasien rawat inap di RSUD Klungkung. Jurnal Dunia Kesehatan Volume 5

Nomor 1, 48-53.

Dedi, B., Setyowati, & Afiyanti, Y. (2008). Perilaku caring perawat pelaksana di

sebuah rumah sakit di Bandung: Studi grounded theory. Jurnal Keperawatan

Indonesia Volume 12 Nomor 1 , 40-46.

80
Departemen Kesehatan (Depkes). (2013). Diakses di

http://depkes.go.id/resource/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf

pada tanggal 30 September 2017

Dewi, G. T., & Hendrati, L. Y. (2015). Analisis risiko kanker payudara berdasarkan

riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dan usia menarche. Jurnal Berkala

Epidemiologi, 12-23.

Harsal, A., & Rachman, A. (2016). Mengenal lebih dalam tentang kanker. Jakarta:

RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Hubert-William, N. J., et al. (2017). The cancer care experiences of gay, lesbian and

bisexual patients: A secondary analysis of data from UK cancer patient

Experience Survey. European Journal of Cancer Care. 1-10.

Ilkafah, & Harniah. (2017). Perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien di ruang

rawat inap private care centre RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Jurnal Isu Keperawatan Voloume 8 Nomor 2, 138-146.

Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan. 2011. Jakarta. Komisi Nasional Etik

Penelitian. Diakses di http://www.knepk.litbang.depkes.go.id/knepk/ pada

tanggal 29 September 2017

Lake, E. T., Germack, H. D., & Viscadi, M. K. (2016). Missed nursing care is linked

to patient satisfaction: a cross-sectional study of US Hospitals. British Medical

Journal, 535-543.

81
Liu, J. E., Mok, E., & Wong, T. (2006). Caring in nursing: Investigating the meaning

of caring from perspective of cancer patient in Beijing, China. Journal of

Clinical Nursing, 188-196.

Lubis, N. L. (2009). Dukungan sosial pada pasien kanker, perlukah? Medan: USU

Press.

Marilyn, S. C., & Marilyn, P. E. (2015). Nursing theory and nursing practice 4th

edition. Philadelphia: F.A Davis Company.

McKay, P., Rajacich, D., & Rosenbaum, J. (2002). Enhancing palliative care through

Watson's carative theory. Ontario: University of Windsor.

Mulyaningsih. (2013). Peningkatan perilaku caring melalui kemampuan berpikir kritis

perawat. Manajemen Keperawatan, 100-106.

Nantsupawat, A., & et al. (2015). Nurse burnout, nurse-reported quality of care, and

patient outcomes in Thai hospital. Journal of Nursing Scholarship, 83-90.

Notoatmodjo, S. (2010). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2014). Caring sebagai dasar peningkatan mutu pelayanan keperawatan

dan keselamatan pasien. Surabaya: Universitas Airlangga.

Pajnkihar, M., Stiglic, G., & Vrbnjak, D. (2017). The concept of Watson's carative

factors in nursing and their (is)harmony with patient satisfaction. Peer Journal,

1-16.

82
Petersen, C. L. (2013). Spiritual care of the child with cancer at the end of life; A

concept analysis. Journal of Adavanced Nursing, 1243-1253.

Potter, A. P., & Perry, A. G. (2009). Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba

Medika.

Rachmawaty, R. (2017). Ethical issues in action-oriented research in Indonesia.

Nursing Ethics, 686-693

Rahayu. D. A., & Nurhidayanti. T. (2017). Penilaian terhadap stressor & sumber

koping penderita kanker yang menjalani kemoterapi. Jurnal Unimus, 95-103

Riset Kesehatan Dasar (2013). Diakses di

www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20Riskeskesdas%2020

13 pada tanggal 29 September 2017

Salsabilah, N., & Wahyuni, S. (2014). Pengaruh komunikasi dan perilaku perawat

terhadap kesembuhan pasien di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor

3, 350-355.

Santi, S. M. P. L., & Sulastri. (2010). Gambaran fisik dan psikologis klien dengan

kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Publikasi Ilmiah UMS:

Surakarta.

83
Sudarta, I. W. (2015). Penerapan teori model dalam pelayanan keperawatan.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Sugiyono. (2015). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sun, Y., & et al. (2013). Human care theory and influences on the life quality index of

cancer patients in household life. Journal Engineering, 252-254.

Suroso, J., & et al. (2015). Top ten caring needs of emergency departement patients in

Banyumas, Central Java Province, Indonesia; Patient's needs and cultural

approach . International Journal of Research in Medical Sciencea, S61-S68.

Tim Cancer Helps. (2010). Stop kanker. Jakarta Selatan: AgroMedia Pustaka.

Tomey, A., & Alligood, M. (2006). Nursing theorists and their work: Six Edition.

Missouri: Mosby Elsebier

Watson Caring Science Institute (2010). Diakses di halaman

https://www.watsoncaringscience.org/files/Cohort%206/watsons-theory-of-

human-caring-core-concepts-and-evolution-to-caritas-processes-handout.pdf

pada tanggal 4 Agustus 2017

Watson, J., & Sitzman, K. (2014). Caring science, mindful practice: Implementing

Watson's human caring theory. New York: Springer Publishing Company.

84
World Health Organization (2009). Cancer. Diakses di halaman

http://www.who.int/cancer/en/ pada tanggal 29 September 2017

85
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Kepada

Yth. Calon Partisipan

Di-

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Indah Gita Cahyani

NIM : C12114310

Judul : Pengalaman Pasien KankeR tentang Perilaku Caring Perawat Menurut Teori

Watson di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman pasien kanket tentang perilaku

caring perawat menurut teori watson di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Sehubungan hal di atas, peneliti mengharapkan kesediaan saudara(i) untuk

menandatangani lembar persetujuan partisipan dan menjadi partisipan dalam

wawancara yang peneliti lakukan sesuai dengan pendapat saudara(i) tanpa dipengaruhi

orang lain. Partisipasi saudara(i) dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas

86
menerima ataupun menolak sebagai partisipan tanpa ada sanksi apapun. Peneliti

menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban saudara(i). Informasi

yang diberikan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan

ilmu keperawatan. Atas kesediaan dan kerjasama, peneliti ucapkan terima kasih.

Makassar, September 2017

Peneliti

87
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang maksud, tujuan, dan manfaat

dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin atas nama:

Nama : Indah Gita Cahyani

NIM : C12114310

Judul : Pengalaman Pasien Kanker tentang Perilaku Caring Perawat Menurut Teori

Watson di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Dengan ini saya menyatakan bersedia atau tidak keberatan untuk menjadi

partisipan dalam penelitian ini.

Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa paksaan

dari pihak manapun.

Makassar, Oktober 2017

Partisipan

(…………………..)

88
Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA

Inisial Partisipan :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal & Waktu :

1. Memperkenalkan diri sebagai peneliti kepada partisipan

2. Menyampaikan topik penelitian:

Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang pengalaman pasien

kanker tentang perilaku caring perawat menurut Teori Watson di ruang

perawatan Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan caring menurut

Teori Watson di ruang perawatan Lontara 1 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar. Sehingga penelitian ini akan menjadi pengembangan ilmu

keperawatan serta sebagai bahan evaluasi untuk perawat-perawat yang ada di

ruang rawat inap untuk mengetahui caring yang dibutuhkan oleh pasien dengan

diagnosa kanker. Saya ingin menanyakan kesediaan bapak/ibu untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya tidak akan mencantumkan nama dan

alamat bapak dan ibu dalam penelitian ini dan saya akan menggantinya dengan

kode. Apakah bapak/ibu bersedia memberikan masukan dan berdiskusi terkit

89
bagaimana pengalaman bapak/ibu sebagai penerima perilaku caring perawat di

ruangan ini? Kita akan berdiskusi 40-60 menit dan ruangan yang kita

rencanakan adalah di sini.

Adapun pertanyaan yang saya ajukan, yaitu:

1. Bagaimana pelayanan perawat yang di rumah sakit ini?

2. Bagaimana sikap perawat dalam memperlakukan anda sebagai

pasien di rumah sakit ini?

3. Bagimana sikap perawat saat masuk ke kamar anda?

4. Bagaimana respon perawat saat anda merasa tidak nyaman atau

mengalami suatu masalah, namun tidak mengungkapkannya?

5. Bagaimana perawat pada saat pertama kali bertemu dengan anda?

6. Bagaimana respon perawat saat anda mengeluh nyeri?

7. Pada saat anda tiba-tiba merasa sakit/tidak nyaman, bagaimana

respon perawat?

8. Bagaimana sikap perawat dalam membuat anda lebih mandiri?

9. Bagaimana suasana lingkungan ruangan anda selama berada disini?

10. Bagimana sikap perawat saat anda membutuhkan sesuatu?

11. Bagaimana cara perawat dalam menyampaikan status kesehatan

anda?

90

Вам также может понравиться

  • PNP Kko Lorek Tal
    PNP Kko Lorek Tal
    Документ159 страниц
    PNP Kko Lorek Tal
    deaptr
    Оценок пока нет
  • Askep Scleroderma
    Askep Scleroderma
    Документ3 страницы
    Askep Scleroderma
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Swastika
    Swastika
    Документ17 страниц
    Swastika
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • LP Premature
    LP Premature
    Документ13 страниц
    LP Premature
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Askep Asfiksia
    Askep Asfiksia
    Документ24 страницы
    Askep Asfiksia
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Format LP
    Format LP
    Документ3 страницы
    Format LP
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Woc BBLR
    Woc BBLR
    Документ2 страницы
    Woc BBLR
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
    BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
    Документ99 страниц
    BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Syok Neurogenik
    Syok Neurogenik
    Документ3 страницы
    Syok Neurogenik
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Halaman Perbaikan Proposal
    Halaman Perbaikan Proposal
    Документ3 страницы
    Halaman Perbaikan Proposal
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Preplanningdan Sap Penyuluhan DBD
    Preplanningdan Sap Penyuluhan DBD
    Документ14 страниц
    Preplanningdan Sap Penyuluhan DBD
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Kelompok III
    Kelompok III
    Документ44 страницы
    Kelompok III
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Askep Kelompok KMB I
    Askep Kelompok KMB I
    Документ45 страниц
    Askep Kelompok KMB I
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Case 3 Panum
    Case 3 Panum
    Документ5 страниц
    Case 3 Panum
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Bismillah My PTT
    Bismillah My PTT
    Документ14 страниц
    Bismillah My PTT
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Persepsi Perawat Tentang Pendelegasian Tugas Kepala Ruang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Kerja Perawat
    Persepsi Perawat Tentang Pendelegasian Tugas Kepala Ruang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Kerja Perawat
    Документ1 страница
    Persepsi Perawat Tentang Pendelegasian Tugas Kepala Ruang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Kerja Perawat
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Sintesis Jurnal Komkelger Gita
    Sintesis Jurnal Komkelger Gita
    Документ7 страниц
    Sintesis Jurnal Komkelger Gita
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • LK Limfoma Maligna
    LK Limfoma Maligna
    Документ27 страниц
    LK Limfoma Maligna
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Penyakit Katup Jantung
    Penyakit Katup Jantung
    Документ32 страницы
    Penyakit Katup Jantung
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Urinari 3
    Urinari 3
    Документ7 страниц
    Urinari 3
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Hasil Tabulasi Data
    Hasil Tabulasi Data
    Документ12 страниц
    Hasil Tabulasi Data
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • LK Ca Penis
    LK Ca Penis
    Документ15 страниц
    LK Ca Penis
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • LP Kelainan Katup-Fix
    LP Kelainan Katup-Fix
    Документ24 страницы
    LP Kelainan Katup-Fix
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • CIR Pemasangan NGT
    CIR Pemasangan NGT
    Документ6 страниц
    CIR Pemasangan NGT
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan CA Rektum
    Laporan Pendahuluan CA Rektum
    Документ41 страница
    Laporan Pendahuluan CA Rektum
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • LP Skoliosis
    LP Skoliosis
    Документ12 страниц
    LP Skoliosis
    Indah Gita Cahyaanii
    100% (1)
  • Jurnal Management Keperawatan
    Jurnal Management Keperawatan
    Документ10 страниц
    Jurnal Management Keperawatan
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Contoh CV
    Contoh CV
    Документ1 страница
    Contoh CV
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет
  • Persepsi Perawat Tentang Pendelegasian Tugas Kepala Ruang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Kerja Perawat
    Persepsi Perawat Tentang Pendelegasian Tugas Kepala Ruang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Kerja Perawat
    Документ1 страница
    Persepsi Perawat Tentang Pendelegasian Tugas Kepala Ruang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Kerja Perawat
    Indah Gita Cahyaanii
    Оценок пока нет