Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. PENDAHULUAN
Dengan diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, setiap daerah akan
mengembangkan komoditi-komoditi unggulan dan andalan yang berdaya saing tinggi untuk
memasuki pasar regional maupun pasar internasional. Melalui pemberdayaan potensi daerah,
peningkatan SDM dan penerapan IPTEK maka komoditi-komoditi yang dihasilkan setiap daerah
akan saling berkompetisi dengan tetap tunduk pada mekanisme pasar. ini berarti komoditi yang laku
dipasar sudah benar-benar memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif yang maksimal.
Permasalahannya sekarang adalah sejauh mana kesiapan Propinsi Sulawesi Utara
khususnya Bidang Peternakan dalam memasuki era persaingan tersebut. Mungkin sudah saatnya
kita mereorientasi kembali kebijakan-kebijakan yang sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan
kondisi dewasa ini selanjutnya menyusun strategi baru yang mampu menjawab tuntutan reformasi
dan otonomi daerah. Menurut hemat kami, Pembangunan bidang peternakan memiliki multiplayer
efek bagi pembangunan daerah Sulawesi Utara karena tidak hanya mampu meningkatkan
pedapatan petani, peternak, nelayan yang berdomisili di pedesaan tetapi juga dapat memperbaiki
kualitas/ kecerdasan semberdaya manusia melalui ketersediaan daging, susu dan telur, yang
memiliki asam-asam amino esensial lengkap bagi tubuh manusia.
Selama ini penanganan bidang peternakan masih terkotak-kotak dan kebijakan pemerintah
sudah mulai merintis suatu integritas pertanian yang berbasis ternak (Proyek PUTKATI).
Sebetulnya ternak (sapi, babi, unggas, kambing, kuda dll) pada satu sisi secara alamiah tidak
dapat bertumbuh dan berkembang tanpa tanaman yang tumbuh pada lahan pertanian/perkebunan
/tegalan dan sisa ikan, pada sisi yang lain dalam pemeliharaan ternak mampu memberikan nilai
guna dan nilai tambah bagi komoditi pertanian/perkebunan dan perikanan tersebut. Oleh karena itu
konsepsi sistem agribisnis berbasis ternak merupakan salah satu alternatif program pembangunan
pertanian.
Sistem agribisnis berbasis ternak ini pada hakekatnya adalah mewujudkan suatu
penanganan/manajemen komoditi bahan baku pakan ternak (jagung, Kacang kadele, kacang tanah,
bungkil kelapa, dedak padi, tepung ikan dll) dari hulu sampai kehilir, dan selanjutnya diproses
1
Makalah dibawakan pada Semiloka Kebijakan Pertanian Modernisasi dan Industrialisasi
Pedesaan Pengembangan Komoditi Unggulan dan Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia dalam
Otonomi Daerah yang dilaksanakan oleh BAPELITBANG Propinsi Sulut,
21-22 Desember 2001, Sahid Hotel Manado
2
Penulis adalah Wakil Ketua Asosiasi Peternak Babi Ras Lokal, Ketua Pusat Kajian dan
Pengembangan Agribisnis Peternakan, Pembantu Dekan Khusus Fakultas Peternakan UNSRAT
Manado.
menjadi pakan ternak. Pakan ternak ini merupakan salah satu komponen hulu pada agribisnis
berbasis ternak. Apabila sistem ini bisa berjalan maka secara otomatis perbaikan kualitas produk
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan akan dapat terwujud serta efisiensi dan efektifitas
proses produksi dapat diperoleh. Hal ini sudah merupakan salah satu tiket untuk masuk dalam
persaingan regional maupun internasional.
Melalui pendekatan sistem agribisnis berbasis ternak diharapkan dapat mencapai berbagai
tujuan ganda antara lain 1) menciptakan struktur peternakan yang tangguh,
2) menciptakan nilai tambah, 3) mencukupi kebutuhan gisi asal ternak dari masyarakat,
4) menciptakan lapangan kerja, 5) memperbaiki distribusi pendapatan dan sekaligus mengeliminasi
kemiskinan.
PENUTUP
a. Semakin efisen usaha peternakan, maka produk asal ternak dapat dijual dengan harga
lebih murah dan terjangkau oleh daya beli masyarakat berpendapatan rendah, yang pada
akhirnya akan meningkatkan permintaan produk asal ternak. Semakin besar permintaan
akan dapat mendorong peningkatan skala usaha peternakan, ini berarti terjadi peningkatan
permintaan bahan baku pakan ternak ( Jagung, Kacang kadele, Dedak padi, tepung ubi
kayu, bungkil kelapa dan tepung ikan, dll) yang merupakan hasil utama petani dan nelayan
di pedesaan. Jadi secara tidak langsung agribisnis peternakan merupakan motor
penggerak ekonomi kerakyatan bagi masyarakat di pedesaan.
b. Kita mesti lebih arif dan bijaksana dalam meletakkan prioritas pembangunan pertanian,
sehingga masyarakat berpendapatan rendah (sebagian besar masyarakat) dapat
mengkonsumsi protein bernilai gisi tinggi (daging, susu dan telur) untuk memperbaiki
kualitas/kecerdasan sumberdaya manusianya, dalam membangun bangsa ini kelak.