Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
perdagangan anak (child Trafficking). Semakin maraknya kasus perdagangan
anak yang terjadi di berbagai berbagai negara mengharuskan dunia menberikan
perhatian serius untuk mengatasi masalah ini. Untuk menangani masalah ini, PBB
telah membentuk sebuah organisasi yang yang berwenang menangani masalah
perdagangan anak , yakni UNICEF (United Nations Children’s Fund). Upaya
UNICEF dalam menangani kasus child trafficking telah dilakukan sejak dulu,
namun sampai saat ini kasus child trafficking di beberapa Negara justru semakin
meningkat, , misalnya Indonesia. Perdagangan anak adalah permasalahan yang
harus segera ditangani bukan hanya pada permukaannya saja, tetapi
penanganannya harus tuntas sampai kepada akarnya. Anak-anak diperdagangkan
dengan berbagai tujuan, banyak dari mereka yang berada pada kondisi yang mirip
dengan perbudakan dimana anak tersebut tidak diberikan kebebasan oleh
pemiliknya. Pengetahuan tentang perdagangan anak di Indonesia masih terbatas.
Namun demikian ada indikasi kuat bahwa hal tersebut menjadi perhatian
utama, tidak hanya menyangkut perdagangan didalam batas negara saja tetapi
juga ada yang diperdagangkan antar negara. Orang tua, keluarga dan masyarakat
bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak anak sesuai kewajiban
yang dibebankan oleh hukum. Demikian juga dalam rangka penyelenggaraan
perlindungan anak, negara bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan
aksesbilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan
perkembangannya secara optimal dan terarah baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak
sebagai penerus bangsa. Indonesia telah mengambil kebijakan untuk meniadakan
perdagangan anak, namun implementasi kebijakan tersebut masih dirasa kurang
dan memang belum secara maksimal dalam mencegah masalah perdagangan anak
ini.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
terutama Perempuan dan Anak, sebagai Tambahan terhadap Konvensi PBB
menentang Kejahatan Terorganisir Transnasional, 2000)
5
melakukan aksinya tanpa khawatir identitas korban tidak mudah terlacak.
Anak- anak korban trafficking misalnya, lebih mudah diwalikan ke orang
dewasa manapun yang memintanya.
a. Kerja paksa seks dan ekploitasi Seks – baik diluar maupun di dalam negeri.
Dalam banyak kasus, perempuan dan anak-anak dijanjikan bekerja sebagai
buruh migran, PRT, pekerja restoran, penjaga toko, atau pekerjaan tanpa
6
keahlian tetapi kemudian dipaksa bekerja pada industri seks saat mereka tiba di
daerah tujuan. Kasus lain menyebutkan, beberapa perempuan tahu bahwa
mereka akan memasuki industri seks tetapi mereka ditipu dengan kondisi kerja
dan mereka dikekang dibawah paksaan dan tidak diperbolehkan menolak
bekerja.
b. Pembantu Rumah Tangga (PRT). Baik diluar maupun didalam negeri, anak
yang diperdagangkan ke dalam kondisi kerja yang sewenang-wenang termasuk
jam kerja wajib yang sangat panjang, penyekapan illegal, upah yang tidak dibayar
atau dikurangi, kerja karena jeratan utang, penyiksaan fisik ataupun psikoligis,
penyerangan seksual, tidak diberi makan atau kurang makanan, dan tidak boleh
menjalankan agamanya atau diperintah untuk melanggar agamanya. Beberapa
majikan dan agen menyita paspor dan dokumen lain untuk memastiklan para
pembantu tersebut tidak mencoba melarikan diri.
c. Bentuk lain dari kerja migran . Baik diluar maupun dalam negeri, meskipun
banyak orang Indonensia yang bermigrasi sebagai PRT , yang lainnya dijanjikan
mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian dipabrik, restoran,
industri cottage, atau toko kecil. Beberapa dari buruh migran ini ditarik kedalam
kondisi kerja yang sewenang- wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau
bahkan tidak dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak ketempat kerja
seperti melalui jeratan utang, paksaan atau kekerasan.
d. Pengedar Narkoba. Dunia saat ini sudah diserang virus berbahaya yang
namanya narkoba. Narkoba sudah mengglobal di seluruh dunia dan sulit untuk
dicegah penyebarannya mulai dari kota besar sampai kepelosok desa. karena
secara materi hasil dari penjualan narkoba sangat fantastis dibanding dengan
pekerjaan atau bisnis apapun. Inilah salah satu yang menyebabkan orang-orang
terjun kelingkungan mafia, karena satu sisi hasilnya sangat menggiurkan dan
disisi lain ia sulit menemukan pekerjaan yang layak dengan penghasilan besar
walaupun resikonya juga sangat besar. Kemudian juga dimanfaatkan oleh bandar-
bandar narkoba untuk mengedarkan pil setannya juga menjadi penggunanya.
7
Misalnya banyak kasus dalam tayangan berita di mana muda mudi tertangkap
menyeludupkan narkoba termasuk heroin atau ganja tertangkap polisi. Mereka
sangat sulit sekali untuk membuka siapa yang ada dibalik mereka, karena
biasanya mereka sudah diikat dengan perjanjian untuk tidak membuka dan
kadangkala mereka sendiri tidak tau siapa pihak pertama atau pemilik barang
haram tersebut. Akhirnya merekalah yang harus menerima resikonya sementara
bandar narkobanya bebas melenggang. Pekerjaan lain yang juga menjadi penyakit
adalah adanya sindikat bagi para pengemis. Banyak perempuan-perempuan di
lampu merah yang bahkan menggendong anak kecil dengan penampilan yang
amat sangat tidak layak untuk masa sekarang ini yang serba modern berburu
kepingan rupiah dari mereka-mereka yang punya rasa iba. Ternyata banyak
diantara mereka yang dikordinir dan ditempatkan ditempat-tempat yang sudah
ditentukan. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan kerja keras dari semua
pihak dengan sungguh-sungguh dan bukan penyelesaian yang hanya bersifat
formalitas belaka. Memang sudah ada upaya dari Dinas Sosial tapi ini mungkin
baru sedikit karena buktinya semakin hari perempuan yang mengemis di jalanan
makin banyak.
e. Donor Paksa Organ Tubuh Perdagangan organ tubuh manusia kini semakin
merajalela seiring dengan kemajuan teknologi dibidang kedokteran, misalnya saja
teknologi cangkok jantung, ini biasanya dipesan untuk mereka para penderita
jantung yang berkantong tebal dan “turis cangkok” sebutan untuk para pasien
yang datang ke negara-negara miskin untuk membeli organ tubuh orang-orang
miskin. Di Indonesia, modus penjualan organ tubuh ini beranika ragam, ada yang
menjual karena terdesak kebutuhan ekonomi, misalnya yang dilakukan seorang
ibu demi memenuhi biaya hidup, pendidikan bahkan untuk pengobatan penyakit
anaknya ia rela menjual organ ginjalnya atau juga yang dilakukan dengan cara
menipu sang donor. Bahkan ditengarai ada kasus pembubuhan dengan tujuan
mengambil organ tubuh korban kemudian dijual.
8
2.5. Dampak/ Pengaruh Trafficking Human
9
tidak berdaya. Hal ini tidak mengherankan bahwa depresi, kecemasan, dan
post traumatic stress disorder (PTSD) adalah gejala yang umum dialami
oleh para korban yang diperdagangkan. Para perempuan korban
trafficking seringkali mengalami kondisi yang kejam yang mengakibatkan
trauma fisik, seksual dan psikologis. Kegelisahan, insomnia, depresi dan
post traumatic stress disorder menggambarkan standar evaluasi atau
penilaian yang mengecewakan nilai diri dengan memandang rendah diri
sendiri (Taylor, 2012:1). Para perempuan korban trafficking seringkali
kehilangan kesempatan penting untuk mengalami perkembangan sosial,
moral, dan spiritual. Hilang harapan tanpa tujuan hidup yang jelas, suram
dan gelap masa depan.
Berdasarkan penelitian Rose (2002) ada 3 tipe gejala yang sering terjadi
pada PTSD, yaitu:
10
b. Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan
menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau percakapan yang
berhubungan dengan trauma. Selain itu juga kehilangan minat terhadap
semua hal, perasaan terasing dari orang lain, dan emosi yang dangkal.
2). Kecemasan.
3) Ketidakberdayaan
11
spontanitas, sangat tergantung, mudah menangis. Kecenderungan untuk
isolasi, partisipasi sosial berkurang pada tingkat lanjut mungkin akan
tampak pada korban (Rahmalia, 2010)
2. Dampak Sosial
12
menikahi mereka. Diskriminasi terhadap para perempuan korban
trafficking terjadi dalam berbagai sector dan berbagai bentuk. Kenyataan
ini telah menggugah rasa kemanusiaan dari berbagai pihak untuk terus
berjuang agar nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan, kesederajatan, bisa
diwujudkan. Jadi dampak sosial yang dimaksud adalah isolasi sosial,
penolakan dari keluarga & masyarakat mengakibatkan perempuan korban
trafficking kehilangan makna dan tujuan hidup serta penghargaan atas
dirinya.
13
sebagai akibat infeksi kronis menular seksual yang tidak diobati atau gagal
atau melakukan aborsi tradisional bukan oleh para medis dan tanpa
perawatan medis. Belum lagi penyakit yang tidak terdeteksi atau tidak
diobati, seperti diabetes atau kanker, sebagai ancaman masa depan para
korban (Stotts & Ramey, 2009: 11). Penyalahgunaan zat (obat-obatan
terlarang) sebagai sarana untuk mengatasi situasi depresi korban sekaligus
sebagai strategi traffickers menundukkan korban untuk melakukan
eksploitasi seksual. Jadi dampak kesehatan fisik yang dimaksud adalah
cedera aktual & ancaman terhadap integritas diri para korban yang
mengalami kekerasan fisik dan seksual. Penderitaan secara fisik yang
dialami para perempuan korban trafficking, menciptakan citra diri negatif,
konsep diri para korban semakin terpuruk, kehilangan makna hidup,
harkat dan martabat para korban menjadi hancur.
14
e) Merubah sikap dan pola fikir keluarga dan masyarakat terhadap trafiking anak.
Inti program ini mencegah anak-anak perempuan dilacurkan dengan
mengupayakan:
15
2.7. Upaya pemerintah Indonesia dalam menangani masalah child
trafficking
16
2. Peningkatan pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan alternative bagi
anak-anak dan perempuan, termasuk dengan sarana dan prasarana
pendidikannya
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
18
Aru. Dan cerita sedih berkepanjangan dimulai ketika mereka
menginjakkan kaki di tempat kerja mereka. “Dia magang untuk 3 bulan
baru boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu, menemani
minum. Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim mungkin dan
dipajang di ruang kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,” kata Ibu
Sulis menceritakan apa yang dia dengar dari anaknya. Bella dan teman-
temannya melihat perlakuan buruk kepada perempuan yang bekerja di
sana.; Bukan hanya dari para pelanggan tetapi juga pekerja laki-laki serta
pemilik tempat hiburan itu. “Mereka membuat perempuan menjadi
binatang. Menjerat dengan hutang yang jelas-jelas tidak akan sanggup
mereka bayar. Ada ibu-ibu yang sama sekali tidak bisa meninggalkan
tempat itu karena hutang banyak, anak banyak dan tidak jelas siapa saja
bapaknya.” “Bella juga melihat teman-temannya yang sakit atau hamil
dibawa pergi dari pulau dan tidak pernah kembali.” Cerita Bella hanyalah
satu dari ribuan kisah pilu perdagangan orang. Tersamarkan dengan
berbagai modus yang terus diperbaharui seiring dengan perkembangan
jaman untuk menjerat korbannya. Iming-iming gaji bulanan dengan
jumlah fantastis masih sering digunakan, tetapi para pemangsa mulai
menggunakan media sosial untuk menjerat targetnya. Dan sudah ada pula
kasus-kasus dimana korban dijerat melalui perjalanan umrah.
19
Alat/ Bahan :
Diagnosa Medis :
I. IDENTITAS
1. Nama : Nn. B
2. Umur : Lahir tahun 1995
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : SPG
5. Alamat dan No. Telp : Rawamangun, Palopor
6. Penanggung Jawab & Hubungan dengan Klien : Ny. S (45 Tahun)
sebagai Ibunya
20
III. POLA NUTRISI DAN METABOLIK (Tidak terdapat dalam Kasus)
Tingkat Ansietas: Menurut Ny. S “Tidak bisa saya bayangkan ketakutannya., Dia
jauh dari rumah, bekerja untuk rumah biadab itu. Dia melihat semuanya., Dia
seperti jadi orang lain ketika saya pertama kali mendengar suaranya (melalui
telepon) setelah sekian lama tidak berhubungan,”
1. Role Peran : Konflik Peran Menurut Ny. S “Dia magang untuk 3 bulan baru
boleh dibawa keluar. Selama itu dia kerja melayani tamu, menemani minum.
Setiap hari dia disuruh memakai pakaian seminim mungkin dan dipajang di ruang
kaca. Bisa saya katakan separuh telanjang,”
21
XIII. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System) (Tidak Terdapat dalam
Kasus)
22
ANALISA DATA
Ruangan/ Kamar :
No. RM :
Penyebab Masalah
Data (Symptom)
No (Etiologi) (Problem)
1 Obyektif
1. Menurut Ny. S “Anak saya Perubahan Proses Perubahan Proses
mungkin frustasi dan tidak tahan Keluarga Keluarga
kondisi keluarga kami,” ↑
2. Menurut Ny.S “Keluarga kami Frustasi
broken home. Anakanak melihat ↑
orangtua tidak akur. Mungkin itu Tidak Tahan
yang menyebabkan dia Kondisi Keluarga
memutuskan pergi,” ↑
Broken Home
↑
Orang Tua Tidak
Aku
23
2 Objektif
1. Menurut Ny. S “Dia magang HDR Harga Diri
untuk 3 bulan baru boleh dibawa ↑ Rendah
keluar. Selama itu dia kerja Kerja Melayani
melayani tamu, menemani Tamu Pria
minum. Setiap hari dia disuruh ↑
memakai pakaian seminim Memakai Pakaian
mungkin dan dipajang di ruang Minim
kaca. Bisa saya katakan separuh ↑
telanjang,” Pekerjaan SPG
2. Menurut Ny. S “Mereka
membuat perempuan menjadi
binatang. Menjerat dengan hutang
yang jelas-jelas tidak akan
sanggup mereka bayar
24
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Proses Pasien dan Keluarga mampu: Setelah....Pertemuan 1. Pengkajian
Perubahan 1.Memahami perubahan dalam pasien mampu: a. Kaji Interaksi antara pasien dan
Keluarga peran keluarga 1. Mengidentifikasi keluarga, waspada terhadap potensi
Pola Koping perilaku merusak
2. Berpartisipasi dalam b. Kaji Keterbatasan anak, dengan
proses membuat demikian dapat mengakomodasi anak
keputusan tentang untuk berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan setelah rawat sehari-hari
inap
3. Berfungsi untuk 2. Intervensi Umum
saling memberikan a. Bina Hubungan Saling Percaya
dukungan kepada setiap b. Beri Kesempatan kepada Keluarga
anggota keluarga sebagai Individu dan Sebagai
4. Mengidentifikasi cara Kelompok untuk saling berbagi
untuk berkoping lebih tentang perasaan yang mereka
efektif pendam
c. Tekankan bahwa anggota keluarga
25
tidak bertanggung jawab atas
kebiasaan mabuk anggota keluarga
lainnya
d. Gali keyakinan keluarga tentang
situasi yang mereka hadapi dan tujuan
mereka
e. Bicarakan tentang metode tak
efektif yang digunakan keluarga
f. Bantu keluarga memahami efek dari
upaya mereka mengontrol kebiasaan
mabuk
g. Tekankan bahwa membantu
pencandu alcohol berarti pertama-
tama harus membantu diri mereka
sendiri h. Bicarakan dengan keluarga
bahwa, selama masa pemulihan,
dinamika keluarga mereka akan
berubah drastic.
26
i. Bicarakan tentang kemungkingan
kambuh dan factor penunjang
j. Bila terdapat diagnosis keperawatan
individu atau keluarga tambahan, lihat
tindak penganiyaan anak atau tindak
kekerasan dalam rumah tangga
dibawah diagnosis ketidakmampuan
koping keluarga
k. Lakukan penyuluhan kesehatan
mengenai sumber daya komunitas dan
lakukan perujukan sesuai indikasi.
27
penyebab penyakit
e. Identifikasi Prioritas yang
bertentangan diantara anggota
keluarga
5. Aktivitas Kolaboratif
28
a. Pelopori konferensi multidisiplin
perawatan pasien, dengan melibatkan
pasien/ keluarga dalam menyelesaikan
masalah dan fasilitasi komunikasi
b. Berikan perawatan berkelanjutan
dengan mempertahankan komunikasi
yang efektif antara anggota staf
mrlalui catatan keperawatan dan
rencana perawatan
c. Anjurkan pelayanan konsultasi
social untuk membantu keluarga
menentukan kebutuhan
pascahospitalisasi dan identifikasi
sumber dukungan di komunitas.
d. Promosi Integrasi keluarga (NIC),
rujuk untuk terapi keluarga sesuai
indikasi
29
2 Gangguan Pasien mampu : Setelah…..pertemuan SP.1 (Tgl…………………….)
konsep diri: 1. Mengidentifikasi klien mampu: 1. Identifikasi kemampuan positif
harga diri kemampuan dan aspek 1. Mengidentifikasi yang dimiliki
rendah posiif yang dimiliki kemampuan aspek a. Diskusikan bahwa pasien masih
2. Menilai kemampuan positif yang dimiliki 2. memiliki sejumlah kemampuan dari
yang dapat digunakan Memiliki kemampuan aspek positif seperti kegiatan pasien
3. Menetapkan/memilih yang dapat digunakan. di rumah adanya keluarga dan
kegiatan yang sesuai Memilih kegiatan sesuai lingkungan terdekat pasien.
dengan kemampuan kemampuan 3. b. Beri pujian yang realistis dan
4. Melatih kegiatan yang Melakukan kegiatan hindarkan setiap kali bertemu dengan
sudah dipilih, sesuai yang sudah dipilih. pasien penilaian yang negative.
kemampuan 4. Merencanakan
5. Merencanakan kegiatan kegiatan yang sudah 2. Nilai kemampuan yang dapat
yang sudah dilatihnya dilatih. dilakukan saat ini
a. Diskusikan dengan pasien
kemampuan yang masih digunakan
saat ini
b. Bantu pasien menyebutkannya dan
30
memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien
c. Perlihatkan respon yang kondusif
dan menjadi pendengar yang aktif
31
lingkungan terdekat pasien
-Beri contoh pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan pasien
-Susun bersama pasien aktivitas atau
kegiatan sehari-hari pasien
32
5.Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien :
- Beri kesempatan pada pasien untuk
mencoba kegiatan
- Beri pujian atas aktivitas/kegiatan
yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi dan setiap perubahan
- Susun daftar aktivitas yang sudah
dilatihkan bersama pasien dan
keluarga
- Berikan kesempatan
mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
- Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap aktivitas yang
dilakukan pasien
33
Keluarga mampu: Merawat Setelah……pertemuan SP.1 (Tgl…………………….)
pasien dengan harga diri rendah keluarga mampu: 1. Identifikasi masalah yang
di rumah dan menjadi system 1. Mengidentifikasi dirasakan dalam merawat
pendukung yang efektif bagi kemampuan yang pasien
pasien dimiliki pasien 2. Jelaskan proses terjadinya
2. Menyediakan HDR
fasilitas untuk pasien 3. Jelaskan tentang cara merawat
melakukan kegiatan pasien
3. Mendorong pasien 4. Main peran dalam merawat
melakukan kegiatan pasien HDR
4. Memuji pasien saat 5. Susun RTL keluarga/jadwal
pasien dapat keluarga untuk merawat pasien
melakukan kegiatan
5. Membantu melatih SP.2 (Tgl…………………….)
pasien Evaluasi kemampuan SP.1
6. Membantu 1. Latih keluarga langsung ke
menyusun jadwal pasien
kegiatan pasien 2. Menyusun RTL keluarga/jadwal
34
7. Membantu keluarga untuk merawat pasien
perkembangan pasien
SP. 3 (Tgl………………………)
1. Evaluasi Kemampuan Keluarga
2. Evaluasi Kemampuan Pasien
3. RTL Keluarga :
- Follow Up
- Rujukan
35
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Trafficking adalah perdagangan manusia, lebih khususnya perdangan perempuan
dan anak-anak yang dilakukan oleh pelaku perdagangan manusia ‘trafficker’
dengan cara mengendalikan korban dalam bentuk paksaan, penggunaan
kekerasan, penculikan, tipu daya, penipuan ataupun penyalahgunaan kekuasaan
atau kedudukan. Jenis-jenis trafficking ini meliputi perkawinan transinternasional,
eksploitasi seksual phedopilia, pembantu rumah tangga dalam kondisi buruk, dan
penari erotis. Faktor penyebab utama terjadinya tindakan trafficking ini adalah
karena kemiskinan dan beberapa diantaranya adalah, karena tingkat pendidikan
yang rendah, penganiyaan terhadap perempuan, perkawinan usia muda, dan
kondisi sosial budaya masyarakat yang patriarkhis. Dampak yang bisa
ditimbulkan dari trafficking ini adalah kecemasan, stress, dan ketidakberdayaan.
Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lyda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed. 13.
Jakarta: EGC
37