Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Metode harga pokok pesanan merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan
untuk menentukan harga pokok produk dari sebuah perusahaan yang menghasilkan produk
berdasarkan pesanan. Tujuan dari diterapkannya metode ini adalah untuk menentukan harga
pokok produk dari setiap pesanan, baik harga pokok secara keseluruhan dari setiap pesanan
atau untuk per satuan.
Dalam metode ini seluruh biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan tertentu dan harga
pokok produksi per satuan dihitung dengan membagi total biaya produksi untuk pesanan
tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Metode harga pokok pesanan ini memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
a. Produksi bersifat terputus sesuai dengan pesanan yang diterima.
b. Spesifikasi produk sesuai dengan permintaan pemesan.
c.Pengumpulan biaya produksi dilakukan melalui kartu biaya pesanan, yang berisi rincian
setiap pesanan.
d. Total biaya produksi dihitung setelah pesanan selesai.
e. Biaya produksi per unit dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan total unit
yang dipesan.
f. Pada umumnya akumulasi biaya menggunakan biaya normal.
g.Produk yang sudah selesai langsung diberikan pada pemesan.</li>
Adapun manfaat informasi harga pokok pesanan adalah sebagai:
1. Penentu harga jual pesanan
Perusahaan manufaktur yang aktivitas produksinya berdasarkan pesanan akan memproduksi
barang yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian biaya
produksi untuk setiap pesanan akan berbeda, tergantung dari spesifikasi yang diminta pemesan.
Hal ini akan menyebabkan harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh
besarnya setiap biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi item pesanan tersebut.
2. Pertimbangan untuk menerima atau menolak pesanan
Tidak menutup kemugkinan produk yang dipesan oleh customer harga jualnya sudah terbentuk
di pasaran. Manajemen dapat memutuskan untuk menerima atau menolak pesanan tersebut.
Sebagai pertimbangan untuk menerima atau menolak, manajemen membutuhkan informasi
total harga pokok dari produk yang dipesan. Informasi total harga pokok pesanan merupakan
dasar bagi manajemen untuk menghindarkan perusahaan dari kerugian saat menerima pesanan.
Jika informasi total harga pokok pesanan tidak tersedia, maka manajemen tidak dapat
mengetahui apakah harga yang diminta pemesan akan menguntungkan perusahaan atau tidak.
3. Alat untuk memantau realisasi biaya produksi
Saat perusahaan menerima pesanan dari pemesan, manajemen memerlukan informasi biaya
produksi yang dikeluarkan untuk mengerjakan pesanan tersebut. Dengan demikian manajemen
dapat dapat memantau jika proses produksi untuk suatu pesanan akan menghasilkan total piaya
produksi pesanan yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
4. Menghitung laba-rugi setiap pesanan
Informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam menghasilkan suatu produk akan membantu
manajemen mengetahui apakah suatu pesanan akan menghasilkan laba atau justru rugi.
5. Harga pokok persediaan produk yang tercantum dalam neraca.
Salah satu laporan keuangan yang penting bagi perusahaan manufaktur adalah neraca.
Manajemen harus memasukkan harga pokok persediaan produk, baik produk jadi atau yang
masih dalam proses. Dengan demikian maka manajemen dapat menentukan biaya produksi
yang melekat pada pesanan yang selesai diproduksi, namun sampai dengan tanggal neraca
masih belum diserahkan kepada pemesan.
Sumber : https://zahiraccounting.com/id/blog/manfaat-informasi-menggunakan-metode-
harga-pokok-pesanan/
Harga Pokok Pesanan
Salah satu metode pengumpulan biaya produksi adalah harga pokok pesanan, metode harga
pokok ini banyak digunakan oleh perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk,
sehingga produk yang dikerjakan sangatlah beragam baik dari segi mode, ukuran, bentuk
maupun mutunya.
Metode harga pokok pesanan merupakan metode perhitungan harga pokok setelah produk
selesai dikerjakan. Pengumpulan biaya harga pokok tersebut untuk setiap jenis produk dicatat
dalam kartu harga pokok pesanan.
Penjelasan :
1) Rekening BDP – Biaya tenaga kerja langsung digunakan untuk mencatat jumlah biaya
tenaga kerja langsung pada departement produksi.
2) BOP sesungguhnya digunakan untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja tidak langsung
departement produksi, seperti upah mandor, teknisi alat alat produksi, petugas laboratorium,
petugas kebersihan dibagian produksi dan lain lain.
3) Biaya pemasaran untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja bagian pemasaran atau
penjualan.
4) Biaya administrasi dan umum untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja bagian kantor.
2) Jika BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan (selisih rugi)
BOP yang dibebankan Rp. xxxx
Selisih BOP Rp. xxxx
BOP sesungguhnya Rp. xxxx
3) Jika BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan (selisih laba)
BOP yang dibebankan Rp. xxxx
Selisih BOP Rp. xxxx
BOP sesungguhnya Rp. xxxx
2. Jika BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan (selisih laba).
Selisih BOP Rp. xxxx
Rugi-Laba/ Harga pokok Penjualan Rp. xxxx
No Pesanan : Pemesan :
Jenis Produksi : Sifat Pesanan :
Tgl. Pesan : Jumlah :
Tgl. Selesai : Harga Jual :
Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik
Jam
Tgl No Keterangan Jumlah Tgl Jumlah Tgl Dasar Tarif Jumlah
Kerja
Contoh Soal :
PT Health Wealth International berusaha dalam bidang meubel dan memproduksi alat alat
rumah tangga serta perkamtoran berdasarkan pesanan.
Pada bulan Juni 1995 mendapat pesanan dari yayasan Citra Medika untuk membuat 100 set
meja belajar (100 meja dan 200 kursi) dengan harga setiap set sebesar Rp. 175.000 untuk
memproduksi pesanan tersebut. PT HWI telah melakukan kegiatan sebagai berikut
1. Membeli bahan baku dan bahan penolong
Bahan Baku :
Kayu dengan ukuran :
4 cm x 6 cm x 300 cm 250 pot @ Rp. 18.000 = Rp. 4.500.000
2 cm x 20 cm x 300 cm 200 pot @ Rp. 30.000 = Rp. 6.000.000
2 cm x 3 cm x 300 cm 100 pot @ Rp. 5.000 = Rp. 500.000
Tripleks 25 lbr @ Rp. 15.000 = Rp. 375.000
Cat 50 klg @ Rp. 10.000 = Rp. 500.000
Jumlah bahan baku yang dibeli Rp. 11.875.000
Bahan Penolong :
Paku 5 kg @ Rp. 10.000 = Rp. 50.000
Dempul 10 kg @ Rp. 5.000 = Rp. 50.000
Amplas 200 lb @ Rp. 200 = Rp. 40.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp. 140.000
Jumlah bahan baku dan bahan penolong Rp. 12.015.000
3. Pembebanan BOP selain pemakaian bahan penolong dan tenaga kerja tidak
langsung adalah sebagai berikut :
Biaya Penyusutan Mesin Rp. 100.000
Biaya Penyusutan Gedung Rp. 250.000
Biaya Pemeliharaan Mesin Rp. 50.000
Biaya Pemeliharaan Gedung Rp. 50.000
Jumlah Rp. 450.000
Jawab :
a. Jurnal pada waktu pembelian bahan baku dan bahan penolong.
Persediaan Bahan Baku Rp. 11.875.000
Persediaan Bahan Penolong Rp. 140.000
Utang Dagang Rp. 12.015.000
b. Kartu harga pokok, jika BOP yang dibebankan 60% dari tenaga kerja langsung.
Jumlah Biaya
Produksi Rp. 15.075.000
c. Jurnal pemakaian/pembebanan bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja dan BOP ke
dalam BDP.
1. Pemakaian Bahan
BDP – Biaya Bahan Baku Rp. 11.875.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 11.875.000
BOP Sesungguhnya Rp. 140.000
Persediaan Bahan Penolong Rp. 140.000
2. Pemakaian Tenaga Kerja
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp. 2.000.000
BOP Sesungguhnya Rp. 400.000
Biaya Administrasi dan umum Rp. 500.000
Gaji dan Upah Rp. 2.900.000
3. Pemakaian BOP selain bahan penolong dan tenaga kerja tidak langsung
BOP sesungguhnya Rp. 450.000
Biaya Penyusutan Mesin Rp. 100.000
Biaya Penyusutan Gedung Rp. 250.000
Biaya Pemeliharaan Mesin Rp. 50.000
Biaya Pemeliharaan Gedung Rp. 50.000
4. Pembebanan BOP kedalam BDP
BDP – BOP Rp. 1.200.000
BOP yang dibebankan Rp. 1.200.000
Penjelasan :
BOP yang dibebankan 60% x Rp. 2.000.000 = Rp. 1.200.000
BOP yang sesungguhnya :
a. Biaya Bahan Penolong Rp. 140.000
b. Biaya tenaga kerja tak langsung Rp. 400.000
c. BOP yang lain Rp. 450.000
Rp. 990.000
Selisih BOP Rp. 210.000 (laba)
Sumber :http://ahmatarisubagio.blogspot.co.id/2015/10/harga-pokok-pesanan.html