Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
maupun di bidang lain. Sering ditemukan dokter maupun rumah sakit yang dituntut
dalam perkara malpraktik. Kata “malpraktik” berasal dari Hukum Luar Negeri. Di
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran tidak ada kata malpraktik, yang ada
profesi lain, tetapi khusus dalam hal ini akan dibahas mengenai medical malpractice.
Administrative Malpractice.(1)
4
5
Yuridical
malpractice :
1. Criminal
2. Civil
3. Administrative
Ethical Malpratice
1956 dirumuskan: Malpraktik adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat
diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan
Malpraktik adalah salah cara mengobati suatu penyakit atau luka, karena
kriminal.
berprofesi, seperti dokter, ahli hukum, akuntan, dokter gigi, dan dokter hewan.
dalam ukuran tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umum dipergunakan
immoral.
pasien yang tidak benar oleh profesi medis; tindakan yang illegal untuk
the standar of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or
negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to
the patient.” Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa malpraktik dapat
terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional), seperti pada misconduct tertentu,
Menurut W.L. Prosser dalam buku The Law of Torts yang dikutip oleh Dagi,
T.F dalam tulisannya yang berjudul Cause and Culpability di Journal of Medicine
adalah:
tenaga kesehatan
kewajiban (negligence)
perundang-undangan
Tidak ada kelalaian jika tidak ada kewajiban untuk mengobati. Hal ini
berarti harus ada hubungan hukum antara pasien dan dokter/ rumah sakit.
tindak dokter (atau tenaga medis lainnya) di rumah sakit tersebut harus
tugas).
Apabila sudah ada kewajiban, maka dokter (atau tenaga medis lainnya) di
rumah sakit tersebut harus bertindak sesuai standar profesi yang berlaku.
dipersalahkan.
rumah sakit dituduh telah berlaku lalai, tetapi jika tidak sampai
saja dalam bentuk fisik, namun kadangkala juga termasuk dalam arti
medilk, maka harus ada hubungan kausal yang wajar antara sikap tindak
langsung.
10
memenuhi unsure 4-D berakhir dengan proses peradilan. Hal ini terjadi akibat adanya
Kelalaian medik adalah salah satu bentuk dari malpraktik medis, sekaligus
merupakan bentuk malpraktik medis yang paling sering terjadi. Kelalaian dapat
(1) Malfeasance, melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak tepat/
baginya.
1. Yang bersifat ringan, biasa (culpa levis), yaitu apabila seseorang tidak
melakukan, atau justru melakukan apa yang orang wajar tidak akan
2. Yang bersifat kasar, berat (culpa lata), yaitu apabila seseorang dengan
sadar dan dengan sengaja tidak melakukan atau melakukan sesuatu yang
profesi kedokteran dapat dibedakan menjadi malpraktik etika, malpraktik disiplin dan
malpraktik hukum.
Praktik kedokteran bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja,
yang berkompetensi dan mendapatkan izin dari institusi yang berwenang dan bekerja
13
profesinya.
Untuk memastikan bahwa para dokter yang berpraktik adalah benar telah
memiliki kompetensi dan kewenangan medis dan yang sesuai dengan standar medis
kedokteran.
dokter yang bijak. Dalam filsafat kedokteran, dokter bijak diharapkan memiliki
kriteria:
c. Sistem dan cara pelayanan kesehatan bermutu serta beretika (good clinical
governance)
tindakan malpraktik maka dia kan dikenai sanksi hukum sesuai dengan UU No. 23
Pidana Pasal 75 ayat (1) yang berbunyi “Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
14
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak 100.000.000.00,- (seratus juta
telah mengalami revisi, di mana salah satu keputusan dari Mahkamah Konstitusi
adalah ketentuan ancaman pidana penjara kurungan badan yang tercantum dalam
pasal 75, 76, 79, huruf a dan c dihapuskan. Namun mengenai sanksi pidana denda
tetap diberlakukan.
MKEK ini belum lagi dimanfaatkan dengan baik oleh para dokter maupun
masyarakat.
oleh MKEK. Oleh karena itu fungsi MKEK ini belum memuaskan, maka pada 1982
Tugas P3EK ialah menangani kasus-kasus malpraktik etik yang tidak dapat
ditanggulangi oleh MKEK, dan memberi pertimbangan serta usul-usul kepada pejabat
berwenang. Jadi instasi pertama yang akan menangani kasus-kasus malpraktik etik
ialah MKEK cabang atau wilayah. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh
MKEK dirujuk ke P3EK Propinsi dan jika P3EK Propinsi tidak mampu
diharapkan dapat diteruskan lebih dahulu ke MKEK Cabang atau Wilayah. Dengan
demikian diharapkan bahwa semua kasus pelanggaran etik dapat diselesaikan secara
tuntas.
perdatan, maka kasusnya diteruskan kepada pengadilan. Dalam hal ini perlu dicegah
bahwa karena kurangnya pengetahuan pihak penegak hukum tentang ilmu dan
kompleks, serta dibutuhkan kejelian dan ilmu yang mumpuni agar dapat
16
oleh dokter (secara profesional) terhadap pasien yang membutuhkan jasanya, baik itu
penyakit yang si pasien derita. Pendapat lain disebutkan bahwa tindakan medis adalah
penderitaan.(6) Meski memang harus dilakukan, tetapi tindakan medis tersebut ada
kalanya atau sering dirasa tidak menyenangkan. Tindakan medis adalah suatu
tindakan yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh para tenaga medis, karena
tindakan itu ditujukan terutama bagi para pasien yang mengalami gangguan
kesehatan. Suatu tindakan medik adalah keputusan etik karena dilakukan oleh
Keputusan etik harus memenuhi tiga syarat, yaitu bahwa keputusan tersebut harus
benar sesuai ketentuan yang berlaku, juga harus baik tujuan dan akibatnya, dan
keputusan tersebut harus tepat sesuai dengan konteks serta situasi dan kondisi saat
dalam melakukan tindakan medik yang merupakan suatu keputusan etik, seorang
pasien.
Tindakan medik yang merupakan suatu keputusan etik yang dilakukan dokter
sebagaimana disebutkan di atas juga menjadi pedoman bagi seorang dokter dalam
menjalankan profesinya, sehingga jika kedua hal tersebut di atas dijalankan dengan
sungguh-sungguh, dilandasi dengan integritas tinggi dan penuh rasa tanggung jawab,
maka seorang dokter tersebut baru dikatakan sebagai seorang dokter yang
Syarat a dan b juga disebut sebagai bertindak secara lege artis. Secara yuridis
atas maka kemudian menjadi jelas. Sebenarnya kualifikasi yuridis mengenai tindakan
medik tidak hanya mempunyai arti bagi hukum pidana saja, melainkan juga bagi
18
hukum perdata dan hukum administratif.(8) Selain itu juga memiliki arti bagi disiplin
profesi dan etika profesi yang tidak kalah penting dengan kualifikasi yuridis.
Treub, seorang pakar hukum pidana dari Belanda, menyebutkan bahwa yang
penting adalah ketelitian dan kehati-hatian yang wajar yang dapat diharapkan dari
seorang dokter. Bukan ukuran dari seorang dokter yang terpandai atau yang paling
hati-hati, tetapi ukuran dari seorang dokter rata-rata pada umumnya. Treub
mengatakan bahwa: "Baru dapat dikatakan ada culpa apabila ia tidak tahu, tidak
memeriksa, melakukan atau tidak melakukan yang dokter-dokter lain yang baik
bahkan pada umumnya dan di dalam keadaan yang sama, akan mengetahui,
berdasarkan kelalaian, menurut J. Guwandi, harus dipenuhi empat unsur yang dikenal
Sebagaimana penjelasan di atas, maka kelalaian medis ini bisa dilihat dari dua
aspek, pertama ketika seorang dokter tersebut melakukan tindakan medis, namun
tindakannya tersebut tidak sesuai dengan tindakan yang semestinya dilakukan oleh
dokter pada umumnya atas dasar pengetahuan (aktif/ melakukan tindakan), kedua
ketika seorang dokter tersebut tidak melakukan tindakan medis, namun tidak
melakukan tindakan medis tersebut tidak sesuai dengan seharusnya dilakukan oleh
dokter pada umumnya atas dasar pengetahuan (pasif/ tidak melakukan tindakan).
medikolegal. Resiko dalam setiap pekerjaan pasti ada, resiko tersebut ada yang
tingkatannya besar, sedang, bahkan adapula tingkatan resiko pekerjaan yang rendah.
Bukan hanya pekerjaan, profesipun demikian, sehingga resiko sekecil apapun mesti
karena ada resiko yang juga tidak dapat dihindari dalam pelaksanaannya, namun
besar yang mungkin saja akan terjadi dikemudian hari. Setiap manfaat yang kita
dapatkan selalu ada risiko yang harus dihadapi. Satu-satunya jalan menghindari
resiko adalah dengan tidak berbuat sama sekali. Kalimat di atas merupakan salah satu
ungkapan yang perlu kita renungkan, bahwa di dalam kehidupan, manusia tidak akan
pernah lepas dari ketidaksengajaan atau kesalahan yang tidak dikehendaki di dalam
menjalankan profesi atau pekerjaannya. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya
20
resiko yang tidak diharapkan, seorang profesional harus selalu berpikir cermat dan
on Medical Malpractice, yang diadaptasi dari 44"' World Medical Assembly Marbela-
Spain, September 1992, yang menyebutkan bahwa resiko medis atau yang lazim
disebut sebagai untoward result adalah suatu kejadian luka/resiko yang terjadi sebagai
akibat dari tindakan medik yang oleh suatu hal yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya dan bukan akibat dari ketidakmampuan atau ketidaktahuan, untuk hal ini
tetap saja dapat menimbulkan resiko yang besar, sehingga pasien menderita
kerugian/celaka. Dalam hal terjadi resiko, baik yang dapat diprediksi maupun yang
Dalam ilmu hukum terdapat adagium volontie non fit injura atau asumpsion of risk.
suatu bahaya (resiko) yang sudah ia ketahui, maka ia tidak dapat menuntut
pertanggungjawaban pada orang lain apabila resiko itu benar-benar terjadi. Tidak
karena kesalahan (schuld) baik sengaja maupun kelalaian. Apabila resiko muncul
pada saat pelayanan medis, maka pasien tidak dapat menuntut pertanggungjawaban
dimintai pertanggungjawaban secara hukum adalah persoalan resiko medis, hal ini
memang sangat tepat oleh karena setiap tindakan medis pasti memiliki resiko, namun
yang menjadi poin pentingnya adalah apakah resiko tersebut telah ia perkirakan
sebelumnya atau tidak, selanjutnya apakah resiko tersebut dijelaskan kepada pasien
dan keluarganya atau tidak. Hal terakhir ini menjadi penting karena pasien dan
keluarganya pasti menginginkan tindakan medis yang terbaik bagi diri dan
keluarganya, namun tidak semua pasien atau keluarga pasien memiliki latar belakang
medis yang dapat mengetahui atau mendeteksi potensi resiko yang akan terjadi akibat
tindakan medis yang dilakukan oleh seorang dokter, sehingga perlu dijelaskan
sebelumnya agar pasien dan keluarganya sama-sama paham terhadap resiko yang bisa
saja terjadi akibat tindakan seorang dokter tersebut, dengan catatan bahwa resiko
tersebut bukan akibat dari ketidakmampuan atau ketidaktahuan seorang dokter akibat
(negligence) merupakan dua hal yang berbeda. Kelalaian medik memang termasuk
malpraktik medik, akan tetapi di dalam malpraktik medik tidak hanya terdapat unsur
kelalaian, dapat juga karena adanya kesengajaan. Jika dilihat dari definisi di atas
negligence karena selain mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup
melanggar undang-undang. Di dalam arti kesengajaan tersirat ada motif (mens rea,
kurang teliti, kurang hati-hati, acuh tak acuh, sembrono, tak peduli terhadap
kepentingan orang lain, namun akibat yang timbul memang bukanlah menjadi
tujuannya. Harus diakui bahwa kasus malpraktik murni yang berintikan kesengajaan
banyak. Demikian pula di luar negeri yang tuntutannya pada umumnya bersifat
perdata atau pengganti kerugian. Namun perbedaannya tetap ada. Oleh karena itu,
mal praktik dalam arti luas dapat dibedakan dari tindakan yang dilakukan :(7)
melakukan eutanasia, memberi surat keterangan medik yang isinya tidak benar,
dan sebagainya.
Perbedaan yang lebih jelas kalau kita melihat motif yang dilakukan, yaitu : (7)
sadar, dan tujuan dari tindakannya memang sudah terarah kepada akibat yang
23
2. Pada kelalaian: tidak ada motif ataupun tujuan untuk menimbulkan akibat yang
medik adalah kesalahan baik sengaja maupun tidak dengan disengaja (lalai) dalam
menjalankan profesi medik yang tidak sesuai dengan Standar Profesi Medik (SPM)
dan Standar Prosedur Operasional (SPO) dan berakibat buruk/fatal dan atau
bertanggung jawab secara administratif dan atau secara perdata dan atau secara
minimal yang harus dikuasai seorang dokter untuk dapat melakukan kegiatan
profesionalnya pada masyarakat secara mandiri, yang disusun oleh Ikatan Dokter
tentang langkahlangkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin
tertentu. Standar prosedur operasional disusun oleh institusi tempat dokter bekerja
(rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain).(85) Sedangkan kelalaian medis ini bisa dilihat
dari dua aspek, pertama ketika seorang dokter tersebut melakukan tindakan medis,
24
namun tindakannya tersebut tidak sesuai dengan tindakan yang semestinya dilakukan
oleh dokter pada umumnya atas dasar pengetahuan (aktif/melakukan tindakan), kedua
ketika seorang dokter tersebut tidak melakukan tindakan medis, namun tidak
melakukan tindakan medis tersebut tidak sesuai dengan seharusnya dilakukan oleh
dokter pada umumnya atas dasar pengetahuan (pasif/tidak melakukan tindakan). Baru
dapat dikatakan ada culpa apabila ia tidak tahu, tidak memeriksa, melakukan atau
tidak melakukan yang dokter-dokter lain yang baik bahkan pada umumnya dan di
dalam keadaan yang sama, akan mengetahui, memeriksa, melakukan, atau tidak
melakukan. Serta setiap tindakan medis pasti memiliki resiko, namun yang menjadi
poin pentingnya adalah apakah resiko tersebut telah ia perkirakan sebelumnya atau
tidak, selanjutnya apakah resiko tersebut dijelaskan kepada pasien dan keluarganya
atau tidak. Hal sangat penting karena pasien dan keluarganya pasti menginginkan
tindakan medis yang terbaik bagi diri dan keluarganya, namun tidak semua pasien
atau keluarga pasien memiliki latar belakang medis yang dapat mengetahui atau
mendeteksi potensi resiko yang akan terjadi akibat tindakan medis yang dilakukan
oleh seorang dokter, sehingga perlu dijelaskan sebelumnya agar pasien dan
keluarganya sama-sama paham terhadap resiko yang bisa saja terjadi akibat tindakan
seorang dokter tersebut, dengan catatan bahwa resiko tersebut bukan akibat dari
dilakukannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan 5 (lima) poin penting sebagai
berikut :
25
4. Malpraktik medis (secara umum) dan kelalaian medis (secara khusus) yang
Contoh Kasus
Berikut ini akan dipaparkan kronologi singkat kasus yang menimpa Prita
Internasional dengan keluhan panas tinggi dan pusing kepala. Hasil pemeriksaan
itu langsung dirawat inap, diinfus dan diberi suntikan dengan diagnosa positif demam
berdarah.
8 Agustus 2008 Ada revisi hasil lab semalam, thrombosit bukan 27.000 tapi
181.000. Mulai mendapat banyak suntikan obat, tangan kiri tetap diinfus. Tangan kiri
mulai membangkak, Prita minta dihentikan infus dan suntikan. Suhu badan naik lagi
ke 39 derajat.
26
terkena virus udara. Infus dipindahkan ke tangan kanan dan suntikan obat tetap
dilakukan. Malamnya Prita terserang sesak nafas selama 15 menit dan diberi oksigen.
Karena tangan kanan juga bengkak, dia memaksa agar infus diberhentikan dan
10 Agustus 2008 Terjadi dialog antara keluarga Prita dengan dokter. Dokter
pada leher kiri dan mata kiri. 11 Agustus 2008 Terjadi pembengkakan pada leher
kanan, panas kembali 39 derajat. Prita memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan
mendapatkan data-data medis yang menurutnya tidak sesuai fakta. Prita meminta
hasil lab yang berisi thrombosit 27.000, tapi yang didapat hanya informasi thrombosit
181.000. Pasalnya, dengan adanya hasil lab thrombosit 27.000 itulah dia akhirnya
dirawat inap. Pihak OMNI berdalih hal tersebut tidak diperkenankan karena hasilnya
memang tidak valid. Di rumah sakit yang baru, Prita dimasukkan ke dalam ruang
Kasus dugaan malpraktik yang dilakukan Rumah Sakit Medika Permata Hijau
belum juga usai. Bahkan, kabar terakhir menyebutkan kalau kondisi Raihan masih
lumpuh total dan tak ada perubahan yang cukup membahagiakan. "Masih berjuang.
27
Yunus menceritakan kalau Raihan belum bisa melakukan apa pun hingga hari
ini, hanya terbaring lemah di atas ranjang di bawah pengasuhan sang Bunda, Oti
Puspa Dewi. "Bahkan Raihan hanya terbaring tanpa respons dan menunggu
mukjizat," kata Yunus menambahkan. Raihan, lanjut Yunus, saat ini menjalani
dilakukan Yunus dan Oti demi kesembuhan bocah kelahiran Jambi, 30 Juni 2002.
"Namun terkadang tetap menjalani rawat inap dan ke UGD. Sebab, kadang kala ada
masalah yang kondisi darurat yang terjadi pada Raihan". kata Yunus.
Berikut kronologis yang terjadi pada Muhammad Raihan saat operasi usus
buntu pada hari Sabtu, 22 September 2012, versi ayahnya, Muhammad Yunus, dalam
Pukul 04.00 WIB Raihan dibawa oleh Ibundanya, Oti Puspa Dewi, ke Rumah
Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta dengan maksud untuk mendapatkan
pengobatan atas sakit yang diderita Raihan. Penanganan awal ditangani oleh bagian
IGD Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta. Setelah pihak IGD
Sekitar Pukul 10.00 WIB Dokter spesialis Anak melakukan kunjungan pada
Raihan dan melakukan diagnosa awal dan menduga Raihan mengalami sakit usus
buntu.
28
Bedah Umum dan mendapat penjelasan bahwa penyakit yang diderita oleh Raihan
adalah usus buntu dan disampaikan secara mendesak agar segera dilakukan tindakan
operasi.
Pukul 13.30 WIB - Terjadi pembicaraan via telepon antara ayahanda Raihan,
Muhammad Yunus (yang sedang berada di Kalimantan Selatan) dengan dokter bedah
umum Rumah Sakit Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta yang telah menyarankan
untuk segera dilakukan operasi pada Raihan. Muhammad Yunus pun menanyakan
mengapa anaknya harus segera dioperasi. Dijelaskan oleh dokter bedah umum bahwa
Raihan mengalami usus buntu akut yang secepatnya untuk segera dioperasi, jika tidak
- Dalam pembicaraan via telepon antara Yunus dengan dokter bedah umum
tersebut, Yunus memohon kepada dokter tersebut untuk dilakukan semacam second
opinion atas dugaan usus buntunya Raihan. Dan sekalian meminta dirawatinapkan
terlebih dahulu guna dilakukan observasi lebih lanjut atas dugaan dokter tersebut.
Namun, dokter bedah umum tersebut tetap menyatakan Raihan menderita usus buntu
akut dan harus sesegera mungkin diambil langkah operasi sore hari itu juga.
- Muhammad Yunus menanyakan apa efek yang akan terjadi jika dilakukan
operasi dan jika tidak dilakukan operasi secepat itu seperti permintaan dokter bedah
tersebut. Dokter tersebut menjawab, bahwa operasi yang akan dilakukan Raihan
adalah operasi kecil dan biasa dilakukan oleh dokter tersebut. Lalu 2 atau 3 hari
setelah operasi dokter meyakinkan bahwa Raihan sudah bisa pulang. Namun jika
29
tidak segera dioperasi, dikhawatirkan akan terjadi infeksi atau pecah dan
- Bukan hanya Yunus yang meminta untuk tidak dilakukan operasi tersebut,
istrinya Oti Puspa Dewi juga melakukan hal yang sama. Oti meminta untuk dilakukan
namun tidak dilakukan oleh dokter tersebut dan menyatakan tidak perlu. Karena
menurut pengalamannya, hal ini umum terjadi dan sudah 99 persen usus buntu akut.
kondisi psikologis Raihan, terlebih saat itu ayahnya sedang tidak berada di
sampingnya. Dan orangtua Raihan merasa bahwa hal ini tidak separah dugaan dokter
Sekitar Pukul 16.00 s/d selesai Akhirnya setelah menerima keyakinan dokter
tersebut dan harapan terbaik untuk Raihan, operasi pada Raihan dilakukan dengan
dokter yang terlibat dalam operasi itu adalah dokter bedah umum dan dokter anastesi.
Sekitar Pukul 18.00 Tiba-tiba ibunda Raihan, Oti Puspa Desi, dipanggil ke
dalam ruang operasi untuk melihat Raihan yang sudah dalam keadaan kritis dan
terkulai tidak sadarkan diri tanpa adanya pertolongan yang maksimal. Pihak keluarga
Sampai saat ini M. Yunus masih menunggu itikad baik dari pihak Rumah Sakit
Medika Permata Hijau (MPH) Jakarta terkait dugaan malpraktik yang menimpa
Muhammad Raihan.
30
BAB III
KESIMPULAN
maupun di bidang lain. Sering ditemukan dokter maupun rumah sakit yang dituntut
dalam perkara malpraktik. Kata “malpraktik” berasal dari Hukum Luar Negeri. Di
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran tidak ada kata malpraktik, yang ada
Tindakan Malpraktik meliputi beberapa unsur (1) duty atau kewajiban tenaga
medis untuk melakukan sesuatu tindakan atau untuk tidak melakukan suatu tindakan
tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi yang sama, (2) dereliction of
the duty atau penyimpangan kewajiban tersebut, (3) damage atau kerugian yaitu
segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari pelayanan
kesehatan / kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan, (4) direct causation
harus ada hubungan kausal yang wajar antara sikap tindak tergugat (dokter) dengan
kerugian (damage) yang diderita oleh pasien sebagai akibatnya, tindakan dokter itu
Praktik kedokteran bukanlah pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja,
yang berkompetensi dan mendapatkan izin dari institusi yang berwenang dan bekerja
profesinya.
(manusiawi) (good clinical practice), (c) Sistem dan cara pelayanan kesehatan
tindakan malpraktik maka dia akan dikenai sanksi hukum sesuai dengan UU No. 23