Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pangan
Produk makanan atau pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati atau air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan untuk
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia (Saparinto & Hidayati, 2010).
Bahan Tambahan Pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
bahan tambahan pangan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dan bahan
tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan ke dalam makanan (Cahyadi,
2009):
1
2. Bahan Tambahan Pangan yang Tidak Sengaja Ditambahkan
Yaitu bahan yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, secara
tidak sengaja akibat perlakuan selama proses produksi, pengolahan dan pengemasan.
Bahan ini merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan
untuk produksi bahan mentah atau penanganannya yang masih terus terbawa ke
dalam makanan yang dikonsumsi.
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), pewarna (Colour) adalah
bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintetis, yang ketika
ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan mampu memberi atau memperbaiki
warna.
2
Warna ditambahkan kedalam makanan karena beberapa alasan, antara lain
berfungsi untuk memperkuat warna penampilan dari suatu makanan agar konsumen
lebih tertarik, untuk menyeragamkan warna dalam produksi makanan dari setiap
proses pengolahan, dan untuk memberi warna yang menarik pada produk makanan
contohnya dalam produk yang berbahan dasar gula, es krim dan minuman, yang jika
tidak diberi warna tidak akan menarik (Henry 1996 dalam Lazuardi, 2010).
Pewarna pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya, yaitu pewarna alami dan
pewarna sintetis (Wijaya, 2009).
1. Pewarna Alami
Zat pewarna yang termasuk dalam uncertified color ini adalah zat pewarna
alami (ekstrak pigmen dari tumbuh-tumbuhan) dan zat pewarna mineral, walaupun
ada juga beberapa zat pewarna seperti β-karoten dan kantaxantin yang telah dapat
dibuat secara sintetik. Untuk penggunaannya, zat pewarna ini bebas dari prosedur
sertifikasi dan termasuk daftar yang telah tetap (Winarno, 1992). Banyak warna
cemerlang yang dipunyai oleh tanaman dan hewan dapat digunakan sebagai pewarna
untuk makanan. Beberapa pewarna alami yang berasal dari tanaman dan hewan,
diantaranya adalah klorofil, mioglobin dan hemoglobin, antosianin, flavonoid, tannin,
quinon dan xanton, serta karotenoid (Cahyadi, 2009).
3
Tabel 2.1 Sifat-sifat Bahan Pewarna Alami
2. Pewarna Sintetis
Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian
asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam
berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik harus melalui
senyawa antara dahulu yang terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk
4
zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh
lebih dari 0,00014% dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001%, sedangkan logam
berat lainnya tidak boleh ada (Winarno, 1992).
5
Tabel 2.2 Bahan Pewarna Sintesis yang Diizinkan di Indonesia
6
Tabel 2.3 Bahan Pewarna Sintesis yang Dilarang di Indonesia
2.3 Rhodamin B
2.3.1 Definisi, sifat fisik, dan struktur kimia Rhodamin B
7
C Red no 19. Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink
(BPOM, 2012).
Bentuk padat, kristal atau serbuk berwarna hijau kemerahan-ungu(1), tidak
berbau. Rumus molekul C28H31ClN2O3. Berat molekul 479,01; Titik lebur 329 F
(165 oC); Sangat mudah larut dalam air; Larut dalam alkohol dan ether; Sukar larut
dalam Larutah HCl dan NaOH (BPOM, 2015).
Efek negative penggunaan pewarna ini yaitu dapat menyebabkan iritasi lambung,
alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen
(menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan) (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2007). Jika pewarna ini atau Rhodamin B dikonsumsi dalam jumlah besar
dan berulang, maka akan terjadi penumpukan dalam tubuh yang dapat menyebabkan
8
iritasi pada mukosa saluran pencernaan, dan bila terhirup dapat mengiritasi saluran
pernafasan, jika terkena kulit dapat mengiritasi kulit, jika terkena mata maka mata
menjadi kemerahan dan udem (Yulianti, 2007), serta dapat menimbulkan kerusakan
pada beberapa organ seperti hepar, ginjal, maupun limpa (Trestiati, 2003).
9
Metode yang dapat dilakukan dalam menganalisis Rhodamin secara kuantitatif adalah
dengan metode spektofotometri sinar tampak. Metode ini membandingkan kurva
absorbandi yang diukur secara spektofotometri sinar tampak pada gelombang 450-
750 nm (BPOM, 2006).
Faktor-faktor yang dapat gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang juga
memengaruhi harga Rf adalah (Hardjono, 1985).
a. Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya (biasanya aktifitas dicapai dengan
pemanasan dalam oven, hal ini mengeringkan molekul-molekul air yang
menempati pusat-pusat serapan dari penyerap.
b. Tebal dan kerataan lapisan penyerap.
c. Pelarut dan derajat kemurnian fase gerak.
d. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang dilakukan.
e. Suhu.
2.4 Sirup
Pada dasarnya sirup menurut SNI (1994), sirup didefinisikan sebagai larutan gula
pekat (sakarosa : High Fructose Syrup dan atau gula inversi lainnya) dengan atau
tanpa penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan. Definisi sirup yang lain
yaitu sejenis minuman ringan berupa larutan kental dengan citarasa beraneka ragam,
biasanya mempunyai kandungan gula minimal 65% (Satuhu 1994), sedangkan
menurut Cruess (1958), sirup didefinisikan sebagai produk yang dibuat dengan cara
melarutkan gula tebu atau sirup jagung, atau kombinasi keduanya dalam air, dengan
menambahkan bahan penambah cita rasa pada larutan tersebut.
10
2.5 Rangka Teori
11