Вы находитесь на странице: 1из 23

Tugas: Disaster 1 (Emergency And Nursing)

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA THORAKS/DADA

OLEH
KELOMPOK I:

ADRIANI (P201401023)
ARNAWATI (P201501006)
MUH AKMAL (P201501030)
MUH TOHIR (P201501004)
LELI MARLINA (P201501028)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNyalah
sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan ini sesuai waktu
yang dijadwalkan yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA
THORAKS/DADA”.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan makalah asuhan
keperawatan ini. Sehingga segala macam kritikan yang membangun dan saran, selalu kami
harapkan demi kesempurnaannya makalah asuhan keperawatan ini.

Kendari, 20 mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang......................................................................................4


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1. Definisi Trauma Dada..........................................................................6
2.2. Etiologi.................................................................................................6
2.3. Patofisiologi..........................................................................................7
2.4. Manifestasi Klinis.................................................................................7
2.5. Komplikasi............................................................................................8
2.6. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................8
2.7. Penatalaksanaan....................................................................................8
2.8. Patway................................................................................................10

BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN


3.1. Pengkajian..........................................................................................11
3.2. Diagnosa keperawatan........................................................................12
3.3. Intervensi............................................................................................12
3.4. Implementasi......................................................................................12
3.5. Evaluasi..............................................................................................21

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.........................................................................................22
4.2. Saran...................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Semakin berkembangnya zaman maka semakin maju pula pola pikir manusia
misalnya, manusia dapat menciptakan tranportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia
dalam melakukan aktifitas sehari-hari, tapi selain segi positif timbul pula segi negatif
misalnya dengan alat tranportasi yang digunakan untuk beraktifitas dapat menyebabkan
kecelakaan, salah satu contohnya adalah fraktur pada tulang dan dapat pula terjadi
trauma pada dada.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
system pernafasan
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: nyeri pada tempat trauma,
bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi,
pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan
darah menurun, gelisah dan agitas, kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum
bercak darah, hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jejas pada
thorak.
Peran perawat pada kasus ini adalah mampu membantu proses kesembuhan diri
pasien, baik fisik maupun psikis, memberi motivasi dan menjaga pasien. Selain itu
perawat harus dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani
pasien dengan penyakit trauma dada. Peran dan fungsi perawat dalam merawat pasien
trauma dada sangat penting, selain trauma dada itu berbahaya, bahkan dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan organ serta terganggunya pada sistem
sirkulasi dalam darah. Maka dari itu peran perawat dalam kasus trauma dada ini adalah
membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis, mengayomi,
memberi motivasi dan menjaga pasien.
Penyebab terbanyak dari trauma tumpul thoraks seperti yang terjadi di Negara-negara
maju seperti Amerika Serikat masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas 70%-
80%. Pada tahun 2003 insiden trauma tumpul thoraks sebanyak 94,8% sedangkan
sisanya sebanyak 4,6% adalah trauma tajam.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa Definisi dari Trauma Thoraks/Dada?
b. Apa Etiologi dari Trauma Thoraks/Dada?
c. Apa Patofisiologi dari Trauma Thoraks/Dada?
d. Apa Manifestasi Klinis dari Trauma Thoraks/Dada?
e. Apa Komplikasi dari Trauma Thoraks/Dada?
f. Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Trauma Thoraks/Dada?
g. Apa Penatalaksanaan dari Trauma Thoraks/Dada?
h. Bagaimana Patway dari Trauma Thoraks/Dada?

1.3. TUJUAN PENULISAN


a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Trauma
Thoraks/Dada, mengetahui konsep medis dari penyakit trauma dada.

b. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui tentang definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan serta proses
keperawatan yang akan dijalankan pada Asuhan Keperawatan Trauma Thoraks/Dada.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Penyalahgunaan alkohol dan obat telah
menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja
atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,
2002).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik
trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999). Trauma thorax adalah luka
atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada
dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau
benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan
jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI,
1995)
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma
ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan
gangguan system pernafasan.
Trauma dada adalah masalah utama yang paling sering terjadi pada bagian
emergency. Cidera pada dada dapat mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura dan
paru-paru, diagfragma atau organ-organ dalam mediastinum.

2.2. ETIOLOGI
1) Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.

2) Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau
pontan
3) Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ;
iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan
positif) (FKUI, 1995).

2.3. PATOFISIOLOGI
1. Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, spontan -> Trauma dada
->1. Tamponade jantung -> Perdarahan dalam perikardium -> Nyeri akut ->
Pengaliran darah kembali ke atrium -> Lambat tertolong dapat menyebabkan
kematian.
2. Hematotoraks->Perdarahan/syok->Ketidakefektifan pola napas
3. Pneumothoraks ->Udara masuk kedalam rongga pleural ->Udara tidak dapat keluar ->
Tekanan pleura meningkat 1,2, & 3 dapat menyebabkan Ketidakefektifan pola napas.

2.4. MANIFESTASI KLINIS


1) Tamponade jantung :
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
b. Gelisah.
c. Pucat, keringat dingin.
d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
e. Pekak jantung melebar.
f. Bunyi jantung melemah.
g. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
h. ECG terdapat low voltage seluruh lead.
i. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).2)

2) Hematotoraks
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
b. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).

3) Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
e. pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
f. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti
aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan
menimbulkan luka intra-abdominal (Mowschenson, 1990).

2.5. KOMPLIKASI
1) Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2) Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
3) Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.
4) Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5) Esofagus : mediastinitis.
6) Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal (Mowschenson,
1990).

2.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1) Radiologi : foto thorax (AP).
2) Gas darah arteri(GDA), mungkin normal atau menurun.
3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4) Hemoglobin : mungkin menurun.
5) Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6) PaO2 normal / menurun.
7) Saturasi O2 menurun (biasanya).
8) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan

2.7. PENATALAKSANAAN
1) Darurat Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang
mungkin melihat kejadian yang ditanyakan :
 Waktu kejadian
 Tempat kejadian
 Jenis senjata
 Arah masuk keluar perlukaan
 Bagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi.
Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalau perlu
seluruhnya.
 Inspeksi :
- Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan
luka masuk dan keluar.
- Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.
- Akhir dari ekspirasi.
 Palpasi :
- Diraba ada/tidak krepitasi
- Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.
- Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan.
 Perkusi :
- Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.
- Aadanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis
lurus
atau garis miring.
 Auskultasi :
- Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.
- Bising napas melemah atau tidak.
- Bising napas yang hilang atau tidak.
- Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang
normal.
- Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada.
 Pemeriksaan tekanan darah.
 Pemeriksan kesadaran.
 Pemeriksaan Sirkulasi perifer

2) Therapy
a. Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
b. WSD (hematotoraks).
c. Pungsi.
d. Torakotomi.
e. Pemberian oksigen.
2.8. PATWAY

Trauma Dada

Kebocoran/Tusukan/Laserasi Pleura Viseral

Udara/ Cairan masuk ke dalam ruang pleura

Volume ruang pleura meningkat

Distress pernapasan

Gangguan pertukaran Gas

Penekanan pada struktur mediasional


BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda
Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.

c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.

d. Makanan dan cairan


Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan
nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher, bahu dan abdomen
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.

f. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis,
inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks
spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ; fremitus
menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit pucat, sianosis,
berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung, gelisah, pingsan ;
penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.

g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan
reflek spasme otot sekunder.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow
drainage.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder
terhadap trauma.

3.3. INTERVENSI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
(Boedihartono, 1994:20)

3.4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan
trauma thorax (Wilkinson, 2006) meliputi :
1) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang
tidak maksimal karena trauma.
Tujuan: Pola pernapasan efektive.
Kriteria hasil :
 Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
 Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
 Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

Intervensi :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat
tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
 R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan
ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau


perubahan tanda-tanda vital.
 R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai
akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock
sehubungan dengan hipoksia.

3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin


keamanan.
 R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik

4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau


kolaps paru-paru.
 R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan
klien terhadap rencana teraupetik.

5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan


menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
 R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
6. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam ,
1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
 R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan,
yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang
ditentukan.
 R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah
udara atmosfir masuk ke area pleural.

3) Observasi gelembung udara botol penampung.


 R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari
penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun
seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya
gelembung dapat menunjukkan ekspansi paru lengkap/normal atau
selang buntu.

2) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang


tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat
drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.
 R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang
mengubah tekanan negative yang diinginkan.

3) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.


 R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan
yang memerlukan upaya intervensi.

 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :


a. Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Pemberian antibiotika.
1. Pemberian analgetika.
2. Fisioterapi dada.
3. Konsul photo toraks.
 R/ Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

2) Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi


sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil :
 Menunjukkan batuk yang efektif.
 Tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran pernapasan
 Klien nyaman.

Intervensi: :
1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa
terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
 R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.


 R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.

3) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.


 R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4) Lakukan pernapasan diafragma.


 R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan
ventilasi alveolar.

5) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,


keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

6) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan


melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
 R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah
pengeluaran sekresi sekret.

7) Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.


 R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk
klien.

8) Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :


mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan
1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
 R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

9) Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.


 R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.

 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :


a. Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
1. Pemberian expectoran.
2. Pemberian antibiotika.
3. Fisioterapi dada.
4. Konsul photo toraks.
 R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan
menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
parunya.

3) Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan


dan reflek spasme otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
 Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.
 Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri.
 Pasien tidak gelisah.
Intervensi: :
1) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi
dan non invasif.
 R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi
lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

2) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot


rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan
relaksasi masase.
 R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh
jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

3) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.


 R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

4) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
 R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan
meningkatkan kenyamanan.

5) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan


menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
 R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya.
Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.

 Kolaborasi dengan dokter,


1) pemberian analgetik.
 R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.
2) Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah
pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap
1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
 R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang
obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan
intervensi yang tepat.

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang


bullow drainage.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
 tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi: :
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
 R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam
melakukan tindakan yang tepat.

2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
 R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah
intervensi.

3) Pantau peningkatan suhu tubuh.


 R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya
proses peradangan.

4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
 R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya infeksi.
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
 R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas
pada area kulit normal lainnya.

6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.


 R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/
tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.

7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.


 R/ antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada
daerah yang berisiko terjadi infeksi.

5) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan


ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
 penampilan yang seimbang.
 melakukan pergerakkan dan perpindahan.
 mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan
karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan,
dan pengajaran.
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Intervensi: :
1) Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
 R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

2) Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.


 R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3) Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
 R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.

3) Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
 R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.

4) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.


 R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

5) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme


sekunder terhadap trauma.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil :
 tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
 Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Intervensi: :
1) Pantau tanda-tanda vital.
 R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh
meningkat.

2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.


 R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.

3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,


drainase luka, dll.
 R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti
Hb dan leukosit.
 R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi
akibat terjadinya proses infeksi.

5) Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.


 R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

3.5. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma thorax/dada adalah :
1) Pola pernapasan efektif.
2) Jalan napas lancar/normal
3) Nyeri berkurang/hilang.
4) Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
5) pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
6) infeksi tidak terjadi / terkontrol
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks,
hematompneumothoraks (FKUI, 1995)
Etiologinya: Tamponade jantung, hematotoraks, pneumothoraks. Dapat di
lakukan pemeriksaan diagnostik dengan pemeriksaan radiologi, gas darah
arteri(GDA), mungkin normal atau menurun atau hemoglobin: mungkin menurun.

4.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah asuhan keperawatan ini, tentunya masih banyak
kekurangan dalam makalah asuhan keperawatan ini karena terbatasnya
pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah askep tersebut.
Kami sebagai penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun, demi mencapainya
kesempurnaan dalam makalah asuhan keperawatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit. EGC : Jakarta.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk pemula. Edisi
2.Binarupa Aksara : Jakarta.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8


Vol.3. EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :


Jakarta.

Вам также может понравиться