Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan wanita tunasusila adalah banyaknya dari mereka menjalani
pekerjaan ini karena tekanan ekonomi dan adapun yang memang datang dari
keluarga yang miskin dengan segala kekurangan yang dimiliki sehingga
pekerjaan ini memang didukung oleh keluarga dalam hal tersebut adalah
suami sendiri. Perjalanan setiap hidup manusia tidask selamanya mulus
sehingga seperti halnya dalam memilih pekerjaan pun terkadang bertentangan
dengan norma yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat. Wanita tunasusila
selama ini masih banyak orang – orang yang salah mempersepsikan terhadap
keberadaan wanita tunasusila. Sesungguhnya menjadi wanita tunasusila
adalah suatu keadaan yang dimana sangat membantu keluarga dan
mengurangi beban kehidupan. Pekerjaan ini sangatlah nyaman dan betul-betul
merima diri dengan baik sehingga menjalanipun tidak ada paksaan maupun
tekanan dari manapun dengan demikian wanita tunasusila punya peran dan
tanggung jawab dalam menghidupan keluaraga.
Kondisi psikologis yang demikian mengindikasikan adanya frustasi
eksistensial dimana seseorang tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas dan
merasa hampa (Bandiyah, 2009:15).
Pandangan realita sesungguhnya banyak sekali pandangan masyarakat
terhadap wanita tunasusila yang berkaitan dengan yang mereka jalani
sehingga setiap apa yang dilakukan wanita tunasusila selalu dianggap hal
yang sangat buruk dipandang dan tidak sesusi dengan aturan atau norma yang
berlaku dimasyarakat setempat maupun budaya yang sekian lama sudah ada
diwilayah tersebut. Persoalannya wanita tunasusila secara umum adalah
berkaitan dengan masalah pribadi yang mengharuskan memilih pekerjaan
yang tidak seharusnya meskipun ada hal yang dimana setiap perjalanan hidup
wanita tunasusila pasti mendapat keadaan yang menyedihkan, kondisi tragis
atau peristiwa yang sangat mengesankan bagi para wanita tunasusila.
Pandangan mengenai penerimaan diri merupakan merupakan seluruh keadaan

1
diri sebagai bekal yang penting dalam berinteraksi dengan orang lan melalui
penerimaan diri akan membantu melakukan hubungan dengan orang lain
yang mengarah pada bagaimana menghargai menerima dirinya.
Aryanti, ( dalam Roger, 2014 : 2 ) menjelaskan bahwa penerimaan diri
adalah orang yang selalu terbuka terhadap setiap pengalaman serta mampu
menerima masukan dan saran orang lain yang terkait pada diri. Peneriamaan
diri merupakan sebagaimana adanya suatu tahapan yang harus dilakukan
karena dalam menyesuaikan diri dan mental seseorang sehingga harus
mengakui atau menyadari diri yang seutuhnya.
Pengaruh penerimaan diri Aditya, ( dalam Chaplin, 2013 : 5 ) mengatakan
bahwa penerimaan diri adalah sikap yang merupakan cerminan dari perasaan
puas terhadap diri serta pangakuan akan suatu keterbatasan diri. Pada
dasarnaya penerimaan diri adalah sikap positif yang ditunjukan rasa nyaman
menerima diri baik secara psikis maupun secara fisik dengan segala
keleamhan dan kelebihan yang ada pada diri.
Rizal, ( dalam Aisah, 2015 : 3 ) menjelaskan bahwa kebermaknaan hidup
adalah merupakan sebuah motivasi yang kuat dalam mnedorong untuk
melakukan sesuatu yang berguna dan memberi makna hidup.
Kebermaknaan hidup adalah sesutu yang dirasakan penting berharga sehingga
diyakini sebagai motivasi yang mengarah pada perubahan nilai kehidupan dan
menjadi tujuan yang akan pada kemudian hari. Keberadaan suatu nilai
pekerjaan yang dijalani wanita tunasusila memiliki makna yang baik yaitu
terletak pada cara yang ikhlas dan merasa suatu yang tidak dapat dihindari dan
pekerjaan dilakukan dapat mengubah hidup yang sebelum.
Kehidupan sosial para wanita tunasusila disaat penjelasan langsung dari
mengenai apa yang terjadi adalah pada umumnya merawat dan menyayangi
anak-anakn mereka serta berusaha menjadi contoh istrti dan ibu yang baik
bagi keluarga. Sebagian dari mereka walaupun menjadi seorang wanita
tunasusila juga memiliki tingkat spiritual dan pemahaman agama yang baik.
Meskipun memang banyak juga yang mengabaikan nilai spiritual. Wanita
tunasusila pada dasarnya mereka sendiri mengtakan jikaulah kami tidak
memilih pekerjaan ini sama saja kami menelantarkan anak-anak kami dan

2
bahkan juga barang jaminan sitaan yang sudah ada perjanjian hutanga yang
dimana jika tidak dibayar maka semuanya akan diambil. Pekerjaan ini kami
lakuakan demi tuntutan ekonomi dengan demikian pribadi kami sangat
menerima dan tidak ada rasa putus asa ataupun memiliki sifat malu dengan
budaya maupun kebiasaan masyarakat setempat. Wanita tunasusila mereka
lebih memikirkan tentang hidup dari pada mengambil sikap untuk tidak
melakukan pekerjaan ini dikarenakan meninguti norma yang ada sama mereka
menambah beban hidup sehingga tidak bisa menafkai keluarga.
Dalam kehidupan sekarang keberadaan wanita tunasusila khususnya di
Belang Beach mereka yang dimana sudah berkeluarga dan sangat dikuatkan
dorongan dan motivasi dari keluarga sehingga apa yang mereka lakukan
merupakan suatu pekerjaan menghasilkan uang bisa membiaya anak sekolah
dan menutup segala hutang yang mereka punya selama berada ditempat
tinggal mereka yaitu dari pulau dan sulawesi. Keberadaan wanita tunasusila
yang di Belang Beach Maumere yaitu dikelurahan Wailiti merupakan suatu
pengembangan dan peningkatan pendapatan daerah peningkatan kualitas
hidup wanita tunasusila dan penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
setempat. Faktor utama membetuk wanita tunasusila adalah faktor
kesepakatan dengan keluarga dimana keluarga mempunyai sikap reaksi yang
baik sehingga apapun dilakukan itulah nilai kehidupan yang sangat baik.
Suatu keadaan yang memberiakan, ( dalam Asmanda, 2016 : 3 )
menjelaskan bahwa kebermaknaan hidup merupakan suatu pencapaian yang
dimana menerima dan menghargai diri sebagai mana yang ada pada nilai.
Kebermaknaan hidup jikaulah seseorang mampu melepaskan diri dari segala
beban hidup dan tidak lagi memiirkan hal dimana mempunyai sifat memberi
beban dalam menghargai keadaan diri sebagiman mestinya. Para wanita
tunasusila yang ada di Belang Beach mereka sangat bersikap positif terhadap
diri sendiri dan dapat menerima keadaan diri secara tenang dengan segala
kelebihan dan kekurangan wanita tunasusila bebas dari rasa bersalah maupun
rasa malu dengan rendah diri karena keterbatasan serta kebebasan dari
kecemasan akan adanya suatu penilaian. Kehidupan wanita tunasusila lebih
memaknai sebuah keyakinan serta cita-cita hidup yang paling dimiliki semua

3
wanita tunasusila menginginkan suatu maknna hidup yang akan mewarnai
perilaku dan pribadi.Kebermaknaan hidup merupakan suatu yang memiliki
pandangan postif tentang diri dan mengakui serta menerima segi yang
berbeda, Ryff ( Kail dan Cavanaugh, 2015 : 3 ) kebermaknaan hidup pada
dasarnya merasa puas denga drii sendiri dan menghargai serta memaknai
hidup. Oleh sebab itu penulis perlu meneliti : “ Hubungan Penerimaan diri
Dengan Kebermaknaan Hidup Bagi Wanita Tunasusila “.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang tela diuraikan sebelumnya maka
yang rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah ada huhungan
penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup bagi wanita Tunasusila ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah mengetahui
hubungan penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup bagi wanita
tunasusila.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian terdiri atas manfaat teoritis
dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah sebagai sumbangan
penegetahuan untuk menambah informasi dan wawasan dalam
bidang sosial, mengenai hubungan penerimaan diri dengan
kebermaknaan hidup bagi wanita tunasusila .
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Wanita Tunasusila
Hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi responden
sehingga responden mengetahui hubungan penerimaan diri
dengan kebermaknaan hidup bagi wanita tunasusila.

4
2. Bagi Belang Beach
Bagi belang beach, penelitian bermanfaat bagi pihak belang
beach agar dapat hal apa saja yang terjadi pada penerimaan diri
wanita tunasusila.
3. Bagi Pengelolah Belang beach
Penelitian bermanfaat bagi pengelolah sehingga bisa
mendapatkan informasi untuk melihat bagaimana meningkatkan
hubungan penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup bagi
wanita tunasusila.
4. Bagi peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
referensi bagi penelitian selanjutnya yang mengambil tema
kajian hubungan penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup
bagi wanita tunasusila.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian yang berhubungan dengan hubungan penerimaan diri
dengan kebermaknaan hidup wanita tunasusila yang sebelumnya
dilakukan oleh Rivai ( 2012 ) dengan judul “ hubungan penerimaan diri
dengan kebermaknaan hidup bagi wanita tunasusila di Yogyakarta “ skala
yang digunakan kebermaknaan hidup, dengan berjumlah 30 orang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup ini adalah psikologi dalam kaitannya dengan
psikologi sosial, penelitian akan, memfokuskan pada “ hubungan
penerimaan diri dengan kebermaknaan hidup bagi wanita tunasusila”
Kebermaknaan hidup mempunyai peranan penting dalam
menentukan orang menghargai dan menilai dirinya.Penelitian ini, penulis
menggunakan penelitian kuantitatif , dimana penelitian ini berawal dari
landasan teori untuk memahami fenomena yang sedang terjadi khususnya
dalam bidang sosial. Pendekatan kuantitatif ini , menekan analisinya pada
data-data yang diperoleh dengan metode statistik.

Вам также может понравиться