Вы находитесь на странице: 1из 5

Kewenangan Klinis (Nursing Previlage) dan Nursing By Laws

A. Kewenangan Klinis

Profesi keperawatan merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang sangat berperan penting
dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan di rumah sakit. Sebab keterlibatan perawat
hampir berada pada sebagian besar di unit-unit kerja pelayanan rumah sakit. Sehingga kinerja
perawatlah yang manjadi jaminan jembatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Mulyono, et al, 2013).

Dalam bekerja di rumah sakit perawat dituntut memiliki kompetensi sesuai dengan tingkat
pendidikannya. Semakin komplit kompetensi yang dimiliki oleh perawat semakin tinggi pula
beban kerja yang dihadapinya. Oleh karena itu, seorang perawat dalam bekerja di rumah sakit
tidak serta merta langsung terjun ke klien untuk bertindak. Akan tetapi perlu dilakukan evaluasi
sejauh mana area perawat bisa mengimplementasikan asuhan keperawatanya.

Evaluasi perawat di rumah sakit dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan sikap
profesionalisme perawat. Dimana proses eveluasi ini dilakukan oleh komite keperawatan yang
merupakan jabatan non-struktural yang berada dirumah sakit. Evaluasi tersebut untuk
menentukan dan mengidentifikasi kewenangan klinis seorang perawat dalam bekerja dirumah
sakit.

Kewenangan klinis tenaga keperawatan adalah uraian intervensi keperawatan dan kebidanan
yang dilakukan oleh tenaga keperawatan berdasarkan area praktiknya. Penugasan Klinis adalah
penugasan kepala/direktur Rumah Sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan
keperawatan atau asuhan kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan
klinis. (Permenkes No.49, 2013).

Pelaksanaan Kewenangan klinis oleh tenaga perawat di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh
proses kresendial. Sebab melalui proses kredensiallah perawat dapat mengetahui area kerjanya
di rumah sakit. Tidak hanya itu pelaksanaan kredensial juga mempengaruhi proses jenjang karir
professional perawat di rumah sakit selain dari pendidikan formal. Sebagai contoh untuk
mendapatkan posisi sebagai sebagai perawat manager maka perawat harus melalui 2 tahap
proses kredensial (sertifikasi). Jika perawat mampu lulus dalam setiap tahap re-kredensial yang
dilakukan oleh komite keperawatan dirumah sakit maka perawat tersebut dapat menduduki
posisi perawat manager dirumah sakit.

Dengan demikian, keterlibatan komite keperawatan dan proses kredensialnya sangat


mempengaruhi area kewenangan klinis perawat dan dengan adanya kewenanga klinis perawat
mampu melakukan penugasan klinis sesuai daftar kewenangan klinisnya.

Dibawah ini secara rinci dijelaskan mengenai komite keperawatan, proses kredensial dan
jenjang karir perawat professional di rumah sakit.
1. Komite keperawatan
Dalam aturan perundang-undangan RI No. 44 Tahun 2009 telah dituang terkait dengan
unsur organisasi yang terdapat di rumah sakit yaitu komite medis. Khusus untuk komite
keperawatan ternyata tidak dijelaskan secara terperinci dalam aturan tersebut. Barulah
pada tahun 2013 aturan khusus mengenai komite keperawatan dijelaskan secara rinci
melalui Peraturan Menteri Kesehatan No 49 Tahun 2013. Adapun penjalaran mengenai
komite keperawatan di rumah sakit yaitu sebagai berikut:
a. Pengertian komite keperawatan
Komite Keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi
utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan pemeliharaan etika dan
disiplin profesi.
b. Tujuan penyelenggaran komite keperawatan
Komite keperawatan dirumah sakit dibentuk oleh rumah sakit dimana keanggotaannya
berasal dari tenaga keperawatan. Adapun tujuan dari penyelenggaran komite
keperawatan di rumah sakit yaitu untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan serta mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan
eperawatan dan pelayanan kebidanan yang berorientasi pada keselamatan pasien di
Rumah Sakit lebih terjamin dan terlindungi.
c. Keanggotaan Komite Keperawatan
Setelah dibentuk komite keperawatan oleh direktur rumah sakit maka selanjutnya
disusunlah keanggotaan komite keperawatan berdasarkan pertimbangan sikap
profesional, kompetensi, pengalaman kerja, reputasi dan perilaku. Dimana
keanggotannya terdiri dari ketua Komite Keperawatan, sekretaris Komite Keperawatan,
dan subkomite (subkomite kredensial, subkomite mutu profesi dan subkomite etik dan
disiplin profesi).
d. Fungsi, Tugas, dan Kewenangan
Kebijakan, prosedur dan sumber daya dibuat oleh direktur rumah sakit dalam rangka
pelaksanaan fungsi dan tugas Komite Keperawatan. Dalam pelaksanaannya ini komite
mendapatkan bantuan dari panitia Adhoc yang dikeluarkan oleh ketua komite
keperawatan yang berasal dari rumah sakit lain, organisasi profesi perawat, institusi
pendidikan keperawatan yang semuanya ini tergolong dalam Mitra Bestari. Adapun
fungsi, tugas dan kewenangan komite keperawatan adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Komite keperawatan yaitu untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan yang bekerja di rumah sakit dengan cara: a) melakukan Kredensial bagi
seluruh tenaga keperawatan yang akan melakukan pelayanan keperawatan, b)
memelihara mutu profesi tenaga keperawatan, dan c) menjaga disiplin, etika, dan
perilaku profesi perawat.
2) Tugas komite keperawatan dijalankan berdasarkan dari penetapan fungsi komite
keperawatan. Adapun rincian dari tugas komite keperawatan tersebut adalah
a) Tugas komite keperawatan dalam fungsi kredensial: 1) menyusun daftar rincian
Kewenangan Klinis dan Buku Putih, 2) melakukan verifikasi persyaratan
Kredensial, 3) merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga keperawatan, d)
merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis, 4) melakukan Kredensial
ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan, 5) melaporkan seluruh
proses Kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan kepada
kepala/direktur Rumah Sakit.
b) Tugas komite keperawatan dalam memelihara mutu profesi: 1) menyusun data
dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik, 2) merekomendasikan
perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan tenaga keperawatan, 3)
melakukan audit keperawatan dan 4) memfasilitasi proses pendampingan sesuai
kebutuhan.
c) Tugas komite keperawatan dalam menjaga disiplin dan etika profesi tenaga
keperawatan : 1) melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan, 2)
melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan, 3)
merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah etik
dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan keperawatan dan kebidanan, 4)
merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis, dan 5) memberikan
pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan keperawatan.
3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan berwenang: 1)
memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis (clinical privileges), 2)
memberikan rekomendasi perubahan rincian Kewenangan Klinis (clinical privileges),
3) memberikan rekomendasi penolakan Kewenangan Klinis tertentu, 4)
memberikan rekomendasi surat Penugasan Klinis, 5) memberikan rekomendasi
tindak lanjut audit keperawatan, 6) memberikan rekomendasi pendidikan
keperawatan berkelanjutan, dan 7) memberikan rekomendasi pendampingan dan
memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

2. Kredensial (Credentialing)
Penentuan kewenanga klinis dan penugasan klinis perawat di rumah sakit ditentukan oleh
proses kredensial. Agar lebih memahami lebih jauh proses kredensial dibawah ini
dipaparkan beberapa definisi kredensial yaitu sebegaai berikut:
a. Menurut Peraturan Kemenkes No.49 tahun 2013
“Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan
kelayakan pemberian kewenangan klinis”
b. Menurut Joint Commision tahun 2016
“Kredensialing adalah proses untuk mendapatkan, memverifikasi, dan menilai kelayakan
seorang praktisi dalam memberikan perawatan pada layanan kesehatan. Sedangkan
kredensial merupakan bukti fisik tertulis berupa lisensi, pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman serta kualifikasi lainnya”

Dalam proses kredensialing yang ditetapkan oleh komite keperawatan di rumah sakit, ada
beberapa tahap yang perlu dilakukan. Sebagaimana tertuang dalam peraturan kemenkes
No. 49 yaitu sebagai berikut:

1. Rekruitmen dan seleksi


Tahap awal yaitu rekruitmen dan seleksi. Pemerintah diberikan kesempatan merekrut
tenaga kesehatan untuk ditempatkan dilayanan primer melalui penerimaan Aparatur Sipil
Negara (ASN) sesuai aturan yang berlaku. Sama halnya dengan pegawai tidak tetap (PTT)
juga perekrutan dan penyeleksiannya dilakukan oleh pemerintah. Berbeda halnya dengan
pegawai honorer/sukarela perekrutannya dilakukan oleh pemerintah daerah melalui pihak
puskesmas.
Dalam proses penyeleksian, persyaratan perawat yang wajib dipenuhi adalah kepemilikan
lisensi berupa STR (Surat Tanda Registrasi) yang didapatkan melalui ujian kompetensi.
Sebagaimana dalam Pasal 18 UU Keperawatan No.38 (2014) yaitu Perawat yang
menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki STR.

2. Orientasi
Menurut Greene & Puetzer (2002) orientasi yaitu proses dimana perawat baru
diperkenalkan tentang filosofi, tujuan, kebijakan, fasiltas dan prosedur dari tempat kerja
baru. Proses pengenalan ini memberikan pengetahuan dan adapatasi baru kepada perawat
baru ditempat kerja barunya. Dengan adanya proses orientasi ini perawat baru dapat lebih
cepat tangkap terhadap kondisi tempat barunya bekerja.

3. Magang (Internship)
Magang (internship) merupakan proses dalam mengiplementasikan asuhan keperawatan di
unit kerja perawat baru bersama preseptor. Preseptor yaitu Perawat senior yang yang
berpengalaman dalam jangka waktu lama yang dipekerjakan berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan di institusi (Kanaskie, 2006). Dengan keahlian dan pengalaman yang lebih
preseptor diharapkan mampu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam evaluasi
pencapain kompetensi perawat baru.
Proses magang perawat baru dilaksanakan selama 1 tahun tentang pelayanan keperawatan
kesehatan masyarakat. Program yang dijalankan diprioritaskan pada promosi kesehatan,
KIA-KB, P3M, kesehatan lingkungan, gizi dan pengobatan. Proses pengembangan materi
magang selanjutnya yaitu upaya kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan sekolah, dan upaya
kesehatan kerja. Seluruh capaian yang telah diraih ditulis dalam logbook dan selanjutnya di
evaluasi oleh preceptor apakah sudah mandiri atau belum dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Jika hasil evaluasi perawat baru mampu mandiri maka perawat baru berhasil
naik ke lever karir PK 1 (perawat klinis).
4. Kredensial
Setelah perawat melakukan magang 1 tahun, kemudian telah membuat dokumentasi
logbook dan dievaluasi oleh preceptor maka selanjutnya perawat baru berhak mendapatkan
pengajuan untuk dilakukan penilaian kompetensi. Jika perawat baru lulus dalam penilaian
kompetensi maka perawat baru berhak mendapatkan sertifikat kompetensi dan status PK 0
berubah menjadi PK 1.
5. Penetapan Kewenangan dan penugasan Klinis
Setelah melalui proses kredensial dan telah mendapatkan sertifikat kompetensi maka
perawat baru berhak memperoleh kewenangan klinis dari komite keperawatan dan setelah
itu komite keperawatan di institusi tempat kerja mengusulkan untuk mendapatkan
penugasan klinis dari dinas kesehatan untuk melaksanakan praktik dengan kewenangan
klinis yang telah diberikan.

c. Jenjang Karir Perawat Profesional


1. Nursing By Law

Daftar pustaka

Greene, M.T. & Puetzer, M. (2002). The Value of Mentoring: A Strategic Approach to Retention and
Recruitment. Journal of Nursing Care Quality. 17(1), 63-70.

Kanaskie, M.L. (2006). Mentoring—A Staff Retention Tool. Critical Care Nurse. 29(3). 248-252.

Вам также может понравиться