Вы находитесь на странице: 1из 8

1 Studi Pemanfaatan Kulit ...

(Ita dkk)

STUDI PEMANFAATAN KULIT KOPI ARABIKA (Coffee arabica L.)


SEBAGAI MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL)

A. Ita Juwita1, Arnida Mustafa2, Risna Tamrin3


1,2,3
Program Studi Agroindustri, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
Email: 1 ithachem01@gmail.com

ABSTRACT

MOL (Mikro Organisme Lokal) is the result of local material decomposition with
fermentation method. MOL contains macro and micro nutrients and microbial decomposers.
The smaller coffee peel that will fermented, the faster MOL can be formed. To accelerate
decomposition in MOL solution, it can be added food source of bacteria such as coconut water
and brown sugar.
The purpose of this study was to study the process of making MOL from coffee peel, to
analyze the content of nitrogen, phosphor, and potassium of MOL of coffee peel and to
determine the effect of fermentation time on nitrogen, phosphor, and potassium contents of
MOL that resulted.
This study was conducted with 4 (four) treatments, week 1, 2, 3 and 4 and 1 factor and
using 2 times replicate. The parameter of testing used for making coffee peel as local
microorganism are MOL volume, nitrogen, phosphor and potassium contents.
The result of study showed that the highest mol volume obtained in week 4 of 8.5 ml and
the lowest in week 1 of 5 ml. They were obtained from 500 g coffee peel. Determination of
nitogen, phosphorus and potassium as a macro nutrients has been conducted. The result showed
that the highest nitrogen was found to be 0,0039% in week 1, 3 and 4 and the lowest in week 2
with percentage 0.034 %. Determine of phosphorus showed that the highest phosphor was
obtained in week 2 wtih percentage 0.033 % and the lowest in week 4 of 0.018%, and the result
of potassium analyze, the highest obtained in week 2 of 0.035 % and the lowest in week 4 of
0.014%.

Keywords: coffee peel, fermentation, local microorganism, nitrogen, phosphor, potassium.

PENDAHULUAN dihasilkan dalam pengolahan cukup besar,


yaitu 40-45%. Padahal, kandungan kulit kopi
Indonesia merupakan negara penghasil masih cukup bagus, yaitu protein kasar
kopi ketiga di dunia setelah Brazil dan 10,4%, serat kasar 17,2% (Zainuddin et al.,
Vietnam. Pada tahun 2012 Indonesia mampu 1995).
memproduksi paling sedikit 748 ribu ton atau Pemanfaatan limbah kopi hingga saat
6,6 % dari produk kopi dunia. Kopi ini ini belum maksimal. Pengembangan
dihasilkan dari perkebunan kopi yang luasnya perkebunan, khususnya kopi yang dilakukan
mencapai 1,3 juta hektar (Hartono, 2013). saat ini secara tidak langsung juga akan
Berdasarkan banyaknya jumlah kopi menambah jumlah limbah kopi yang
yang ada, maka pengolahan kopi akan dihasilkan. Oleh karena itu, perlu sebuah
menghasilkan banyak limbah. Limbah buah terobosan baru guna mengolah limbah kopi
kopi biasanya berupa daging buah yang secara agar dapat dimanfaatkan dan tidak terbuang
fisik komposisi mencapai 48%, terdiri dari sia-sia. Limbah kopi mengandung beberapa
kulit buah 42% dan kulit biji 6% (Zainuddin zat kimia beracun seperti alkaloid, tannin, dan
et al, 1995). Sementara menurut Simanihuruk polifenol.
et al. (2010), proporsi kulit kopi yang
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 2

Dampak lingkungan berupa polusi nilai ekonomi lebih tinggi perlu dilakukan.
organik limbah kopi yang paling berat adalah Berdasarkan penelitian kulit kopi memiliki
pada perairan di mana effluen kopi kandungan nutrisi yang tidak terlalu tinggi,
dikeluarkan. Substansi organik terlarut dalam oleh sebab itu perlu dilakukan langkah-
air limbah secara amat lamban dengan langkah peningkatannya dengan cara
menggunakan proses mikrobiologi dalam air fermentasi menggunakan Mikroorganisme
yang membutuhkan oksigen dalam air. Karena Lokal.
terjadinya pengurangan oksigen terlarut, Tujuan dari penelitian ini yaitu
permintaan oksigen untuk menguraikan mempelajari proses pembuatan MOL
organik material melebihi ketersediaan (Mikroorganisme Lokal) dari kulit kopi,
oksigen sehingga menyebabkan kondisi menganalisis kadar Nitrogen, Fosfor dan
anaerobik. Dampak sederhana yang Kalium dari MOL (Mikroorganisme Lokal)
ditimbulkan adalah bau busuk yang cepat kulit kopi, dan mengetahui pengaruh waktu
muncul. Hal ini karena kulit kopi masih fermentasi terhadap kadar Nitrogen, Fosfor,
memiliki kadar air yang tinggi, yaitu 75-80% dan Kalium dari MOL (Mikroorganisme
(Simanihuruk et al., 2010) sehingga sangat Lokal) yang dihasilkan.
mudah ditumbuhi oleh mikroba pembusuk,
hal ini akan menggangu lingkungan sekitar METODE PENELITIAN
jika dalam jumlah besar dapat mencemari Penelitian pendahuluan dilakukan dengan
udara. dan tanpa proses blender atau penghancuran
Limbah padat dan cair yang dihasilkan kulit kopi. Sedangkan penelitian utama
dari tahapan pengolahan kopi basah sangat dilakukan variasi waktu fermentasi.
tinggi. Upaya pemanfaatan limbah
pengolahan kopi baik dalam bentuk padat Prosedur Kerja
maupun cair menjadi produk yang memiliki

Kulit Kopi

Kulit kopi ditimbang 500 g

Blender kulit kopi dan tambahkan air kelapa 495 ml

Larutkan gula merah 200 g dengan air kelapa 5 ml

campur gula merah dengan air kelapa 5 ml dan kulit


kopi yang sudah diblender

Dimasukkan ke dalam fermentor

Difermentasi selama 1 minggu, 2


minggu, 3 minggu, 4 minggu

Gambar 1. Diagram alir penelitian utama pembuatan MOL kulit kopi


3 Studi Pemanfaatan Kulit ...(Ita dkk)

Analisa Kadar Nitrogen, Fosfor, dan


Kalium HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan N-Total dilakukan dengan Penelitian Pendahuluan
cara Semi-Mikro-Kjeldahl yang dimodifikasi Hasil penelitian pendahuluan pada
(AOAC, 1970). Sedangkan penentuan fosfor, pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) dari
kalium dan natrium dilakukan dengan titrasi kulit kopi disajikan pada Tabel 1.
volumetri.

Tabel 1. Karakteristik MOL (mikroorganisme lokal) dengan perlakuan blender dengan proses
penghancuran dan tanpa blender (tanpa penghancuran).
Karakteristik Tanpa Blender Blender

Aroma Alkohol ++ +++

Gelembung + + ++

Tekstur +++ ++

Cairan + + + ++

Warna + ++

Keterangan:
+ = Kurang
++ = Cukup
+++ = Banyak

Berdasarkan Tabel 1 aroma alkohol semakin cepat untuk terurai sehingga akan
yang dihasilkan pada blender dengan proses lebih cepat menjadi MOL. Untuk
penghancuran lebih menyengat dibanding mempercepat penguraian di alam larutan
dengan tanpa blender yang tidak dihancurkan. MOL, maka ditambahkan sumber makanan
Gelembung yang dihasilkan pada perlakuan bagi bakteri berupa air kelapa dan gula merah
blender menghasilkan banyak gelembung yang terdapat dalam larutan MOL. Hal ini
dibanding perlakuan tanpa menggunakan sesuai dengan pendapat Djati Runggo (1985)
blender dan tekstur pada perlakuan tanpa yang menyatakan bahwa sumber makanan
blender kasar sedangkan tekstur pada dapat berupa glukosa dan karbohidrat. Sumber
perlakuan blender halus. Demikian pula makanan digunakan bakteri sebagai energi
dengan cairan yang dihasilkan pada kedua dalam dekomposer kulit kopi yang akan
perlakuan. Pada perlakuan tanpa blender dijadikan MOL.
cairan yang dihasilkan lebih sedikit. Warna MOL yang dibuat pada penelitian
pada blender dengan penghancuran kuning pendahuluan ini membutuhkan waktu 2
kecoklatan dan terjadi perubahan morfologi minggu. Akan tetapi, semakin banyak bakteri
berupa serasa-serasah halus tinggal sedikit, di dalam larutan, maka akan semakin cepat
sedangkan pada tanpa blender berwarna juga dekomposer terjadi hingga menjadi
coklat. Secara fisik pupuk cair yang baik MOL sehingga peran bakteri sangat
menurut Hadisuwito (2012) adalah berwarna dibutuhkan dalam pembuatan MOL.
kuning kecoklatan dan bahan pembentuknya Berdasarkan Tabel 1 maka dapat
sudah membusuk. Dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa perlakuan terbaik adalah
peneliti membuat pupuk organik cair yang pada perlakuan penghancuran dengan
sering disebut dengan mikroorganisme lokal menggunakan blender, dan selanjutnya
(MOL) dari limbah organik, yaitu kulit kopi. prosedur inilah yang digunakan pada
Semakin busuk dan halus kulit kopi penelitian utama.
yang akan difermentasikan maka akan
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 4

Pembuatan MOL dari kulit kopi masukkan kedalam fermentor dan dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian fermentasi dalam suasana anaerob. Hal ini
pendahuluan diperoleh bahwa pembuatan sesuai dengan pendapat Hawab (2004) yang
mikroorganisme lokal dengan penghancuran berpendapat bahwa hasil akhir reaksi
merupakan perlakuan terbaik, adapun tahapan fermentasi pada suasana anaerob adalah
pada pembuatan mikroorganisme lokal yang etanol, CO2 dan H2O. Ngili (2009) juga
dilakukan dengan penghancuran dimulai menambahkan bahwa etanol, CO2 dan H2O
dengan tahapan penimbangan dilanjutkan dihasilkan dari proses pemecahan glukosa
dengan proses penghancuran. Tujuan dari dalam proses fermentasi yang bersuasana
proses penghancuran adalah untuk pengecilan anaerob.
ukuran. Pengecilan ukuran artinya membagi- Larutan MOL mengandung unsur
bagi suatu bahan padatan menjadi bagian- hara makro, mikro, dan mengandung
bagian yang lebih kecil (Smith, 1955). mikroorganisme yang berpotensi sebagai
Penambahan gula merah yang perombak bahan organik, perangsang
dilarutkan dengan air kelapa berfungsi sebagai pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan
substrat mikroorganisme lokal. Untuk penyakit tanaman sehingga baik digunakan
mempercepat penguraian di dalam larutan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan
MOL, maka ditambahkan sumber makanan pestisida organik (Purwasasmita, 2009).
bagi bakteri berupa air kelapa yang terdapat Faktor-faktor yang menentukan kualitas
dalam larutan MOL. Hal ini sesuai dengan larutan MOL antara lain media fermentasi,
pendapat Djati Runggo (1985) yang kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan
menyatakan bahwa sumber makanan dapat sifat mikroorganisme yang aktif di dalam
berupa glukosa dan karbohidrat.sumber proses fermentasi, pH, temperatur, lama
makanan digunakan bakteri sebagai energi fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL
dalam dekomposer kulit kopi yang akan (Suriawiria,1996; Hidayat, 2006). Hubungan
dijasikan MOL. lama fermentasi dengan volume MOL kulit
Tahapan selanjutnya adalah tahapan kopi dapat dilihat pada Gambar 1.
fermentasi, pada tahapan ini semua bahan di

Volume Mol
10

8
Volume Mol (ml)

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Gambar 1. Histogram volume MOL kulit kopi

Berdasarkan Gambar 1 volume MOL karbohidrat menghasilkan alkohol dan asam-


kulit kopi pada minggu 1 yaitu 5 ml dan asam. Gula jika difermentasi akan
minggu 2 yaitu 6 ml, masih kurangnya menghasilkan etanol, asam laktat, asam
volume MOL yang dihasilkan disebabkan butirat, aseton, dan hidrogen. Sedangkan
karena belum sempurnanya fermentasi pada menurut Suhastyo (2011), pada proses
minggu 1 dan 2. Menurut Muchtadi (2010), fermentasi terjadi dekomposisi terhadap
fermentasi merupakan proses oksidasi anaerob bentuk fisik padatan dan pembebasan
5 Studi Pemanfaatan Kulit ...(Ita dkk)

sejumlah unsur penting dalam bentuk jaringan dalam makhluk hidup, dan di dalam
senyawa-senyawa kompleks maupun tanah unsur N sangat menentukan
senyawa-senyawa sederhana ke dalam larutan pertumbuhan tanaman (Sutanto, 200).
fermentasi. Volume mol pada minggu 3 yaitu Sebagian besar dari nitrogen total dalam air
8 ml dan volume mol pada minggu 4 yaitu 8.5 dapat terikat sebagai nitrogen organik, yaitu
ml, hal ini menunjukkan bahwa semakin lama dalam bahan-bahan berprotein. Nitrogen
fermentasi maka volume larutan mol yang diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3-
dihasilkan juga semakin meningkat (nitrat) dan NH4+ (amonium). Nitrogen yang
berasal dari bahan organik tertentu diperoleh
Pengujian Kadar Nitrogen melalui amonisasi-nitrifikasi (Mulyadi, 1994).
Unsur nitrogen merupakan salah satu
unsur penyusun protein sebagai pembentuk

Kadar Nitrogen
0.04
0.039
% Kadar Nitrogen

0.038
0.037
0.036
0.035
0.034
0.033
0.032
0.031
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Gambar 2. Histogram pengujian kadar nitrogen (%) pada mikroorganisme lokal kulit kopi

Berdasarkan Gambar 2 diperoleh sehingga mengakibatkan ammonia tidak


bahwa perlakuan minggu 1, minggu 3, dan dapat dirubah ke dalam bentuk nitrat.
minggu 4 mengalami peningkatan yang Nitrogen dapat hilang sebagai gas NH3,
sama yaitu 0.039. Kadar nitrogen selama khususnya pada kondisi temperatur dan pH
proses pembuatan pupuk cair cenderung tinggi serta akibat pengadukan.
meningkat, hal ini disebabkan adanya N
sebagai produk penguraian protein dari Pengujian Kadar Fosfor
proses dekomposisi. Peningkatan kadar Fosfor merupakan unsur hara yang
nitrogen di akhir proses juga disebabkan terpenting bagi tumbuhan setelah nitrogen.
adanya proses amonifikasi, yaitu proses Unsur ini merupakan bagian penting dari
pembentukan amonium dari bentuk nukleoprotein inti sel yang mengendalikan
teroksidasinya yaitu nitrit. (Andiyana, 2004). pembelahan dan pertumbuhan sel, demikian
Sedangkan pada minggu 2 terjadi pula untuk DNA yang membawa sifat-sifat
penurunan, hal ini disebabkan karena keturunan organismpe hidup. Senyawa
nitrogen dalam oksigen bentuk amonia Fosfor juga mempunyai peranan dalam
sebagai hasil dari dekomposisi bahan pembelahan sel, merangsang pertum-buhan
organik yang lepas ke udara. Tidak masuk awal pada akar, pemasakan buah, transport
secara merata pada tumpukan sehingga energi dalam sel, pembentukan buah dan
oksigen yang ada jumlahnya terbatas, produksi biji (Yulipriyanto, 2010).
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 6

Kadar Fosfor
0.035
0.03
% Kadar Fosfor 0.025
0.02
0.015
0.01
0.005
0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Gambar 3. Histogram pengujian kadar fosfor (%) pada mikroorganisme lokal kulit kopi

Berdasarkan Gambar 3 terlihat yang tinggi adalah A2 yaitu 0.035 mengalami


paling tinggi adalah minggu 2 yaitu 0.033, hal kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini
ini disebabkan karena semakin lama waktu disebabkan oleh terbentuknya asam organik
fermentasi bukan berarti kadar fosfor juga selama proses penguraian dan menyebabkan
semakin bertambah karena pada proses daya larut unsur-unsur hara seperti Ca, P dan
fermentasi berhubungan langsung dengan K menjadi lebih tinggi, dan proses penguraian
mikroorganisme dimana mikroorganisme bahan organik yang dilakukan akan
memiliki fase stationer pada fase ini mengurangi kandungan K pupuk organik cair.
mikroorganisme mengalami pertumbuhan Hal ini diduga disebabkan oleh aktivitas
yang sangat signifikan dan apabila fermentasi mikroorganisme. Mikroorganisme selain
dilanjutkan mikroorganisme akan mengalami merombak kalium juga menggunakan kalium
kematian dan didapat hasil hara fosfor (P) untuk aktivitas metabolisme hidupnya
yang lebih sedikit. (Notohadiprawiro, 1999). Unsur Kalium juga
Sedangkan kandungan fosfor yang berfungsi mengatur keseimbangan unsur hara
terendah pada perlakuan minggu 1 yaitu Nitrogen dan Fosfor.
0.023, minggu 3 yaitu 0.02, dan minggu 4 Kandungan kalium yang terendah pada
yaiu 0.018. Berbeda dengan lamanya waktu perlakuan A4 yaitu 0.014, pernyataan ini
fermentasi sebagian besar dari sampel diperkuat oleh Beveridge (1996) yang
mengalami penurunan kadar fosfor . Hal menyatakan bahwa unsur kalium merupakan
tersebut terjadi karena mikroorganisme unsur utama yang diperlukan oleh semua
pengurai fosfor tidak bekerja secara optimum mikroorganisme untuk pertumbuhan normal.
sehingga kadar fosfor makin turun dengan Kadar Kalium cenderung turun dengan
semakin lamanya waktu fermentasi semakin lama waktu fermentasi karena
disebabkan oleh adanya udara yang masuk dimungkinkan adanya kesalahan ketika
kedalam alat fermentasi ketika pengambilan pengambilan sampel sehingga udara dapat
sampel limbah kulit kopi. masuk kedalam alat fermentasi.
Mikroorganisme dapat bekerja dengan
Pengujian Kadar Kalium optimum jika dalam lingkungan kedap udara
Kalium (K) berperan dalam (anaerob) sehingga apabila ada udara yang
pembentukan protein dan karbohidrat, masuk kedalam alat fermentasi maka
pengerasan bagian kayu dari tanaman, mikroorganisme tidak dapat bekerja dengan
peningkatan kualitas biji dan buah. Unsur K maksimal. Hal ini juga diduga karena aktivitas
diserap dalam bentuk K+, terutama pada mikroorganisme, dimana mikroorganisme
tanaman muda (Mulyani, 1994). selain merombak kalium juga menggunakan
Berdasarkan Gambar 4, kadar kalium kalium untuk aktivitas metabolisme hidupnya
mikroorganisme lokal kulit kopi yang paling (Notohadiprawiro, 1999).
7 Studi Pemanfaatan Kulit ...(Ita dkk)

Kadar Kalium
0.04

% Kadar Kalium
0.03

0.02

0.01

0
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Gambar 4. Histogram pengujian kadar kalium (%) pada mikroorganisme lokal kulit kopi

Perindusrian (Kemenperin) tanggal 25


Kesimpulan
Juli 2013
Berdasarkan hasil penelitian dapat Hawab, H. M. 2004. Pengantar Biokimia.
disimpulkan bahwa rendemen volume MOL Banyumedia, Malang.
tertinggi diperoleh fermentasi pada minggu 4
Mulyani, S. 1994. Pupuk dan Cara
dengan volume 8,5 ml dan terendah pada
Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
minggu 1 dengan volume 5 ml. Pengujian
kadar nitrogen yang tertinggi berada pada Ngili, Y. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi
minggu 1, minggu 3 dan minggu 4 dengan Biomolekul. Graha Ilmu, Yogyakarta.
nilai 0,039 % dan yang terendah minggu 2 Notohadiprawiro T. 1999. Tanah dan
dengan nilai 0,034 %. Pengujian fosfor yang Lingkungan. Jakarta: Direktorat
tertinggi yaitu minggu 2 dengan nilai 0,033 Jenderal Pendidikan Tinggi
% dan yang terendah minggu 4 dengan nilai Departemen Pendidikan dan
0,018 %, sedangkan pada pengujian kadar Kebudayaan.
kalium yang tertinggi yaitu minggu 2 dengan Purwasasmita, M. 2009. Pemanfaatan
nilai 0,035 % dan yang terendah yaitu pada Larutan MOL.
perlakuan minggu 4 dengan nilai 0,014 %. http://riefarm.blogspot.com/. Tanggal
aksess 2 Juli 2012.
Saran
Simanihuruk, Kiston dan J. Sirait. 2010.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Silase Kulit Buah Kopi Sebagai Pakan
mengenai identifikasi jenis bakteri yang
Dasar pada Kambing Boerka Sedang
terdapat di dalam MOL kulit kopi.
Tumbuh. Disampaikan pada Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Smith, H.P. 1955. Farm Machinery and
Beveridge, M.C.M. 1996. Cage Aquaculture Equipment. Fourth Edition, New York:
Fishing. Second Edition. News Books. Mc Graw-Hill Book Co., lnc.
London. Suhastyo, A. A. 2011. Studi Mikrobiologi dan
Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal
Organik Cair. Agromedia Pustaka: yang Digunakan pada Budidaya Padi
Jakarta. Metode SRI (System of Rice
Hartono.2013. Siaran Pers”Produksi Kopi Intensification). Tesis. Sekolah
Nuantara Ketiga Terbesar di Dunia”. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Diterbitkan oleh: Kementerian Bogor.
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 8

Suriawiria, U.1996. Mikrobiologi Air. Zainuddin, D. dan T. Murtisari. 1995.


Penerbit alumni, Bandung. Penggunaan limbah kopi agroindustri
Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan buah kopi (kulit buah kopi) dalam
Pertanian Organik : Pemasyara-katan ransum ayam pedaging (Broiler). Pros.
& Penerapannya. Kanisius. Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan
Yogyakarta. Penyaluran Hasil Penelitian. Sub Balai
Penelitian Klep, Puslitbang Peternakan,
Yulipriyanto, H. 2010. Biologi tanah dan
Bogor. Hlm. 71-78
startegi pengolahannya. Graha Ilmu
Yogyakarta.

Вам также может понравиться