Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. Etiologi
PPOK disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar
bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus
PPOK. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status
pekerjaaan yang rendah, kondisi lingkungsn yang buruk karena dekat lokasi
pertambangan, perokok pasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol
yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak
menderita PPOK.
Patofisiologi Emfisema
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu : inflamasi
dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan; kehilangan rekoil
elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi udara ke alveoli
yang berfungsi.
Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area permukaan alveolar yang
kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu berkurang, menyebabkan
peningkatan ruang rugi (area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat
terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen
mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir penyakit, eliminasi
karbondioksida mengalami kerusakan, mengakibatkan peningkatan tekanan
karbondioksida dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis
respiratorius.
Karena dinding alveolar terus mengalami kerusakan, jaring-jaring kapiler
pulmonal berkurang. Aliran darah pulmonal meningkat dan ventrikel kanan
dipaksa untuk mempertahankan tekanan darah yang tinggi dalam arteri
pulmonal. Dengan demikian, gagal jantung sebelah kanan (cor pulmonal) adalah
salah satu komplikasai emfisema. Terdapatnya kongesti, edema tungkai, distensi
vena leher atau nyeri pada region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.
4. Gejala Klinis
Gejala-gejala awal dari PPOK, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok,
adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalah-
artikan sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal.
Sering terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau
hijau karena adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering
dirasakan. Bisa juga disertai mengi/bengek.
Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan
bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat
melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju,
berpakaian dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami
penurunan berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami
sesak yang berat sehingga penderita menjadi malas makan.
Pembengkakan pada kaki sering terjadi karena adanya gagal jantung.
Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang berat timbul bahkan pada
saat istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan pernafasan akut.
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri-ciri dari PPOK adalah
malfungsi kronis pada system pernafasan yang manifestasi awalnya adalah
ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di
saat pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek
akut. Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk
menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin
banyak. Biasanya, pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan
kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien
tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah
tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah
sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari. Selain itu, pasien PPOK banyak yang mengalami
penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari hilangnya nafsu
makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan
tubuh, kehilangan selera makan, penurunan kemampuan pencernaan sekunder
karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal.
6. Therapy/Penatalaksanaan
Obat-obat bronkodilator.
Merupakan obat utama dalam mengatasi obstruksi jalan nafas. Adanya
respon terhadap bronkodilator yang dinilai dengan spirometri merupakan
petunjuk yang dapat digunakan untuk pemakaian obat tersebut.
Kortikosteroid.
Manfaat kortikosteroid masih dalam perdebatan pada pengobatan terhadap
obstruksi jalan nafas pada PPOK namun mengingat banyak penderita
bronkitis yang juga menunjukkan gejala, seperti asma disertai hipertrofi
otot polos bronkus Snider, menganjurkan percobaan dengan obat steroid
oral dapat dilakukan pada setiap penderita PPOK terutama dengan
obstruksi yang berat apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
Riwayat sesak dan wheezing yang berubah-ubah, baik spontan maupun
setelah pengobatan. Riwayat adanya atopi, sendiri maupun keluarga.
Antibiotika.
7. Prognosis
30% penderita PPOK dengan sumbatan yang berat akan meninggal dalam
waktu 1 tahun, dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun. Kematian bisa
disebabkan oleh kegagalan pernafasan, pneumonia, pneumotoraks (masuknya
udara ke dalam rongga paru), aritmia jantung atau emboli paru (penyumbatan
arteri yang menuju ke paru-paru). Penderita PPOK juga memiliki resiko
tinggi terhadap terjadinya kanker paru.
Penurunan silia
PPOK
Penurunan BB
drastis
Nafas pendek Obstruktif (kerusakan) alveoli
Gangguan pertukaran
Bersihan jalan nafas Kelemahan
gas
tidak efektif
ADL dibantu
Intoleransi aktivitas
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
2. MAKANAN/CAIRAN
Gejala :
Mual/muntah
Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan
meninjukkan edema (bronchitis)
3. PERNAFASAN
Gejala :
Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala
menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode
berulangnya sulit nafas (asma); rasa dada tertekan,m ketidakmampuan
untuk bernafas (asma)
Tanda :
Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjang
dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema)
Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan
hidung.
Dada: gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);
menyebar, lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi
sepanjang area paru pada ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi
berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)
4. INTERAKSI SOSIAL
Gejala :
Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagosa keperawatan yang mungkin muncul pada Penyakit Paru Obstruktif
Menahun antara lain :
1. Tidak efektifnnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan kontriksi bronkus
peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak efektif, infeksi
bronkopulmonal.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi
perfusi.
3. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan napas pendek dan produksi
sputum.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi
sputum berlebih.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksemia,keletihan, pola napas
tidak efektif.
6. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan obstruktif/kerusakan alveoli.
C. PERENCANAAN
Dari diagnosa di atas dapat di susun perencanaan sebagai berikut :
Kolaborasi
Berikan obat sesuai Merilekskan otot halus
indikasi. dan menurunkan kongesti
lokal, menurunkan spasme
Bronkodilator, mis., β-
jalan napas, mengi, dan
agonis: epinefrin
produksi mukosa. Obat-
(Adrenalin,
obat mungkin per oral,
Vaponefrin); albuterol
injeksi, atau inhalasi.
( Proventil, Ventolin);
terbutalin (Brethine, Menurunkan edema
Brethaire); isoetarin mukosa dan spasme otot
(Brokosol, polos dan dapat juga
Bronkometer); menurunkan kelemahan
Xantin, mis.aminofilin, otot dan meningkatkan
oxtrifilin, teofilin. kontraktilitas diafragma.
Menurunkan inflamasi
Analgesik, penekan
jalan napas lokal dan
batuk/antitusif mis.,
edema dengan
kodein, produk
menghambat efek
dextrometorfan (Benylin histamin dan mediator lain
DM, Comtrex,
Kortikosteroid digunakan
Novahistine).
untuk mencegah reaksi
Berikan humidifikasi
alergi atau menghambat
tambahan, mis.,
pengeluaran histamin,
nebuliser ultranik,
menurunkan berat dan
humidifier aerosol
frekuensi spasme jalan
ruangan
napas, inflasi pernafasan
dan dispnea
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dibuat berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat.
E. EVALUASI
Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
kontriksi bronkus peningkatan pembentukan sputum, batuk tidak
efektif, infeksi bronkopulmonal.
Pasien mengatakan tidak sesak.
Pada saat batuk produksi sputum berkurang,
Frekuensi napas normal (16-20 x/menit
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddart. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume
2. Jakarta, EGC.
2. Doenges, Moorhouse, Geissler. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.
Jakarta. EGC.
3. Price, Sylvia. 2003 . Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC
4. Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :
EGC