Вы находитесь на странице: 1из 17

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)/Prematurritas

1. Pengertian

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru

lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran

kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan.

Dahulu neontus dengan berat badan lahir kurang dari

2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut

prematur, pada waktu lahir (Amru sofian, 2012).

Istilah prematuritas telah diganti dengan Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) Karena terdapat dua bentuk

penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari

2.500 gram, yaitu karena kehamilan kurang dari 37

minggu dan berat badan rendah dari semestinya.

Sekalipun cukup bulan tapi dengan berat badan kurang

dari 2.500 gram di golongkan sebagai BBLR, atau

merupakan kombinasi dari keduanya (Manuaba, 2010).

WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur

dengan bayi berat lahir rendah. Hal ini dilakukan

karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari

2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur (WHO,1961).

2. Etiologi

Menurut Manuaba (2010). Faktor-faktor yang

mengakibatkan terjadinya BBLR adalah :

10
11

a. Faktor ibu

1) Gizi saat hamil yang kurang

Di negara berkembang termasuk indonesia,

masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang utama dan merupakan penyebab

kematian ibu dan anak. Angka kematian bayi dan

ibu serta bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

yang tinggi pada hakekatnya juga di tentukan

oleh status gizi ibu hamil. Ibu hamil dengan

status gizi buruk atau mengalami KEK (Kurang

Energi Kronis) cendrung melahirkan bayi BBLR dan

dihadapkan pada resiko kematian yang lebih besar

di banding dengan bayi yang di lahirkan ibu

dengan berat badan yang normal. Ada beberapa

cara yang dapat di gunakan untuk mengetahui

status gizi ibbu hamil antara lain memantau

berat badan selam hamil, mengukur Lingker Lengan

Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb (Saimin,

2009).

Pemeriksaan antropometrik adalah ilmu yang

mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia. Dalam

bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status

gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat

badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran

tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas,

lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkar


12

perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran

antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk

menentukan status gizi di bandingkan baku atau

berupa indeks dengan membandingkan ukuran

lainnya seperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja,dkk,

2010).

Pemeriksaan antropometrik dapat di gunakan

untuk menentukan untuk menentukan status gizi

ibu hamil misalnya dengan cara mengukur berat

badan sebelum hamil, tinggi badan, indeks massa

tubuh, dan Lingkar Lengan Atas (LILA).

Penelitian yang lebih baik untuk menilai ststus

gizi ibu hamil yaitu dengan pengukuran LILA,

karena pada wanita hamil dengan malnutrisi (gizi

kurang atau lebih) kadang-kadang menunjukkan

udem terapi jarang mengenai lengan atas

(sastriono, 2007).

Salah satu cara untuk mengetahui apakah

ibu hamil menderita KEK atau tidak bila ukuran

Lingkar Lengan Atas (LLA) Kurang dari 23,5 cm

maka ibu hamil tersebut di katakan KEK atau gizi

kurang dan beresiko melahirkan bayi BBLR.

Data menunjukkan bahwa sepertiga (35,65%)

wanita usi subur (WUS) menderita KEK, masalah

ini mengakibatkan pada saat hamil akan

menghambat pertumbuhan janin sehingga


13

menimbulkan resiko pada bayi dengan BBLR

(Anonim, 2008).

Di indonesia batas ambang LILA dengan

resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu

hamil dengan resiko KEK diperkirakann akan

melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai

resiko gangguan perkembangan anak. Untuk

mencegah resiko KEK pada ibu hamil sebelum

kehamilan wanita usia subur sudah harus

memppunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA

tidak kurang dari 23,5 cm. Apakah LILA ibu

sebelum hamil kurang dari angka tersebut,

sebaiknya kehamilan ditunda sehingga tidak

beresiko melahirkan BBLR. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa KEK bata batas 23,5 cm belum

merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun

resiko relatipnya cukup tinggi. Sedangkan ibu

hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai

resiko 2,0087 kali untuk melahirkan BBLR

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai LILA

lebih dari 23 cm. Hasil SKRT 1995 menunjukkan

bahwa 41% ibu hamil yang menderita KEK (lubis,

2007).
14

2) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

Ibu-ibu yang terlalu muda sering kali

secara emosional dan fisik belum matang, selain

pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih

muda masih tergantung pada orang lain. Kelahiran

bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia

dari kurang 20 tahun.

Pada ibu yang tua meskipun mereka telah

berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta

kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat

mempengaruhi janin intra uterin dan dapat

menyebabkan kelahiran BBLR tampak meningkat pada

wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35

tahun (Zikzik, 2009).

3) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang

sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan

mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya

perdarahan trimester III, termasuk karena alasan

plasenta previa. Anemia, dan ketuban pecah dini

serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir

rendah (Zikzik 2009

4) Paritas ibu

Paritas yang tinggi dapat menyebabkan

kondisi kesehatan ibu menurun dan sering

mengalami kurang darah sehingga berpengaruh


15

buruk pada kehamilan selanjutnya, selama hamil

terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan lewat

bayi sungsang (Wijanarko, 2009).

Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan

gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan

bayi dengan bayi berat lahir rendah dan

perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim

biasanya sudah lemah (Zikzik, 2009).

b. Faktor kehamilan

1) Hamil dengan hidramnion

Hidramnion yang kadang-kadang disebut

polihidramnion merupakan cairan amnion yang

berlebihan. Hidramnion dapat menimbulkan

persalinan sebelum kehamilan 28 minggu,sehingga

dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat

meningkatkan kejadian BBLR (Cunningham, 2006).

2) Perdarahan Antepartum

Perdarahan Antepartum merupakan perdarahan

pada kehamilan diatas 22 minggu hingga menjelang

persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan

(Saifuddin, 2007).

c. Faktor janin

1) Cacat bawaan (Kelainan congenital)

Kelainan kongenital merupakan kelainan

dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul

sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur


16

(Wiknjosastro, 2007). Bayi yang dilahirkan

dengan kelahiran kongenital, umumnya akan

dilahirkan sebagai bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya.

Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan

kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20%

meninggal dala minggu pertama kehidupannya

(Wiknjosastro, 2007).

2) Infeksi dalam rahim

Infeksi hepatitis terdapat kehamilan

bersumber dari ganggguan fungsi hati dalam

mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh,

sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu

atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh

infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau

persalinan prematuritas dan kematian janin dalam

rahim (Manuaba, 2010).

3) Hamil ganda

Berat badan kedua janin pada kehamilan

kembartidak sama, dapat berbeda antara 50 sampai

1000 gram, karena pembagian darah pada plasenta

untuk kedua janin tidaksama (Wiknjosastro,

2007).

3. Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR,

Yaitu:
17

a. Menurut harapan hidupnya

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat

lahir 1500-2500 gram, bayi lahir sangat rendah

(BBLSR) yakni kurang dari 1000 gram (Proverawati,

2010).

1) Menurut masa qestasinya

Prematur murni, yaitu bayi dengan usia

kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai

berat bada yang sesuai dengan masa kehamilan

atau di sebut juga neonatus preterm / BBLR /

SMK.

2) Dismaturitas

Dismaturitas (IUGR) adalah bayi dengan

berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa kehamilan di karenakan mengalami

gangguan pertumbuhan dalam kandungan

(Maryunani, 2013).

B. KONSEP USIA

1. Pengertian

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau mahluk, baik yang hidup

maupun yang mati, seminsal umur manusia dikatakan lima

belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur

itu dihitung (Wikipedia 2010). Istilah usia diartikan

dengan lamanya keberadaan seorang diukur dalam satuan

waktu dipandang dalm segi kronologik, individu normal


18

yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan

fisiologik sama (nuswantari,1998). Penyebab kematian

maternal dan factor reproduksi diantaranya adalah

maternal age/usia ibu. Usia ibu pada saat hamil

sebaiknya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun,berisiko tinggi untuk melahirkan. Kesiapan

seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik,emosi,

psikologi social dan ekonomi (Ruswana,2006).

2. Klasifikasi

a. Menurut rochyati (2003), dalam reproduksi sehat

dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang

beresiko untuk kehamilan dan persalinan adalah umur

kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun. Ibu

hamil pertama pada umur <20 tahun, Rahim dan

panggul ibu sering kali belum tumbuh mencapai

ukuran dewasa. Akibatnya diragukan kesehatan dan

keselamatan janin dalam Kandungan kemungkinan

bahaya yang dapt terjadi yaitu bayi yang belum

cukup bulan dan pendararahan dapat terjadi

sebelum/sesudah bayi lahir.pada ibu haml berumur

35 tahun atau lebih,terjai perubahan jaringan alat

–alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.

b. Menurut Wahab (2000), Kehamilan dibawah umur 20

tahun maupun wanita yang melebihi umur 35 tahun


19

menambah resiko terjadi retardasi pertumbuhan janin

intrauteri.

3. Pengaruh Usia Terhadap Kejadian BBLR

Kehamilan pada usia muda kurang dari 20 tahun

merupakan factor resiko hal ini disebabkan belum

matangnya organ reproduksi untuk hamil,sehingga dapat

merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan

pertumbuhan janin yang memudahkan terjadinya BBL

(Manuaba,1998), sedangakan pada umur di atas 35 tahun

meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi

badanya dan kesehatanya sudah mulai menurun sehingga

dapat mempengaruhi janin intra uterin dan dapat

menyebabkan kelahiran BBLR, dimana angka kejadian

tertinggi BBLR adalah pada wanita yang berusia dibawah

20 tahun dan lebih dari 35 tahun,angka kejadian

terendah pada usia 20-35 tahun (Wikipedia, 2010).

C. KONSEP PARITAS

1. Pengertian

Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup

ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat

jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar

hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman,

2003).

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang

dipunyai oleh seorang perempuan (BKKBN, 2006).


20

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan

janin yang mampu hidup diluar rahim (28 minggu)

(JHPIEGO, 2008).

Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari

status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-

P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi),

P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah

abortus. Sebagai contoh, seorang perempuan dengan

status paritas G3P1Ab1, berarti perempuan tersebut

telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu

kali paritas dan satu kali abortus, dan saat ini

tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya (Stedman,

2003).

2. Klasifikasi Jumlah Paritas

Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang

perempuan dapat dibedakan menjadi:

a. Nullipara

Nullipara adalah perempuan yang belum pernah

melahirkan anak sama sekali (Manuaba, 2009).

b. Primipara

Primipara adalah perempuan yang telah

melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk

hidup didunia luar (Verney, 2006).


21

Primipara adalah perempuan yang telah pernah

melahirkan sebanyak satu kali (Manuaba, 2009).

c. Multipara

Multipara adalah perempuan yang telah

melahirkan seorang anak lebih dari satu kali

(Prawirohardjo, 2005).

Multipara adalah perempuan yang telah

melahirkan dua hingga empat kali (Manuaba, 2009).

d. Grandemultipara

Grandemultipara adalah perempuan yang telah

melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya

mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan

(Manuaba, 2009).

Grandemultipara adalah perempuan yang telah

melahirkan lebih dari lima kali (Verney, 2006).

Grandemultipara adalah perempuan yang telah

melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup atau mati

(Rustam, 2005).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Paritas Menurut

Friedman

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain

menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin


22

mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga

kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu

yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir

rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2

orang.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau

kegiatan yang harus dilaksanakan oleh seseorang

sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing.

Beberapa segi positif menurut (Jacinta F. Rini,2002)

8 adalah mendukung ekonomi rumah tangga. Pekerjaan

jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan kualitas hidup

yang baik untuk keluarga dalam hal gizi, pendidikan,

tempat tinggal, sandang, liburan dan hiburan serta

fasilitas pelayanan kesehatan yang diinginkan.

Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang

yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena

mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.

c. Keadaan ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong

ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga

merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.

d. Latar Belakang Budaya

Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan

yang bersifat universal, semua kebudayaan di dunia,


23

seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara

pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian

umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan

garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang

memberi corak pengalaman individu-individu yang

menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya

kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah

yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam

pembentukan sikap individual.

Latar belakang budaya yang mempengaruhi

paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin

banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.

e. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka

perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata

lain ibu yang tahu dan paham tentang 9 jumlah anak

yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan

apa yang ia ketahui (Friedman, 2005).

4. Pengaruh Paritas Terhadap Kejadian BBLR

Ibu dengan paritas 1 karena usia kurang dari 20

dan lebih dari 4 berisiko melahirkan BBLR, pada

primipara terkait dengan belum siapnya fungsi organ

dalam menjaga kehamilan dan menerima kehadiran janin,


24

keterampilan ibu untuk melaksanakn perawatan diri dan

bayinya serta factor psikologis ibu yang masih belum

stabil (Rochyati, 2003), sedangkan ibu yang pernah

melahirkan lebih dari 4 karena paritas yang terlalu

tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus terutama

dalam hal fungsi pembuluh darah. Kehamilan yang

berulang-ulang akan menyebabkankan kerusakan pada

dinding pembuluh darah uterus, hal ini akan

mempengaruhi nutrisi kejanin pada kehamilan selanjutnya

sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

selanjutnya akan melahirkan bayi BBLR (Winkjosastro,

2002).
25

D. KERANGKA KONSEP

Faktor-faktor yang
mempengaruhi paritas Faktor-faktor yang
a. Pendidikan mengakibatkan terjadinya
b. Pekerjaan BBLR adalah
c. Keadaan ekonomi 1. Faktor Ibu
d. Latar Belakang 2. Faktor Kehamilan
Budaya 3. Faktor Janin
e. Pengetahuan

Paritas
BBLR

Usia Ibu
1. BBLR (berat
lahir <2500g)
2. BBLN (berat
lahir >2500)

Keterangan :

: Di teliti

: Tidak di teliti

Bagan 2.1 Hubungan Usia Dan Paritas Ibu Dengan


Kejadian BBLR di Ruang Bersalin RSUD Praya
Lombok Tengah
26

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian,patokan

duga, atau dalil sementara yang kebenaranya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut (notoatmodjo,

2002).

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis

penelitian ini Sebagai berikut:

Ha : Ada Hubungan Usia dan Paritas Ibu Dengan

Kejadian BBLR di Ruang Bersalin RSUD Praya

Lombok Tengah

H0 : Tidak Hubungan Usia dan Paritas Ibu Dengan

Kejadian BBLR di Ruang Bersalin RSUD Praya

Lombok Tengah

Вам также может понравиться