Вы находитесь на странице: 1из 5

Endometriosis

Definisi

Endometriosis adalah munculnya jaringan endometrium ( kelenjar dan stroma) di luar


uterus. Tempat yang paling sering menjadi lokasi implantasi antara lain organ-organ panggul dan
peritoneum. Endometriosis memiliki tampilan yang bervariasi dari lesi yang sifatnya minimal hingga
kista ovari masif yang menganggu anatomi tuboovari dan perlekatan luas ke usus, vesica urinaria,
dan ureter. Endometriosis diperkirakan terjadi pada 7% perempuan usia reproduktif di Amerika
Serikat dan sering dihubungkan dengan nyeri panggul dan infertilitas. (D’Hooge et al., 2007).

Epidemiologi

Angka kejadian endometriosis diperkirakan sebesar 6%-10% pada perempuan usia produktif.
Belum ada data di Indonesia yang mengetahui jumlah pasien endometriosis. Wanita yang
mengalami nyeri panggul sebanyak 70% menderita endometriosis. Menurut Eskenazi et al.,
endometriosis dapat terjadi pada seluruh kelompok usia reproduktif, namun endometriosis paling
tinggi terjadi pada rentang usia 40-44 tahun.

Faktor risiko

Beberapa faktor reproduksi berhubungan dengan endometriosis, terdapat kecenderungan


bahwa hormon berperan dalam proses terjadinya endometriosis. Usia menarche yang lebih awal
dan siklus menstruasi yang pendek dapat meningkatkan risiko terjadinya endometriosis, sedangkan
kehamilan dan penggunaan kontrasepsi oral menurunkan kejadian endometriosis. Estradiol dan
estrol yang bersirkulasi dalam peredaran darah yang menstimulasi ektopik dan eutopic jaringan
endometrium diketahui lebih tinggi pada wanita yang mengalami menarche lebih awal dan wanita
nullipara. Hubungan antara merokok dan endometriosis masih belum jelas. Walaupun merokok
lebih merugikan pada aspek kesehatan, merokok menurunkan risiko endometriosis pada mayoritas
penelitian, namun tidak semua. Mekanisme yang melatarbelakangi hal ini masih belum jelasn.
Estrogen pada perokok aktif diketahui lebih rendah dan dapat menghambat pertumbuhan jaringan
endometrium. Hubungan antara konsumsi alkohol dan kafein dipengaruhi oleh status fertilitas. Pada
perempuan yang infertil, dapat meningkatkan risiko endometriosis. Walaupun begitu, studi yang
dilakukan pada perempuan fertil, tidak didapatkan hubungan antara keduanya. Faktor gaya hidup
dan diet yang mempengaruhi terjadinya endometriosis dihubungkan dengan anti inflamasi. Akifitas
fisik dan diet omega-3 dapat menurunkan kadar Tumor nekrosis alpha ( TNF-α), interleukin 6 ( IL6),
dan penanda inflamasi lain. Walaupun hubungan antara aktifitas fisik dan endometriosis masih
belum jelas, konsumsi omega 3 dihubungkan dengan penurunan risiko endometriosis ( Parasar et al.,
2017).

Etiopatogenesis

Mekanisme terjadinya endometriosis belum diketahui secara pasti dan sangat kompleks.
Predisposisi genetik jelas berperan penting. Terdapat 3 hipotesis yang menjelaskan tentang
terjadinya endometriosis

1. Teori menstruasi retrograde


Sampson pada pertengahan tahun 1920 berasumsi bahwa fragmen endometrium
ditransportasikan melalui tuba falopi saat menstruasi dan tumbuh di berbagai tempat di
intraabdomen. Jaringan endometrial, yang normalnya lepas saat menstruasi dapat tumbuh secara in
vivo maupun in vitro. Untuk menjelaskan kejadian yang jarang seperti endometriosis di tempat yang
jauh seperti paru, kepala, ketiak, dibutuhkan postulaso penyebaran secara hematogen.

2. Teori metaplasia mullerian

Meyer mengatakan bahwa endometriosis terbentuk dari metaplasia mesotelium


peritoneum menjadi endometrium oleh karena pengaruh stimulus yang belum dapat diidentifikasi

3. Teori penyebaran limfatik

Halban mengatakan bahwa jaringan endometrium diambil ke jaringan limfatik uterus


kemudian ditransportasikan menuju berbagai lokasi di panggul sehingga tumbuh jaringan secara
ektopik. Jaringan endometrial telah ditemukan di aliran limfatik panggul pada 20% pasien dengan
penyakit ini.

Teori yang mendukung patogenesis Endometriosis

Kebanyakan penulis berpendapat bahwa beberapa faktor yang termasuk dalam


pembentukan endometriosis termasuk mentruasi retrograde, meltaplasia coelomic, perubahan
imunologis, dan predisposisi genetik. Pneleiti telah mengidentifikasi perbedaan komposisi kimiawi
dan jalur biologis sel endometrium dari perempuan yang terkena endometriosis dibandingkan
wanita yang normal. Peneliti menemukan perbedaan faktor inflamasi dan pertumbuhan pada cairan
peritoneal wanita yang terkena endometriosis.

Gangguan hormonal dapat mempengaruhi kemampuan sel endometrium untuk


berproliferasi, menempel pada mesotelium dan atau menganggu sistem imunitas yang berfungsi
untuk menghalangi proses tersebut. Pada endometrium eutopic terjadi peningkatan ekspresi enzim
aromatase dan penurunan ekspresi 17B-hydroxysteroid dehydrogenase ( 17b-HSD) tipe 2.
Konsekuensi dari hal tersebut adalah peningkatan konsentrasi estradiol. Estradiol menstimulasi
produksi prostaglandin E2 yang juga menstimulasi aktivitas aromatase. Selain esrtrogen-dependen,
terdapat bukti yang mendukung adanya resistensi progesteron dala patofisiologi endometriosis. Lesi
endometriotik menunjukkan penurunan ekspresi reseptor progesteron.

Inflamasi

Konsep endometriosis sama seperti kondisi inflamasi panggul. Pada perempuan dengan
endometriosis, didapatkan peningkatan jumlah aktivasi makrofag dan sitokin inflamasi cairan
peritoneal. Sitokin yang meningkat antara lain TNF-α, IL-1β, IL-6, IL-8, dan monocyte
chemoattractant protein-1 ( MCP-1). Pada endometriosis kadar prostaglanding sangat tinggi,
mediator ini berperan sentral dalam patofisiologi endometriosis. Terdapat peningkatan cyclo-
oxygenase-2 ( COX-2) dan prostaglandin dibandingkan wanita sehat. TNF-α menimbulan produksi
prostaglandin F2α dan Prostaglandin E2. IL-1β mengaktivasi COX-2 dan meningkatkan produksi PGE2
yang mengatifkan steroidogenic acute regulatory (StAR) dan aromatase. Kondisi inflamasi pada
panggul mempengaruhi patofisiologi nyeri pada wanita dengan edometriosis. Serabut saraf pada
endometriosis meningkatkan persepsi nyeri pada pasien melalui transmisinya dari akar serabut saraf
dorsalis menuju sistem saraf pusat.

Produksi estradiol lokal pada lesi endometritic dan eutopic endometrium, inflamasi, dan nyeri

17βHSD = 17β hydrixysteroid dehidrogenase; E1 = estrone; E2 = estradiol;PGE2 = prostaglandin E2;


PGF2α = prostaglandin F2α; NGF : nerve growth factor
Patofisiologi Endometriosis

DAFTAR PUSTAKA

Burney R.O., Linda C.G. 2012. Pathogenesis and Pathophysiology of Endometriosis. Fertil Steril, 98 (3)
: 1-19.

D’Hooge T.M., Joseph A. H. 2007. Gynecology, 14th edition. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins.
Eskenazi B., Marcella L. W. 1997. Epidemiology of Endometriosis. Obstetric and Gynecology Clinics of
North America, 24 (2):235-258.

Gambone J.C. 2016. Essential of Obstetric and Gynecology, 6th edition. Philadelphia : Elsevier.

Parasar P., Pinar O., Kathryn L. T. 2017. Endometriosis : Epidemiology, Diagnosis and Clinical
Management. Current Obstetric Gynecology, 6 (1): 34-41.

Вам также может понравиться