Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri,
misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
3. Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian
adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami
maupun istri.
4. Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri
sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi
adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan
harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk
mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
5. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Dalam sebuah perkawinan pasti tidak akan lepas dari yang namanya masalah.
Masalah dalam perkawinan itu merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang
berlarut-larut dan tidak dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan
pisah ranjang.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan saya dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan mengenai perceraian, faktor-faktor yang menyebabkan perceraian, dampak
dari perceraian, serta lebih memahami ukuaran-ukuran perceraian
BAB II
2
PEMBAHASAN
Perceraian adalah hal sama sekali tidak dibenarkan dalam agama manapun.
Namun pada kenyataannya karena berbagai masalah yang ada dalam kehidupan
keluarga membuat perceraiaan yang sebenarnya tidak dibenarkan dijadikan jalan keluar
bagi pasangan suami-istri. karena tidak bisa menyelesaikan konflik interen yang
fundamental. Perceraian juga merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau
kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti
melakukan kewajibannya sebagai suami istri.
Perceraian terjadi apabila kedua belah pihak baik suami maupun istri sudah
sama-sama merasakan ketidakcocokan dalam menjalani rumah tangga. Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan tidak memberikan definisi mengenai
perceraian secara khusus. Sebagaimana bunyi UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan pasal 39 dinyatakan:
1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah
pengadilan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwasuami istri itu
tidak dapat lagi hidup rukun sebagai suami istri.
3. Tatacara perceraian di depan pengadilan diatur dalam peraturan perundangan
sendiri.
Dalam pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan serta penjelasannya secara jelas
menyatakan bahwa perceraian dapat dilakukan apabila sesuai dengan alasan-alasan
yang telah ditentukan. Definisi perceraian di Pengadilan Agama itu, dilihat dari
putusnya perkawinan. Putusnya perkawinan di UUP dijelaskan, yaitu:
3
1. karena kematian
2. karenaperceraian
3. karena putusnya di pengadilan
Dalam sosiologi, terdapat teori pertukaran yang melihat perkawinan sebagai suatu
proses pertukaran antara hak dan kewajiban serta penghargaan dan kehilangan yang
terjadi diantara sepasang suami istri. Karena perkawinan merupakan proses integrasi
dua individu yang hidup dan tinggal bersama, sementara latar belakang sosial-budaya,
keinginan serta kebutuhan mereka berbeda, maka proses pertukaran dalam perkawinan
ini harus senantiasa dirundingkan dan disepakati bersama.
4. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) : KDRT tidak hanya meninggalkan luka
di fisik tetapi juga psikis. Oleh karena itu kenalilah pasangan Anda sebaik
4
mungkin sebelum memutuskan menikah dengannya. Jangan malu untuk
melaporkan KDRT yang Anda alami pada orang terdekat atau lembaga
perlindungan.
5. Krisis moral dan akhlak : Selain hal diatas, perceraian juga sering disebabkan
krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh
suami ataupun istri, poligami, dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan
baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, terlibat tindak kriminal.
7. Pernikahan tanpa cinta: Untuk kasus yang satu ini biasanya terjadi karena faktor
tuntutan orang tua yang mengharuskan anaknya menikah dengan pasangan yang
sudah ditentukan, sehingga setelah menjalani bahtera rumah tangga sering kali
pasangan tersebut tidak mengalami kecocokan. Selain itu, alasan inilah yang
kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan
yakni bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi cinta. Untuk
mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus
merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk
mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
8. Pernikahan dini : Menikah di usia muda lebih rentan dalam hal perceraian. Hal
ini karena pasangan muda belum siap menghadapi berbagai kesulitan dalam
kehidupan pernikahan dan ego masing-masing yang masih tinggi.
5
10. Adanya masalah-masalah dalam perkawinan. Masalah dalam perkawinan itu
merupakan suatu hal yang biasa, tapi percekcokan yang berlarut-larut dan tidak
dapat didamaikan lagi secara otomatis akan disusul dengan pisah ranjang.
11. Keturunan : Anak memang menjadi impian bagi tiap pasangan, tetapi tidak
semua pasangan mampu memberikan keturunan, salah satu penyebabnya
mungkin kemandulan pada salah satu pasangan tersebut, sehingga menjadikan
sebuah rumah tangga menjadi tidak harmonis.
Beberapa faktor yang di atas itulah yang meyebabkan suatu pernikahan harus
berakhir pada perceraian. Perceraian sesunguhnya bukanlah akhir dari suatu masalah
keluarga, karena setelah perceraian akan muncul masalah lain lagi. Beberapa dampak
lainnya akan muncul karena perceraian antara lain :
Anak memiliki berbagai perasaan yang ia alami mengenai perceraian kedua orang
tuanya, antara lain :
b. Tidak diingikan atau ditolak oleh orang tuanya yang pergi(tergantung ia ikut
dengan siapa)
c. Sedih
6
d. Kesepian
e. Marah
f. Kehilangan
j. Sulit berkonsentrasi dan tidak berminat pada tugas sekolah sehingga prestasi
disekolah cenderung menurun.
Selain anak-anak, orang tua dari pasangan yang bercerai juga mungkin terkena
imbas dari keputusan untuk bercerai. Sebagai orang tua, mereka dapat saja merasa takut
anak mereka yang bercerai akan menderita karena perceraian ini atau merasa risih
dengan pergunjingan orang-orang.
Beberapa orang tua dari pasangan yang bercerai akhirnya harus membantu
membesarkan cucu mereka karena ketidaksanggupan dari pasangan yang bercerai untuk
memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Kegunaan:
7
Perceraian mempunyai implikasi demografis sekaligus sosiologis. Implikasi demografi
adalah mengurangi fertilitas sedangkan implikasi sosiologis lebih kepada status cerai
terhadap perempuan dan anak-anak mereka.
Cara menghitung:
Angka perceraian kasar dihitung dengan membagi kasus perceraian yang terjadi dalam
suatu kurun waktu tertentu dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun di suatu
wilayah tertentu.
c = C x 1.000
p
dimana:
c : angka perceraian kasar
C: jumlah perceraian yang terjadi selama satu tahun
P: jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
Kegunaan:
Angka perceraian umum digunakan untuk memperhitungkan proporsi penduduk cerai.
Namun disini pembaginya adalah penduduk 15 tahun keatas dimana penduduk
bersangkutan lebih berisiko cerai. Penduduk berumur kurang dari 15 tahun tidak
diikutsertakan sebagai pembagi karena umumnya mereka tidak berisiko cerai, sehingga
angka perceraian umum menunjukkan informasi yang lebih baik karena
memperhitungkan umur dan factor risiko.
Cara menghitung:
Rumus umum yang digunakan adalah
C15+ = C x 1.0000
8
P15+
Dimana:
C15+ : angka perceraian umum
C : perceraian yang terjadi dalam satu tahun
P : jumlah penduduk 15 tahun keatas pada pertengahan tahun
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Fenomena kawin-cerai memang sudah menjadi hal yang biasa dijumpai dalam
kehidupan masyarakat dewasa ini, bahkan dalam kalangan umat beragama. Banyak
alasan yang mendasari terjadinya perceraian, yang seakan-akan alasan tersebut telah
menjadi bukti yang cukup kuat untuk bercerai. Sehingga perceraian menjadi lebih
mudah dilakukan oleh orang-orang beragama, apalagi diperkenankan oleh lembaga
pemerintah yang menanganinya.
Perceraian akan mengurangi jumlah fertilitas karena jumlah rumah tangga yang
produktif berkurang dan tingkat hubungan suami istri pun berkurang.
Faktor faktor yang mempengaruhi perceraian adalah ketidakharmonisan dalam rumah
tangga, perzinahan, pernikahan tanpa cinta, krisis moral dan akhlah serta adanya
masalah dalam rumah tangga.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J.L. Ch., Sekitar Etika Kristen dan Soal-Soal Etis, Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 1996
Verkuyl,J., Etika Kristen Bagian Umum. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1987
Internet:
http://mustain-billah.blogspot.com/2013/01/makalah-tentang-kesaksian-orang-
tua_8.html
https://sp1r1tgr4zy.wordpress.com/2013/03/21/tugas-demografi-perkawinan-dan-
perceraian/
11