Вы находитесь на странице: 1из 8

Tata Cara Memandikan Jenazah

Jika ada saudara atau tentangga yang meninggal kita wajib mengurus jenazahnya dengan sebaik-
baiknya. Tata cara penyelenggaraan jenazah pun telah diatur dalam syariat islam, mulai dari
memandikan jenazah, mengafani jenazah, menyalatkan jenazah dan menguburkan jenazah. untuk
itu penjelasan kita mulai dari tata cara memandikan jenazah.

Tata Cara Memandikan Jenazah

Memandikan mayat hukumnya adalah fardu kifayah atas muslim lain yang masih hidup. Artinya,
apabila di antara mereka ada yang mengerjakanya, kewajiban itu sudah terbayar dan gugur bagi
muslimin selebihnya karena perintah memandikan mayat itu adalah kepada umumnya kaum
muslim. Namun bagi muslim yang mati syahid tidaklah dimandikan walau ia dalam keadaan junub
sekalipun, tetapi ia hanya dikafani dengan pakaian yang baik untuk kain kafan, ditambah jika kurang
atau dikurangi jika berlebih dari tuntunan sunah, lalu dimakamkan dengan darahnya tanpa dibasuh
sedikit pun. Beliau menyuruh agar para syuhada dari Perang Uhud dikuburkan dengan darah mereka
tanpa dimandikan dan disembahyangkan.

Syarat Wajib jenazah yang harus dimandikan adalah sebagai berikut:

o Mayat orang islam.


o Ada tubuhnya, walaupun sedikt yang bisa dimandikan.
o Mayat itu bukan mati syahid.
o Buka bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak dimandikan
Syarat

Syarat bagi orang yang memandikan jenazah antara lain sebagai berikut:

o Muslim, berakal, balig.


o Berniat memandikan jenazah.
o Jujur dan saleh.
o Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan mampu menutupi aib si
mayat.

Adapun Orang Yang Memiliki Hak Untuk Memandikan Jenazah dalam islam antara lain sebagai
berikut:

1. Orang yang utama memandikan dan menghafani jenazah mayat laki-laki adalah orang yang
diwasiatkanya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya, dan istrinya.
2. Orang utama yang memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya, keluarga
terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
3. Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk
mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikanya.
4. Jika seorang perempuan meninggal, sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki
dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang
masih hidup hanya perempuan saja dan tidak mempunyai istri, mayat tersebut tidak
dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh seorang dari mereka dengan memakai lapis
tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw. yang artinya “Jika seorang meninggal
ditempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal ditempat
perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya, maka kedua mayat itu
ditayamumkan, lalu dikuburkan karena kedudukanya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R
Abu Daud dan Baihaqi)
Peralatan Yang Diperlukan untuk memandikan jenazah antara lain sebagai berikut:

o Tempat memandikan pada ruangan tertutup.


o Air secukupnya.
o Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian.
o Sarung tangan untuk memandikan.
o Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.
o Kain basahan, handuk, dan lain-lain.
Cara memandikan jenazah orang muslim yaitu sebagai berikut:

1. Menyiapkan semua peralatan untuk memandikan jenazah.


2. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.
3. Mandikan jenazah pada tempat tertutup.
4. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran
5. Pakai sarung tangan yang masih baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan-lahan.
6. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
7. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya
dan bersihkan hidungnya, kemudian diwudhukan.
8. Siramkan air ke sebelah kanan dahulu, kemudian ke sebelah kiri tubuh jenazah.
9. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinnya yang terakhir dicampur dengan
wangi-wangian.
10. Perlakukan jenazah dengan lembut ketikan membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
11. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah yang wajib.
12. Disunahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
13. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib dibuang
dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan tidak perlu diulangi mandinya,
cukup hanya dengan membuang najis tersebut.
14. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menjulur ke
belakang, setelah disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang.
15. Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
16. Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat :
َُ ‫ت ْالغ ْس‬
17. Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :ُ‫ل ن ََويْت‬ ْ َ‫ت َ َعالَى للُِ ِل َهذ‬
ُِ ‫اال َم ِي‬
18. Lafaz niat memandikan jenazah perempuan : ُ‫ل ن ََويْت‬ َُ ‫للِ ْال َميِت َ ُِة ِل َه ِذُِه ْالغ ْس‬
ُ ‫تَعَالَى‬
19. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
20. Siram sebelah kanan 3 kali.
21. Siram sebelah kiri 3 kali.
22. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang
23. Siram sebelah kiri 3 kali.
24. Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.Siramkembali dari
kepala hingga ujung kaki.
25. Setelah itu siram dengan air kapur barus.
26. Setelah itu jenazah diwudlukan
27. Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki : ُ‫ت ْالوض ْو َُء ن ََويْت‬ ُِ ‫اال َم ِي‬ ْ َ‫“ ت َ َعالَى للُِ ِل َهذ‬aku berniat mewudukkan
jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t” ُ‫“ ت َ َعالَى للُِ ْال َميِت َ ُِة ِل َه ِذُِه ْالوض ْو َُء ن ََويْت‬aku berniat mewudukkan
jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t”
28. Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai dari
muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. Jenazah lelaki
hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita hendaklah dimandikan oleh
perempuan.
29. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada
seluruh badan mayat.
30. Keringkan tubuh jenazah seteah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi kain
kafannya.
31. Selesai dimandikan, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol, biasanya menggunakan air kapur barus.
TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH
Diposting oleh mutiara hikmah on Sabtu, 04 Mei 2013

Ukuran Kain Kafan Yang Digunakan Untuk Jenazah


Ukurlah lebar tubuh jenazah. Jika lebar tubuhnya 30 cm, maka lebar kain kafan yang
disediakan adalah 90 cm. 1 : 3
Ukuran tinggi tubuh jenazah
1. Jika tinggi tubuhnya 180 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 60 cm.
2. Jika tinggi tubuhnya 150 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 50 cm.
3. Jika tinggi tubuhnya 120 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 40 cm.
4. Jika tinggi tubuhnya 90 cm, maka panjang kain kafannya ditambah 30 cm.
5. Tambahan panjang kain kafan dimaksudkan agar mudah mengikat bagian atas kepalanya
dan bagian bawahnya.

Tata Cara Mengkafani Jenazah laki-laki


Jenazah laki-laki dibalut dengan tiga lapis kain kafan. Berdasar dengan hadits.
“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dikafani dengan 3 helai kain sahuliyah yang putih
bersih dari kapas, tanpa ada baju dan serban padanya, beliau dibalut dengan 3 kain
tersebut.

Cara mempersiapkan tali pengikat kain kafan


1. Panjang tali pengikat disesuaikan dengan lebar tubuh dan ukuran kain kafan. Misalnya
lebarnya 60 cm maka panjangnya 180 cm.
2. Persiapkan sebanyak 7 tali pengikat. ( jumlah tali usahakan ganjil). Kemudian dipintal dan
diletakkan dengan jarak yang sama diatas usungan jenazah.
b. Cara mempersiapkan kain kafan.
3 helai kain diletakkan sama rata diatas tali pengikat yang sudah lebih dahulu , diletakkan
diatas usungan jenazah, dengan menyisakan lebih panjang di bagian kepala.

Cara mempersiapkan kain penutup aurat


1. Sediakan kain dengan panjang 100 cm dan lebar 25 cm ( untuk mayyit yang berukuran
lebar 60 cm dan tinggi 180 cm), potonglah dari atas dan dari bawah sehingga bentuknya
seperti popok bayi.
2. Kemudian letakkan diatas ketiga helai kain kafan tepat dibawah tempat duduk mayyit,
letakkan pula potongan kapas diatasnya.
3. Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus diatas kain penutup aurat dan kain kafan yang
langsung melekat pada tubuh mayyit.

Cara Memakaikan Kain Penutup Auratnya


1. Pindahkan jenazah kemudian bubuhi tubuh mayyit dengan wewangian atau sejenisnya.
Bubuhi anggota-anggota sujud.
2. Sediakan kapas yang diberi wewangian dan letakkan di lipatan-lipatan tubuh seperti
ketiak dan yang lainnya.
3. Letakkan kedua tangan sejajar dengan sisi tubuh, lalu ikatlah kain penutup sebagaimana
memopok bayi dimulai dari sebelah kanan dan ikatlah dengan baik.

Cara Membalut Kain Kafan


1. Mulailah dengan melipat lembaran pertama kain kafan sebelah kanan, balutlah dari
kepala sampai kaki .
2. Demikian lakukan denngan lembaran kain kafan yang kedua dan yang ketiga.
f. Cara mengikat tali-tali pengikat.
1. Mulailah dengan mengikat tali bagian atas kepala mayyit dan sisa kain bagian atas yang
lebih itu dilipat kewajahnya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri.
2. Kemudian ikatlah tali bagian bawah kaki dan sisa kain kafan bagian bawah yang lebih itu
dilipat kekakinya lalu diikat dengan sisa tali itu sendiri.
3. Setelah itu ikatlah kelima tali yang lain dengan jarak yang sama rata. Perlu diperhatikan,
mengikat tali tersebut jangan terlalu kencang dan usahakan ikatannya terletak disisi sebelah
kiri tubuh, agar mudah dibuka ketika jenazah dibaringkan kesisi sebelah kanan dalam kubur.
Mengkafani Jenazah Wanita
Jenazah wanita dibalut dengan lima helai kain kafan. Terdiri atas : Dua helai kain, sebuah
baju kurung dan selembar sarung beserta kerudungnya. Jika ukuran lebar tubuhnya 50 cm
dan tingginya 150 cm, maka lebar kain kafannya 150 cm dan panjangnya 150 ditambah 50
cm.
Adapun panjang tali pengikatnya adalah 150 cm, disediakan sebanyak tujuh utas tali,
kemudian dipintal dan diletakkan sama rata di atas usungan jenazah. Kemudian dua kain
kafan tersebut diletakkan sama rata diatas tali tersebut dengan menyisakan lebih panjang
dibagian kepala.

Cara mempersiapkan baju kurungnya


1. Ukurlah mulai dari pundak sampai kebetisnya, lalu ukuran tersebut dikalikan dua,
kemudian persiapkanlah kain baju kurungnya sesuai dengan ukuran tersebut.
2. Lalu buatlah potongan kerah tepat ditengah-tengah kain itu agar mudah dimasuki
kepalanya.
3. Setelah dilipat dua, biarkanlah lembaran baju kurung bagian bawah terbentang, dan
lipatlah lebih dulu lembaran atasnya (sebelum dikenakan pada mayyit, dan letakkan baju
kurung ini di atas kedua helai kain kafannya ).lebar baju kurung tersebut 90 cm.

Cara mempersiapkan kain sarung


Ukuran kain sarung adalah : lebar 90 cm dan panjang 150 cm. Kemudian kain sarung
tersebut dibentangkan diatas bagian atas baju kurungnya.
c. Cara mempersiapkan kerudung.
Ukuran kerudungnya adalah 90 cm x90 cm. Kemudian kerudung tersebut dibentangkan
diatas bagian atas baju kurung.
d. Cara mempersiapkan kain penutup aurat.
1. Sediakan kain dengan panjang 90 cm dan lebar 25 cm.
2. Potonglah dari atas dan dari bawah seperti popok.
3. Kemudian letakkanlah diatas kain sarungnya tepat dibawah tempat duduknya, letakkan
juga potongan kapas diatasnya.
4. Lalu bubuhilah wewangian dan kapur barus diatas kain penutup aurat dan kain sarung
serta baju kurungnya.

Cara melipat kain kafan


Sama seperti membungkus mayat laki-laki

Cara mengikat tali


Sama sepert membungkus jenazah laki-laki.
Catatan:
1. Cara mengkafani jenazah anak laki-laki yang berusia dibawah tujuh tahun adalah
membalutnya dengan sepotong baju yang dapat menutup seluruh tubuhnya atau
membalutnya dengan tiga helai kain.
2. Cara mengkafani jenazah anak perempuan yang berusia dibawah tujuh tahun adalah
dengan membaluatnya dengan sepotong baju kurung dan dua helai kain.

Вам также может понравиться