Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB IV

ANALISIS MASALAH, PEMECAHAN MASALAH, DAN METODE DIAGNOSIS


KOMUNITAS

4.1 Alur Pemecahan Masalah

1. Identifikasi
Masalah

8. 2. Penentuan
Monitoring prioritas
dan Evaluasi masalah

7. Penentuan 3. Penentuan
Rencana Penyebab
penerapan Masalah

4. Memilih
6. Penetapan
Penyebab
pemecahan
yang paling
masalah
5. mungkin
Menentukan
alternatif
pemecahan
masalah

Gambar 3. Alur Pemecahan Masalah

Siklus pemecahan masalah diawali dengan identifikasi atau inventarisasi masalah


yang ada, setelah itu ditentukan masalah apa saja yang ada juga berbagai penyebabnya,
setelah ditemukan penyebab yang paling mungkin baru ditentukan dan ditetapkan alternatif
pemecahan masalahnya, selanjutnya ditetapkan rencana penerapan, dan yang terakhir baru
dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.

Siklus pemecahan masalah adalah seperti berikut :

1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah


Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan yang ingin dicapai, kemudian
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Hal ini menggunakan
format atau blanko SPM. Setelah itu adalah membandingkan antara hasil kegiatan
pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah ditentukan.

2. Penentuan prioritas masalah


Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara. Diantaranya melakukan
penelitian, mempelajari laporan, dan berdiskusi dengan para ahli. Namun dalam
penentuan masalah ini, metode yang kami gunakan adalah metode Hanlon.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan masalah dengan
faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisis penyebab masalah
antara lain fish bone analysis system (diagram tulang ikan), analisis sistem, pendekatan
H. L. Bloem, analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini, kami
menggunakan metode fish bone analysis untuk menentukan penyebab masalahnya.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain dengan cara :
a. Menetapkan tujuan dan sasaran
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung oleh
data atau konfirmasi.
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah
diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif
pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan
terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif
untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau
Rencana Kegiatan).
8. Monitoring dan evaluasi
Terdapat dua segi pemantauan, yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah
yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu
sendiri, dan apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

4.2 Identifikasi Cakupan Program


Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan sesuai target dengan
keadaan aktual yang didapat di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur. Berdasarkan data
yang diperoleh dari hasil analisis data Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kelurahan
Pejaten Timur tahun 2017, didapatkan beberapa belum mencapai hasil yang ditargetkan.
Komponen-komponen program tersebut yaitu :

Tabel 20. Program di Puskesmas Kecamatan Pejaten Timur Yang Tidak Mencapai
Target Tahun 2017
No. Indikator Target Pencapaian
(%) (%)
1. Cakupan IVA 40 3,3
2. Cakupan ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 80 45,1
3. Penanganan komplikasi obstetrik 100 89,6
4. Cakupan pelayanan lengkap Neonatus 98 87,8
5. Cukupan Imuniasasi Campak 95 88,4
6. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) 85 72,7
7. CDR (case detection rate) 100 22
8. Angka konversi 85 73,1
9. Angka kesembuhan (cure rate) 85 22,4
10. Angka keberhasilan pengobatan (success rate) 90 30,7
11. Cakupan Penemuan Penderita Diare yang ditangani 100 20
12. Cakupan rumah tangga ber-PHBS 80 68,4
4.3 Penentuan prioritas masalah berdasarkan Hanlon kuantitatif

Setelah masalah ditemukan, kemudian ditentukan prioritas dan diurutkan sesuai


presentasi tinggi rendahnya masalah. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode
Hanlon kuantitatif, dengan menggunakan kriteria :
Kriteria A: Besarnya masalah
Kriteria B: Kegawatan masalah
Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan
Kriteria D: Faktor PEARL

4.3.1 Kriteria A: Besarnya masalah


Langkah 1
Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi pencapaian
dengan target 100%.

Tabel 21. Penghitungan Besar Masalah Berdasarkan Pencapaian Tahun 2017


No. Indikator Target Pencapaian Besar
(%) (%) Masalah
1. Cakupan IVA 40 3,3 36,7
2. Cakupan ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 80 45,1 34,9
3. Penanganan komplikasi obstetrik 100 89,6 10,4
4. Cakupan pelayanan lengkap Neonatus 98 87,8 10,2
5. Cukupan Imuniasasi Campak 95 88,4 6,6
6. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) 85 72,7 12,3
7. CDR (case detection rate) 100 22 78
8. Angka konversi 85 73,1 11,9
9. Angka kesembuhan (cure rate) 85 22,4 62,6
10. Angka keberhasilan pengobatan (success rate) 90 30,7 59,3
11. Cakupan Penemuan Penderita Diare yang ditangani 100 20 80
12. Cakupan rumah tangga ber-PHBS 80 68,4 11,6

Langkah 2
Menentukan kolom / kelas interval dengan Rumus Sturgess :
𝑘 = 1 + 3,3 𝑙𝑜𝑔 𝑛
Keterangan :
k = jumlah kolom / kelas
n = jumlah masalah
𝑘 = 1 + 3,3 log 12
= 1 + 3,3 (1,07)
= 4,53 ≈ 5 kelas

Langkah 3
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar dengan
terkecil kemudian dibagi kelas/kolom.
Nilai besar masalah: terbesar = 80 %
Terkecil = 6,6 %

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = Nilai terbesar − nilai terkecil


k
= 80−6,6
5

= 14,68 ≈ 15

Langkah 4
Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom / kelas

Tabel 22. Pembagian Interval kelas


Kolom / kelas Skala interval Nilai
Skala 1 6,6 – 21,5 1
Skala 2 21,6 – 36,5 2
Skala 3 36,6 – 51,5 3
Skala 4 51,6 – 66,5 4
Skala 5 66,6 – 80 5

Langkah 5
Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya
Tabel 23. Penentuan Nilai Tiap Masalah Berdasarkan Kelas
No. Indikator 6,6 – 21,6 – 36,6 – 51,6 – 66,6 – Nilai
21,5 36,5 51,5 66,5 80
1. Cakupan IVA X 3
2. Cakupan ibu hamil dengan X 2
imunisasi TT2+
3. Penanganan komplikasi obstetrik X 1
4. Cakupan pelayanan lengkap X 1
Neonatus
5. Cukupan Imuniasasi Campak X 1
6. Balita yang datang dan ditimbang X 1
(D/S)
7. CDR (case detection rate) X 5
8. Angka konversi X 1
9. Angka kesembuhan (cure rate) X 4
10. Angka keberhasilan pengobatan X 4
(success rate)
11. Cakupan Penemuan Penderita Diare X 5
yang ditangani
12. Cakupan rumah tangga ber-PHBS X 1

4.3.2 Kriteria B: Kegawatan masalah


Populasi kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U), besarnya
masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G), dan sumber daya (P) yang dimiliki
untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring 1-5.
1. Mendesaknya (Urgency)
lebih menekankan soal waktu, bila tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan
akibat yang lebih serius :
Sangat mendesak : 5
Mendesak : 4
Cukup mendesak : 3
Kurang mendesak : 2
Tidak mendesak : 1
2. Fatalitas (Seriousness)
Menunjukkan besar/kecilnya akibat masalah bagi masyarakat :
Sangat gawat : 5
Gawat : 4
Cukup gawat : 3
Kurang gawat : 2
Tidak gawat : 1
3. Penyebaran (Growth)
Semakin meluasnya masalah, menjadi semakin penting (jumlah yang terkena) :
Sangat mudah menyebar / meluas : 5
Mudah menyebar / meluas : 4
Cukup menyebar / meluas : 3
Sulit menyebar / meluas : 2
Tidak menyebar / meluas : 1
4. Sumber daya yang dimiliki (Potency)
Kaitannya dengan kemampuan yang mereka miliki untuk mengatasi permasalahan :
Sangat banyak : 5 Kurang banyak : 2
Banyak : 4 Tidak banyak : 1
Cukup banyak : 3

Tabel 24. Penilaian masalah berdasarkan kegawatan


No. Indikator U S G P Jumlah

1. Cakupan IVA 5 5 4 2 4
2. Cakupan ibu hamil dengan imunisasi 3 2 2 3 2,5
TT2+
3. Penanganan komplikasi obstetrik 4 4 3 2 3,25
4. Cakupan pelayanan lengkap Neonatus 3 3 2 2 2,5
5. Cukupan Imuniasasi Campak 2 2 2 2 2
6. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) 4 3 3 4 3,5
7. CDR (case detection rate) 3 3 3 2 2,75
8. Angka konversi 4 4 5 2 3,75
9. Angka kesembuhan (cure rate) 5 5 5 2 4,25
10. Angka keberhasilan pengobatan 3 3 3 2 2,75
(success rate)
11. Cakupan Penemuan Penderita Diare 3 2 4 3 3
yang ditangani
12. Cakupan rumah tangga ber-PHBS 4 3 5 3 3,75

4.3.3 Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan


Kemudahan penanggulangan masalah diukur dengan scoring dengan nilai 1 – 5.
Sangat mudah : 5
Mudah : 4
Cukup mudah : 3
Sulit : 2
Sangat sulit : 1

Tabel 25. Penilaian masalah berdasarkan kemudahan dalam penanggulangan

No. Indikator Jumlah

1. Cakupan IVA 3
2. Cakupan ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 3
3. Penanganan komplikasi obstetrik 3
4. Cakupan pelayanan lengkap Neonatus 3
5. Cukupan Imuniasasi Campak 4
6. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) 2
7. CDR (case detection rate) 2
8. Angka konversi 2
9. Angka kesembuhan (cure rate) 2
10. Angka keberhasilan pengobatan (success rate) 3
11. Cakupan Penemuan Penderita Diare yang ditangani 3
12. Cakupan rumah tangga ber-PHBS 3

4.3.4 Kriteria D : PEARL factor


Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau
tidaknya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut :
 Kesesuaian (Propriety)
 Secara Ekonomis murah (Economic)
 Dapat diterima (Acceptability)
 Tersedianya sumber (Resources availability)
 Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 26. Kriteria D (PEARL factor)


No. Indikator P E A R L Hasil
Kali
1. Cakupan IVA 1 1 1 1 1 1
2. Cakupan ibu hamil dengan imunisasi 1 1 1 1 1 1
TT2+
3. Penanganan komplikasi obstetrik 1 1 1 1 1 1
4. Cakupan pelayanan lengkap Neonatus 1 1 1 1 1 1
5. Cukupan Imuniasasi Campak 1 1 1 1 1 1
6. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) 1 1 1 1 1 1
7. CDR (case detection rate) 1 1 1 1 1 1
8. Angka konversi 1 1 1 1 1 1
9. Angka kesembuhan (cure rate) 1 1 1 1 1 1
10. Angka keberhasilan pengobatan 1 1 1 1 1 1
(success rate)
11. Cakupan Penemuan Penderita Diare 1 1 1 1 1 1
yang ditangani
12. Cakupan rumah tangga ber-PHBS 1 1 1 1 1 1

4.3.5 Penilaian prioritas masalah


Setelah nilai dari kriteria A, B, C, dan D didapat, hasil tersebut dimasukkan dalam
formula Nilai Prioritas Dasar (NPD) serta Nilai Prioritas Total (NPT) untuk menentukan
prioritas masalah yang dihadapi.
NPD = (A + B) x C
NPT = (A + B) x C x D
Tabel 27. Urutan prioritas berdasarkan perhitungan Hanlon kuantitatif

No. Indikator A B C D NPD NPT Urutan


Prioritas
1. Cakupan IVA 3 4 3 1 21 21 II
2. Cakupan ibu hamil dengan imunisasi 2 2,75 3 1 14,25 14,25 VII
TT2+
3. Penanganan komplikasi obstetrik 1 3,25 3 1 12,75 12,75 VIII
4. Cakupan pelayanan lengkap Neonatus 1 2,5 3 1 6,75 6,75 XII
5. Cukupan Imuniasasi Campak 1 2 4 1 12 12 IX
6. Balita yang datang dan ditimbang (D/S) 2 3,5 2 1 11 11 XI
7. CDR (case detection rate) 5 2,75 2 1 15,5 15,5 VI
8. Angka konversi 2 3,75 2 1 11,5 11,5 X
9. Angka kesembuhan (cure rate) 5 4,25 2 1 18,5 18,5 IV
10. Angka keberhasilan pengobatan 4 2,75 3 1 20,25 20,25 III
(success rate)
11. Cakupan Penemuan Penderita Diare 5 3 3 1 24 24 I
yang ditangani
12. Cakupan rumah tangga ber-PHBS 2 3,75 3 1 17,25 17,25 V

4.4 Urutan prioritas masalah


Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan teknik Hanlon kuantitiatif,
didapatkan urutan prioritas masalah yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Pejaten
Timur pada Tahun 2017 adalah :
1. Cakupan Penemuan Penderita Diare yang ditangani
2. Cakupan IVA
3. Angka keberhasilan pengobatan (success rate)
4. Angka kesembuhan (cure rate)
5. Cakupan rumah tangga ber-PHBS
6. CDR (case detection rate)
7. Cakupan ibu hamil dengan imunisasi TT2+
8. Penanganan Komplikasi Obstetric
9. Cukupan Imuniasasi Campak
10. Angka konversi
11. Balita yang datang dan ditimbang (D/S)
12. Cakupan Pelayanan Lengkap Neonatus

4.5 Penentuan prioritas masalah


Penentuan prioritas masalah ditentukan berdasarkan metode Hanlon kuantitatif.
Penentuan prioritas masalah didapatkan 5 prioritas masalah teratas yang harus ditemukan
pemecahan masalahnya adalah Cakupan Penemuan Penderita Diare yang ditangani,
Cakupan IVA, Angka keberhasilan pengobatan (success rate) , Angka kesembuhan (cure
rate), Cakupan rumah tangga ber-PHBS. Dari hasil diskusi antara penulis, kepala
puskesmas, dan pemegang program didapatkan prioritas masalah yang ingin dievaluasi
adalah program cakupan IVA yang merupakan urutan prioritas masalah kedua di
Puskesmas Pejaten Timur pada Tahun 2017. Program ini belum pernah dievaluasi
sebelumnya. Kanker serviks merupakan salah satu masalah yang kasusnya meningkat dan
angka kematiannya juga meningkat tiap tahunnya. Program IVA merupakan salah satu
program yang juga angka minat masyarakatnya cenderung rendah di setiap daerah pada
setiap tahun, khusunya msyarakat yang berada di wilayah Puskesmas Pejaten Timur,
sehingga tercapai kesepakatan untuk mengevaluasi program ini.

4.6 Analisis penyebab masalah


Terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan antara target yang
ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Untuk memudahkan menentukan kemungkinan
penyebab masalah dapat digunakan diagram fishbone yang berdasarkan pada kerangka
pendekatan sistem meliputi input, proses, output, outcome dan environment sehingga
dapat ditemukan hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya suatu masalah.
Tabel 28. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dari Faktor Input
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN (Tenaga Kerja)  Tersedia tenaga  Pemegang program IVA
kesehatan yang mau dan merangkap sebagai
mampu dalam pelaksana program lain
mendukung upaya  Selain pemegang
peningkatan angka program IVA, petugas
cakupan IVA puskesmas lainnya
 Adanya petugas yang kurang memahami
terlatih untuk pemeriksaan standar IVA
melakukan IVA di di dalam gedung
Puskesmas Kelurahan. sehingga pemeriksaan
dapat terhambat jika
pemegang program
sedang tidak ada di
tempat
MONEY (Pembiayaan)  Tersedia dana
operasional kesehatan
METHOD (Metode)  Tersedianya data  Pemeriksaan IVA
pencatatan laporan bersifat pasif (menunggu
pasien IVA pasien datang)
 Adanya layanan  Kurangnya kegiatan
konseling bagi sosialisasi dengan cara
masyarakat yang ingin kunjungan ke rumah
mengetahui informasi masyarakat untuk
mengenai IVA di menarik minat agar mau
Puskesmas kelurahan melakukan IVA
 Kurangnya penyuluhan
yang rutin dan terjadwal
mengenai IVA di
Puskesmas Kelurahan
MATERIAL (Perlengkapan)  Tersedia alat dan bahan  Tidak ada tempat khusus
untuk melakukan IVA untuk melakukan IVA di
Puskesmas Kelurahan
 Kurangnya media
informasi dan edukasi
untuk mempromosikan
mengenai IVA

Tabel 29. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dari Proses dan Lingkungan

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN


P1  Terdapat perencanaan  Belum adanya SOP
(Perencanaan & program oleh pelayanan dan
pengorganisasian) KeMenKes manajemen IVA di
 Tersedia dana untuk puskesmas kelurahan
penyelenggaraan Pejaten Timur
program IVA.  Tidak ada jadwal khusus
 Tersedianya tenaga untuk kegiatan
pelaksana program pemeriksaan IVA
(dokter, perawat,
penanggung jawab
pemegang program,
kader kesehatan)
P2  Adanya kerjasama  Pelaksanaan pemeriksaan
(Penggerakan & dengan kader, RT, RW, IVA hanya seputar
Pelaksanaan) PKK untuk pasien yang datang ke
mensosialisasikan IVA Puskesmas
 Adanya kerjasama  Kunjungan rumah untuk
dengan petugas KPLDH penyuluhan maupun
untuk melakukan evaluasi program IVA
penyuluhan dan belum rutin dilakukan
pemeriksaan IVA  Keterlibatan lintas sektor
(RT/RW, PKK, dll)
masih sangat minim
 Kurangnya media
informasi dan edukasi
untuk mempromosikan
mengenai IVA di
puskesmas kelurahan
Pejaten Timur
P3  Pencatatan dan  Lembaran data yang
(Penilaian, Pengawasan, pelaporan kegiatan IVA berhubungan IVA sering
dan Pengendalian) berjalan dengan baik berpindah tangan dan
sering tercecer sehingga
menghambat proses
monitoring
Lingkungan  Adanya dukungan dari  Kurangnya antuasias
lintas sektoral ( RT,RW, masyarakat untuk mau
dan Kader) melakukan pemeriksaan
IVA akibat rasa malu dan
takut
 Kewaspadaan masyarakat
mengenai penyakit
kanker serviks masih
rendah

4.7 Konfirmasi kemungkinan penyebab masalah


Setelah dilakukan konfirmasi kepada pihak puskesmas mengenai cakupan IVA di
puskesmas Pejaten Timur yang belum mencapai target, dari kemungkinan penyebab
masalah di atas maka dapat disimpulkan penyebab masalah yang paling mungkin yaitu :

1. Pemegang program IVA merangkap sebagai pelaksana program lain.


2. Selain pemegang program IVA, petugas puskesmas lainnya kurang memahami
pemeriksaan standar IVA di dalam gedung sehingga pemeriksaan dapat terhambat
jika pemegang program sedang tidak ada di tempat.
3. Pemeriksaan IVA bersifat pasif (menunggu pasien datang).
4. Kurangnya kegiatan sosialisasi dengan cara kunjungan ke rumah masyarakat untuk
menarik minat agar mau melakukan IVA.
5. Kurangnya penyuluhan yang rutin dan terjadwal mengenai IVA di Puskesmas
Kelurahan.
6. Tidak ada tempat khusus untuk melakukan IVA di Puskesmas Kelurahan.
7. Kurangnya media informasi dan edukasi untuk mempromosikan mengenai IVA di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur.
8. Belum adanya SOP pelayanan dan manajemen IVA di puskesmas kelurahan Pejaten
Timur.
9. Tidak ada jadwal khusus untuk kegiatan pemeriksaan IVA.
10. Keterlibatan lintas sektor (RT/RW, PKK, dll) masih sangat minim
11. Lembaran data yang berhubungan IVA sering berpindah tangan dan sering tercecer
sehingga menghambat proses monitoring.
12. Kurangnya antuasias masyarakat untuk mau melakukan pemeriksaan IVA akibat rasa
malu dan takut.
13. Kewaspadaan masyarakat mengenai penyakit kanker serviks masih rendah.

4.8 Penentuan alternatif pemecahan masalah


Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah menyusun alternatif
pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah di atas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel 30. Alternatif Pemecahan Masalah


No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Pemegang program IVA merangkap sebagai Membuat jadwal khusus untuk konseling
pelaksana program lain dan pemeriksaan IVA di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Timur, sehingga
pelayanan programnya dapat maksimal
dan petugas kesehatan pemegang
program juga dapat bekerja maksimal
karena jadwal program yang ia pegang,
tidak sekaligus bersamaan dalam satu
hari.
2. Selain pemegang program IVA, petugas Memberikan sosialisasi mengenai alur
puskesmas lainnya kurang memahami pelayanan pemeriksaan IVA dan
pemeriksaan standar IVA di dalam gedung memberikan pelatihan ke semua tenaga
sehingga pemeriksaan dapat terhambat jika kesehatan yang berada di Puskesmas
pemegang program sedang tidak ada di Kelurahan Pejaten Timur agar dapat
tempat melakukan pemeriksaan IVA secara
sederhana.
3. Pemeriksaan IVA bersifat pasif Membuat materi dan jadwal penyuluhan
rutin tentang pentingnya pemeriksaan
IVA dan bekerjasama dengan lintas
sektoral (kader, RT,RW) untuk
pengawasan program dan pelaporan
4. Kurangnya kegiatan sosialisasi dengan Membuat jadwal kunjungan rumah rutin
cara kunjungan ke rumah masyarakat untuk melakukan sosialisasi untuk
untuk menarik minat agar mau melakukan meningkatkan minat masyarakat agar
IVA mau melakukan pemeriksaan IVA di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur
5. Kurangnya penyuluhan di yang rutin dan Membuat jadwal penyuluhan yang rutin
terjadwal mengenai IVA di wilayah kerja dilakukan tiap bulannya di wilyah kerja
Puskesmas Kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur
dengan mendatangkan dokter atau
narasumber lainnya yang berkompeten
memberikan informasi mengenai IVA
6. Tidak ada tempat khusus untuk melakukan Menyediakan tempat yang khusus untuk
IVA di Puskesmas Kelurahan pemeriksaan IVA, atau setidaknya
terdapat tempat untuk melakukan
pemeriksaan IVA yang nyaman dan
tertutup sehingga pada saat pasien
dilakukan pemeriksaan pasien menjadi
tenang
7. Kurangnya media informasi dan edukasi Membuat mini booklet dan poster berisi
untuk mempromosikan mengenai IVA di informasi terkait Kanker serviks dan
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur IVA
8. Belum adanya SOP pelayanan dan Mendiskusikan dan membuat SOP
manajemen IVA di puskesmas kelurahan pelayanan dan manajemen IVA
Pejaten Timur (pendataan, pencatatan, alur pelayanan,
pemeriksaan, pelaporan hasil, dan
evaluasi)
9. Tidak ada jadwal khusus untuk kegiatan Membuat jadwal khusus yang terstruktur
pemeriksaan IVA. minimal 3 hari dalam seminggu untuk
melakukan pemeriksaan IVA
10. Keterlibatan lintas sektor (RT/RW, PKK, dll) Sosialisasi kembali mengenai perlunya
masih sangat minim sistem pelaporan yang optimal antara
kecamatan dan kelurahan dengan
puskesmas
11. Lembaran data yang berhubungan IVA Pembuatan Jadwal khusus yang dibuat
sering berpindah tangan dan sering untuk melakukan pemeriksaan IVA di
tercecer sehingga menghambat proses Puskesmas kelurahan Pejaten Timur
monitoring dapat meminimalisir data yang tercecer,
karena pasien datang untuk IVA secara
bersamaan.
12. Kurangnya antuasias masyarakat untuk Sering melakukan penyuluhan di
mau melakukan pemeriksaan IVA akibat wilayah kerja puskesmas ataupun
rasa malu dan takut sosisalisasi ke tiap yang sasarannya
tidak hanya wanita yang berisiko, tetapi
juga suami, ataupun orang tuanya agar
pasien tersebut termotivasi untuk
melakukan IVA
13. Kewaspadaan masyarakat mengenai Membuat jadwal penyuluhan yang rutin
penyakit kanker serviks masih rendah dilakukan tiap bulannya di wilyah kerja
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur
agar masyarakat menjadi lebih waspada
terhadap kanker serviks dan segera
melakukan pemeriksaan IVA

4.9 Penentuan prioritas pemecahan masalah dengan kriteria matriks


Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya dilakukan penentuan
prioritas alternatif pemecahan masalah. Dalam menentukan prioritas alternatif pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks dengan rumus M x I x
V/C. Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria :

a. Magnitude
Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan nilai 1-5, dimana
semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.
b. Importancy
Pentingnya cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5, dimana semakin pentingnya
masalah untuk diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.
c. Vulnerability
Sensitifitas cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5, dimana semakin sensitifnya
cara penyelesaian masalah maka nilainya mendekati angka 5.
d. Cost
Biaya (sumber daya) yang digunakan dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya
yang dikeluarkan nilainya mendekati angka 1.

4.10 Data alternatif pemecahan masalah


Dari hasil pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Membuat jadwal khusus untuk konseling dan pemeriksaan IVA di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Timur, sehingga pelayanan programnya dapat maksimal dan
petugas kesehatan pemegang program juga dapat bekerja maksimal karena jadwal
program yang ia pegang, tidak sekaligus bersamaan dalam satu hari.
2. Memberikan sosialisasi mengenai alur pelayanan pemeriksaan IVA dan memberikan
pelatihan ke semua tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kelurahan Pejaten
Timur agar dapat melakukan pemeriksaan IVA secara sederhana.
3. Membuat materi dan jadwal penyuluhan rutin tentang pentingnya pemeriksaan IVA
dan bekerjasama dengan lintas sektoral (kader, RT,RW) untuk pengawasan program
dan pelaporan.
4. Membuat jadwal kunjungan rumah rutin untuk melakukan sosialisasi untuk
meningkatkan minat masyarakat agar mau melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Timur.
5. Membuat jadwal penyuluhan yang rutin dilakukan tiap bulannya di wilyah kerja
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur dengan mendatangkan dokter atau narasumber
lainnya yang berkompeten memberikan informasi mengenai IVA.
6. Menyediakan tempat yang khusus untuk pemeriksaan IVA, atau setidaknya terdapat
tempat untuk melakukan pemeriksaan IVA yang nyaman dan tertutup sehingga pada
saat pasien dilakukan pemeriksaan pasien menjadi tenang.
7. Membuat mini booklet dan poster berisi informasi terkait Kanker serviks dan IVA.
8. Mendiskusikan dan membuat SOP pelayanan dan manajemen IVA (pendataan,
pencatatan, alur pelayanan, pemeriksaan, pelaporan hasil, dan evaluasi).
9. Membuat jadwal khusus yang terstruktur minimal 3 hari dalam seminggu untuk
melakukan pemeriksaan IVA.
10. Sosialisasi kembali mengenai perlunya sistem pelaporan yang optimal antara
kecamatan dan kelurahan dengan puskesmas.
11. Pembuatan Jadwal khusus yang dibuat untuk melakukan pemeriksaan IVA di
Puskesmas kelurahan Pejaten Timur dapat meminimalisir data yang tercecer, karena
pasien datang untuk IVA secara bersamaan.
12. Sering melakukan penyuluhan di wilayah kerja puskesmas ataupun sosisalisasi ke tiap
yang sasarannya tidak hanya wanita yang berisiko, tetapi juga suami, ataupun orang
tuanya agar pasien tersebut termotivasi untuk melakukan IVA.
13. Membuat jadwal penyuluhan yang rutin dilakukan tiap bulannya di wilyah kerja
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur agar masyarakat menjadi lebih waspada terhadap
kanker serviks dan segera melakukan pemeriksaan IVA.

Tabel 31.. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks

No. Penyelesaian Masalah Nilai Kriteria Hasil Urutan


Akhir
M I V C
1. Membuat jadwal khusus untuk konseling 4 4 4 1 64 III
dan pemeriksaan IVA di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Timur, sehingga
pelayanan programnya dapat maksimal dan
petugas kesehatan pemegang program juga
dapat bekerja maksimal karena jadwal
program yang ia pegang, tidak sekaligus
bersamaan dalam satu hari.
2. Memberikan sosialisasi mengenai alur 4 4 4 3 21,3 XI
pelayanan pemeriksaan IVA dan
memberikan pelatihan ke semua tenaga
kesehatan yang berada di Puskesmas
Kelurahan Pejaten Timur agar dapat
melakukan pemeriksaan IVA secara
sederhana.
3. Membuat materi dan jadwal penyuluhan 4 4 4 2 32 IX
rutin tentang pentingnya pemeriksaan IVA
dan bekerjasama dengan lintas sektoral
(kader, RT,RW) untuk pengawasan
program dan pelaporan
4. Membuat jadwal kunjungan rumah 4 3 3 1 36 VII
rutin untuk melakukan sosialisasi untuk
meningkatkan minat masyarakat agar
mau melakukan pemeriksaan IVA di
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur
5. Membuat jadwal penyuluhan yang rutin 3 4 4 3 16 XII
dilakukan tiap bulannya di wilyah kerja
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur
dengan mendatangkan dokter atau
narasumber lainnya yang berkompeten
memberikan informasi mengenai IVA
6. Menyediakan tempat yang khusus untuk 4 3 4 4 12 XIII
pemeriksaan IVA, atau setidaknya terdapat
tempat untuk melakukan pemeriksaan IVA
yang nyaman dan tertutup sehingga pada
saat pasien dilakukan pemeriksaan pasien
menjadi tenang
7. Membuat mini booklet dan poster 4 5 4 3 26,6 X
berisi informasi terkait Kanker serviks
dan IVA
8. Mendiskusikan dan membuat SOP 4 5 4 2 40 VI
pelayanan dan manajemen IVA
(pendataan, pencatatan, alur pelayanan,
pemeriksaan, pelaporan hasil, dan
evaluasi)
9. Membuat jadwal khusus yang terstruktur 4 5 4 1 80 II
minimal 3 hari dalam seminggu untuk
melakukan pemeriksaan IVA
10. Sosialisasi kembali mengenai perlunya 4 5 5 3 33,3 VIII
sistem pelaporan yang optimal antara
kecamatan dan kelurahan dengan
puskesmas
11. Pembuatan Jadwal khusus yang dibuat 5 4 5 1 100 I
untuk melakukan pemeriksaan IVA di
Puskesmas kelurahan Pejaten Timur dapat
meminimalisir data yang tercecer, karena
pasien datang untuk IVA secara
bersamaan.
12. Sering melakukan penyuluhan di wilayah 4 5 5 2 50 IV
kerja puskesmas ataupun sosisalisasi ke
tiap yang sasarannya tidak hanya wanita
yang berisiko, tetapi juga suami, ataupun
orang tuanya agar pasien tersebut
termotivasi untuk melakukan IVA
13. Membuat jadwal penyuluhan yang rutin 4 5 5 2 50 V
dilakukan tiap bulannya di wilyah kerja
Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur agar
masyarakat menjadi lebih waspada
terhadap kanker serviks dan segera
melakukan pemeriksaan IVA
Plan Of Action(POA)
No
Kebutuhan Sasaran & Penanggung Mitra Waktu

Upaya Indikator Kegiatan Tujuan Anggaran target Jawab & Kerja Pelaksana
Kerja/Keluaran & sumber sasaran kebutuhan
pembiayaan sumber daya
1. Pembuatan Didapatkan Pembuatan Dapat dibagi Transport : Masyarakat Penanggung jawab Ketua RT September-
adanya brosur dan brosur dan dan digunakan Kendaraan usia program, dokter dan ketua
materi dan oktober
materi yang dapat materi pada umum produktif muda RW,
brosur untuk digunakan untuk sosialisasi masyarakat petugas 2018
sosialisasi untuk puskesmas,
sosialisasi
sosialisasi petugas
kelurahan,
Petugas
PKK
2 Pembuatan Didapatkan Pembuatan Dapat Transport: Pasangan Penanggung jawab Ketua RT September-
dan ketua
jadwal adanya jadwal jadwal mempermudah Kendaraan pra nikah program, dokter oktober
RW,
pemeriksaan pemeriksaan rutin pemeriksaan dilakukan umum muda petugas 2018
puskesmas,
rutin iva test untuk Iva test rutin iva test screening awal
petugas
dalam 1 minggu dalam kanker leher kelurahan,
Petugas
bentuk rahim
PKK
brosur dan
pamflet
3 Sosialisasi Terlaksananya Sosialisasi Membentuk Tranportasi: Pengurus / Dokter Pengurus / September-
mengenai pencatatan dan mengenai garis kendaraan Sekretariat puskesmas,petugas Sekretariat oktober
pemeriksaan pelaporan data perlunya koordinasi umum rumah puskesmas, dokter rumah
kesehatan catin dan sistem pencatatan ibadah muda Trisakti ibadah, 2018
dan keterangan telah pelaporan dan pelaporan petugas,
kesehatan melakukan petugas
reproduksi screening puskesmas
pada instansi
keagamaan
dan
pernikahan
yang tidak
dan
kelurahan
4. Sosialisasi Terlaksananya Sosialisasi Meningkatkan Tranportasi: Pengurus / Penanggung jawab kelurahan, September-
kembali pencatatan dan mengenai pencatatan kendaraan Sekretariat program, dokter kepala oktober
mengenai pelaporan data sistem dan pelaporan umum rumah muda Trisakti, Puskesmas,
perlunya catin dan pelaporan ibadah dokter puskesmas petugas 2018
sistem keterangan telah yang puskesmas
pelaporan melakukan optimal
yang optimal screening
antara sektor
kelurahan
dengan
puskesmas

Вам также может понравиться