Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat

(1). Angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan angka kematian

balita (AKABA) di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

(Assosiation of South East Asian Nations) termasuk tinggi (1, 2). Berdasarkan data

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, diketahui bahwa AKB

sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup dan AKABA 40 per 1.000 kelahiran hidup

(3). Tingginya AKB dan AKABA menunjukkan masih rendahnya kualitas

pelayanan kesehatan (4).

Salah satu upaya untuk menurunkan AKB dan AKABA di Indonesia,

pemerintah mengembangkan suatu program keterpaduan dalam bidang kesehatan

yaitu program pos pelayanan terpadu (Posyandu) (4). Posyandu merupakan salah

satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang

dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan (5).

Menurut Arifin (2012) keberhasilan pengembangan Posyandu ditentukan

oleh beberapa faktor eksternal yaitu demografi masyarakat, akses, dukungan

lembaga terkait, dan keaktifan petugas pembina dan beberapa faktor internal yaitu

kepala desa, dana, sarana prasarana, dan kader kesehatan (4). Keberhasilan

Posyandu ini sangat ditentukan oleh kinerja kader, karena kader merupakan

1
2

penggerak Posyandu dan hidup matinya posyandu tergantung aktif tidaknya kader

(5).

Jumlah Posyandu secara kuantitas mengalami peningkatan dari 267.000

Posyandu pada tahun 2008 menjadi 269.000 Posyandu pada tahun 2010 yang

tersebar di lebih dari 70.000 desa di seluruh Indonesia (6, 7). Posyandu dilihat dari

segi kualitas, masih ditemukan beberapa masalah antara lain kelengkapan sarana,

keterampilan kader yang belum memadai, data kader, dan strata Posyandu (8, 9).

Posyandu pada saat ini mengalami stagnasi karena banyak faktor, salah

satunya kader kurang aktif, kurang semangat, dan kurangnya inisiatif serta

pemberdayaan masyarakat (6). Soemanto dalam Aprillia (2008) menyatakan hal

yang hampir sama bahwa kader dalam pelaksanaan Posyandu merupakan titik

sentral kegiatan Posyandu, keikutsertaan dan keaktifannya diharapkan mampu

menggerakkan partisipasi masyarakat (10).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, mengenai

analisa Posyandu di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2011, terdapat 31,8%

Posyandu strata pratama, 45% strata madya, 19,9% strata purnama, dan 3,4%

strata mandiri (11). Berdasarkan data tersebut, jumlah Posyandu yang terdapat di

Kota Banjarbaru sebanyak 143 Posyandu, dengan tingkatan Posyandu, tergolong

52 Posyandu strata pratama, 62 Posyandu strata madya, dan 29 Posyandu strata

purnama, serta hanya Banjarbaru yang tidak mempunyai Posyandu dengan strata

mandiri dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya yang ada yang di Provinsi

Kalimantan Selatan (11).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, mengenai PWS gizi dan

penimbangan balita Kota Banjarbaru pada Desember 2012 didapatkan data bahwa
3

jumlah kader yang ada sebanyak 905 orang dan kader aktif sebanyak 812 orang

(12). Studi pendahuluan yang dilakukan calon peneliti pada 8 Puskesmas yang ada

di Kota Banjarbaru didapatkan data bahwa jumlah kader untuk tiap Posyandu

masih ada yang kurang dari 5 orang. Tiap Posyandu idealnya harus memiliki 5

orang kader. Hal ini agar mempermudah kinerja kader yang dalam melakukan

kegiatan dan saling bekerja sama dengan baik (13).

Wawancara yang dilakukan calon peneliti kepada petugas di 8 Puskesmas di

Kota Banjarbaru, didapatkan hasil dari 3 Puskesmas yaitu Pukesmas Sei Besar,

Puskesmas Liang Anggang dan Puskesmas Landasan Ulin menyatakan bahwa

hanya 1 atau 2 orang kader dari 5 orang kader Posyandu yang melakukan tugas

tindak lanjut di luar kegiatan Posyandu. Berdasarkan permasalahan dari latar

belakang tersebut, calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Hubungan Kinerja Kader Posyandu Dengan Pelaksanaan Posyandu pada Wilayah

Kerja Puskesmas di Kota Banjarbaru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

penelitian ini yaitu apakah terdapat hubungan kinerja kader Posyandu dengan

pelaksanaan Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas di Kota Banjarbaru?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kinerja

kader Posyandu dengan pelaksanaan Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas di

Kota Banjarbaru.
4

Tujuan khusus penelitian ini adalah:


1. Menilai kinerja kader Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas di Kota

Banjarbaru.
2. Menilai pelaksanaan Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas di Kota

Banjarbaru.
3. Menganalisa hubungan kinerja kader Posyandu dengan pelaksanaan

Posyandu pada wilayah kerja Puskesmas di Kota Banjarbaru.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan wawasan

untuk kemajuan pengetahuan, khususnya di bidang ilmu keperawatan komunitas

tentang pengembangan Posyandu terkait dengan kinerja dari kader Posyandu,

memberikan masukan bagi Puskesmas dalam rangka perencanaan kegiatan dan

perencanaan pengambilan kebijaksanaan untuk meningkatkan kinerja kader

Posyandu dan memberikan masukkan bagi Posyandu untuk meningkatkan

pengembangan strata Posyandu ke stara Posyandu yang lebih baik sehingga

Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Вам также может понравиться