Вы находитесь на странице: 1из 8

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS TERNAK DALAM

MENGGERAKKAN EKONOMI KERAKYATAN


DI PEDESAAN PADA ERA OTONOMISASI DAERAH 1
Oleh
Ir. H.A.L. Tiwow
Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi

I. PENDAHULUAN
Dengan diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, setiap daerah akan
mengembangkan komoditi-komoditi unggulan dan andalan yang berdaya saing tinggi untuk
memasuki pasar regional maupun pasar internasional. Melalui pemberdayaan potensi daerah,
peningkatan SDM dan penerapan IPTEK maka komoditi-komoditi yang dihasilkan setiap daerah
akan saling berkompetisi dengan tetap tunduk pada mekanisme pasar. ini berarti komoditi yang laku
dipasar sudah benar-benar memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif yang maksimal.
Permasalahannya sekarang adalah sejauh mana kesiapan Propinsi Sulawesi Utara
khususnya Bidang Peternakan dalam memasuki era persaingan tersebut. Mungkin sudah saatnya
kita mereorientasi kembali kebijakan-kebijakan yang sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan
kondisi dewasa ini selanjutnya menyusun strategi baru yang mampu menjawab tuntutan reformasi
dan otonomi daerah. Menurut hemat kami, Pembangunan bidang peternakan memiliki multiplayer
efek bagi pembangunan daerah Sulawesi Utara karena tidak hanya mampu meningkatkan
pedapatan petani, peternak, nelayan yang berdomisili di pedesaan tetapi juga dapat memperbaiki
kualitas/ kecerdasan semberdaya manusia melalui ketersediaan daging, susu dan telur, yang
memiliki asam-asam amino esensial lengkap bagi tubuh manusia.
Selama ini penanganan bidang peternakan masih terkotak-kotak dan kebijakan pemerintah
sudah mulai merintis suatu integritas pertanian yang berbasis ternak (Proyek PUTKATI).
Sebetulnya ternak (sapi, babi, unggas, kambing, kuda dll) pada satu sisi secara alamiah tidak
dapat bertumbuh dan berkembang tanpa tanaman yang tumbuh pada lahan pertanian/perkebunan
/tegalan dan sisa ikan, pada sisi yang lain dalam pemeliharaan ternak mampu memberikan nilai
guna dan nilai tambah bagi komoditi pertanian/perkebunan dan perikanan tersebut. Oleh karena itu
konsepsi sistem agribisnis berbasis ternak merupakan salah satu alternatif program pembangunan
pertanian.
Sistem agribisnis berbasis ternak ini pada hakekatnya adalah mewujudkan suatu
penanganan/manajemen komoditi bahan baku pakan ternak (jagung, Kacang kadele, kacang tanah,
bungkil kelapa, dedak padi, tepung ikan dll) dari hulu sampai kehilir, dan selanjutnya diproses

1
Makalah dibawakan pada Semiloka Kebijakan Pertanian Modernisasi dan Industrialisasi
Pedesaan Pengembangan Komoditi Unggulan dan Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia dalam
Otonomi Daerah yang dilaksanakan oleh BAPELITBANG Propinsi Sulut,
21-22 Desember 2001, Sahid Hotel Manado
2
Penulis adalah Wakil Ketua Asosiasi Peternak Babi Ras Lokal, Ketua Pusat Kajian dan
Pengembangan Agribisnis Peternakan, Pembantu Dekan Khusus Fakultas Peternakan UNSRAT
Manado.
menjadi pakan ternak. Pakan ternak ini merupakan salah satu komponen hulu pada agribisnis
berbasis ternak. Apabila sistem ini bisa berjalan maka secara otomatis perbaikan kualitas produk
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan akan dapat terwujud serta efisiensi dan efektifitas
proses produksi dapat diperoleh. Hal ini sudah merupakan salah satu tiket untuk masuk dalam
persaingan regional maupun internasional.
Melalui pendekatan sistem agribisnis berbasis ternak diharapkan dapat mencapai berbagai
tujuan ganda antara lain 1) menciptakan struktur peternakan yang tangguh,
2) menciptakan nilai tambah, 3) mencukupi kebutuhan gisi asal ternak dari masyarakat,
4) menciptakan lapangan kerja, 5) memperbaiki distribusi pendapatan dan sekaligus mengeliminasi
kemiskinan.

II. KENDALA DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS BERBASIS


TERNAK
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka secara spesifik kendala dan tantangan yang dihadapi
untuk pengembangan agribisnis berbasis ternak di daerah Sulawesi Utara adalah persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan :
1. Pengembangan Pasar
Kendala utama yang berkaitan dengan aspek pasar antara lain adalah masalah transparansi
harga, distribusi dan pemasaran yang belum efisien, masih rendahnya akses pelaku-pelaku bisnis
peternakan terhadap pasar dan infromasi pasar, serta masalah yang terkait dengan struktur pasar.
Dengan demikian, tantangan yang akan dihadapi terkait dengan bagiamana upaya kita menciptakan
suatu struktur dan informasi pasar yang mampu mendorong peningkatan efisiensi distribusi dan
pemasaran mulai ditingkat peternak smpai kepada konsumen akhir, sehingga proporsi nilai tambah
yang diterima pelaku bisnis peternakan khususnya di sektor hulu meningkat. Dengan kata lain,
tantangan kita adalah bagaimana mengembangkan komoditi-komoditi peternakan dengan didukung
oleh sarana dan prasarana pemasaran yang memadai sehingga komoditi peternakan yang di ketahui
mempunyai keunggulan komparatif dan kompetetif mampu dikembangkan. Pada gilirannya
komoditi tersebut mampu menerobos setiap segmen pasar baik di tingkat regional, nasional dan
internasional yang nantinya merupakan bagian dari pasar global.
2. Peningkatan Mutu Produk Peternakan
Kendala lain yang dihadapi bidang peternakan adalah masih rendahnya kesadaran para
peternak dan pengusaha peternakan untuk menghasilkan produk yang memiliki standar yang
dikehendaki pasar, baik pasar local, nasional, apalagi internasional. Hal ini dapat dilihat dari
sebagian besar daging yang dijual didaerah ini tidak dilengkapi dengan lebel dan para pemotong
ternak tidak memiliki sertifikat, bahkan daging yang dijual dipasar-pasar sangat mudah
tekontaminasi dengan kuman penyakit. Karena itu hotel-hotel berbintang di Sulawesi Utara masih
mendatangkan daging dari luar daerah bahkan import. Dalam hal ini, tantangan yang dihadapi
adalah bagaimana kita mampu memperbaiki system manajemen mutu terpadu sehingga dapat
dihasilkan dan diterapkan setiap tingkatan pelaku agribisnis berbasis ternak suatu standar mutu
nasional Indonesia yang juga sekaligus diakui dalam standar mutu internasional.
Sementara untuk sasaran pasar domestik tantangannya adalah bagaimana meningkatkan
kemampuan agribisnis berbasis ternak disektor hulu untuk memperbaiki kualitas sarana produksi
produk, sektor budidaya untuk dapat memperbaiki system pemeliharaan dan pemberian pakan yang
mempu menciptakan “grading” sesuai dengan kebutuhan pasar, system pemotongan ternak sesuai
dengan persyaratan yang ada dan lain sebagainya. Disamping itu bagaimana pemerintah dan swasta
dituntut untuk mampu menciptakan iklim yang kondusif baik dalam aspek pembibitan,
pengembangan teknologi “labeling” maupun fasilitas lainnya yang dapat mendorong semua pelaku
agribisnis berbasis beternak sadar akan pentingnya produk mutu.
3. Kelembagaan dan Kemitraan Agribisnis
Di dalam pengembangan kelembagaan dan kemitraan agribisnis, kendala yang dihadapi saat
ini adalah di daerah Sulawesi Utara belum adanya suatu kegiatan usaha peternakan yang
menerapkan system agribisnis. Kendala yang lainnya adalah masih lemahnya posisi tawar
peternak/kelompok ternak yang disebabkan belum berfungsinya secara baik wadah bagi
peternak/kelompok ternak yaitu asosiasi peternakan dimana mereka biasa berhimpun menjadi suatu
kekuatan besar dan saling membantu untuk kemajuan bersama. Disisi lain perusahaan yang
bergerak pada industri hulu (pakan, formulator obat, pembibitan) dan industri hilir (pedagang
pengumpul, pemotong ternak) cenderung arogan dalam menekan petani/peternak terutama
menyangkut harga beli dan harga jual sehingga peternak dan kelompok ternak selalu ada pada
posisi yang lemah.
Ketidak seimbangan tersebut antara lain disebabkan karena; (a) Terbatasnya kemampuan
berwirausaha pada kelompok peternak, (b) Peranan pemerintah dalam mengatasi keadaan ini sangat
lemah, (c) Belum adanya lembaga-lembaga professional bidang peternakan yang dapat menkaji dan
memberikan splusi yang terbaik.
Pelaku usaha peternakan baik di sektor hulu, budidaya dan sektor hilir belum termotivasi
dalam mengembangkan usaha mereka melalui kemitraan, dimana Pemerintah dan lembaga
agribisnisberbasis ternak sebagai media komunikator dan fasilitator dalam membangun kemitraan
Agribisnis yang saling menguntungkan belum dapat berfungsi secara maksimal. Bahkan
kecenderungan kebijakan Pemerintah justru melemahkan munculnya iklim bisnis yang kondusif
bagi masyarakat di pedesaan.
Dengan demikian, tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana kita mampu menumbuh
kembangkan pengusaha-pengusaha perternakan di perdesaan agar mempunyai “bargainingposition”
yang setara dengan pengusaha di sektor hulu dan hilir. Demikian pula menanamkan kesadaran pada
setiap tingkatan pelaku agribisnis di sektor hulu akan besarnya manfaat mengembangkan usaha
melalui pola-pola kemitraan, serta mengembangkan kelembagaan agribisnis yang berperan sebagai
fasilitator yang baik.
4. Pengembangan Permodalan dan Investasi Bisnis Peternakan
Di banding dengan investasi di sektor lain, investasi di sektor peternakan menghadapi resiko
dan ketidakpastian yang lebih besar baik akibat ketergantungan yang tinggi terhadap alam maupun
karena struktur kepemilikan asset yang kurang menguntungkan terutama dengan tingginya suku
bunga pinjaman. Peran lembaga keungan dalam menyediakan permodalan di sektor peternakan
secara relatif juga berkurang. Skim kredit yang ada terus disempurnakan untuk mendukung
perkembangan peternakan yang akan diarahkan pada perternakan komersial, berbudaya industri dan
berbasis di pedesaan.
Kendala umum yang dihadapi investor agribisnis peternakan dibandingkan dengan bisnis di
sektor lainnya, pada umumnya terkait dengan factor-faktor yang klasik yang masih melekat di
sektor perternakan yaitu resiko yang tinggi, produk-produk perternakan mudah rusak dan busuk
serta “grace period” yang panjang. Disisi lain, masih terbatasnya skim permodalan untuk
mendorong pengembangan agrivbisnis peternakan di pedasaan, serta kesadaran pelaku usaha
peternakan terhadap wawasan pembangunan perternakan berkelanjutan masih relatif rendah.
Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi dalam upaya kita mengembangkan usaha
peternakan dan investasinya adalah (a) bagaimana merakit kebijaksanaan dalam rangka
mencipitakan iklim yang kondusif sehingga dapat merangsang investor baik domestik maupun
asing untuk menanamkan modalnya dibidang agribisnis peternakan yang berbasis di pedesaan, dan
(b) bagaimana mengembangkan skim kredit agribisnis peternakan yang sesuai karakteristik dari
jenis usaha yang akan dikembangkan oleh pelaku agribisnis peternakan di pedesaan. Dalam arti,
skim kredit yang dibutuhkan harus fleksibel dengan system dan prosedur sederhana sehinga dapat
terjangkau oleh kemampuan peternak/pelaku agribisnis peternakan skala kecil di pedesaan.
5. Pengembangan Sumberdaya Manusia
Ketersediaan sumber daya manusia yang sesuai baik kualitas maupun jumlahnya utnuk
mendukung seluruh rangkaian proses agribisnis adalah masalah yang perlu dipecahkan. Apabila
dieleminer permasalahannya antara lain : (1) mismatch antara suplai dan permintaan tenaga, baik
kualitas maupun jumlahnya. Disatu pihak lulusan sulit mendapatkan pekerjaan, dan dilain pihak
banyaknya kesempatan kerja yang tidak dapat diisi oleh karena ketidak sesuaian ketrampilan, baik
teknis, manajerial maupun social. (2) orientasi para lulusan kurang dapat mendorong penciptaan
lapangan kerja baru, dalam usaha peternakan tradisonal apalagi untuk masuk ke sektor
agribisnis/industri berbasis ternak yang memerlukan persyaratan tertentu. (3) terbatasnya sumber
daya di lembaga pendidikan dan pelatihan, dan kurangnya pertisipasi pihak swasta untuk
pengembangan sumberdaya finansial, informasi dan sumberdaya lainnya. (4) belum adanya
perencanaan pengembangan sumberdaya manusia yang terintegrasi secara sistematik, baik mengacu
pada mata rantai aktivitas agribisnis dari pra produksi, teknik produksi teknologi pengolahan hasil
dan pemasaran, maupun acuan kelembagaan usaha seperti swasta, koperasi, BUMN, dan lain-lain
dengan strata pekerjaan multi level dan multi skala usaha. (5) belum seimbangnya dukungan
sumber daya manusia untuk kelembagaan usaha yang terkait dengan kehidupan rakyat banyak
(koperasi) dan berorientasi kehidupan tradisonal pedesaan: disisi lain, lembaga koperasi ini
memiliki nilai tambah dari produk agribisnis.
Oleh karena itu tantangan yang dihadapi saat ini adalah : (1) bagaimana perguruan tinggi
ataupun lembaga pendidikan ketramplan lainnya mampu menghasilkan produk (lulusan) yang dapat
akses pada suatu system agribisnis yang dinamik, maju dan kompetitif. (2) adanya suatu
transformasi cultural, dari pertanian tradisional ke industri moderen dimana menuntut sumberdaya
manusianya harus produktif, kerja yang berkesinambungan dan saling terkait, karena proses
produksi perlu dijalankan secara terus menerus sebagai suatu kesatuan system produksi yang
lengkap.

III. POTENSI DAN PELUANG


Keadaan populasi ternak sampai tahun 2000, adalah sebagai berikut ; sapi potong 288.927
ekor, babi 256.438 ekor, kambing 20.841 ekor, ayam buras 2.707.553 ekor, ayam ras petelur
663.171 ekor, ayam ras pedaging 3.593.710 ekor
Penduduk didaerah ini berjumlah sekitar 2,7 juta jiwa dan baru mengkonsumsi protein
hewani asal ternak sekitar 3,20 gram perkapita pada tahun 2000.- sedangkan khusus daging baru
mencapai 5,73 gram pekapita pada tahun 2000,-
Dari data ini menunjukakan bahwa pengembangan populasi ternak masih sangat
memungkinkan karena konsumsi protein hewani asal ternak dari masyarakat masih sangat rendah.
Rendahnya konsumsi protein hewani asal ternak ini antara lain disebabkan karena harganya masih
dianggap tinggi dan kualitas ternak yang dipotong belum dapat di jamin.
Tingginya harga daging dan telur didaerah ini disebabkan karena sebagian besar sarana
produksi ternak (bibit, pakan ternak obat-obatan) masih didatangkan dari pulau Jawa.
Dalam erah otonomi daerah saat ini setiap daerah akan berusaha menghasilkan produknya
seefisien mungkin untuk masuk pada pasar regional (antar pulau). Daerah yang tidak mampu
bersaing akan menjadi pasar yang potensial dari produk luar daerah. Kenyataan ini sudah mulai
terasa pada usaha peternakan didaerah Propinsi Sulawesi Utara. Harga daging dan telur di daerah
ini masuk kategori tertinggi di Indonesia selain Propinsi Irian Jaya dan Maluku. Indikator lain pula,
setiap bulan ada sekitar 4 kontainer ayam beku KFC dari Surabaya masuk di Manado. Demikian
halnya untuk produk daging babi, yang merupakan produk andalan Propinsi Sulawesi Utara,
bertahun-tahun pasar lokal sudah jenuh tetapi tidak bisa dipasarkan kepasar regional (antar pulau)
karena harga kita kalah bersaing dengan produk daging babi dari Sumatra, Jogya, Bali dan
Kalimantan Barat.
Keadaan ini apabila dibiarkan terus maka dalam waktu yang tidak terlalu lama pasar
peternakan kita akan diserbu oleh produk dari luar daerah akibatnya usaha peternakan didaerah
akan beralih usaha sehingga lapangan kerja bidang peternakan akan tertutup.
Padahal apabila kita cermati, produk peternakan kita bisa bersaing dengan produk
peternakan dari luar daerah terutama dari Pulau Jawa. Asalkan pembangunan peternakan diarahkan
pada suatu sistem agribisnis, dimana penanganan tidak terkotak-kotak.
Apabila kita menyadari bahwa keberhasilan pembangunan peternakan sangat ditentukan
oleh keberhasilan sistem agribisnis pertanian dan perikanan. Ternak tidak bisa hidup tanpa bahan
makanan yang diperoleh dari lahan pertanian.
Pengalaman selama ini masing-masing sektor bergerak sendiri-sendiri, sehingga yang terjadi
adalah tanaman pertanian; jagung, kacang kadele, dedak padi serta tepung ikan di jual pada industri
pakan di Pulau Jawa, kemudian peternak di Sulawesi Utara membeli pakan ternak pada industri
pakan tersebut.
Karena itu diperlukan suatu komitmen bersama untuk membangun industri peternakan di
daerah ini dengan memanfaatkan potensi bahan baku lokal dan sistem agribisnis yang berbasis
pada ternak.
Pembangunan agribisnis yang berbasis pada ternak didaerah propinsi Sulawesi Utara akan
sangat bermanfaat bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah karena dapat memperoleh berbagai
tujuan ganda, yaitu a) Memanfaatkan potensi sumber daya alam b) pemberdayaan ekonomi
kerakyatan, c) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia. d) menciptakan lapangan kerja di
pedesaan e) dapat mewujudkan Sistem pertanian berkelanjutan.
a. Memanfaatkan Potensi Sumber Daya Alam
Dengan potensi populasi ternak yang ada, apabila dimobilisir sistem agribisnis berbasis ternak
ini dengan menghadirkan industri pakan ternak maka semua potensi lahan pertanian (jagung,
kacang kadele, dedak padi kacang tanah, kelapa ) serta hasil tangkapan ikan/sisa ikan akan
dapat diserap oleh industri pakan ternak tersebut dan hasilnya juga hanya untuk kebutuhan
populasi ternak lokal. Dengan asumsi sistem penanaman tidak mengikuti jadwal tanam tetapi
menyesuaikan dengan pola tanam pada sentra produksi. Dimana setiap sentra produksi akan
dapat mengsupplay hasil pertaniannya setiap bulan pada industri pakan ternak Demikian
halnya tepung ikan dan bungkil kelapa. Sehingga kita tidak perlu lagi mendatangkan pakan
ternak dari luar daerah. Ini berarti sumber daya alam yang kita miliki akan dapat dimanfaatkan
secara maksimal.
b. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Sebagian besar penduduk di sulawesi Utara adalah petani dan nelayan yang berdomisili di
pedesaan. Kegiatan usaha tani musiman mereka sebagian besar adalah petani jagung, padi,
kacang tanah, dan kadele.
Apabila sistem agribisnis berbasis ternak di kembangkan maka manfaat yang akan dipereleh
adalah 1) jaminan pasar hasil pertanian dan hasil tangkapan nelayan telah tersedia 2) Petani dan
nelayan akan memperoleh pendapatan yang layak 3) akan dapat menciptakan kegiatan ekonomi
baru dipedesaan (jasa tenaga kerja, jasa transpotasi dll) 4) lahan tidur di pedesaan akan dapat
digarap.
Demikian halnya untuk kegiatan peternak di pedesaan tentunya akan memperoleh manfaat
yang cukup besar dengan diintrodusikannya sistem ini.
Keadaan ini pada akhirnya akan membantu memberdayakan ekonomi kerakyatan di pedesaan.
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Salah satu indikator keberhasilah introduksi dari sistem agribisnis berbasis ternak ini adalah
harga daging dan telur di pasaran dapat lebih rendah (murah) dari sebelumnya, maka secara
bertahap akan dapat menyesuaikan dengan daya beli masyarakat terutama yang berpendapatan
rendah, sejalan dengan itu pula pedapatan petani dipedesaan mulai meningkat (peningkatan
pendapatan siknifikan dengan meningkatnya daya beli produk asal ternak) sehingga pada
akhirnya produk asal ternak bukan lagi barang mewah bagi masyarakat.
Produk peternakan daging susu dan telur memiliki kandungan gisi tinggi karena asam-asam
aminino esensialnya lebih lengkap dibandingkan dengan produk pertaniannya lainnya. Ini
berarti produk asal ternak akan dapat memperbaiki kualitas sumberdaya manusia di pedesaan.
d. Menciptakan lapangan kerja
Apabila kami identifikasikan peluang lapangan kerja yang akan terbuka dengan diterapkannya
sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a) terbukanya lahan pertanian melalui kelompok-
kelompok tani dengan pola kemitraan atau coorporate farming, b) adanya usaha ekonomi
mekanisasi pertanian (traktor, mesin pemipil/perontok dan pengering) c) adanya usaha ekonomi
nelayan penangkap ikan dan sistim pengeringannya serta industri tepung ikan. d) Industri pakan
ternak dan jasa angkutan, e) usaha distributor/toko saprodi/sapronak f) usaha ekonomi
kelompok pemelihara ternak g) usaha Tukang potong dan berdirinya industri pemotongan
ternak h) industri pengolahan hasil ternak i) padagang penjual hasil ternak baik lokal, regional
bahkan internasional. J) dll.
Jadi apabila sistem ini ditangani secara benar akan membuka lapangan kerja yang sangat besar
bagi masyarakat terutama sarjana peternakan, pertanian dan perikanan.
e. Sistem pertanian berkelanjutan.
Budidaya tanaman pertanian makanan ternak (jagung, kacang kadele, padi dll) didaerah ini
masih dipandang ekonomi biaya tinggi.Hal ini disebabkan karena bahan bakunya (benih,
pupuk, obat-obatan, dan peralatan lainnya) masih didatangkan dari luar daerah dimana harganya
telah dimarkup oleh para pedagang.
Tingginya harga bahan pakan ini telah menjadi salah satu faktor penentu terhadap harga jual
produk asal ternak. Karena itu diperlukan suatu sistem usaha tani terintegrasi antara tanaman
dan ternak. Penerapan teknologi sistem usaha tani berbasis ternak merupakan salah satu
anternatif positif, karena selain dapat meningkatkan pendapatan petani dan peternak, juga dapat
memperbaiki kualitas lahan pertanian karena kotoran ternak (pupuk kandang) dapat berfungsi
sebagai salah satu mata rantai dalam siklus perjalanan unsur hara pada proses produksi
pertanian. Petani dapat memperkecil penggunaan pupuk anorganik (urea,tsp dan kcl) karena
selain merusak tanah juga dibeli dengan harga yang mahal, dan di subtitusi dengan pupuk
organik (pupuk kandang) yang telah diproses. Apabila teknologi ini dapat diterapkan maka
akan terwujud suatu sistem pertanian berkelajutan dengan input luar rendah dan produk tanaman
makanan ternak dan hasil ternak (daging dan telur) bebas dari bahan kimia.

IV. INTRODUKSI MODEL AGRIBISNIS BERBASIS TERNAK


Introduksi model Agribisnis berbasis ternak dapat dilihat pada skema 1, 2 dan 3 (Lampiran).
Pada skema 1, digambarkan suatu system agribisnis peternakan babi ras local dengan pola
kemitraan pada sentra produksi. Pada skema 2, digambarkan suatu system agribisnis peternakan
sapi potong (penggemukan) dan pada skema 3, digambarkan suatu system agribisnis Peternakan
ayam buras pada kawasan sentra produsi pertanian tanaman makanan termak.

PENUTUP
a. Semakin efisen usaha peternakan, maka produk asal ternak dapat dijual dengan harga
lebih murah dan terjangkau oleh daya beli masyarakat berpendapatan rendah, yang pada
akhirnya akan meningkatkan permintaan produk asal ternak. Semakin besar permintaan
akan dapat mendorong peningkatan skala usaha peternakan, ini berarti terjadi peningkatan
permintaan bahan baku pakan ternak ( Jagung, Kacang kadele, Dedak padi, tepung ubi
kayu, bungkil kelapa dan tepung ikan, dll) yang merupakan hasil utama petani dan nelayan
di pedesaan. Jadi secara tidak langsung agribisnis peternakan merupakan motor
penggerak ekonomi kerakyatan bagi masyarakat di pedesaan.
b. Kita mesti lebih arif dan bijaksana dalam meletakkan prioritas pembangunan pertanian,
sehingga masyarakat berpendapatan rendah (sebagian besar masyarakat) dapat
mengkonsumsi protein bernilai gisi tinggi (daging, susu dan telur) untuk memperbaiki
kualitas/kecerdasan sumberdaya manusianya, dalam membangun bangsa ini kelak.

Вам также может понравиться