Вы находитесь на странице: 1из 19

LAPORAN KASUS

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Pembimbing
dr. Estya Dewi Widyasari, Sp OG

Disusun oleh
Nur Amira Amalina Mohammad Zulkifli
11 – 2017 – 266

KEPANITERAN KLINIK
ILMU PENYAKIT OBSTETRI GINEKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSU BETHESDA LEMPUYANGWANGI
PERIODE 08 Oktober 2018 – 15 Desember 2018

1
LAPORAN KASUS
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Obstetri Ginekologi
Rumah Sakit Umum Bethesda Lempuyangwangi
________________________________________________________________________
Nama : Nur Amira Amalina Mohammad Zulkifli Tanda tangan :
NIM : 11.2017.266
Dr pembimbing / penguji : dr. Estya Dewi Widyasari, Sp.OG

A. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. FL Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (G2P1A0) Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMP
Alamat : Magelang Masuk Rumah Sakit : 6 November 2018
Pukul 14.30 WIB

Nama suami : Tn. D


Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bantul

Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis tanggal 6 November 2018 pukul 18.00 WIB

Keluhan utama
Mual dan muntah terus menerus sejak 3 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluh mual dan muntah terus menerus sejak 3 hari SMRS. Mual dirasakan
terutama sehabis makan, nyeri ulu hati, lalu muntah. Pasien juga merasa mual saat minum air

2
putih lalu muntah. Muntah berisi makanan atau minuman yang baru dikonsumsi. Pasien
mengeluh air liurnya menjadi lebih banyak serta pangkal lidah terasa asam dan sedikit pahit.
Pasien mengatakan muntah lebih dari 10 kali. Pasien merasa lemas, nafsu makan menurun dan
sulit tidur. Keluhan mual muntah ini sudah dirasakan sejak awal kehamilan namun tidak begitu
hebat.
Riwayat BAB dan BAK lancar. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis. Pasien
mengaku mual dan muntah terus menerus pada kehamilan sebelumnya namun tidak begitu hebat
hingga dirawat di rumah sakit. Ini merupakan kehamilan kedua. Hamil pertama pada tahun 2009
melahirkan secara normal pervaginam dibantu oleh bidan. Pasien memiliki riwayat menstruasi
teratur. HPHT 17 September 2018 dan HPL 24 Juni 2019.

Riwayat Kehamilan
ANC rutin di dokter, pasien memiliki riwayat KB suntik 3 bulan selama 1 tahun.

Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Dismenorrhea : (+)
Leukorrhea : (-)
Menopause : (-)
HPHT : 17 September 2018
HPL : 24 Juni 2019
- Perkawinan : 1 kali
- Menikah usia : 18 tahun
- Lama menikah : 10 tahun
- Riwayat KB : KB suntik 3 bulan

3
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil Usia Jenis Penyulit Penolong Jenis BB/TB Umur
ke kehamilan persalinan kelamin lahir sekarang
1 39 minggu Normal - Dokter Laki-laki 2500 gr 9 tahun
2 Hamil ini

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien memiliki riwayat maag
 Pasien mempunyai riwayat mual muntah pada kehamilan pertama
 Tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan alergi

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma
dan alergi.

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 6 November 2018 pukul 15.00


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 102 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,2 oC
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/- , mata cekung +/+
Telinga : Tidak tampak kelainan
Hidung : Tidak tampak kelainan
Mulut/gigi : Mukosa bibir tampak kering
Leher : Tidak tampak pembesaran KGB dan tiroid
Jantung : BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Thorak : Suara napas dasar vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Membuncit, supel, nyeri tekan epigastrium (+), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat , turgor kulit menurun

4
Status Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+), puting
susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-)
Abdomen : Linea nigra (+), striae gravidarum (-), sikatrik (-), bekas operasi laparotomi (-)

Periksa Dalam
 Flx (-), fl (-)
 V/U/V : tak ada kelainan
 Portio : sebesar jempol tangan, kenyal
 OUE tertutup
 Corpus uteri sebesar telur bebek
 Adnexa : tak ada kelainan
 Cavum Douglas : tak ada kelainan

Pemeriksaan Penunjang
Hematologi dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2015 pukul 15.30
 Hemoglobin 15.0 gram/dL
 Leukosit 9.840/uL
 Hematokrit 43.10 %
 Trombosit 335.000/uL
 HbsAg Negatif
 Waktu Perdarahan/BT 1,30 menit
 Waktu Pembekuan/CT 5,0 menit
 Gol darah/Rhesus B/+
 Gula darah sewaktu 122 mg/dL

USG Kandungan
Hasil: Janin tunggal hidup intra uterine letak mobile sesuai dengan usia kehamilan.

5
Ringkasan/Resume
Pasien 28 tahun G2P1A0, hamil 7 minggu, mengeluh mual dan muntah terus-menerus sejak 3 hari
SMRS. Mual dirasakan terutama sehabis makan dan minum, nyeri ulu hati, lalu muntah. Muntah
berisi makanan atau minuman yang baru dikonsumsi. Mulut terasa berliur banyak disertai rasa
asam dan sedikit pahit pada pangkal lidah. Pasien muntah lebih dari 10 kali. Pasien merasa
lemas, nafsu makan menurun, dan sulit tidur. Keluhan mual muntah sudah dirasakan sejak awal
kehamilan namun tidak terlalu hebat. HPHT 17 September 2018 dan HPL 24 Juni 2019. Pada
pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 102 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,2 oC, mata cekung (+/+), mukosa bibir
kering, turgor kulit menurun dan nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan fisik ginekologi
tidak ada kelainan. Pemeriksaan penunjang dalam batas normal.

Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Dismenorrhea : (+)
Leukorrhea : (-)
Menopause : (-)
HPHT : 17 September 2018
HPL : 24 Juni 2019
- Perkawinan : 1 kali
- Menikah usia : 18 tahun
- Lama menikah : 10 tahun
- Riwayat KB : KB suntik 3 bulan

Pemeriksaan Luar
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+), puting
susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-)
Abdomen : Linea nigra (+), striae gravidarum(-), sikatrik (-), bekas operasi (-)

6
Diagnosis Kerja
Hiperemesis gravidarum derajat I, G2P1A0, usia kehamilan 7 minggu

Pengelolaan
 Infus NaCL I diguyur
 Ringer laktat : Kaen 3B = 1:1 30 tpm
 Ondansetron 3x4 mg tab
 Fola Vit 400 µg tab 1x1
 Bedrest

Prognosis
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam

Follow Up
7 November 2018, pukul 05.00 WIB
S : Kepala terasa pusing, masih mual, os sudah tidak muntah.
O : Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,8°C
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), mata cekung (-/-)
Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Membuncit, supel, Nyeri tekan epigastrium (+), BU (+)
PPV : (-)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor kulit baik
A : Hiperemesis gravidarum derajat I, G2P1A0, usia kehamilan 7 minggu
P : Terapi dilanjutkan, bed rest

7
7 November 2018, pukul 17.00 WIB
S : Kepala sudah tidak terasa pusing, mual berkurang.
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 87x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Membuncit, supel, Nyeri tekan epigastrium (-), BU (+)
PPV : (-)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor kulit baik.
A : Hiperemesis gravidarum derajat I, G2P1A0, usia kehamilan 7 minggu
P : Lanjutkan terapi

8 November 2018, pukul 08.00 WIB


S : Mual berkurang.
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Membuncit, supel, Nyeri tekan epigastrium (-), BU (+)
PPV : (-)
Ekstremitas : Akral hangat, turgor kulit baik.
A : Hiperemesis gravidarum derajat I, G2P1A0, usia kehamilan 7 minggu
P :

8
 Pasien boleh pulang
 Obat pulang:
 Folamil 1x1
 Ondansetron 3 x 4 mg tab

9
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN
Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah. Keluhan ini
biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung, dan rasa lemah pada badan.
Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness.” Istilah ini sebenarnya
kurang tepat karena 80% perempuan hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari. 1
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari atau
menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau
5% berat badan. 1
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan minggu ke-9 sampai
ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-
14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada
0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditatalaksana
dengan rawat inap. 1
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka kejadiannya masih
cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum dirawat inap lebih dari sekali.
Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-menerus dan sulit sembuh membuat pasien
depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi
kehamilan. 1
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih, kehamilan multipel,
penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok. 1

B. DEFINISI
HEG adalah mual dan muntah hebat yang disertai dengan penurunan berat badan lebih
dari 5%. Keluhan muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum, mengganggu pekerjaan,
menyebabkan dehidrasi, asidosis, alkalosis, hipokalemi, ketosis, asetonuria, dan ptialism.
Puncaknya sekitar pada minggu 9 kehamilan dan akan berhenti dengan sendirinya. Sekitar 20

10
minggu kehamilan, gejala ini mereda. Namun, pada sekitar 20% kasus, mual dan muntah dalam
kehamilan berlanjut sampai saat persalinan2

C. KLASIFIKASI
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:
 Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat-badan
menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan cairan empedu, dan
yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah
sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit
tetapi masih normal.2

 Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril,
nadi cepat dan lebih dari 100 - 140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat
badan cepat menurun.2

 Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran
(delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin. 2

D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Etiologi HEG masih belum diketahui secara jelas. Faktor biologis, fisiologis, psikologis,
dan sosiokultural diperkirakan menjadi faktor yang berperan dalam timbulnya HEG. Menurut
teori lain, mual dan muntah selama kehamilan merupakan sebuah adaptasi tubuh untuk
mencegah asupan makanan yang berpotensi berbahaya. Zat yang merugikan itu dapat berupa
mikroorganisme pathogen dan toksin pada sayuran dan minuman yang berbau menyengat.
Bagaimanapun, HEG merupakan sindrom multifaktorial.1
1. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)

11
HCG merupakan faktor endoktrin yang paling mungkin menjadi penyebab HEG. Kesimpulan ini
didasarkan pada hubungan antara peningkatan kadar hCG dan fakta bahwa insiden HEG tertinggi
adalah saat kadar hCG mencapai puncaknya saat kehamilan (sekitar minggu ke-9) dan
dihubungkan dengan kondisi dimana kadar hCG meningkat seperti pada kehamilan mola dan
kehamilan ganda.3
Belum jelas bagaimana hCG menyebabkan HEG, namun diduga hCG merangsang
proses sekretori yang berlebihan pada saluran cerna bagian atas. hCG menyebabkan produksi
cairan yang berlebihan pada saluran cerna bagian atas dengan cara mempengaruhi transport ion
yang diikuti dengan perpindahan cairan secara pasif.1
Tidak semua wanita dengan kadar hCG yang tinggi mengalami mual dan muntah.
Interaksi hormone-reseptor hCG pada kelompok wanita tertentu dapat menyebabkan HEG,
namun belum tentu menyebabkan HEG kelompok wanita lainnya. Hal ini mungkin disebabkan
karena variasi aktivitas biologis dari isoform hCG yang berbeda-beda serta perbedaan
sensitivitas tiap individu terhadap stimulus emetogenik.1
2. Infeksi Helicobacter pylori
Sebuah penelitian menggunakan biopsi mukosa telah dilakukan pada pasien HEG. Pada studi ini
didapatkan hasil bahwa pada pasien HEG 95% positif terdapat H. pylori sedangkan pada
kelompok kontrol 50%. Penelitian ini juga menemukan densitas H. pylori yang tinggi pada
antrum dan corpus gaster pasien HEG. Densitas ini dapat dikaitkan dengan keparahan gejala
yang dialami oleh pasien dan menjadi penjelasan perbedaan antara morning sickness biasa
dengan HEG.3
Infeksi H. pylori pada wanita hamil dapat disebabkan oleh perubahan pH lambung atau
perubahan sistem imun karena kehamilan. Perubahan pH lambung disebabkan karena
peningkatan akumulasi cairan di lambung oleh karena peningkatan hormone steroid pada wanita
hamil. Perubahan sistem imun humoral selama kehamilan dapat menyebabkan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi H. pylori.3
3. Disfungsi gastric
Selama kehamilan peningkatan progesterone dan estrogen menyebabkan relaksasi sfingter
esophagus menyebabkan mual dan muntah. Progesterone dan estrogen juga menyebabkan
pengosongan lambung lebih lambat, gerakan usus berkurang, penumpukan cairan di saluran
cerna yang menyebabkan mual dan muntah.2,3

12
4. Defisiensi nutrisi
Sangat sedikit studi tentang defisiensi nutrisi sebagai penyebab HEG dalam literature. Penelitian
yang berkaitan dengan nutrisi terfokus pada elemen tambahan khususnya zinc dan copper.
Bagaimanapun hubungan antara HEG dan tingkat defisiensi nutrisi belum ditemukan.2
5. Psikologis
Mual dan muntah selama kehamilan dianggap sebagai wujud konflik psokologis. Mual muntah
diyakini sebagai rasa penolakan terhadap kehamilan, ketidaksiapan ibu dalam menerima
kehamilan, kecemasan, dan ketakutan terhadap kehamilan.3

E. DIAGNOSIS
 Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
 Fungsi vital: nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat,
subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma).
 Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher
uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo
serviks berwarna biru (livide).
 Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.
 Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, shift to the left, benda keton, dan
proteinuria.
 Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi
psikologi. 2,5

F. RISIKO
 Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
Korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh
karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.
 Fetal

13
Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (IUGR) 2

G. PENATALAKSANAAN
 Untuk keluhan hiperemesis yang berat, pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan
membatasi pengunjung.
 Stop makanan per oral 24 — 48 jam.
 Infus glukosa 10% atau 5%: RL = 2 : 1, 40 tetes per menit. 1
 Obat 1
 Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus.
 Vitamin B12 200 µg/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus.
 Fenobarbital 30 mg I.M. 2 - 3 kali per hari atau klorpromazin 25 - 50 mg/hari I.M. atau
kalau diperlukan diazepam 5 mg 2- 3 kali per hari I.M.
 Antiemetik: prometazin (avopreg) 2 - 3 kali 25 mg per hari per oral atau proklorperazin
(stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral.
 Antasida : asidrin 3 x 1 tablet per hari per oral atau milanta 3 x 1 tablet per hari per oral
atau magnam 3 x 1 tablet per hari per oral. 2

 Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi


 Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya
diberikan selama beberapa hari. 2
 Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan
bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D. 2
 Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut
kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup
dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.2

14
 Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9 %). Cairan dekstrose tidak boleh diberikan
karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi hiponatremia. Suplemen
potasium boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan
secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga
harus dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstick untuk mengetahui terjadinya
ketonuria. 2

 Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin antagonis
(metoklopramid, domperidon) fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin), antikolinergik
(disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin, siklizin). Namun, bila
masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid
dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3) (ondansetron, sisaprid). 2

Tabel 2. Obat-obatan untuk Tata Laksana Mual dan Muntah dalam Kehamilan1

15
 Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peradaran udara yang baik hanya dokter dan
perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan.
Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24
jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.4,6

 Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. 4,6

H. KOMPLIKASI
Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan dapat
menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi yang
berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh karena itu, pada pemeriksaan
fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti peningkatan frekuensi
nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan
kesadaran.1
Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit
tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan. Selain dehidrasi, akibat lain muntah
yang persisten adalah gangguan keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor
dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai hiponatremia dan
hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan
atau minum sama sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai
untuk pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak
tidak dapat dioksidasi dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau
aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis
gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria. 1

16
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul dapat
berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan. Perempuan
hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam kehamilan yang kurang
(<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah,
kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR lima menit kurang dari tujuh.1

I. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau
biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur
hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.6

J. DIAGNOSIS BANDING
Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan hiperemesis
gravidarum. Penyebab-penyebab lain seperti penyakit gastrointestinal, pielonefritis dan penyakit
metabolik perlu dieksklusi. Satu indikator sederhana yang berguna adalah awitan mual dan
muntah pada hiperemesis gravidarum biasanya dimulai dalam delapan minggu setelah hari
pertama haid terakhir. Karena itu, awitan pada trimester kedua atau ketiga menurunkan
kemungkinan hiperemesis gravidarum. Demam, nyeri perut atau sakit kepala juga bukan
merupakan gejala khas hiperemesis gravidarum. Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan
untuk mendeteksi kehamilan ganda atau mola hidatidosa.1
Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum, kolestasis
obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme dan infeksi
Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum

17
kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat ditemukan riwayat
sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium yang berkurang dengan
makanan atau antacid dan memberat dengan alkohol, kopi atau obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis dan melena dapat ditemukan pada ulkus
peptikum. 1
Pada kolestasis dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. ikterus,
warna urin gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin.
Pada perlemakan hati akut ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemia,
gangguan pembekuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. 1
Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan gambaran klinis
gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut kanan
bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri dapat berpindah ke
atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar. Apendisitis akut pada
kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser
ke kanan) dan tanda Alder (apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena itu, perlu
dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4 dan TSH pada pasien
hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit Graves, tetapi pasien hiperemesis
tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis penyakit Graves, seperti proptosis dan
pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4 meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves,
pemeriksaan tersebut perlu diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu
usia gestasi, saat kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian
propiltiourasil pada pasien hipertiroidisme dapat meredakan gejala-gejala hipertiroidisme, tetapi
tidak meredakan mual dan muntah. Sebuah studi lain yang menarik menemukan adanya
hubungan antara infeksi kronik Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. 1
Pada studi tersebut, sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum
menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif, namun studi tersebut masih
kontroversial. Sebuah studi lain di Amerika Serikat mendapatkan tidak terdapat hubungan antara
hiperemesis gravidarum dengan infeksi H. pylori.1

K. PROGNOSIS

18
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.
Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit
ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin. Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesis
gravidarum umumnya baik, namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan
ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.6

PENUTUP
Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang tepat dapat
mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan ibu dan janin. Ketepatan
diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah kondisi lain yang dapat menyebabkan mual
dan muntah dalam kehamilan. Tatalaksana komprehensif dimulai dari istirahat, modifikasi diet
dan menjaga asupan cairan. Jika terjadi komplikasi hiperemesis gravidarum, penatalaksanaan
utama adalah pemberian rehidrasi dan perbaikan elektrolit. Terapi farmakologi dapat diberikan
jika dibutuhkan, seperti piridoksin, doxylamine, prometazin, dan meto-klopramin dengan
memperhatikan kontraindikasi dan efek sampingnya. Beberapa terapi alternatif sudah mulai
diteliti untuk penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, seperti ekstrak jahe dan akupuntur,
dengan hasil yang bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan K, Manengkei PSK, Ocviyanti D. Diagnosis dan tatalaksana hiperemesis
gravidarum. Vol.61. Jakarta: J Indon Med Assoc; 2011.h.459-65
2. Wibowo B, Soejono A. Hiperemesis gravidarum dalam ilmu kebidanan. Edisi ketiga cetakan
ketujuh. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2005.h.275-280.
3. Mochtar R. Hiperemesis gravidarum dalam sinopsis obstetri. Edisi 2 cetakan pertama.
Jakarta: EGC; 1998.h.195-197
4. Hiperemesis Gravidarum, 26 Juli 2007. Di unduh dari : www.medicastore.com , tanggal 20
Desember 2014
5. Hartanto H. Penyakit saluran cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi ke-
21. Jakarta: EGC; 2005.h.1424-1425
6. Moeloek FA. Hiperemesis gravidarum. Dalam : Standar Pelayanan Medik: Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia;2006.h.21-22.

19

Вам также может понравиться