Вы находитесь на странице: 1из 44

BUKU PEDOMAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) APOTEK

KATA PENGANTAR

Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan implementasi dari


pengetahuan dan teori yang ada diperkuliahah. Kegiatan ini
dilakukan oleh mahasiswa program DIII Farmasi semester VI (tingkat
akhir) sebagai perwujudan implementasi semua pengetahuan yang
pernah didapat.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) terdiri atas 3 lokasi yaitu
Apotek, Rumah Sakit dan Industri. Lokasi Praktek Kerja Lapangan
ditentukan berdasarkan ranah keluaran lulusan DIII Farmasi yaitu
menjadi tenaga teknis kefarmasian di Apotek, Rumah Sakit dan
Industri.
Buku panduan ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dan
dosen pembimbing dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek


Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019 ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................. iii
DASAR TEORI ......................................................................... 1
KOMPETENSI PKL di APOTEK ............................................... 29
DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN ........................................ 31
PEDOMAN PENILAIAN ........................................................... 32
LEMBAR PENILAIAN PEMBIMBING LAPANGAN ................... 35
JURNAL KEGIATAN ................................................................ 38
LEMBAR SUPERVISI ............................................................... 39
FORMAT LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN .............. 40
PENUTUP ................................................................................ 41

Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek


Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019 iii
DASAR TEORI

A. PENGERTIAN APOTEK
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun
2018 tentang pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara
elektronik, bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker.
Definisi apotek menurut PP 51 Tahun 2009. Apotek
merupakan suatu tempat atau terminal distribusi obat perbekalan
farmasi yang dikelola oleh apoteker sesuai standar dan etika
kefarmasian.

B. TUGAS DAN FUNGSI APOTEK


Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang
digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian,
yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik,
toko obat, atau praktek bersama.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu
Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri
atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi.
Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

Apotek memiliki tugas dan fungsi sebagai:


Ø Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan
• Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat
atau bahan obat.

Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek


Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019 1
Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 2
• Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam menyebarkan
obat-obatan yang diperlukan masyarakat secara luas dan
merata.

PELAYANAN DI APOTEK
Menurut KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002,
disebutkan bahwa; persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang
bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi
persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan
milik sendiri atau milik pihak lain.
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di
luar sediaan farmasi.
4. Lokasi dan Tempat, Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan,
namun sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan
pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan
kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan
lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan
kendaraan.
5. Bangunan dan Kelengkapan, Bangunan apotek harus mempunyai
luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi
persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu
perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek
sekurang-kurangnya terdiri dari : ruang tunggu, ruang administrasi
dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang
peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar
mandi dan toilet. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan :
Sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang
Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019
Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 3
baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi baik, Ventilasi dan
sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, Papan
nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat
apotek, nomor telepon apotek. Perlengkapan Apotek, Apotek harus
memiliki perlengkapan, antara lain: Alat pembuangan, pengolahan
dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll.
6. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi,
seperti lemari obat dan lemari pendingin. Wadah pengemas dan
pembungkus, etiket dan plastik pengemas. Tempat penyimpanan
khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun. Buku standar
Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan
peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek. Alat
administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan
resep dan lain-lain.
Personalia Apotek :
1. Apoteker Pengelola Apotek
2. Tenaga Teknis Kefarmasian
3. Pegawai administrasi apotek
4. CS / cleaning service

C. PENGERTIAN OBAT
1. Obat bebas merupakan obat yang dapat di beli secara bebas
dan tidak membahayakan si pemakai dalam batas dosis yang
di anjurkan.
Dengan tanda lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi
hitam. Contohnya Pamol dan Dumin yang berisi paracetamol.
2. Obat bebas terbatas (daftar W= waarschuwing = peringatan)
adalah obat keras yang dapat diserahakan tanpa dengan
resep dokter dalam bungkus aslinya dari produsen atau pabrik
obat itu.
Kemudian diberi tanda lingkaran bulatwarna biru dan garis
tepiwarna hitam serta diberi tanda peringatan. Contohnya :
Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019
Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 4
Antiza yang berisi dextromethorpan HBr, paracetamol dan
phenylpropanolamin HCl.
3. Obat Keras (daftar G = ggeverlink = berbahaya ) merupakan
semua obat yang memiliki takaran / dosis maksimum yang
tercantum dalam daftar obat keras yang ditetapkan
pemerintah,di beri tanda khsusus lingkran bulat warna merah
dengan garis tepi hitam dan huruf “K” ditengah yang
menyentuh garis tepi seperti Ranitidine, Antasida, dan lain-
lain.

P.No.1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pakainya.


Contoh; Antimo (Dimenhidrat 50 mg) = Mabuk
perjalanan. Decolgen (Asetaminofen 400 mg,
fenilpropanolamin HCl 12,5 mg, klorfeniraminmaleat 1 mg tiap
tablet) = Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala,
bersin-bersin dan hidung tersumbat.
P.No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk kumur, Jangan
ditelan
Contoh; Isodine gargle (Povidon iodin 1%) =
Menghilangkan rasa sakit akibat infeksi seperti faringitis
(radang tekak), tonsilitis (radang tonsil/amandel), sariawan,
stomatitis (radang rongga mulut), gingivitis (radang gusi).
Betadine gargle (Povidone Iodine 1% dan bahan tambahan
denatured alkohol) = Obat kumur antiseptik untuk mengatasi
radang tenggorokan, sariawan, gusi bengkak, dan bau mulut.

P.No.3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari


badan.
Contoh :Caladine lotion (Calamine 5%, zinc oxide 10%,
diphenhydramine HCl 2%) = Mengobati gatal karena biang

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 5
keringat, udara panas, gigitan serangga, antiseptik dan
penyejuk kulit). Betadin (Povidone iodine 10% setara dengan
iodine 1%) = Mencegah timbulnya infeksi pada luka-luka
seperi: lecet, tergores dan terkelupas.

P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar

P.No.5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.


Contoh :Nebacetin powder (Neomisin sulfat 5 mg,
basitrasin 250 UI) = Pencegahan dan pengobatan infeksi lokal
pada kulit dan mukosa.

P.No.6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.


Contoh Ambeven (Graphtophyllum pictum 30%,
sophora jamponica 15%, Rubia cordifolia 15%, coleus
atropurpureus 10%, sanguisorba officinalis 10%, kaemferiae
angustifoliae 10%, curcuma heyneanae 10%) = Pengobatan
wasir interna dan eksterna dengan gejala nyeri, bengkak dan
perdarahan. Borraginol-S (Ekstrak akar) litospermi 0,1 mg
(0,18 mg), prednisolon 0,5 mg(1 mg), lidokaina 7,5 mg (15
mg), etil eminobenzoat 10 mg(20 mg), setrimida 1,25 mg (2,5
mg), lesitina telor 50 mg (100 mg) = Wasir dalam dan luar,
wasir dengan pendarahan, prolaps anus, fistula anus
periproktitis, luka terbuka pada dubur dan perineal serta gatal-
gatal pada dubur.
4. Psikotropika (obat berbahaya) merupakan obat yang
mempengaruhi proses mental, merangsang atau
menenangkan, mengubah pikiran/perasaan/kelakuan
seseorang. Psikotropika meiliki garis tepi merah dan
ditengahnya tanda palang merah.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 6
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan
sindroma ketergantungan sebagaimana dimaksud pada
digolongkan menjadi :
a. Psikotropika Golongan I; Hanya digunakan untuk
kepentingn pengembangan iptek dan tidak untuk
pengobatan. Potensi ketergantungan sangat kuat.
b. Contoh; MDMA, Psilosin, mescalin.
c. Psikotropika Golongan II; Untuk kepentingan iptek dan
untuk pengobatan. Potensi ketergantungan kuat. Contoh;
Ampetamin, Fenetilina
d. Psikotropika Golongan III; Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh :
Amobarbital, Flunitrazepam, Siklobarbital
e. Psikotropika Golongan IV Psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contoh; Diazepam.
5. Narkotika (obat bius daftar O = opium) merupakan obat yang
diperlukan dalam bidang pengobatan dan iptek serta dapat
menimbulkan ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang
sangat merugikan masyarakat dan individu apabila digunakan
tanpa pembatasan atau pengawasan dokter: misalnya opium,
codein, morfin, petidin.
Narkotika dibedakan dalam beberapa golongan
a. Golongan I: Dilarang untuk kesehatan, ilmu pengetahuan
dan laboratorium.Contoh; Heroin, Kokain, Ganja.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 7
b. Golongan II: Untuk kesehatan dan ilmu pengetahuan.
Contoh; Morfin, Pethidin
c. Golongan III: Untuk kesehatan dan ilmu
pengetahuan.Contoh; Codein, garam - garam Narkotika.
6. Obat Wajib Apotek atau OWA yaitu obat keras yang dapat
diberikan oleh apoteker pengelola apotek (APA), hanya bisa
didapatkan di apotek.
1. APA boleh memberikan obat keras, persayaratan yang
harus dilakukan dalam penyerahan OWA.
1) Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar
mengenai data pasien (nama, alamat, umur) serta
penyakit yang diderita. Apoteker wajib memenuhi
ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada
pasien.
2) Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar
mencakup indikasi, kontra-indikasi, cara pemakain, cara
penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin
timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak
dikehendaki tersebut timbul.
2. Contoh obat OWA :
1) Obat Antiinflamasi ( Cinolon, Desolex, Eloskin, Hufacort )
2) Saluran Cerna ( Fordin, Acran, Almacon, Dexanta )
3) Antialergi ( Benadryl, Aldisa SR, Cetirizine )
4) Hormon. ( Andriol, Genotropin, dan Tostrex )

7. Obat Generik yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan


dalam FI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Contohnya
asam mefenamat, paracetamol, ranitidine, meloxicam.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 8
8. Obat Generik Berlogo merupakan obat yang memiliki nama
resmi tetapi berkemasan seperti obat paten contohnya. pamol
yang berisi paracetamol.
9. Obat Paten merupakan obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat yang diberi kuasa dan dijual
dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya
dikatakan obat paten apabila sudah mencapai 3 tahun pabrik
yang memproduksi didirikan.
10. Jamu merupakan obat tradisional yang didapat dari bahan
alam (mineral, tumbuhan atau hewan), diolah secara
sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam
pengobatan tradisional. Contohnya racikan turun temurun.

11. Obat Esensial yaitu obat yang paling banyak dibutuhkan


untuk layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam
daftar obat esensial nasional (DOEN) yang ditetapakan oleh
menteri kesehatan.
12. Obat Jadi merupakan obat dalam keadan murni atau
campuran dalam bentuk pil.tablet,kapsul,supositoria,salep
sesuai dengan FI atau buku resmi lainnya.
13. Fito Farmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang
telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji pra klinik atau klinik. Mempunya logo sama
seperti jamu lingkaran warna hijau dengan gambar bintang
bercabang didalamnya. Contohnya : stimuno dan tensigard.

Pengertian Resep (bagian-bagian resep dan pengertian copy


resep)
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada
APA untuk menyiapkan dan/untuk membuat, meracik, serta

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 9
menyerahkan obat kepada pasien yang berhak menulis resep adalah
dokter, dokter gigi, dokter hewan.
Bagian-bagian resep :
1. Nama, alamat dan nomor izin praktik dokter
2. Tanggal penulisan resep
3. Tanda R pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocation)
4. Nama setiap obat dan komposisinya (praescriptio)
5. Aturan pakai obat yang tertulis (signature)
6. Tanda tangan atau paraf dokter (subcriptio)
7. Nama dan alamat pasien
8. Tanda seru atau paraf dokter untuk setiap resep yang melebihi
dosis maksimalnya.

Copy resep ialah salinan tertulis dari suatu resep, istilah


lainnya adalah apograpf, exemplum, afschrift.salinan resep selain
memuat keterangan dalam resep asli harus memuat pula :
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor S.I.K apoteker pengelola apotek
3. Tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
4. Tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahakan dan nedet
= ne detur yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan.

Pemusnahan Obat dan Resep


Pemusnahan obat,resep atau perbekalan kesehatan di bidang
farmasi karena rusak dilarang atau kadaluwarsa dilakukan denngan
cara di bakar atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh badan
POM .
Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA secara tertulis
kepada Sub Dinkes/Dinkes setempat dengan mencantumkan :

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 10
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama APA
3. Perincian obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi yang
akan di musnahkan
4. Rencana tanggal dan tempat pemushan
5. Cara pemusnahan

PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI


Pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang dilakukan
di Apotek sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku,
meliputi: perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan.
Pengelolaan ini bertujuan untuk menjaga dan menjamin ketersediaan
barang di apotek sehingga tidak terjadi kekosongan barang. Selain
itu juga bertujuan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan dalam
jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam waktu tertentu secara efektif dan
efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku.

1. PERENCANAAN
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan
mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam
perencanaan pengadaan ini, ada empat metode yang sering
dipakai yaitu :
a. Metode epidemiologi yaitu berdasarkan pola penyebaran
penyakit dan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam
masyarakat sekitar.
b. Metode konsumsi yaitu berdasarkan data pengeluaran barang
periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 11
kelompok fast moving (cepat beredar) maupun yang slow
moving.
c. Metode kombinasi yaitu gabungan dari metode epidemiologi
dan metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang
dibuat berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat
kebutuhan sediaan farmasi periode sebelumnya.
d. Metode just in time yaitu dilakukan saat obat dibutuhkan dan
obat yang tersedia di apotek dalam jumlah terbatas.
Digunakan untuk obat-obat yang jarang dipakai atau
diresepkan dan harganya mahal serta memiliki waktu
kadaluarsa yang pendek.
Di Apotek perencanaan pengadaan sediaan farmasi
seperti obat-obatan dan alat kesehatan dilakukan dengan
melakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan.
Data tersebut ditulis dalam buku defecta yaitu jika barang habis
atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang
tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Selain dengan
menggunakan data di buku defecta, perencanaan pengadaan
obat dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan berdasarkan
analisis pareto (Sistem ABC) yang berisi daftar barang yang
terjual yang memberikan kontribusi terhadap omzet, disusun
berurutan berdasarkan nilai jual dari yang tertinggi sampai yang
terendah, dan disertai jumlah dan kuantitas barang yang terjual.
Keuntungan dengan menggunakan analisis pareto adalah
perputaran lebih cepat sehingga modal dan keuntungan tidak
terlalu lama berwujud barang, namun dapat segera berwujud
uang, mengurangi resiko penumpukan barang, mencegah
terjadinya kekosongan barang yang bersifat fast moving dan
meminimalisasikan penolakan resep. Pengelompokan
berdasarkan pareto di Apotek antara lain :

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 12
• Pareto A: 20-25% total item mengasilkan 80% omzet
• Pareto B: 25-40% total item menghasilkan 15% omzet
• Pareto C: 50-60% total item menghasilkan 5% omzet
Pemesanan rutin dilakukan terhadap produk yang
tergolong dalam pareto A dan B. Untuk produk yang termasuk ke
dalam pareto C dilakukan pemesanan bila produk tersebut akan
habis.
2. PENGADAAN
Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek dilakukan oleh
bagian unit pembelian yang meliputi pengadaan obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras tertentu, narkotika dan
psikotropika, dan alat kesehatan.
Pengadaan perbekalan farmasi dapat berasal dari
beberapa sumber, yaitu :
a. Pengadaan Rutin
Merupakan cara pengadaan perbekalan farmasi yang paling
utama. Pembelian rutin yaitu pembelian barang kepada para
distributor perbekalan farmasi untuk obat-obat yang kosong
berdasarkan data dari buku defekta. Pemesanan dilakukan
dengan cara membuat Surat Pesanan (SP) dan dikirimkan ke
masing-masing distributor/PBF yang sesuai dengan jenis
barang yang dipesan. PBF akan mengirim barang-barang
yang dipesan ke apotek beserta fakturnya sebagai bukti
pembelian barang.
b. Pengadaan Mendesak (Cito)
Pengadaan mendesak dilakukan, apabila barang yang diminta
tidak ada dalam persediaan serta untuk menghindari
penolakan obat/resep. Pembelian barang dapat dilakukan ke
apotek lain yang terdekat sesuai dengan jumlah sediaan
farmasi yang dibutuhkan tidak dilebihkan untuk stok di apotek.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 13
c. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara
Apotek dengan suatu perusahaan atau distributor yang
menitipkan produknya untuk dijual di apotek, misalnya alat
kesehatan, obat-obat baru, suplemen kesehatan, atau sediaan
farmasi, dan perbekalan kesehatan yang baru beredar di
pasaran. Setiap dua bulan sekali perusahaan yang menitipkan
produknya akan memeriksa produk yang dititipkan di apotek,
hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah produk yang
terjual pada setiap dua bulannya. Pembayaran yang dilakukan
oleh apotek sesuai jumlah barang yang laku. Apabila barang
konsinyasi tidak laku, maka dapat diretur/dikembalikan ke
distributor/perusahaan yang menitipkan.
d. Penerimaan Perbekalan Farmasi
Penerimaan Barang Setelah dilakukan pemesanan maka
perbekalan farmasi akan dikirim oleh PBF disertai dengan
faktur. Barang yang datang akan diterima dan dipriksa oleh
petugas bagian penerimaan barang. Produsen penerimaan
barang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Pemeriksaan barang dan kelengkapannya
• Alamat pengirim barang yang dituju.
• Nama, kemasan dan jumlah barang yang dikirim harus
sesuai denganyang tertera pada surat pesanan dan
faktur. Apabila terdapat ketidaksesuaian, petugas
penerimaan akan mengembalikan atau menolak barang
yang dikirim (retur) disertai nota pengembalian barang
dari apotek.
• Kualitas barang serta tanggal kadarluasa. Kadaluarsa
tidak kurang dari satu tahun untuk obat biasa dan tiga
bulan untuk vaksin.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 14
2) Jika barang-barang tersebut dinyatakan diterima, maka
petugas akan memberikan nomor urut pada faktur
pengiriman barang, membubuhkan cap apotek dan
menandatangani faktur asli sebagai bukti bahwa barang
telah diterima. Faktur asli selanjutnya dikembalikan,
sebagai bukti pembelian dan satu lembar lainnya disimpan
sebagai arsip apotek. Barang tersebut kemudian disimpan
pada wadahnya masing-masing.
3) Salinan faktur dikumpulin setiap hari lalu dicatat sebagai
data arsip faktur dan barang yang diterima dicatatat
sebagai data stok barang dalam komputer.
Jika barang yang diterima tidak sesuai pesanan atau
terdapat kerusakan fisik maka bagian pembelian atau
membuat nota pengembalian barang (retur) dan
mengembalikan barang tersebut ke distrbitor yang
bersangkutan untuk kemudian ditukar dengan barang yang
sesuai. Barang-barang yang tidak sesuai dengan faktur
harus dikembalikan, hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya praktek penyalahgunaan obat yang dilakukan
oleh pihak tertentu.
4) Penyimpanan
Perbekalan farmasi yang telah diterima kemudian disimpan
didalam gudang obat secara alfabetis yang tersedia di
apotek dengan sebelumnya mengisi kartu stok yang
berisikan tanggal pemasukan obat, nomor dokumen, jumlah
barang, sisa, nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan paraf.
Contoh; kartu stok obat.
Penyimpanan barang di Apotek dilaksanakan berdasarkan
sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out).
Sistem FIFO (first in first out) adalah penyimpanan barang dimana

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 15
barang yang datang lebih dulu akan disimpan di depan sehingga
akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang
yang terakhir datang ditaruh dibelakang, demikian seterusnya.
Sistem FEFO (first expired first out) adalah penyimpanan barang
dimana barang yang mendekati tanggal kadaluarsanya diletakkan
di depan sehingga akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya,
sedangkan barang yang tanggal kadaluarsanya masih lama
diletakkan dibelakang, demikian seterusnya. Sistem ini digunakan
agar perputaran barang di apotek dapat terpantau dengan baik
sehingga meminimalkan banyaknya obat-obat yang mendekati
tanggal kadaluarsanya berada di apotek.
Sistem penyimpanan obat di Apotek antara lain :
a. Berdasarkan golongan obat :
1) Narkotika dan psikotropika di dalam lemari khusus dua pintu
yang dilengkapi dengan kunci dan terletak menempel pada
lemari besar dengan tujuan tidak bisa dipindahkan sehingga
sulit untuk dicuri.
2) Obat bebas dan obat bebas terbatas disebut sebagai obat
OTC (over the counter) disimpan di rak penyimpanan dan
swalayan. Disimpankan berdasarkan kegunaannya.
Penyusunan OTC digolongkan menjadi milk dan nutrision,
medical cabinet, vitamin dan suplement, tradisional
medicine, topical, tetes mata, beauty care, oral care, baby &
child care, produk konsinyasi, food, snack & drink, feminine
care.
3) Obat keras disimpan di rak penyimpanan dan disusun
alfabetis dan sesuai dengan efek farmakologinya.
b. Bentuk sediaan

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 16
Obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya yaitu: Padat,
Cair, semi solid, tetes mata, tetes hidung, tetes telinga, oral
drop, Inhaler, aerosol, Suppositoria, ovula.
c. Obat Generik disimpan di dalam rak penyimpanan dengan label
warna hijau, obat lainnya (paten) disimpan dengan label warna
yang berbeda-beda berdasarkan efek farmakologinya.
d. Efek farmakologinya
Berdasarkan efek farmakologinya, penyimpanan obat dibagi
menjadi :
1) Antibiotik
2) Kardiovaskular
3) Sistem saraf pusat
4) Endokrin
5) Hormon
6) Pencernaan
7) Muskuloskeletal
8) Pernafasan
9) Anti alergi
10) Kontrasepsi
11) Vitamin dan suplemen
e. Berdasarkan sifat obat, terdapat obat yang disimpan dilemari
es. Contohnya: insulin, suppositoria, ovula, dan obat yang
mengandung Lactobacillus sp. Contoh : Lacto-B
f. Alat kesehatan disimpan dalam etalase dekat penyimpanan
obat bebas.
g. Kosmetik, multivitamin, jamu, makanan, dan minuman di
swalayan.
5. Pelayanan
Penjualan di Apotik meliputi penjualan tunai dan kredit.
Penjualan tunai meliputi pelayanan berdasarkan resep dokter

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 17
baik resep dari dokter yang melakukan praktek di Apotek
maupun dokter praktek luar apotek, serta pelayanan non-resep
yang terdiri dari pelayanan obat bebas, UPDS (Upaya
Pengobatan Diri Sendiri), serta alat kesehatan.
Pelayanan obat tunai dengan resep dokter
Pelayanan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap
konsumen yang langsung datang ke apotek untuk menebus
resep obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Alur
pelayanan resep tunai dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Penerimaan resep
• Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep, meliputi :
(1) Nama, alamat nomor SIP dan paraf/tanda tangan dokter
penulis resep.(2) Nama obat, dosis, jumlah dan aturan
pakai. (3) Nama pasien, umur, alamat, nomor telepon.
• Pemberian nomor resep.
• Penetapan harga.
• Pemeriksaan ketersediaan obat.
b. Perjanjian dan pembayaran, meliputi:
• Pengambilan obat semua atau sebagian.
• Ada atau tidaknya penggantian obat atas persetujuan
dokter/pasien.
• Pembayaran.
• Pembuatan kuitansi dan salinan resep (apabila diminta).
c. Penyiapan obat/peracikan, meliputi:
• Penyiapan etiket atau penandaan obat dan kemasan.
• Peracikan obat (hitung dosis/penimbangan, pencampuran,
pengemasan).
• Penyajian hasil akhir peracikan atau penyiapan obat.
d. Pemeriksaan akhir, meliputi :

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 18
• Kesesuaian hasil penyajian atau peracikan dengan resep
(nama obat, jenis, dosis, jumlah, aturan pakai, nama
pasien, umur, alamat dan nomor telepon).
• Kesesuaian antara salinan resep dengan resep asli.
• Kebenaran kuitansi.
e. Penyerahan obat dan pemberian informasi, meliputi:
• Nama obat, kegunaan obat, dosis jumlah dan aturan pakai.
• Cara penyimpanan.
• Efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.

B. PELAYANAN OBAT KREDIT DENGAN RESEP DOKTER


Alur pelayanan yang dilakukan hampir sama dengan
pelayanan obat dengan resep tunai, perbedaanya adalah pada
pelayanan ini tidak terdapat perincian harga obat dan penyerahan
uang tunai dari pasien kepada apotek. Oleh karena itu, pencatatan
terhadap pelayanan obat dengan resep dokter secara kredit ini
dipisahkan dengan pelayanan obat dengan resep dokter secara
tunai. Struk resep kredit dan fotocopy resep disimpan dan disusun
berdasarkan Nama Perusahaan atau Instansi yang bekerja sama
dengan Apotek, yang selanjutnya dilakukan penagihan kepada
perusahaan atau instansi yang bersangkutan.
Pelayanan resep kredit ini hanya diberikan kepada pasien
yang merupakan karyawan atau anggota instansi/perusahaan
yang membuat kesepakatan kerja sama dengan Apotek Apotek.
Untuk alur pelayanan resep kredit.
Tahap pelayanan resep kredit antara lain :
1. Petugas penerima resep menerima resep dari pasien.
2. Apoteker melakukan skrining resep
3. Resep diserahkan ke petugas peracikan untuk kemudian
dilakukan penyiapan atau peracikan obat.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 19
4. Asisten Apoteker atau Apoteker memeriksa kembali
kesesuaian hasil penyiapan atau peracikan obat dengan
resep (nama obat, bentuk, jenis, dosis, jumlah, aturan pakai,
nama pasien).
5. Apoteker menyerahkan obat kepada pasien dengan
memberikan informasi mengenai dosis, cara pakai obat dan
informasi lain yang diperlukan.
6. Berkas copy resep dan surat keterangan instansi disimpan
dan disusun berdasarkan Nama Perusahaan atau Instansi
yang bekerja sama dengan Apotek.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 20
C. PELAYANAN OBAT NON RESEP
Pelayanan obat tanpa resep merupakan pelayanan obat
yang diberikan apotek kepada konsumen atas permintaan
langsung pasien atau tanpa resep dari dokter. Obat yang dapat
dilayani tanpa resep dokter meliputi obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib
Apotek (DOWA), obat tradisional, kosmetik, dan alat kesehatan.
Alur pelayanan UPDS sama seperti pelayanan terhadap obat
bebas. Pasien UPDS harus mengisi blanko permintaan UPDS.

D. PELAYANAN RESEP NARKOTIK DAN PSIKOTROPIK


Pengertian narkotika menurut Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam tiga
golongan yaitu golongan I, II, dan III. Sedangkan pengertian
psikotropika menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Apotek hanya melayani resep narkotika dan psikotropika
dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek sendiri
yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian.
Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau
pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Pelayanan obat-

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 21
obat narkotik berlaku untuk resep dari wilayah setempat atau
resep dokter setempat. Pada resep yang mengandung narkotik
harus dicantumkan tanggal, nama obat, yang digaris bawah
merah, jumlah obat, nama dan alamat praktek dokter serta pasien.
Resep-resep dikumpulkan terpisah. Obat-obat narkotik dan
psikotropik yang telah dikeluarkan, dilaporkan dalam laporan
penggunaan narkotik dan psikotropika setiap bulan.

E. PELAYANAN SWALAYAN FARMASI


Pelayanan swalayan farmasi meliputi penjualan obat dan
perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari
dokter seperti obat OTC (over the counter) baik obat bebas
maupun bebas terbatas. Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan
HV (Hand Verkoop). Barang-barang yang dijual seperti: suplemen,
vitamin, susu, perawatan kulit, perawatan rambut, kosmetik,
herbal health care, alat kontrasepsi dan alat kesehatan.
Prosedur penjualan bebas adalah sebagai berikut :
1. Petugas penjualan bebas menanyakan obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang diperlukan oleh pelanggan.
2. Memeriksa ketersediaan barang dan menginformasikan
harganya kepada pembeli. Bila pembeli setuju maka pembeli
langsung membayar dan petugas akan memasukkan data
pembelian ke dalam komputer dan mencetak struk
pembayaran untuk diserahkan kepada pemebeli dan untuk
arsip.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 22
PELAYANAN KONSELING INFORMASI DAN EDUKSI OBAT

Pelayanan Informasi Obat di Apotek merupakan kegiatan yang


dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat
yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti
terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat
termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute
dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga,
sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet,
pemberdayaan masyarakat (penyuluhan).
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi.
5. Melakukan penelitian penggunaan obat.
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.
7. Melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk
membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat
dengan menggunakan Formulir 6 sebagaimana terlampir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
Informasi Obat:
1. Topik Pertanyaan
2. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 23
3. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis, lewat telepon).
4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain
seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui,
data laboratorium)
5. Uraian pertanyaan
6. Jawaban pertanyaan
7. Referensi
8. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan data
Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.

PELAYANAN SWAMEDIKASI OBAT


Swamedikasi adalah Pengobatan diri sendiri yaitu
penggunaan obat-obatan atau menenangkan diri bentuk perilaku
untuk mengobati penyakit yang dirasakan atau nyata. Pengobatan
diri sendiri sering disebut dalam konteks orang mengobati diri sendiri,
untuk meringankan penderitaan mereka sendiri atau sakit. Dasar
hukumnya permekes No.919/MENKES/PER/X/1993, secara
sederhana swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati
gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih
dahulu. Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus
mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya dan
apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa memberikan
informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh
dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut.
Setidaknya ada lima komponen informasi yang yang diperlukan
untuk swamedikasi yang tepat menggunakan obat modern, yaitu
pengetahuan tentang kandungan aktif obat (isinya apa?), indikasi
(untuk mengobati apa?), dosage (seberapa banyak? seberapa
sering?), effek samping, dan kontra indikasi (siapa/ kondisi apa yang
tidak boleh minum obat itu?).

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 24
Berikut adalah beberapa contoh kesalahan yang lazim dilakukan
masyarakat dalam mengobati dirinya sendiri
1. Mengobati flu, batuk, pilek dengan antibiotika, biasanya antibiotik
amoxicillin 500 mg
Flu, pilek dan biasanya disertai batuk disebabkan oleh virus
bukan oleh bakteri, sedangkan amoxicillin 500 mg adalah obat
yang ditujukan sebagai anti bakteri sehingga tidak ada
relevansinya antibiotik untuk mengobati virus flu.
2. Penggunaan vitamin melebihi dosis
Sebenarnya tubuh hanya memerlukan vitamin dalam dosis
sangat kecil tiap harinya daripada dosis vitamin yang beredar
dipasaran seperti vitamin C 1000 mg padahal secara umum
orang dewasa dengan BMI normal hanya membutuhkan sekitar
75 – 90 mg vitamin C per hari dan akan terpenuhi jika kita
mengkonsumsi buah atau sayuran setiap harii.
3. Menyisakan obat untuk “sakit yang akan datang”
Kesalahan ini akan berakibat fatal pada peresepan obat yang
tergolong antibiotik karena aturan dasar antibiotik adalah
diminum sesuai jadwal jangan sampai overdose (dosis berlebih)
atau underdose (dosis kurang) dan diminum sampai habis
walaupun sudah merasa penyakit membaik. Kesalahan ini dapat
berakibat pada lama waktu sembuh pasien dapat lebih panjang
dan lebih jauh dapat menyebabkan resistensi bakteri.
4. Menggunakan obat orang lain
5. Membeli obat keras tanpa resep dokter
Akses mendapatkan obat di Indonesia tergolong sangat mudah.
Bahkan obat yang seharusnya hanya dapat dibeli dengan resep
dokter, dapat dengan mudah didapatkan di apotek bahkan di
toko obat. Terdapat beberapa kriteria yang memperbolehkan
Apoteker menyerahkan obat keras tanpa resep dokter.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 25
6. Mengobati sendiri penyakit berat
Sampai saat, ini masih ada sebagian masyarakat yang lebih
percaya pengobatan alternatif (mulai dari herbal, jamu sampai
pengobatan secara ghaib yang di luar nalar manusia) daripada
pergi ke dokter, khususnya dalam mengobati penyakit berbahaya
seperti misalnya, kanker, diabetes, jantung.
7. Penggunaan Obat Herbal/Jamu berlebihan
Banyak sekali pemberitaan yang menyatakan bahwa jamu
atau obat herbal dengan embel-embel back to nature “tidak ada
efek sampingnya”. Hal tersebut sangat tidak benar semua
tanaman herbal dapat menimbulkan efek samping yang
membahayakan jika dikosumsi dalam dosis yang berlebihan
seperti halnya obat kimia. Namun, jika diminum dengan aturan
tepat dosis dan tepat indikasi penyakit maka efek samping yang
timbul dapat dihindari.
Sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, apoteker
memiliki peran dan tanggungjawab yang besar pada
swamedikasi. Menurut WHO, fungsi atau tanggung jawab
apoteker dalam swamedikasi adalah sebagai komunikator
(communicator), penyedia obat yang berkualitas (quality drug
supplier), pengawas dan pelatih (trainer and supervisor),
kolaborator (collaborator), dan promotor kesehatan (health
promoter) (WHO, 1998).
Sebagai komunikator, salah satu tugas yang harus dilakukan
oleh apoteker adalah memberikan informasi yang obyektif
tentang obat kepada pasien agar pasien dapat menggunakan
obat secara rasional (WHO, 1998). Informasi yang seharusnya
diberikan oleh apoteker meliputi informasi mengenai bentuk
sediaan obat, efek terapi, cara penggunaan, dosis, frekuensi
penggunaan, dosis maksimum, lama penggunaan, efek samping

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 26
yang mungkin timbul dan memerlukan penanganan dokter, obat
lain, makanan dan aktivitas yang harus dihindari selama
penggunaan obat, penyimpanan obat, hal-hal yang harus
dilakukan apabila lupa meminum obat, pembuangan obat yang
telah kadaluarsa, dan tujuan penggunaan obat (WHO, 1998;
Jepson, 1990; Rudd, 1983).
Apabila peran dan tanggungjawab ini dijalankan dengan benar
oleh apoteker, maka diharapkan permasalahan atau kesalahan
yang sering terjadi dalam swamedikasi tersebut dapat diatasi,
sehingga terwujudlah suatu upaya pengobatan yang rasional
dan akhirnya dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
Indonesia menuju arah yang lebih baik.

Kriteria obat yang digunakan


Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat
yang dapat diserahkan tanpa resep:
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan
risiko pada kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
5. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya
tinggi di Indonesia
6. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 27
Jenis obat yang digunakan
1. Tanpa resep dokter :
- Obat bebas tak terbatas : tanda lingkaran hitam, dasar hijau
- Obat bebas terbatas : tanda lingkaran hitam, dasar biru
2. Obat Wajib Apotek (OWA) Merupakan obat keras tanpa resep
dokter, tanda: lingkaran hitam, dasar merah
3. Suplemen makanan

Seseorang melakukan swamedikasi karena :


o Berdasar pengalamannya atau keluarga
o Menggunakan sisa obat orang lain
o Menggunakan kopi resep
o Menggunakan obat OTR dari apotek atau toko obat
Syarat suatu obat swamedikasi :
o Obat harus aman,kualitas dan efektif,
o Obat yang digunakan harus punya indikasi, dosis, bentuk sediaan
yang tepat,
o Obat yang diserahkan harus disertai informasi yang jelas dan
lengkap.
Faktor yang menyebabkan meningkatnya swamedikasi :
o Perkembangan teknologi farmasi yang inovatif
o Jenis atau merek obat yang beredar telah diketahui atau dikenal
masyarakat luas
o Berubahnya peraturan tentang obat atau farmasi
o Kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sehat
o Pengaruh informasi atau iklan
o Kemudahan mendapatkan obat
o Mahalnya biaya kesehatan

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 28
Dampak positifnya :
o Pencegahan maupun pengobatan yang lebih dini
o Biaya yang lebih terjangkau dan cepat
Dampak negatifnya :
o Pengobatan yg kurang rasional
Hal-hal yang harus diketahui sebelum melakukan pengobatan
sendiri :
o Apakah masalah kesehatan anda memerlukan pemeriksaan
dokter .
o Apakah anda memerlukan Obat .
o Konsultasikan dgn Apoteker tentang obat yg dpt diperoleh tanpa
resep dokter, untuk mengatasi masalah kesehatan anda.
Aturan pemakaiannya, perlu diperhatikan :
o Bagaimana cara memakainya
o Berapa jumlah yang digunakan sekali pakai
o Berapa kali sehari
o Berapa lama pemakaiannya
o Waktu pemakaian

Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)


Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat
melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan
rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan
oleh Apoteker, meliputi :
1. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan
dengan pengobatan
2. Identifikasi kepatuhan pasien

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 29
3. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di
rumah, misalnya cara pemakaian Obat asma, penyimpanan
insulin
4. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum
5. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan
Obat berdasarkan catatan pengobatan pasien
6. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah
dengan menggunakan Formulir 8 sebagaimana terlampir.

Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.
Kegiatan:
1. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko
tinggi mengalami efek samping Obat.
2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat
Nasional dengan menggunakan Formulir 10 sebagaimana
terlampir.
Faktor yang perlu diperhatikan :
a. Kerjasama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


KOMPETENSI PKL DI APOTEK

1. Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan


2. Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
3. Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
5. Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan
6. Menghitung/kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan
7. Menyiapkan dan meracik sediaan farmasi
8. Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan
farmasi
9. Menulis kopi resep
10. Memberikan informasi tentang keluarga berencana
11. Memberikan pelayanan obat bebas, bebas terbatas dan
perbekalan kesehatan
12. Membuat sediaan obat guna keperluan/persediaan apotik
13. Berkomunikasi dengan orang lain
14. Membuat rencana pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
15. Melakukan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
16. Membuat perencanaan, pengadaan dan pelaporan obat
golongan narkotik dan psikotropika
17. Menyerahkan obat kepada pasien
18. Melakukan pelayanan narkotika dan psikotropika
19. Melakukan pelayanan tentang KB kepada masyarakat
20. Melakukan pelayanan residensial (home care)
21. Melakukan monitoring penggunaan obat berdasarkan resep
22. Melakukan monitoring efek samping obat
Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek
Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019 29
Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 30
23. Melakukan pelayanan informasi obat
24. Melakukan pelayanan pengobatan mandiri/swamedikasi

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 31

PEMBIMBING LAPANGAN

Pembimbing Lapangan adalah Apoteker di Apotek (Apoteker


Penanggung Jawab Apotek) yang ditugasi untuk melakukan
pembimbingan secara teksnis pelaksanaan PKL mahasiswa, dengan
deskripsi tugas sebagai berikut :
1. Menerima mahasiswa praktek kerja lapangan (PKL) di Apotek
2. Memberikan pembekalan teknis kepada mahasiswa PKL
3. Melakukan pembimbingan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan PKL mahasiswa selama waktu yang telah
ditentukan
4. Melakukan diskusi, pemberian tugas atau kegiatan penunjang
lainnya untuk memperdalam kompetensi mahasiswa
5. Memberikan penilaian kerja kepada mahasiswa PKL
6. Melakukan tes akhir/responsi untuk mendapatkan penilaian akhir
mahasiswa PKL
7. Menyusun rekapitulasi nilai akhir mahasiswa PKL
8. Menyampaiakan evaluasi kegiatan PKL

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 32
PEDOMAN PENILAIAN
Format Penilaian PKL

RANGE
ASPEK YANG DINILAI
NILAI
A. SIKAP
• Inisiatif 0 - 85
• Disiplin 0- 85
• Tanggung Jawab 0 - 85
• Terampil 0 - 85
• Mampu bekerja sama dengan team 0 - 85
Rata-rata nilai sikap = total nilai sikap : 5
B. SKILL
1. Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan • Skor untuk
perbekalan kesehatan masing-
2. Memesan sediaan farmasi dan perbekalan masing
kesehatan kompetensi
3. Menerima sediaan farmasi dan perbekalan 0 – 100
kesehatan • Rata-rata
4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan nilai skill
kesehatan = total nilai
5. Melakukan administrasi dokumen sediaan skill : 24
farmasi dan perbekalan kesehatan
6. Menghitung/kalkulasi biaya obat dan perbekalan
kesehatan
7. Menyiapkan dan meracik sediaan farmasi
8. Menulis etiket dan menempelkannya pada
kemasan sediaan farmasi
9. Menulis kopi resep
10. Memberikan informasi tentang keluarga
Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019
Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 33
berencana
11. Memberikan pelayanan obat bebas, bebas
terbatas dan perbekalan kesehatan
12. Membuat sediaan obat guna
keperluan/persediaan apotik
13. Berkomunikasi dengan orang lain
14. Membuat rencana pengadaan sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan
15. Melakukan pengadaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan
16. Membuat perencanaan, pengadaan dan
pelaporan obat golongan narkotik dan
psikotropika
17. Menyerahkan obat kepada pasien
18. Melakukan pelayanan narkotika dan
psikotropika
19. Melakukan pelayanan tentang KB kepada
masyarakat
20. Melakukan pelayanan residensial (home care)
21. Melakukan monitoring penggunaan obat
berdasarkan resep
22. Melakukan monitoring efek samping obat
23. Melakukan pelayanan informasi obat
24. Melakukan pelayanan pengobatan
mandiri/swamedikasi
C. RESPONSI Nilai
Kegiatan responsi merupakan kegiatan test akhir response
bisa dengan test tertulis maupun tes lesan. 1 – 100
Adapun soal responsi diserahkan kepada
pembimbing PKL.
Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019
Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 34
NILAI AKHIR : 20 %(RATA-RATA NILAI SIKAP) + 50 % (RATA-
RATA NILAI SKILL) + 30 % NILAI RESPONSI

Nilai akhir yang didapatkan dikonversi ke pembobotan nilai

PEMBOBOTAN NILAI
NILAI A = 75 – 100
NILAI B+ = 70 – 74
NILAI B = 65 – 69
NILAI C+ = 60- 64
NILAI C = 55 – 59
NILAI D = 40 -54
NILAI E = 0 – 39

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 35
LEMBAR PENILAIAN PEMBIMBING

I. NILAI SIKAP
• Inisiatif : ……...…
• Disiplin :………….
• Tanggung Jawab : …………
• Terampil : …………
• Mampu bekerja dengan team : ………….
TOTAL NILAI : …………………..
RATA-RATA NILAI SIKAP : ………………….

II. NILAI SKILL


1. Mencatat kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan (……….)
2. Memesan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
(………..)
3. Menerima sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
(………..)
4. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
(……….)
5. Melakukan administrasi dokumen sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan(……….)
6. Menghitung/kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan
(……….)
7. Menyiapkan dan meracik sediaan farmasi (……….)
8. Menulis etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan
farmasi (……….)
9. Menulis kopi resep (……….)
10. Memberikan informasi tentang keluarga berencana (……….)
Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019
Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 36
11. Memberikan pelayanan obat bebas, bebas terbatas dan
perbekalan kesehatan (……….)
12. Membuat sediaan obat guna keperluan/persediaan apotik
(……….)
13. Berkomunikasi dengan orang lain (……….)
14. Membuat rencana pengadaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan (……….)
15. Melakukan pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan (……….)
16. Membuat perencanaan, pengadaan dan pelaporan obat
golongan narkotik dan psikotropika (……….)
17. Menyerahkan obat kepada pasien (……….)
18. Melakukan pelayanan narkotika dan psikotropika (……….)
19. Melakukan pelayanan tentang KB kepada masyarakat
(……….)
20. Melakukan pelayanan residensial (home care) (……….)
21. Melakukan monitoring penggunaan obat berdasarkan resep
(……….)
22. Melakukan monitoring efek samping obat (……….)
23. Melakukan pelayanan informasi obat (……….)
24. Melakukan pelayanan pengobatan mandiri/swamedikasi
(……….)
TOTAL NILAI SKILL : …………………………………
RATA-RATA NILAI SKIL : …………………………………

III. NILAI RESPONSI : …………………………………


IV. NILAI AKHIR =
20 % (N. Sikap) + 50 % (N. Skill) + 30% (N.Responsi)

= …………………………… = BOBOT NILAI

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 37

FORMAT JURNAL KEGIATAN

PARAF
NO TGL KEGIATAN PKL
PEMBIMBING
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 38

FORMAT KEGIATAN SUPERVISI DOSEN

Nama Dosen :

Tanggal supervisi :

Deskripsi kegiatan supervisi

Permasalahan yang ditemui :

Solusi Permasalahan :

Lain-lain

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 39

FORMAT LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. DASAR TEORI
• APOTEK
• PENGELOLAAN PERBEKALAN KESEHATAN DAN PERBEKALAN
FARMASI DI APOTEK
• PELAYANAN KEFARMASIAN di APOTEK
C. TUJUAN KEGIATAN PKL
D. MANFAAT KEGIATAN PKL
BAB II
DESKRIPSI KEGIATAN PKL di APOTEK
(Tempat praktek masing-masing)
A. PENGELOLAAN PERBEKALAN KESEHATAN DAN PERBEKALAN
FARMASI di APOTEK
B. PELAYANAN KEFARMASIAN di APOTEK

BAB III
PEMBAHASAN

BAB IV
SARAN dan KRITIK

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019


Pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) Apotek 40

BAB V
KESIMPULAN dan PENUTUP

PENUTUP

Demikian buku pedoman Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini


kami susun, besar harapan kami buku ini dapat menjadi pedoman
untuk mempermudah kegiatan PKL. Kritik dan saran selalu kami
harapkan demi kemajuan dan perbaikan. Sekian dan Terima kasih

Penyusun

Prodi D III Farmasi STIKES Duta Gama Klaten 2019

Вам также может понравиться