Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
diri sebagai bekal yang penting dalam berinteraksi dengan orang lan melalui
penerimaan diri akan membantu melakukan hubungan dengan orang lain
yang mengarah pada bagaimana menghargai menerima dirinya.
Aryanti, ( dalam Roger, 2014 : 2 ) menjelaskan bahwa penerimaan diri
adalah orang yang selalu terbuka terhadap setiap pengalaman serta mampu
menerima masukan dan saran orang lain yang terkait pada diri. Peneriamaan
diri merupakan sebagaimana adanya suatu tahapan yang harus dilakukan
karena dalam menyesuaikan diri dan mental seseorang sehingga harus
mengakui atau menyadari diri yang seutuhnya.
Pengaruh penerimaan diri Aditya, ( dalam Chaplin, 2013 : 5 ) mengatakan
bahwa penerimaan diri adalah sikap yang merupakan cerminan dari perasaan
puas terhadap diri serta pangakuan akan suatu keterbatasan diri. Pada
dasarnaya penerimaan diri adalah sikap positif yang ditunjukan rasa nyaman
menerima diri baik secara psikis maupun secara fisik dengan segala
keleamhan dan kelebihan yang ada pada diri.
Rizal, ( dalam Aisah, 2015 : 3 ) menjelaskan bahwa kebermaknaan hidup
adalah merupakan sebuah motivasi yang kuat dalam mnedorong untuk
melakukan sesuatu yang berguna dan memberi makna hidup.
Kebermaknaan hidup adalah sesutu yang dirasakan penting berharga sehingga
diyakini sebagai motivasi yang mengarah pada perubahan nilai kehidupan dan
menjadi tujuan yang akan pada kemudian hari. Keberadaan suatu nilai
pekerjaan yang dijalani wanita tunasusila memiliki makna yang baik yaitu
terletak pada cara yang ikhlas dan merasa suatu yang tidak dapat dihindari dan
pekerjaan dilakukan dapat mengubah hidup yang sebelum.
Kehidupan sosial para wanita tunasusila disaat penjelasan langsung dari
mengenai apa yang terjadi adalah pada umumnya merawat dan menyayangi
anak-anakn mereka serta berusaha menjadi contoh istrti dan ibu yang baik
bagi keluarga. Sebagian dari mereka walaupun menjadi seorang wanita
tunasusila juga memiliki tingkat spiritual dan pemahaman agama yang baik.
Meskipun memang banyak juga yang mengabaikan nilai spiritual. Wanita
tunasusila pada dasarnya mereka sendiri mengtakan jikaulah kami tidak
memilih pekerjaan ini sama saja kami menelantarkan anak-anak kami dan
2
bahkan juga barang jaminan sitaan yang sudah ada perjanjian hutanga yang
dimana jika tidak dibayar maka semuanya akan diambil. Pekerjaan ini kami
lakuakan demi tuntutan ekonomi dengan demikian pribadi kami sangat
menerima dan tidak ada rasa putus asa ataupun memiliki sifat malu dengan
budaya maupun kebiasaan masyarakat setempat. Wanita tunasusila mereka
lebih memikirkan tentang hidup dari pada mengambil sikap untuk tidak
melakukan pekerjaan ini dikarenakan meninguti norma yang ada sama mereka
menambah beban hidup sehingga tidak bisa menafkai keluarga.
Dalam kehidupan sekarang keberadaan wanita tunasusila khususnya di
Belang Beach mereka yang dimana sudah berkeluarga dan sangat dikuatkan
dorongan dan motivasi dari keluarga sehingga apa yang mereka lakukan
merupakan suatu pekerjaan menghasilkan uang bisa membiaya anak sekolah
dan menutup segala hutang yang mereka punya selama berada ditempat
tinggal mereka yaitu dari pulau dan sulawesi. Keberadaan wanita tunasusila
yang di Belang Beach Maumere yaitu dikelurahan Wailiti merupakan suatu
pengembangan dan peningkatan pendapatan daerah peningkatan kualitas
hidup wanita tunasusila dan penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
setempat. Faktor utama membetuk wanita tunasusila adalah faktor
kesepakatan dengan keluarga dimana keluarga mempunyai sikap reaksi yang
baik sehingga apapun dilakukan itulah nilai kehidupan yang sangat baik.
Suatu keadaan yang memberiakan, ( dalam Asmanda, 2016 : 3 )
menjelaskan bahwa kebermaknaan hidup merupakan suatu pencapaian yang
dimana menerima dan menghargai diri sebagai mana yang ada pada nilai.
Kebermaknaan hidup jikaulah seseorang mampu melepaskan diri dari segala
beban hidup dan tidak lagi memiirkan hal dimana mempunyai sifat memberi
beban dalam menghargai keadaan diri sebagiman mestinya. Para wanita
tunasusila yang ada di Belang Beach mereka sangat bersikap positif terhadap
diri sendiri dan dapat menerima keadaan diri secara tenang dengan segala
kelebihan dan kekurangan wanita tunasusila bebas dari rasa bersalah maupun
rasa malu dengan rendah diri karena keterbatasan serta kebebasan dari
kecemasan akan adanya suatu penilaian. Kehidupan wanita tunasusila lebih
memaknai sebuah keyakinan serta cita-cita hidup yang paling dimiliki semua
3
wanita tunasusila menginginkan suatu maknna hidup yang akan mewarnai
perilaku dan pribadi.Kebermaknaan hidup merupakan suatu yang memiliki
pandangan postif tentang diri dan mengakui serta menerima segi yang
berbeda, Ryff ( Kail dan Cavanaugh, 2015 : 3 ) kebermaknaan hidup pada
dasarnya merasa puas denga drii sendiri dan menghargai serta memaknai
hidup. Oleh sebab itu penulis perlu meneliti : “ Hubungan Penerimaan diri
Dengan Kebermaknaan Hidup Bagi Wanita Tunasusila “.
4
2. Bagi Belang Beach
Bagi belang beach, penelitian bermanfaat bagi pihak belang
beach agar dapat hal apa saja yang terjadi pada penerimaan diri
wanita tunasusila.
3. Bagi Pengelolah Belang beach
Penelitian bermanfaat bagi pengelolah sehingga bisa
mendapatkan informasi untuk melihat bagaimana meningkatkan
hubungan penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup bagi
wanita tunasusila.
4. Bagi peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
referensi bagi penelitian selanjutnya yang mengambil tema
kajian hubungan penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup
bagi wanita tunasusila.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian yang berhubungan dengan hubungan penerimaan diri
dengan kebermaknaan hidup wanita tunasusila yang sebelumnya
dilakukan oleh Rivai ( 2012 ) dengan judul “ hubungan penerimaan diri
dengan kebermaknaan hidup bagi wanita tunasusila di Yogyakarta “ skala
yang digunakan kebermaknaan hidup, dengan berjumlah 30 orang.