Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MODUL 0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pengukuran Topografi JIAT sebagai Materi
Substansi dalam Pelatihan Perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT). Modul ini
disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di
bidang Sumber Daya Air.
Modul Pengukran Topografi JIAT disusun dalam 6 (enam) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami pengukuran
topografi JIAT dalam perencanaan JIAT. Penekanan orientasi pembelajaran pada
modul ini lebih menekankan pada partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...................................................................... vii
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 9 PENGUKURAN TOPOGRAFI JIAT
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kajian, Persetujuan dan Izin Pembangunan Bendungan Baru ........... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 3.1. Persyaratan Angka Keamanan Minimal Untuk Stabilitas Lereng
Bendungan Urugan (SNI) ........................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3.2. Frekuensi Pemeriksaan Rutin Oleh Petugas Pengelola Bendungan .. Error!
Bookmark not defined.
Tabel 3.3. Besaran Dan Jarak Gempa Untuk Pemeriksaan Luar Biasa .............. Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Bagan Konsepsi Keamanan Bendungan Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.2. Ilustrasi Macam-Macam Beban Yang Bekerja Pada Bendungan ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 3.3. A - Bendungan Nipah, Nampak Bangunan Pelimpah Dan Lereng Hilirnya
Yang Dilindungi Dengan Lapis Lindung Urugan BatuError! Bookmark
not defined.
Gambar 3.3. B - Contoh Erosi Permukaan Pada Lereng Hilir Tubuh Bendungan (Foto
Zainuddin) .............................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. 4. Contoh Longsoran Lereng Hilir Bendungan Yang Diawali Dengan Aliran
Buluh Disepanjang Dinding Beton, Selain Itu Lereng Bendungan Juga
Terlalu Curam (Foto JICA) ..................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.5. Contoh Bekas Bendungan Yang Runtuh, Lapisan Pemadatan Terlalu
Tebal (>30 Cm), Kepadatan Rendah Hingga Terjadi Erosi Buluh (Foto
JICA) ...................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.6. Contoh Berbagai Metode Pengendalian Rembesan Pada Bendungan
Urugan (Design Standard USBR) .......... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.7. Bagan Macam-Macam Kegiatan Dalam Pemantauan Perilaku
Bendungan ............................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.8. Ilustrasi Jenis-Jenis Pembacaan/ Pengukuran yang Perlu dilakukan
Dalam Kegiatan Pemantauan Perilaku BendunganError! Bookmark
not defined.
Gambar 3.9. Ilustrasi Alur Pekerjaan Pembacaan Atau Pengukuran Instrumentasi
Bendungan Mulai Dari Pembacaan di Lapangan, Pencatatan Dan
Perhitungan yang Dilakukan Oleh Petugas Lapangan Dan Ploting Data,
Pengiriman Data Dari Lapangan Ke Kantor Induk, Sampai Evaluasi Data
Oleh Pemeriksa/ Supervisor Atau Engineer yang Berpengalaman
............................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.10. Contoh Langkah Pelaksanaan Uji Operasi Pintu Pengeluaran Bawah
............................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.11. Konsepsi Penanganan Kondisi Darurat Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.12. Strategi dalam penanganan keadaan darurat. Setelah muncul indikasi
keadaan darurat, Pengelola bendungan harus mengundang ahli
Deskripsi
Modul Pengukuran Topografi JIAT ini terdiri dari empat kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar pertama membahas ikhtisar pekerjaan. Kegiatan belajar kedua
membahas titik control tanah. Kegiatan belajar ketiga membahas metoda
pengamatan dan pengukuran. Kegiatan belajar keempat membahas
pengambaran.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami
pengukuran topografi JIAT. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau
evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah
mempelajari materi dalam modul ini.
Persyaratan
Metode
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 9 PENGUKURAN TOPOGRAFI JIAT
Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta
diharapkan mampu memahami dasar-dasar dan cara-cara pengukuran topografi
secara teristis untuk perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) serta
memenuhi syarat-syarat pengukuran yang telah ditentukan.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI viii
MODUL 9 PENGUKURAN TOPOGRAFI JIAT
BAB I
PENDAHULUAN
Pemanfaatan air pemukaan, seperti sungai, danau, waduk, embung dan lain-
lain telah lama dilakukan masyarakat. Namun demikian, karena
kebutuhannya belum proporsional dibandingkan dengan kesediaannya
terutama di musim kemarau, maka sering kali tanaman yang dibudidayakan
pada perioe tersebut mengalami kekeringn. Berdasarkan pakta empiric
tersebut, maka perlu dipikirkan alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman dari sumber air yang lain. Air tanah merupakan salah satu pilihan
sumber air yang dapat dikembangkan untuk pertanian.
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi, dikenal dengan jaringan irigasi air tanah
(JIAT) telah lama dikembangkan oleh pemerintah melalui Kementerian
PUPR hamper diseluruh provinsi di Indonesia. Jaringan irigasi air tanah
adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai dari sumur
dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah termasuk
bangunan di dalamnya. Pembangunan jaringan irigasi air tanah memerlukan
tenaga-tenaga ahli yang mengerti di dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan jaringan irigasi air tanah.
1) Umum
2) Ruang Lingkup Pekerjaan
3) Basis Survei
4) Hasil dan Data yang Harus Diserahkan Kepada Pihak Pemilik
Pekerjaan
5) Latihan
6) Rangkuman
7) Evaluasi
b) Materi Pokok 2: Titik Kontrol Tanah
1) Ketentuan Umum Pemasangan Benchmark
2) Pemasangan Benchmark
3) Latihan
4) Rangkuman
5) Evaluasi
c) Materi Pokok 3 : Metoda Pengamatan dan Pengukuran
1) Pengamatan GPS
2) Pengukuran Poligon Utama
3) Pengukuran Poligon Cabang
4) Pengukuran Azimut Matahari
5) Pengukuran Sifat Datar
6) Pengukuran Situasi Detail
7) Pengukuran Profil Melintang dan Memanjang
8) Pencatatan, Reduksi dan Pemrosesan Data Hasil Pengamatan di
Lapangan
9) Latihan
10) Rangkuman
11) Evaluasi
BAB II
IKHTISAR PEKERJAAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu memahami ruang lingkup
pekerjaan pengukuran dan pemetaan teristis.
2.1 Umum
Peta adalah bayangan yang diperkecil dari sebagian besar atau kecil
permukaan bumi, bayangan ini harus selengkap-lengkapnya mengingat
perkecilan itu. Perkecilan ini adalah perbandingan antara suatu jarak diatas
peta dan jarak yang sama diatas permukaan bumi, dan perbandingan ini
dinamakan skala dari peta.
Menurut skala peta dapat dibagi dalam :
a. Peta teknis dengan skala sampai dengan skala 1 : 10.000
b. Peta topografi dengan skala lebih kecil dari pada skala 1 : 10.000 sampai
dengan skala 1 : 100.000
c. Peta geografi dengan skala lebih kecil dari skala 1 : 100.000
ketentuan teknis yang telah ditetapkan, bila ternyata ketentuan teknis tidak
terpenuhi menurut penilaian pihak pemilik pekerjaan maka pelaksana
pekerjaan harus menanggung biaya pekerjaan tambahan.
2.4 Hasil dan Data yang Harus Diserahkan Kepada Pemilik Pekerjaan
Adapun hasil dan data yang harus diserahkan kepada Pihak Pemilik
Pekerjaan adalah sebagai berikut:
a) Satu set peta asli digital skala 1 : 2.000, / 1 : 1.000/ 1 : 5.00 yang
dilengkapi dengan titik-titik tinggi pada kertas transparan yang stabil dan
dalam bentuk VCD/ DVD.
b) Satu set peta asli digital dengan skala 1 : 5000 / 1 : 10.000 /1 : 25.000
yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi, pada kertas transparan yang
stabil dan dalam bentuk VCD/ DVD.
c) Semua eksemplar asli dan satu set fotokopi semua pekerjaan observasi
dan perhitungan, diberi indeks, dijilid dan dilengkapi dengan keterangan/
referensi.
d) Daftar koordinat dari benchmark yang dibuat, lengkap dengan data-data
pilar triangulasi yang digunakan sebagai titik ikat Referensi.
e) Gambaran letak titik-titik secara lengkap, termasuk elevasinya, koordinat-
koordinat dan 5 (lima) foto untuk masing-masing benchmark yang
digunakan.
f) Sepuluh salinan/ kopi laporan akhir yang meliputi penelitian lapangan,
proses serta hasilnya. Laporan tersebut harus merinci metode
sebenarnya yang digunakan, ketepatan sebenarnya yang diperoleh dan
kesulitan-kesulitan yang dijumpai serta pemecahannya pada seluruh
tahap pekerjaan. Laporan itu meliputi diagram-diagram jaring koordinat
dan sifat-sifat dasar serta penjelasan mengenai semua titiktitik tetap dan
titik-titik koordinat. Laporan tersebut tidak boleh semata-mata mengulangi
isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi harus benar-benar berdasarkan
hasil pelaksanaan.
2.5 Latihan
1. Sebutkan jenis peta menurut skala peta!
2. Sering kita menggunakan peta, apa yang dimaksud dengan peta teristris?
3. Apa yang diperlukan untuk menetapkan rencana pemasangan
Benchmark?
2.6 Rangkuman
Secara garis besar pekerjaan pemetaan teristris terdiri dari Pemasangan
Benchmark dan Patok Kayu, Pengukuran Koordinat, Pengukuran Sipat
Datar, Pengukuran Situasi Detail, Pengukuran Profil Melintang dan
Memanjang, Perhitungan dan Penggambaran.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x, y) dan
pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Badan Informasi Geospasial
(BIG).
2.7 Evaluasi
1. Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x,y)
dan pengukuran tinggi (z) adalah :
a. Titik tetap Badan Informasi Geospasial (BIG), atau titik yang sudah
ada disekitar lokasi pekerjaan
b. Titik tetap lokal atau titik yang sudah ada disekitar lokasi pekerjaan
c. Titik tetap sembarang atau titik yang sudah ada disekitar lokasi
pekerjaan
d. Semuanya benar
2. Laporan akhir pengukuran harus berisikan :
a. Mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis dan sesuai dengan
keadaan hasil pelaksanaan.
b. Mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi tidak benar-benar
berdasarkan hasil pelaksanaan
c. Tidak mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis tetapi tidak benar-
benar berdasarkan hasil pelaksanaan
d. Tiadak boleh semata- mata mengulangi isi ketentuan-ketentuan teknis
tetapi harus benar-benar berdasarkan hasil pelaksanaan
3. Pemasangan bench mark (BM) dan control point dapat dipasang apabila:
a. Pengukuran polygon dan sipat datar telah dilaksanakan pengukuran
b. Pengukuran polygon dan sipat datar sebelum dilaksanakan
pengukuran
c. Pengukuran situasi telah dilaksanakan pengukuran
d. Pengukuran polygon dan sipat datar dan situasi telah dilaksanakan
pengukuran
BAB III
TITIK KONTROL TANAH
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melaksanakan tat acara pemasangan
Benchmark, Center Point dan Patok Kayu dengan benar dan sesuai dengan ketentuan.
Titik kontrol tanah dalam bentuk tugu sebagai benchmark untuk menyimpan data
koordinat (x,y) dan tinggi (z) yang digunakan untuk kepentingan pembangunan
jaringan irigasi air tanah dan kontrol pemetaan, ketentuan mengikuti dibawah ini:
Pen kuningan
Ø6 cm
25
Nomor titik
10
100
65
Dicor beton
75
20
Beton 1:2:3
15
10
20
Pasir dipadatkan
20
40
3.3 Latihan
1. Sebutkan kriteria penempatan Benchmark !
2. Sebutkan produk pengukuran dilapangan !
3. Selain Benchmark dan Contol Point, sebagai titik penempatan koordinat
dan elevasi dibuat lagi dalam bentuk apa ?
3.4 Rangkuman
Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan pada titik
tetap orde 0 atau orde1 Badan Informasi Geospasial (BIG).
Benchmark dalam bentuk tugu, dipasang lebih dulu sebelum pekerjaan
lapangan dimulai.
Benchmark harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar dan kecil,
bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm. Benchmark besar dan
Control Point (CP) yang ukurannya lebih kecil dipasang dengan jarak antara
50-150 m, harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk
pengikatan azimuth.
3.5 Evaluasi
1. Benchmark yang harus dipasang ada 2 macam yaitu :
a. Benchmark besar dan patok kayu, bagian yang muncul diatas tanah
setinggi 20 cm. Benchmark besar dan patok kayu dipasang dengan
jarak antara 50-150 m
b. Benchmark besar dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi
20 cm. Benchmark besar dan Control Point (CP) yang ukurannya lebih
kecil dipasang dengan jarak antara 50-150 m dan tidak saling
kelihatan
c. Benchmark besar dan kecil, bagian yang muncul diatas tanah setinggi
5 cm. Benchmark besar dan Control Point (CP) yang ukurannya lebih
kecil dipasang dengan jarak antara 50-150 m
d. Semua benar
2. Apakah akibatnya apabila Benchmark dipasang setelah pekerjaan
lapangan dimulai?
a. Hasilnya akan baik
b. Hasilnya akan sesuai dengan kondisi lapangan
c. Harga koordinat dan elevasi diragukan
d. Harga koordiat dan elevasi akan sesuai
3. Patok kayu yang dipasang dilapangan harus dapat bertahan sekurang –
kurangnya :
a. 6 bulan
b. 5 bulan
c. 4 bulan
d. 3 bulan
BAB IV
METODA PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melaksanakan tahapan pengukuran teristris
dan pengolahan data kerangka dasar maupun perhitungan penentuan titik detail.
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan untuk
memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 : 2.000 dan Skala
1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y) dan level automatic atau
automatic digital (z), seluruh benchmark harus diukur koordinat (x,y) maupun tinggi
(z). Jika menggunakan Receiver pengamatan GPS ketentuannya seperti diatas.
Ketentuan pengukuran dengan menggunakan alat Total Station dan level automatic
atau level automatic digital sebagai berkut:
σN ≤ σM
σE ≤ σM
σH ≤ 2σM
dimana σM = [102 + (10d)2]1/21.96 mm dan d = panjang baseline
2) Baseline yang diamati 2 (dua) kali
(a) Baseline yang lebih pendek dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh
berbeda lebih besar dari 0.03 m sedangkan komponen tinggi
tidak boleh berbeda lebih dari 0.06 m.
(b) Baseline yang lebih panjang dari 4 (empat) km
Komponen lintang dan bujur dari kedua baseline tidak boleh
berbeda lebih besar dari 0.05 m sedangkan komponen tinggi
tidak boleh berbeda lebih dari 0,10 m.
b) Seluruh reduksi baseline harus dilakukan dengan menggunakan software
processing GPS yang telah dikenal dibuat oleh agen software atau badan
peneliti ilmiah yang bereputasi baik.
c) Koordinat pendekatan dari titik referensi yang digunakan dalam reduksi
baseline tidak boleh lebih dari 10 m dari nilai sebenarnya.
d) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
troposfer untuk semua data pengamatan.
e) Proses reduksi baseline harus mampu menghitung besarnya koreksi
ionosfer untuk semua data pengamatan. Data dual frekuensi harus
digunakan untuk mengeliminasi pengaruh ionosfer jika ambiguiti fase
single tidak dapat dipecahkan.
4.1.3 Analisa
a) Integritas pengamatan jaring harus di nilai berdasarkan:
1) Analisis dari baseline yang diamati 2 (dua) kali (penilaian
keseragaman)
2) Analisis terhadap perataan kuadrat terkecil jaring bebas (untuk
menilai konsistensi data)
3) Analisis perataan kuadrat terkecil untuk jaring terikat berorde lebih
tinggi (untuk menilai konsistensi terhadap titik kontrol)
b) Akurasi komponen horizontal jaring akan di nilai terutama dari analisis
ellip kesalahan garis 2D yang dihasilkan oleh perataan jaring bebas.
c) Koordinat benchmark dari hasil pengamatan GPS disajikan dalam system
proyeksi UTM dan ellipsoid WRG 84.
d) Tinggi benchmark hasil ukuran GPS di koreksi terhadap besaran undulasi
(N) atau dikoreksi terhadap titik MSL yang ada disekitar lokasi.
b) Pengukuran digunakan alat rambu ukur metrik dan tatakan rambu yang
terbuat dari metal, untuk jaring sipat datar utama digunakan alat sipat
datar digital atau non digital
c) Setiap alat harus dicek kesalahan garis bidik setiap hari dengan
menggunakan 2 patok-uji (peg test), mid-base atau cara-cara sejenis
sampai dengan jarak 100 m, dalam metode mid-base di cari perbedaan
tinggi antara dua titik, di mana hasil ukuran di saat alat ditempatkan di
tengah harus dibandingkan dengan hasil ukuran di saat alat ditempatkan
di dekat salah satu titik. Penyesuaian harus dilakukan apabila kesalahan
kolimasinya lebih dari 0,05 mm/m. Nivo kotak dan kompensator otomatis
juga harus selalu dicek secara teratur.
Pelaksana pekerjaan harus membuat catatan lengkap mengenai
seluruh hasil pengecekan dan penyesuaian yang telah dilakukan.
d) Rambu ukur ditempatkan pada tatakan dari metal pada setiap
pengukuran (kecuali pada benchmark atau benchmark sementara). Juru
ukur harus menginstruksikan kepada pemegang rambu, agar rambu ukur
selalu tepat vertikal dengan menggunakan stafflevel atau carpenters level
(penempatannya harus juga dicek).
e) Metode stan ganda (double-stand) pada pengukuran sifat datar tidak
boleh digunakan, jarak bidikan tidak diperkenankan lebih dari 50 m.
Bidikan ke belakang kira-kira sama dengan bidikan ke muka, untuk
menghindari kesalahan kolimasi. Tidak dibenarkan melakukan
pembidikan silang (intermediate sight).
f) Pembacaan rambu tidak boleh dilakukan melebihi 20 cm dari batas
bawah rambu dan juga 20 cm dari batas bagian atas rambu.
g) Untuk membantu pelaksanaan pengukuran titik-titik rincik ketinggian
dianjurkan agar titik tinggi sementara dipasang pada waktu pengukuran
sipat datar utama antara lain: gorong-gorong, tangga rumah, lantai
pengeringan padi, dan lain sebagainya. Titik-titik tersebut ditandai serta
dicatat secara lengkap.
h) Juru ukur harus memasukkan data-data mengenai tinggi dan rendahnya
hasil ukuran pada setiap formulir yang sudah ditentukan, bacaan
belakang, bacaan muka, beda tinggi ∆h (+ dan -) harus dijumlahkan.
Perbedaan antara hasil bacaan belakang, dan muka harus sama dengan
hasil beda tinggi (∆h), hanya merupakan pengecekan aritmatik dapat
menghindarkan kesalahan yang tidak terlihat karena data yang tidak
benar.
i) Pengecekan harus dilakukan pada setiap halaman dan setiap bagian
pengukuran sipat datar, secara sistematis setiap hari, serta harus
ditandatangani oleh juru ukur yang bersangkutan.
j) Ketelitian sipat datar sebagai berkut:
Jalur utama yang pada umumnya merupakan jaring tertutup, harus di
ukur dua kali yaitu pergi dan pulang.Perbedaan antara kedua harga
untuk masing-masing seksi harus kurang dari 10 √k mm, dimana k
adalah jarak dalam km antar benchmark tersebut.
Jalur sekunder yang umumnya terikat dengan titik-titik jaringan utama
untuk kontrol titik detail cukup satu kali dengan ketelitian 20 √k mm,
dimana k adalah jarak dalam km.
f) Sketsa lokasi detail harus di buat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi persyaratan mutu yang baik
dari peta.
g) Pengukuran situasi harus dilebihkan sebesar ± 250 m dari batas yang
telah ditentukan.
h) Sudut poligon kombinasi Raai dan Voorstraal cukup 1 (satu) seri.
i) Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm √D (D dalam km).
4.8.1 Pencatatan
a) Seluruh proses perhitungan koordinat (x,y) dalam proyeksi UTM, tinggi
(z) terhadap permukaan air laut rata-rata, azimut matahari, dan
perhitungan titik detail menggunakan software distributor alat merk apa
saja yang berlaku di Indonesia.
b) Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan laporan hasil hitungan dengan
menggunakan software dari distribualat alat merk apa saja dalam bentuk
softcopy VCD atau DVD.
c) Penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan dimasukkan ke lembar
pengamatan sementara pekerjaan berlangsung, hal ini menyangkut
nama pengamat, tanggal, nomor titik, nomor alat juga
penjelasanpenjelasan lainnya seperti ketinggian alat, temperatur dan
tekanan udara, seluruh lembar data harus disertai tanggal dan tanda
tangan pengamat dan orang yang telah melakukan pemeriksaan.
d) Seluruh laporan pengamatan yang dilakukan di lapangan diserahkan
kepada pihak pemilik pekerjaan, termasuk juga bagian-bagian yang telah
di ulang, yang disebut terakhir ini harus ditandai dengan jelas sehingga
bisa saling dicocokkan.
4.8.2 Reduksi
a) Koordinat (x,y) perlu di reduksi dan dirata-ratakan pada setiap titik dan
di periksa apakah memenuhi toleransi yang sudah ditetapkan, reduksi
koordinat (x,y) termasuk juga koreksi kesalahan titik nol alat, dan koreksi
faktor skala dimana dianggap perlu.
b) Pengamatan di lapangan perlu di reduksi setiap harinya lalu
ditandatangani, di sertai tanggal pemeriksaan oleh pelaksana pekerjaan,
hasil pengamatan harus di simpan dengan rapi dan diberi nomor
referensi agar mudah di cari bilamana diperlukan dikemudian hari, bila
sudah diarsipkan, hasil-hasil pengamatan itu tidak boleh dibawa ke
lapangan lagi.
4.9 Latihan
1. Apa ketentuan pengamatan GPS yang harus dipenuhi ?
2. Dalam pengukuran polygon harus ada kontrol orientasi, untuk itu apa
yang perlu dilakukan ?
3. Metoda apa yang dilakukan pada pengukuran penampang melintang
untuk daerah yang curam/ bergelombang ?
4.10 Rangkuman
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan untuk
memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 : 2.000 dan
Skala 1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y) dan level
automatic atau automatic digital (z), seluruh benchmark harus diukur
koordinat (x,y) maupun tinggi (z).
Pengamatan yang dilakukan adalah :
a) Pengamatan titik kontrol dengan GPS
1) Reduksi baseline
2) Perataan Jaring
3) Analisa
b) Pengukuran Poligon
Pengukuran sudut, jarak dan pengamatan azimiyh
c) Pengukuran Sifat Datar
Mengukur dengan cara pengukuran beda tinggi antara dua titik
d) Pengukuran Situasi
Menentukan titik tinggi detail dilapangan dengan metoda Tachimetri
e) Pengukuran Profil Melintang dan Memanjang
f) Pencatatan Reduksi dan Pemrosesan Hasil Pengamatan di Lapangan
g) Penggambaran
4.11 Evaluasi
1. Salah satu ketentuan pengamatan GPS harus mengikuti ketentuan
berikut :
a. Satelit yang diamati minimum 4 (empat) buah dalam kondisi tersebar
b. Pengamatan dilakukan siang hari atau malam hari
c. Level aktifitas atmosfer dan ionosfer relative sedang
d. Semua benar
2. Poligon cabang merupakan polygon terikat sempurna yaitu harus
a. Dimulai dari poligon utama diakhiri pada poligon utama, sehingga titik-
titik poligon utama akan merupakan kontrol hasil pengukuran poligon
cabang
b. Dimulai dari poligon utama diakhiri pada poligon cabang, sehingga
titik-titik poligon utama dan cabang akan merupakan kontrol hasil
pengukuran poligon cabang
c. Dimulai dari poligon cabang diakhiri pada poligon cabang, sehingga
titik-titik poligon cabang akan merupakan kontrol hasil pengukuran
poligon cabang
d. Dimulai dari poligon cabang diakhiri pada poligon utama, sehingga
titik-titik poligon cabang dan utama akan merupakan kontrol hasil
pengukuran poligon cabang
3. Untuk kontrol ketinggian kegiatan pemrosesan ini meliputi:
a. Pemeriksaan hasil hitungan dari ∑ Bacaan belakang, ∑ Bacaan muka,
∑ Perbedaan tinggi (∆h).
b. Perhitungan ∆h untuk seksi-seksi antara titik-titik tetap (benchmark)
c. Perataan dari loop dengan metode Dell (atau metode lainnya), agar
memperoleh ketinggian yang tepat untuk di pakai pada perhitungan
rincik ketinggian nantinya.
d. Semua benar
BAB V
PENGGAMBARAN PETA SITUASI DAN PROFIL
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melaksanakan penggambaran situasi
maupun gambar profil melintang dan memanjang sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan.
5.2.1 Kartografi
a) Ukuran peta (50x50) cm, garis silang untuk grid dibuat setiap 10 cm
dengan ukuran (10x10) mm, garis sambungan peta 10 cm, skala peta 1 :
2.000 di buat grafis dan numeris, indek peta dengan ukuran yang sudah
ditentukan, informasi legenda sesuai dengan yang ada di lembar peta ,
keterangan titik referensi harus ada disetiap lembar peta dicantumkan
dibawah legenda.
b) Semua benchmark, titik ikat horizontal bakosurtanal, dan titik tinggi
bakosurtanal yang ada di lapangan harus digambar dengan legenda yang
telah ditentukan dan di lengkapi dengan elevasi (z) dan koordinat (x,y)
c) Pada setiap interval 5 (lima) garis kontur di buat tebal dari garis kontur
lainnya dengan ketebalan ukuran yang telah ditentukan dan ditulis angka
elevasinya.
d) Pencantuman legenda pada gambar harus sesuai dengan ketentuan
Direktorat Irigasi dan sesuai dengan topografi yang ada di lapangan.
e) Penarikan kontur cukup 2.5 m untuk daerah datar dan 5 m untuk daerah
berbukit dengan ketebalan yang sudah ditetapkan serta harus tercantum
data elevasi.
f) Gambar/ peta situasi skala 1 : 2.000 digambar di atas kertas transparan
stabil atau sesuai dengan keinginan pemilik pekerjaan dengan ukuran A-
1.
5.4 Latihan
1. Jelaskan ketentuan yang harus ada dalam peta situasi teristris skala 1 :
5.000
2. Sebutkan ketentuan penggambaran 1 : 2.000!
3. Gambarkan contoh profil melintang!
5.5 Rangkuman
Penggambaran peta situasi teristris skala 1 : 5.000 dilakukan dengan cara
memperkecil 2.5 kali peta situasi teristris skala 1 : 2.000 menggunakan
software dari distributor merk apa saja yang berlaku di Indonesia.
Peralatan yang digunakan untuk penggambaran Autocad ukuran A-1 yang
dikeluarkan oleh distributor apa saja berlaku di Indonesia demikian juga
komputer yang digunakan, skala peta yang dibuat skala 1 : 2.000 sedangkan
5.6 Evaluasi
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Secara garis besar pekerjaan pemetaan teristris terdiri dari Pemasangan
Benchmark dan Patok Kayu, Pengukuran Koordinat, Pengukuran Sipat
Datar, Pengukuran Situasi Detail, Pengukuran Profil Melintang dan
Memanjang, Perhitungan dan Penggambaran.
Referensi yang digunakan sebagai titik ikat pengukuran koordinat (x, y) dan
pengukuran tinggi (z) menggunakan titik tetap Badan Informasi Geospasial
(BIG).
Seluruh pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) harus diikatkan pada titik
tetap orde 0 atau orde1 Badan Informasi Geospasial (BIG).
Benchmark dalam bentuk tugu, dipasang lebih dulu sebelum pekerjaan
lapangan dimulai.
Benchmark harus dipasang ada 2 macam yaitu benchmark besar dan kecil,
bagian yang muncul diatas tanah setinggi 20 cm. Benchmark besar dan
Control Point (CP) yang ukurannya lebih kecil dipasang dengan jarak antara
50-150 m, harus kelihatan satu sama lainnya karena akan digunakan untuk
pengikatan azimuth.
Pengamatan dan pengukuran koordinat (x,y) dan tinggi (z) di lapangan untuk
memperoleh data lapangan (darat) dalam membuat peta skala 1 : 2.000 dan
Skala 1 : 5.000, alat ukur yang digunakan Total Station (x,y) dan level
automatic atau automatic digital (z), seluruh benchmark harus diukur
koordinat (x,y) maupun tinggi (z).
Pengamatan yang dilakukan adalah :
a) Pengamatan titik kontrol dengan GPS
1) Reduksi baseline
2) Perataan Jaring
3) Analisa
b) Pengukuran Poligon
Pengukuran sudut, jarak dan pengamatan azimiyh
c) Pengukuran Sifat Datar
DAFTAR PUSTAKA
Rudolf Biederman Dr, Safety concept for dams development for dams development
of the Swiss concept since 1980, Federal Office for Water and Geology
FOWG, Baden Swistzerland, Feb 2003.
Emergency Action Planning for Dams Owners, Federal Guidelines for Dam Safety,
FEMA, 2004.
Hydrologic and Hydraulic Guidelines for Dams in Texas, Dam Safety Program,
Texas Commission on Environmental Quality, January 2007;
Guidelines for Developing Emergency Action Plans for Dams in Texas, Dam Safety
Program, Critical Infrastructure Division, Texas Commission on Environmental
Quality, Revised March 2012.
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN