Efek analgesik 30% glukosa, susu dan mengisap non-nutrisi sampel darah sebagai bagian dari perawatan rutin
rutin mereka.
pada neonatus
Nour Mekkaoui1
Imane Issef1
Meryem Kabiri1,2
Amina Barkat1,3
1Neonatologi dan Unit Perawatan Intensif, Pusat Referensi
Nasional Neonatologi dan Nutrisi, Rumah Sakit Anak-Anak
Rabat, Rabat; 2CRECET, Fakultas Kedokteran dan Farmasi,
Rabat; 3 Tim Peneliti Kesehatan dan Nutrisi, Fakultas
Kedokteran dan Farmasi, Universitas Mohammed V, Souissi,
Rabat, Maroko
Latar belakang: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi praktik manajemen nondrug mengenai rasa sakit
yang disebabkan oleh pengambilan sampel darah pada bayi
baru lahir di unit neonatal Maroko dan untuk menentukan
apakah hasil yang dilaporkan dari studi klinis acak analgesia
nondrug dapat direproduksi dalam pengaturan perawatan
rutin.
Metode: Observasi prospektif terstandarisasi terhadap praktik
analgesik yang digunakan selama pengambilan sampel darah
dilakukan. Nyeri dinilai menggunakan skala Douleur Aiguë
Nouveau-né (DAN, [Nyeri Akut Bayi Baru Lahir]) yang
menggabungkan ekspresi wajah, ekspresi vokal, dan gerakan
anggota tubuh bayi baru lahir selama realisasi prosedur yang
menyakitkan. Lima praktik analgesik nondrug yang berbeda
diselidiki pada 125 bayi.
Hasil: Skor DAN median untuk lima metode adalah 6 (1-10)
untuk pengambilan sampel vena dengan pemberian oral
glukosa 30%, 5 (1-10) untuk pengambilan sampel vena
dengan mengisap, 3 (0–6) untuk pengambilan sampel vena
dengan oral pemberian 30% glukosa dikombinasikan dengan
mengisap, 4 (0-10) untuk pengambilan sampel vena dengan
pemberian oral 30% glukosa dikombinasikan dengan
mengisap dan pemberian 2 mL susu formula bayi yang
diadaptasi, dan 6 (3-8) untuk pengambilan sampel vena
dengan administrasi dari 2 mL susu formula bayi yang
diadaptasi.
Kesimpulan: Pemberian glukosa 30% secara oral
dikombinasikan dengan mengisap memberikan kontrol yang
lebih baik terhadap rasa sakit yang disebabkan oleh
pengambilan sampel darah pada bayi baru lahir di unit
neonatal kami.
Kata kunci: nyeri, neonatus, penilaian, glukosa 30%,
mengisap
pengantar
Realitas nyeri neonatal tidak lagi dipertanyakan, tetapi
manajemennya dalam praktik klinis tetap menjadi tantangan.
Strategi nonfarmakologis merupakan aspek penting dari
manajemen nyeri neonatal, dan dapat digunakan baik sendiri
atau dikombinasikan dengan terapi obat. Metode-metode ini
tidak selalu merupakan pengganti untuk pengobatan
farmakologis, tetapi merupakan strategi yang saling
melengkapi dan sangat menarik untuk pengelolaan nyeri akut
seperti yang terkait dengan tes darah. Mereka termasuk
sukrosa (tidak tersedia di apotek rumah sakit kami), susu,
mengisap non-nutrisi, dan glukosa 30%. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membandingkan efek analgesik
pemberian oral glukosa 30%, susu, atau mengisap dot, dan
efek analgesik sinergis 30% glukosa, susu, dan dot selama
tusukan vena pada bayi baru lahir.
material dan metode
Ini adalah studi acak, prospektif, observasional, komparatif
yang dilakukan di Pusat Referensi Nasional Neonatologi dan
Nutrisi di Rumah Sakit Anak-Anak di Rabat selama 3 bulan
dari Juli hingga September 2007. Termasuk dalam
penelitian adalah bayi prematur atau prematur (usia kehamilan
28-37 minggu) yang lebih tua dari 24 jam dan membutuhkan
Persetujuan orang tua diperoleh dalam semua kasus. Bayi
yang tidak stabil, mereka yang memiliki penyakit neurologis
atau kontraindikasi untuk nutrisi enteral, mereka yang telah
menerima analgesik dalam 24 jam sebelum pengambilan
sampel, dan mereka yang menangis sebelum pengambilan
sampel vena dikeluarkan dari penelitian.
Metodologi
Lembar informasi dibuat untuk setiap bayi baru lahir, dan
termasuk jenis kelamin, usia kehamilan, usia dikoreksi, berat
badan pada hari pengambilan sampel, durasi rawat inap, dan
trofisitas (diperkirakan menggunakan kurva Leroy dan
Lefort), bersama dengan parameter yang terkait dengan
venipuncture, termasuk alasan pengambilan sampel, lokasi
venipuncture, dan jumlah upaya dan botol yang dikumpulkan.
Pemberian pakan ditahan satu jam sebelum pengambilan
sampel. Glukosa dan susu diberikan dalam volume 2 mL pada
lidah bayi yang baru lahir menggunakan jarum suntik steril
selama 2 menit sebelum venipuncture.
Puting diletakkan di mulut bayi selama pengambilan sampel
darah, yang dilakukan oleh perawat yang sama.
Ukuran hasil
Kriteria utama yang digunakan untuk menilai kemanjuran
analgesik dari metode nondrug ini adalah pengamatan nyeri
pada bayi baru lahir selama pengambilan sampel darah. Ini
dilakukan dengan menggunakan skala nyeri perilaku skala
Douleur Aiguë Nouveau-né (DAN, [Nyeri Akut Baru Lahir])
yang menggabungkan ekspresi wajah, ekspresi vokal, dan
gerakan ekstremitas bayi yang baru lahir setelah terwujudnya
stimulus yang menyakitkan. dihitung oleh pengamat tunggal
yang tidak mengetahui tujuan penelitian.
Penentuan ukuran kelompok
Kami menghitung bahwa kami akan membutuhkan 25 bayi di
setiap kelompok untuk mendeteksi perbedaan dua poin dalam
skala DAN dengan kekuatan 80% dan signifikansi 5%. 125
neonatus secara acak ditugaskan ke salah satu dari lima
kelompok sebagai berikut:
• Kelompok 1 - pemberian oral 2 mL glukosa 30%
• Kelompok 2 - mengisap dot yang tidak bergizi
• Kelompok 3 - pemberian glukosa oral 30% (diambil dari
kantung intravena) sebelum venipuncture, dengan mengisap
dipicu menggunakan puting susu pada akhir pemberian
glukosa dan dipertahankan hingga selesainya venipuncture
• Kelompok 4 - pemberian glukosa oral 30%, sebelum
venipuncture, dengan mengisap dipicu pada akhir pemberian
glukosa dan dipertahankan sampai penyelesaian venipuncture
menggunakan puting susu dengan susu formula yang sesuai
dengan usia (preterm atau full term) susu formula
• Kelompok 5 - pemberian susu formula yang sesuai usia.
Analisis statistik
Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan Paket
Statistik untuk Ilmu Sosial versi 9.0 (SPSS Inc, Chicago, IL).
Analisis dilakukan di Laboratorium Biostatistik dan
Epidemiologi dan Penelitian Klinis, Fakultas Kedokteran dan
Farmasi di Rabat. Perbandingan antara data yang
didistribusikan secara normal dilakukan dengan menggunakan
uji-t Student untuk perbandingan dua kelompok dan analisis
perbedaan untuk perbandingan yang melibatkan tiga atau lebih
kelompok. Data yang tidak terdistribusi secara normal
dibandingkan dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis
nonparametrik untuk lebih dari dua kelompok dan
menggunakan uji Mann-Whitney untuk perbandingan
berpasangan. Data kualitatif dibandingkan dengan
menggunakan uji Chi-square Pearson. Faktor-faktor
direkam selama pengambilan sampel yang dapat
mempengaruhi skor nyeri dieksplorasi dalam analisis
univariat. Untuk perbandingan dari semua modalitas
perawatan, tingkat signifikansi statistik ditetapkan pada P,
0,05.
Hasil
Seratus dua puluh lima bayi dilibatkan dalam penelitian ini, di
antaranya 61% adalah perempuan, 50% prematur, dan 45%
kecil untuk usia kehamilan. Usia kehamilan rata-rata adalah
34 ± 3,2 minggu. Kelima kelompok perlakuan itu sama
berkaitan dengan jenis kelamin, berat badan, usia kehamilan,
usia pascanatal, lama rawat inap, dan distribusi sesuai dengan
apakah bayi terjaga atau tidur tanpa menangis sebelum
venipuncture. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok sehubungan dengan situs pengambilan sampel,
jumlah upaya sebelum pengumpulan darah yang sukses, dan
jumlah tabung yang dikumpulkan dari setiap bayi baru lahir
(Tabel 1).
Analisis skor nyeri menunjukkan bahwa venipuncture terkait
dengan 30% glukosa atau susu buatan memberikan skor DAN
rata-rata (pada skala 0-10) dari 6 pada kedua kelompok. Batas
atas kisaran interkuartil adalah 8 untuk 30% glukosa dan 7
untuk susu dalam kelompok, yang berarti bahwa hanya 25%
bayi yang menerima susu merasakan skor nyeri lebih dari 7,
sementara nyeri diberi skor lebih dari 8 pada kelompok
glukosa 30% . Penggunaan glukosa 30% dan puting saja
menghasilkan skor DAN rata-rata 6 dan 5, masing-masing.
Batas atas kisaran interkuartil adalah 8 untuk 30% glukosa dan
7 untuk puting, yang berarti 25% dari
neonatus pada kelompok puting memiliki skor nyeri
lebih dari 7, sedangkan skor nyeri lebih besar dari 8 pada
kelompok glukosa 30%. Efek analgesik signifikan pada
kelompok yang menerima kombinasi 30% glukosa +
puting karena skor median adalah 3, dengan batas atas 4
untuk rentang interkuartil, yang berarti bahwa 75%
neonatus memiliki skor nyeri kurang dari 4. Memang ,
ketika membandingkan skor nyeri yang diperoleh pada
kelompok glukosa 30% dengan yang diperoleh pada
kelompok glukosa + puting 30%, perbedaan yang sangat
signifikan ditemukan, sedangkan perbedaan ini tidak
signifikan pada kelompok glukosa dibandingkan dengan
30% + dot + susu kelompok (Tabel 2). Selain itu,
kondisi klinis neonatus setelah venipuncture
dibandingkan antara kelompok untuk menentukan
apakah metode manajemen nyeri memiliki pengaruh
pada pemulihan. Sekitar 80% neonatus dalam 30%
glukosa, susu, dan kelompok puting tidak menangis
setelah prosedur pengambilan sampel darah yang
menyakitkan, tetapi angka ini mencapai 100% pada
kelompok glukosa + puting 30%, di mana tidak ada bayi
yang menangis setelah venipuncture.
Diskusi
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa 30% glukosa, susu
buatan, atau mengisap dot memiliki efek analgesik dalam
pengelolaan nyeri pada neonatus selama tusukan vena perifer.
Kombinasi sinergis paling efektif yang dapat
direkomendasikan dalam konteks ini adalah menghisap puting
yang dikombinasikan dengan pemberian glukosa 30%.
Memang, efektivitas larutan gula sebagai analgesik pada bayi
baru lahir selama venipuncture sekarang sudah mapan.2-6
Sukrosa dan glukosa adalah zat yang paling umum digunakan,
baik sendiri atau berhubungan dengan mengisap. Efek
analgesik glukosa oral pada konsentrasi mulai dari 25%
hingga 30% telah dikonfirmasi oleh beberapa penelitian dalam
istilah neonatus selama venipuncture dan pada bayi prematur
selama injeksi subkutan dan venipuncture.2,3 Gula mungkin
bekerja dengan melepaskan opioid endogen, 7 dan rasa manis
memiliki efek langsung dan aksi singkat yang menenangkan
neonatus yang menangis. Selain itu, efek analgesik dari
menghisap non-nutrisi dari puting telah dilaporkan oleh
beberapa penulis. Efek analgesik dari mengisap bersama
dengan pelukan dapat digunakan sebagai langkah
penghiburan.9
Carbajal et al menemukan bahwa menghisap dot yang tidak
bernutrisi memiliki efek analgesik yang lebih baik daripada
pemberian larutan manis, tetapi ada efek sinergis antara
mengisap dot dan pemberian larutan gula.3 Kami telah
memverifikasi pengamatan ini dalam penelitian ini, mengingat
bahwa menghisap dot yang tidak bernutrisi memiliki efek
analgesik yang sama dengan glukosa 30%. Skor DAN rata-
rata adalah 5 untuk mengisap non-nutrisi versus 6 pada
kelompok glukosa 30%. Efek glukosa 30% dikombinasikan
dengan puting lebih baik daripada glukosa 30% saja (P =
0,0001) atau puting saja (P = 0,002).
Beberapa sistem penilaian digunakan dalam praktik sehari-
hari untuk penilaian nyeri. Kami memilih skala DAN dengan
alasan kesederhanaannya. Ini telah divalidasi dalam hal
kualitas metriknya, dan telah ditunjukkan
sensitivitas intraindividual dan interindividual tinggi. Nyeri
neonatal dalam penelitian ini dinilai oleh seorang pengamat
tunggal. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
sebagian besar bayi prematur memiliki respon wajah dan
tubuh yang lebih sedikit terhadap rasa sakit dibandingkan
anak-anak jangka pendek. Dalam penelitian kami, proporsi
bayi cukup bulan dan prematur diamati pada setiap kelompok
dan usia kehamilan rata-rata adalah 34 minggu kehamilan
yang sama. Usia pascanatal dan durasi rawat inap juga
dipertimbangkan, karena ini dapat mempengaruhi jumlah
prosedur menyakitkan berulang yang terpapar pada bayi serta
perubahan dalam respon mereka terhadap rasa sakit. Taddio et
al, Johnston dan Stevens menunjukkan bahwa bayi baru lahir
yang menjalani masa tusukan tumit banyak selama jam-jam
pertama kehidupan belajar untuk mengantisipasi rasa sakit dan
menunjukkan respons rasa sakit yang lebih intens selama
venipuncture berikutnya. 13,14 Hal yang sama berlaku untuk
distribusi neonatus menurut tahapan sleep-wake. Ini penting
untuk diperiksa, mengingat bukti bahwa ekspresi wajah lebih
jelas jika prosedur menyakitkan dilakukan ketika seorang anak
terjaga.
Pada tahun 1997, Blass menerbitkan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk menentukan apakah susu dan komponennya
dapat mengurangi durasi menangis selama dan setelah
mengambil sampel darah untuk penentuan fenilketonuria pada
neonatus.16 Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian susu
mengurangi waktu menangis selama pengumpulan, dan bahwa
pemberian sukrosa, lipid, dan protein efektif 3 menit setelah
pengambilan sampel, sedangkan air yang mengandung laktosa
tidak berpengaruh. Blass menyimpulkan bahwa susu dan
beberapa komponennya memiliki efek antinosiseptif. Susu
buatan yang dikirim secara lisan menggunakan jarum suntik
menghasilkan skor DAN rata-rata 6, yang serupa dengan yang
diperoleh dengan 30% glukosa saja. Susu yang digunakan
dalam penelitian kami, tanpa adanya ASI, sesuai untuk
usia kehamilan. Menyusui, jika tersedia, tetap menjadi
alternatif yang menarik ketika mempelajari efek analgesik dari
menggabungkan susu dan mengisap selama tumit tongkat dan
prosedur venipuncture.17,18 Tinjauan sistematis oleh Shah et
al dari efektivitas menyusui atau ASI tambahan dalam
mengurangi rasa sakit prosedural di neonatus menunjukkan
bahwa menyusui dan ASI tambahan (yaitu, diberikan melalui
botol atau tabung nasogastrik) mengurangi tanda-tanda rasa
sakit dan tekanan, bahwa menyusui lebih efektif daripada
lampin atau penggunaan dot, dan memiliki kemanjuran yang
serupa dengan pemberian sukrosa .19 Studi lain mendukung
kesimpulan ini. Efe dan Ozer menemukan bahwa menyusui
adalah cara yang efektif untuk menghilangkan rasa sakit
selama imunisasi neonatal, 20 dan Efe dan Savaser tidak
menemukan perbedaan dalam efek analgesik menyusui dan
pemberian sukrosa selama venipuncture.
Tidak ada efek samping yang diamati pada pasien kami
setelah pemberian glukosa. Tidak ada risiko hiperglikemia
menggunakan strategi glukosa, karena dosis yang digunakan
(0,1-0,15 g / kg) hanya mewakili 1% -2% dari kebutuhan
glukosa harian bayi baru lahir.
Kesimpulan
Pemberian glukosa 30%, yang tersedia di semua rumah sakit,
ketika dikombinasikan dengan mengisap puting, menunjukkan
setidaknya kemanjuran yang sama seperti yang dijelaskan
dalam literatur untuk sukrosa 30% ketika digunakan sebagai
analgesia untuk tusukan vena perifer. Namun, menyusui jika
tersedia adalah alternatif yang lebih baik.
Penyingkapan
Penulis melaporkan tidak ada konflik kepentingan dalam
karya ini.
Penggunaan minyak esensial sebagai pengobatan pelengkap
untuk
kegelisahan
Fradelos E.1, Komini A.2
1 Rumah Sakit Jiwa Negara Attica "Daphne", Yunani
2 Lalu, Yunani
Alamat email:
evagelosfradelos@hotmail.com (E. Fradelos),
minakom2003@hotmail.com (A. Komini)
Untuk mengutip artikel ini:
Fradelos E., Komini A .. Penggunaan Minyak Atsiri sebagai
Pengobatan Pelengkap untuk Kecemasan. American Journal
of Nursing Science. Khusus
Masalah: Perawatan Kesehatan Mental: Aspek, Tantangan dan
Perspektif. Vol. 4, No. 1, 2015, hlm. 1-5. doi: 10.11648 /
j.ajns.s.20150401.11
Abstrak: Gangguan mental terjadi pada orang-orang di semua
negara, masyarakat dan semua kelompok etnis, terlepas dari
sosial ekonomi
memesan dengan gangguan kecemasan lebih sering. Melalui
proses waktu banyak pengobatan telah diterapkan untuk
mengatasi
masalah mental yang kompleks ini. Orang dengan gangguan
kecemasan dapat memperoleh manfaat dari berbagai
perawatan dan layanan. Mengikuti sebuah
diagnosis yang akurat, kemungkinan perawatan termasuk
perawatan psikologis dan mediasi. Pelengkap dan alternatif
Kedokteran (CAM) memainkan peran penting dalam sistem
perawatan kesehatan. Pasien dengan kondisi nyeri kronis,
termasuk radang sendi,
leher dan sakit punggung kronis, sakit kepala, masalah
pencernaan dan kondisi kesehatan mental (termasuk insomnia,
depresi, dan
kecemasan) adalah pengguna terapi CAM yang tinggi.
Aromaterapi adalah metode perawatan holistik, menggunakan
minyak esensial. Ada
beberapa minyak atsiri yang dapat membantu mengurangi
gangguan kecemasan dan sebagai akibat dari kejadian yang
mungkin disebabkan olehnya.
Kata kunci: Minyak Atsiri, Kecemasan, Perawatan
1. Perkenalan
Gangguan mental terjadi pada orang di semua negara,
masyarakat
dan di semua kelompok etnis terlepas dari tatanan sosial-
ekonomi. Itu
prevalensi diperkirakan 10% untuk orang dewasa, dan
memang demikian
Diperkirakan sekitar 20% -25% dari populasi akan
menderita gangguan mental setidaknya sekali seumur hidup
mereka [1].
Di Yunani, gangguan mental sering terjadi. Epidemiologis
studi yang telah dilakukan pada populasi umum
menunjukkan bahwa 14% -16% orang Yunani menderita
kejiwaan
gangguan, dengan gangguan kecemasan lebih sering. Dalam
sebuah penelitian itu
dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, di mana
Yunani berpartisipasi, ditemukan bahwa 22% dari mereka
yang berkunjung
perawatan kesehatan primer menderita gangguan kejiwaan
selama sebulan terakhir dan pentingnya pencegahan
mereka diberikan oleh komunitas psikiatris [2, 3]. Ada
banyak penjelasan tentang etimologi kata kecemasan
beberapa dari mereka mengklaim bahwa kata kecemasan
berasal dari bahasa Indonesia.
Akar Germanik Angh, yang berarti menyempitkan,
mempersempit, atau
untuk mencekik orang lain dari kata Yunani anchein yang
artinya mencekik, mencekik, atau menekan tutup [4]. Semua
ini
menunjukkan bahwa kecemasan bukanlah masalah di zaman
kita. Dalam suatu hal
Bahkan ada beberapa laporan sastra dan mitos kuno
menunjukkan bahwa gejala dari apa yang kita sebut
kecemasan
gangguan saat ini telah diamati sejak lama. Mungkin salah
satunya
contoh tertua terletak pada mitologi Yunani - dewa Pan.
Dia bertanggung jawab atas kecemasan dan asal mula istilah
itu
"panic" [5]. Melalui proses waktu banyak perawatan
telah diterapkan dalam upaya untuk mengatasi kesehatan yang
kompleks ini
masalah. Aromaterapi dan minyak asiri telah
diterapkan juga dan telah menunjukkan hasil yang luar biasa
dalam pengobatan kecemasan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan
penggunaan
minyak esensial dan aromaterapi sebagai pelengkap
perawatan untuk kecemasan. Selain itu penelitian ini bertujuan
untuk mempresentasikan
kasing mana dan bagaimana minyak esensial bisa efektif
untuk mengatasi masalah kecemasan yang kompleks ini.
2. Bahan-bahan dan metode-metode
Materi penelitian terdiri dari artikel dan publikasi
mengenai efek yang dapat diberikan oleh aromaterapi dan
minyak esensial
miliki dalam pengurangan kecemasan. Ulasan literatur juga
artikel penelitian yang ditemukan terutama di Medline
database elektronik, Hellenic Academic Libraries Link
(HEAL-Link) dan di mesin pencari Google Cendekia
bekas. Tinjauan literatur dilakukan antara bulan April dan
April
Agustus 2014. Pencarian dilakukan menggunakan kunci
kata-kata: minyak esensial, kecemasan dan perawatan.
3. Gangguan Kecemasan
Istilah "gangguan kecemasan" termasuk gangguan yang
berbagi
fitur rasa takut dan kecemasan yang berlebihan dan perilaku
terkait
gangguan. Ketakutan adalah respons emosional terhadap nyata
atau
ancaman yang dirasakan segera, sedangkan kecemasan adalah
antisipasi
ancaman di masa depan. Jelas, kedua negara ini tumpang
tindih, tetapi mereka
juga berbeda, dengan rasa takut lebih sering dikaitkan dengan
lonjakan
gairah otonom diperlukan untuk melawan atau melarikan diri,
pikiran
bahaya langsung, dan luput dari perilaku, dan lebih banyak
kecemasan
sering dikaitkan dengan ketegangan otot dan kewaspadaan
pada
persiapan untuk bahaya di masa depan dan berhati-hati atau
menghindar
perilaku [6]. Secara umum, gangguan kecemasan adalah
gangguan mental paling umum secara global dan tampaknya
begitu
wanita cenderung lebih terpengaruh oleh mereka daripada pria
[7].
Istilah gangguan kecemasan melingkupi berbagai kategori
termasuk di dalamnya, seperti serangan panik, kecemasan
umum
gangguan, fobia sosial [6-8]. Gangguan kecemasan berbeda
dari satu sama lain dalam jenis objek atau situasi itu
menginduksi rasa takut, kecemasan, atau perilaku menghindar,
dan
ideasi kognitif yang terkait. Demikianlah, sementara
kecemasan
Gangguan cenderung sangat komorbiditas satu sama lain,
mereka
dapat dibedakan dengan pemeriksaan dekat dari jenis
situasi yang ditakuti atau dihindari dan konten
pikiran atau keyakinan yang terkait [6].
Terlepas dari klasifikasi dan berbagai subtipe kami
harus mempertimbangkan kecemasan sebagai garis
berkelanjutan, yaitu
berbanding terbalik dengan persepsi, artinya tertinggi
tingkat yang satu kurang memiliki kesadaran di sekitarnya.
Kecemasan adalah fenomena multidimensi yang memengaruhi
seseorang
hidup dengan berbagai cara. Efek yang dimiliki kecemasan
dapat memengaruhi
tubuh, fungsi kognitif, perilaku serta
keadaan emosional dan sosial dari orang yang mengalami
itu [9].
Secara paradoks, kecemasan adalah mental yang kompleks
dan bermanfaat
fungsi. Ini menghasilkan berbagai perilaku yang terjadi di
Menanggapi segala ancaman. Selama tahun-tahun terakhir,
penelitian ke dalam
fenomenologi, patofisiologi, dan neurobiologi
gangguan kecemasan telah tumbuh sangat banyak, yang
hasilnya diterjemahkan
dalam praktik klinis dapat menawarkan harapan dan bantuan
kepada orang dengan
gangguan kecemasan [5].
Melalui proses waktu, beberapa perawatan telah dilakukan
diterapkan untuk mengatasi masalah mental yang kompleks
ini. Itu
pemilihan terapi telah di bawah reformasi yang sama dengan
persepsi kesehatan dan tubuh manusia secara umum. Orang
dengan
gangguan kecemasan dapat memperoleh manfaat dari berbagai
perawatan dan
jasa. Setelah diagnosis yang akurat, mungkin
perawatan termasuk perawatan psikologis dan mediasi
[10,11].
Obat komplementer dan pengobatan alternatif (CAM) a
peran penting dalam sistem perawatan kesehatan. Terapi CAM
miliki
semakin menarik perhatian dokter dan
peneliti serta masyarakat, pemerintah dan
media. Pasien dengan kondisi nyeri kronis, termasuk
radang sendi, leher kronis dan sakit punggung, sakit kepala,
pencernaan
masalah dan kondisi kesehatan mental (termasuk insomnia,
depresi, dan kecemasan) adalah pengguna terapi CAM yang
tinggi.
Gangguan ini tidak mudah diobati dengan konvensional
terapi medis. Dari kasus kegelisahan yang dilaporkan, lebih
banyak
dari 40% pasien menggunakan CAM [11-14]. Dalam upaya
untuk mengatasi
gangguan kecemasan dan promosi kesehatan mental
berbagai metode alternatif dan komplementer direkrut.
Saat ini kita dapat menemukan hewan peliharaan, yoga dan
meditasi
dalam upaya untuk mengurangi tingkat kecemasan yang satu
itu
mengalami [10]. Di antara perawatan ini bisa kita temukan
minyak aromaterapi dan esensial serta aplikasinya untuk
mengurangi kecemasan.
4. Aromaterapi
Aromaterapi adalah metode pengobatan holistik,
menggunakan
minyak esensial. Minyak atsiri adalah aroma yang mudah
menguap dan cair
senyawa membentuk sumber alami, biasanya tanaman [15].
Ada
bukan definisi standar untuk apa aromaterapi itu. Itu
Istilah "aromaterapi" pertama kali diciptakan oleh Rene-
Maurice
Gateffosse pada tahun 1928, yang merupakan orang pertama
yang mengeksplorasi bahan kimia tersebut
komposisi minyak esensial dalam kaitannya dengan terapi
mereka
properti. Ini adalah bentuk pelengkap / alternatif dari
perawatan yang menggunakan minyak esensial untuk
meningkatkan fisik
dan kesejahteraan mental, keseimbangan dan suasana hati.
Minyak atsiri kami
dapat mengatakan itu termasuk kekuatan vital dan energi
tanaman atau
ramuan, dengan demikian dapat mengatakan bahwa itu adalah
bentuk energi murni dan alami
[16] Karena kemampuan yang dimiliki minyak esensial,
mereka juga bisa
digunakan untuk tujuan kecantikan dan terapi [15].
Aromaterapi dapat diaplikasikan dalam kombinasi dengan
beragam
perawatan tradisional dan komplementer [16].
Aromaterapi sepenuhnya tergantung pada gagasan
chemotypes. Ini digunakan untuk mendefinisikan biokimia-
aktif
molekul pada sejumlah patologi klinis. Itu
kombinasi gagasan ini dengan kerasnya bahasa Latin
denominasi, menghasilkan pengetahuan yang hampir
sempurna
mode aksi minyak atsiri [3-17]. Chemotype mengindikasikan
tanaman yang secara visual identik tetapi memiliki bahan
kimia yang berbeda
komponen, menghasilkan sifat terapeutik yang berbeda [18].
Kegugupan, ketegangan dan stres, membutuhkan kualitas obat
penenang
aldehida, aksi beragam komponen ester pada
sistem saraf pusat, dan efek simpatolitik
(menenangkan, pelebaran pembuluh darah, menurunkan
tekanan darah)
dari beberapa fenilpora [19].
Tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti apakah
ekstraksi dan penggunaan
bahan aromatik dimulai di India atau Mesir. Di India
penggunaan
tanaman dan ekstrak tumbuhan sebagai obat terus menerus
dari setidaknya 5.000 tahun yang lalu hingga sekarang. Di sisi
lain
tangan orang Mesir menggunakan tanaman di era yang sama
untuk banyak tujuan,
dari penggunaan higienis hingga pembalseman. Orang
Yunani, sekitar empat atau lima
seratus tahun sebelum Masehi, memberikan sumbangan vital
bagi
studi masa depan obat tanaman dengan mengklasifikasikan
dan mengindeks
pengetahuan yang mereka peroleh dari orang-orang Mesir
[20]. Meskipun
kuno penggunaan minyak esensial, aromaterapi mulai
mencapai tingkat penerimaan tertentu oleh dokter
konvensional
di Perancis dan perusahaan asuransi bahkan membayar
perawatan,
setelah Paul Belaiche diterbitkan pada 1978 studinya tentang
penggunaan klinis
aromaterapi untuk mengobati berbagai infeksi dan
penyakit degeneratif [19].
Minyak atsiri dapat ditemukan di berbagai bagian tanaman.
Teknik umum yang digunakan untuk ekstraksi minyak
esensial
adalah: hidrodistilasi, hidrodifusi, effleurage, dingin
menekan, distilasi uap, ekstraksi pelarut, microwave
proses dibantu, ekstraksi karbondioksida. Diadopsi
teknik tergantung pada bagian tanaman di mana minyak itu
berada
diekstraksi, stabilitas minyak terhadap panas dan kerentanan
konstituen minyak untuk reaksi kimia [15].
Minyak esensial memiliki penggunaan internal atau eksternal.
Ada
beberapa cara penggunaan minyak atsiri untuk digunakan
aromaterapi. Caranya memiliki root spesifik dimana
minyak esensial masuk melalui tubuh, berbeda tergantung
alasan kami menggunakannya dan memiliki hasil yang
berbeda [21].
Cara-cara itu adalah: Penghirupan: Minyak esensial memasuki
tubuh melalui pernapasan. Metode yang direkomendasikan
untuk
meningkatkan mood dan kesehatan mental dan untuk masalah
sistem pernapasan. Pads: Pads (kompres) dengan essential
Minyak dapat meredakan nyeri, keseleo, atau bengkak, dan
berkurang
peradangan. Obat kumur: Campuran berkumur dengan
esensial
Minyak tampaknya memiliki kemampuan untuk meringankan
mukosa yang teriritasi
mulut. Mandi dengan minyak esensial memberikan relaksasi,
stres
pengurangan dan tingkat hidrasi kulit. Hippocrates, si
bapak kedokteran, menulis bahwa cara terbaik untuk menjadi
sehat adalah
satu untuk menikmati pijat setiap hari dengan mandi
beraroma. Itu layak untuk
disebutkan bahwa mandi dan hidroterapi diterapkan
penyakit mental dari zaman kuno sampai sekitar paruh
pertama
Abad ke-20 [21,22]. Wangi area: Penguapan
minyak esensial diterapkan untuk membersihkan ruang
kuman,
desinfeksi dan antisepsis, apalagi dengan cara yang
menyenangkan
aroma adalah mengisi tempat dan menghilangkan yang tidak
menyenangkan
bau selain peningkatan mood. Pijat:
Esensi aromaterapi terletak pada transfer
minyak esensial masuk ke tubuh melalui kulit. Beberapa
penting
minyak tidak diizinkan untuk bersentuhan langsung dengan
kulit
dalam bentuk aslinya, karena toksisitas. Karena itu kami
membutuhkan
zat yang akan dicampur dengan minyak atsiri dan akan
menembus di dalam tubuh melalui pijatan. [21]
Untuk menggambarkan lebih baik penggunaan minyak
esensial, kami
kategorikan dalam dua kelompok: di ini yang mempengaruhi
secara fisik
tubuh manusia dan ini yang mempengaruhi psikologi manusia.
Itu
Kelompok pertama dikategorikan lebih lanjut dalam minyak
esensial yang: 1)
mempengaruhi tubuh manusia melalui sistem saraf 2)
mempengaruhi secara langsung
suatu organ atau jaringan. Kelompok kedua lebih sulit
didefinisikan sebelum penggunaan, karena tergantung pada
masing-masing tubuh manusia
reaksi [23].
5. Aplikasi Aromaterapi di Indonesia
Kegelisahan
Dalam kesehatan holistik semua bagian orang, sel, organ,
tubuh
sistem dan emosi saling memengaruhi serta keseluruhan
orang [23]. Tidak ada bagian atau sistem yang dapat sakit atau
rusak
tanpa mempengaruhi, atau menyebabkan penyakit atau
kerusakan pada
tetap utuh. Misalnya, ketegangan akibat stres dapat
menyebabkan
protein yang akan dilepaskan dari sel. Protein ini, elemen dari
sistem kekebalan tubuh, menyebabkan reaksi alergi yang
mengakibatkan
gejala dermatitis atopik. Koneksi juga ada
antara dermatitis dan defisiensi lemak makanan esensial.
Kekurangan lemak ini juga dianggap menghasilkan
kecemasan. Itu
Tubuh cukup kompleks, jadi analisis holistik jarang sederhana
tugas. Minyak atsiri memiliki fungsi holistik, multi-terapi:
mereka bekerja dengan memperbaiki atau mengatur banyak
ketidakseimbangan
secara bersamaan [16].
Minyak atsiri dapat mempengaruhi psikologi seseorang dan
mengaturnya
emosi. Molekul minyak atsiri saat dihirup,
diarahkan ke sel-sel sensorik dari skema penciuman. Sejak
setiap sel sensor mengalir setae menit, yang merekam
informasi tentang parfum, dan mentransfernya ke pusat
otak melalui katup penciuman. Ini menyebabkan rilis
zat neurokimia, yang mungkin menenangkan,
santai, dan bersemangat atau menyebabkan euforia.
Selanjutnya,
Partikel aromatik memasuki sistem saraf yang mengakibatkan
relaksasi, ketenangan, dan meringankan saraf dan karenanya
saraf
berpusat di otak. Karena kecemasan ini, gangguan afektif,
sakit kepala, migrain dapat diatasi dengan beberapa cara [19].
Menurut literatur dan artikel penelitian, ada
beberapa minyak esensial yang dapat membantu mengurangi
kecemasan
gangguan dan sebagai akibat dari peristiwa yang diwujudkan
sebab. Data yang dilaporkan mengklaim bahwa Piper
Methysticum dan
Bacopa Monniera dikaitkan dengan aktivitas anxiolytic di
manusia. Dalam percobaan lain pada gangguan kecemasan
umum di
Pengaturan klinis berbasis rumah sakit, Ocimumn sanctum
secara signifikan melemahkan gangguan kecemasan umum
dan
juga melemahkan stres dan depresi berkorelasi [11].
Seiring kami beralih ke tinjauan literatur, semakin banyak
penelitian yang menunjukkan efek positif yang dapat
diberikan aromaterapi
miliki dalam pengurangan kecemasan. Hasil dari studi
percontohan
dilakukan oleh Jennifer Edge seorang terapis okupasi kembali
pada tahun 2003 di mana minyak esensial diterapkan dengan
sesi pijat
terbukti memiliki efek positif pada kedua tingkat kecemasan
dan relaksasi dalam jangka waktu pendek. Setiap klien terlihat
untuk enam sesi pijat aromaterapi dengan durasi 1 jam dan
sesi konsultasi awal. Pijat dilakukan di
waktu yang sama hari dan hari dalam seminggu untuk setiap
klien dalam
kamar khusus dialokasikan untuk penggunaan aromaterapi.
Setiap
klien menerima teknik pijat standar yang sama
dari terapis yang sama meskipun minyak esensial itu
dipilih dan dicampur secara khusus untuk setiap sesi / individu
klien [24].
Dalam penelitian terbaru yang dihubungi oleh Cho dan rekan,
antara 1 Agustus 2010, dan 20 November 2010, di Eulji
Rumah Sakit Universitas di Daejeon, Korea, aromaterapi
minyak esensial dicampur dengan lavender, roman
chamomile,
dan neroli dengan rasio 6: 2: 0,5. Lavender menekan jantung
stimulasi dan menurunkan tekanan darah; oleh karena itu,
berguna
dalam pengobatan akselerasi jantung dan tekanan darah tinggi.
Chamomile memiliki efek menenangkan dan efektif
meredakan sakit
kecemasan dan stres, dan neroli memiliki efek menenangkan
dan
efektif dalam mengobati insomnia. Peserta diterima 10 kali
pengobatan sebelum PCI, dan minyak esensial yang sama
dihirup lagi 10 kali setelah PCI. Hasilnya, dalam ringkasan,
apakah aromaterapi mengurangi kecemasan, meningkatkan
tidur, dan
menstabilkan TD pasien yang menjalani stent jantung
insersi. Selanjutnya tingkat kecemasan aromaterapi
kelompok secara signifikan lebih rendah daripada kelompok
kontrol grup [26]. Menurut Dominique Baudoux, minyak
atsiri itu bisa digunakan untuk mengurangi kecemasan dan
stres adalah: Citrus Bergamia, Citrus Aurantium,
Chamaemulum nobile, Pelargonium asperum, Laurus
nobilis, Lavandula burnatii, Lavandula angustifolia, Citrus
reticulata, citrus sinensis, Ravensara aromatik dan Canaga
Odorata [17]. Apalagi menurut Schnaubelt K. seorang ahli
terapi aroma yang hebat, antara lain, kecemasan dapat
dikurangi dengan menggunakan neroli, levandula, citicic
reticulate, rosemarinus officinalis dan minyak esensial
lemon verbena [18]. Selain itu minyak atsiri lain yang
dirujuk oleh Battaglia S., untuk stres depan adalah kemangi,
bergamot, roman chamomile, jerman chamomile,
cedarwood, atlas cedarwood, clary sage, kemenyan,
geranium, melati absolut, lavender, lemon, marjoram
manis, may chang, neroli, Melissa, jeruk manis, petitgrain,
rose otto, rose absolute, rosemary, rosewood, cendana,
jeruk keprok, akar wangi, ylang ylang [21]. Shirley Price,
salah satu ahli terapi aroma yang paling dikenal, di salah
satunya kegelisahan bukunya dapat dikurangi dengan
menggunakan yang berikut minyak esensial: kemangi,
bergamot, cedrawood, chamomile, roman, clary, geranium,
levander, lemon, marjoram, Melissa, myrrh, neroli, jeruk
manis, nilam, petitgrain, rose otto, rosewood, thyme,
valerian, vetiver dan ylang ylang [4]. Di buku lain dari
penulis yang sama, minyak esensial berikut disebut
menyeimbangkan, menenangkan, dan mengangkat:
chamaemelum nobile, citurs aurantium, citrus bergamia,
lavandula angustifolia, lavandula intermedia, origanum
marjorana, pelargonium graveolens [27].
Faktanya minyak atsiri levanter telah diaplikasikan dalam
berbagai macam
populasi. Hasil dari penelitian menunjukkan aromaterapi itu
inhalasi (campuran esensi Lavender dan Rose) memiliki a
efek nyata pada penurunan gejala kecemasan
di antara siswa perempuan yang tinggal di asrama. Itu
aromaterapi menyebabkan pengurangan kecemasan siswa
setelahnya
menerapkannya pada minggu kedua dan keempat [28].
Terlepas dari kenyataan itu terkadang perawatan
komplementer
aromaterapi seperti kita disapa dengan kritik tidak berhenti
peneliti menerapkannya pada berbagai kelompok pasien.
Untuk
contoh gejala kecemasan dapat ditemukan pada pasien kanker
sebagai efek psikologis dari penyakit parah mereka dalam
banyak kasus
di mana pengobatan komplementer dapat digunakan untuk
mengatasi
gejala-gejala tersebut. Menurut sebuah penelitian pada 2007,
empat mingguan
sesi pijat aromaterapi meningkatkan kecemasan klinis
dan / atau depresi yang dialami oleh pasien kanker hingga 2
minggu setelah akhir intervensi. Meskipun
peningkatan kecemasan yang dilaporkan sendiri terbukti
hingga 6
minggu setelah intervensi, tidak ada bukti manfaat untuk
pijat aromaterapi pada rasa sakit, susah tidur, mual dan
muntah, atau kualitas hidup global di kedua titik penilaian
ditemukan [29].
Seperti yang kita lihat, menurut bibliografi dan esai ilmiah,
Minyak atsiri dapat digunakan secara individual atau
gabungan sesuai
untuk jenis kemo mereka, dalam perawatan pijat aromaterapi
atau
dalam sesi inhalasi, untuk mengurangi stres dan kecemasan
sebagai terapi komplementer yang efektif.
6. Kesimpulan
Aromaterapi bukan teknik terapi zaman baru, itu
asal dapat ditelusuri kembali di zaman kuno dan seperti semua
pengobatan komplementer penggunaannya telah meningkat
bertahun-tahun. Ada berbagai cara dan jumlahnya banyak
Minyak atsiri yang bisa dioleskan tergantung kondisi.
Ulasan literatur dan sebagian besar penelitian telah
menunjukkan
bahwa aromatoterapi menyebabkan berbagai tindakan yang
menguntungkan
pasien seperti relaksasi, pengurangan kecemasan,
depresi dan kelelahan, dan peningkatan kualitas hidup
melalui sistem saraf, endokrin, kekebalan, dan peredaran
darah,
di sana untuk dapat diterapkan sebagai terapi komplementer
untuk
orang dengan gejala kecemasan. Namun, seperti semua
perawatan komplementer, seharusnya tidak tumpang tindih
instruksi dokter, terutama dalam kasus yang parah. Akhirnya
itu
Perlu dicatat bahwa aromaterapi harus diterapkan
sesuai dengan instruksi ahli aromaterapi dan
bahwa hanya minyak esensial yang digunakan tidak boleh
tercemar