Вы находитесь на странице: 1из 16

DEFINISI, TUJUAN DAN POTENSI KONFLIK DALAM MANAJEMEN OPERASI

(MATA KULIAH MANAJEMEN PRODUKSI

DAN OPERASI DALAM AGRIBISNIS)

OLEH :

NURUL SISCHASARI (16542011025)

DOSEN PENGAMPU :

M. YUSUF DAWUD, S.P, M.Agr

PRODI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BOJONEGORO

2019
1. Apakah yang dimaksud dengan Manajemen Operasi?
Produksi atau operasi merupakan penciptaan produk dan jasa. Manajemen operasi
merupakan kegiatan menciptakan produk dan jasa melalui proses transformasi input menjadi
output (Heizer & Render, 2008). Kegiatan menciptakan produk dan jasa tersebut dilakukan
di dalam organisasi. Manajemen operasi juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian
kegiatan yang meliputi desain, operasi, dan perbaikan sistem yang menciptakan dan
menyampaikan produk dan jasa atau pelayanan (Chase et al., 2006).
2. Pengelolaan produksi barang dan jasa
Memproduksi Barang dan Jasa adalah usaha untuk mengubah sesuatu barang
menjadi barang lainnya atau usaha untuk mewujudkan usaha untuk mewujudkan sesuatu
jasa. Untuk melakukan perubahan dan transformasi tersebut diperlukan faktor-faktor
produksi. Di samping itu diperlukan pula bahan mentah atau barang setengah jadi yang akan
ditransformasikan menjadi barang lain. Menghasilkan jasa juga memerlukan bahan mentah.
Sebagai contoh: alat-alat pengangkutan, seperti bus, taksi, kapal terbang dan kereta api
memerlukan bensin atau solar disamping faktor-faktor produksi. Ini berarti, untuk
menghasilkan jasa pengangkutan harus ada bahan mentah berupa bensin dan solar.
Kegiatan memproduksi dikelola oleh bagian atau departemen produksi dan operasi.
Dengan demikian hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan (pengelolaan) kegiatan
memproduksi digolongkan sebagai manajemen produksi dan operasi atau production and
operation management. Hal –hal yang berhubungan dengan usaha mentransformasi sesuatu
barang menjadi barang lain merupakan tanggung jawab dari manajemen produksi dan
operasi. Tanggung jawab tersebut meliputi merancang dan melaksanakan proses
transformasi atau konversi yang paling efisien. Keefektifan manajemen produksi dan operasi
biasanya diukur dari kemampuannya untuk menciptakan barang dan jasa yang bermutu,
meminimumkan biaya produksi dan dalam jangka panjang mampu mengembangkan barang
atau jasa sesuai dengan perkembangan selera konsumen.
Setiap proses produksi mempunyai 3 tujuan penting, yaitu sebagai berikut :

1. Meningkatkan Efisien

Efisien merupakan hubungan antara input dan bahan baku dengan output atau
produk. Jika perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa yang lebih banyak
sementara nilai bahan baku tetap, makatelah dikatakan efisiensi telah ditingkatkan.
Begitu pula, jika perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa yang tetap tapi
dengan nilai bahan baku yang lebih murah, sekali efisiensi telah ditingkatkan. Satu
dari ukuran perusahaan yang melakukan proses transformasi adalah efisiensi. Ketika
beberapa informasi yang diterima menyatakan bahwa ada perusahaan yang
menginvestasikan uangnya pada peralatan baru, merancang system jaringan
komputer, memperpendek rantai penawaran barang, alas an-alasan ini biasa
digunakan untuk memotong biaya atau dikenal sebagai meningkatkan efisiensi.

2. Meningkatkan Produktivitas

Produktivitas merupakan ukuran detail atau terinci mengenai efisiensi data


perubahan waktu ke waktu. Produktivitas merupakan perbandingan antara seluruh
produk barang atau jasa yang diproduksi pada waktu tertentu dibagi dengan
banyaknya jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Dengan
kata lain, produktivitas merupakan efisiensi dari para pekerja. Produktivitas juga
berkaitan dengan kuantitas barang yang akan diproduksi. Jika sumber daya digunakan
dengan cara yang semakin efisien, maka kuantitas output akan menjadi besar.

3. Meningkatkan Kuantitas

Perhatian setiap perusahaan pada peningkatan kualitas menjadi sangat penting.


Mengapa? Kualitas adalah salah satu alasan yang membuat konsumen mau membeli
barang suatu perusahaan atau mau menggunakan jasa suatu perusahaan. Konsep
kualitas sangat subjektif, karena secara definisi kualitas merupakan suatu hasil
memproduksi barang dan jasa dengan cirri dan karakter tertentu dengan standart
kepuasan seperti apa yang diduga oleh konsumen. Sifat yang subjektif ini
menyebabkan perusahaan tidak hanya memproduksi barang yang baik, tetapi harus
sesuai dengan apa yang menjadi harapan konsumen.

4. Membedakan Produksi Barang dan Jasa

Sebagai penutup dari uraian mengenai proses produksi, ada baiknya apabila
diperhatikan mengenai beberapa penting dalam kegiatan memproduksi barang dan
jasa. Ha-hal berikut harus diperhatikan: kaitan antara produksi barang dan jasa,
penentuan lokasi produksi, tata ruang kegiatan memproduksi, dan kegiatan
mempromosikan barang yang diproduksikan.
Apabila dilihat dari segi bagaimana bahan mentah atau input yang dirubah menjadi
barang lain, maka proses produksi dibedakan kepada dua golongan berikut: analytic dan
synthetic. Sedangkan apabila perbedaan proses produksi tersebut didasarkan kepada
bagaimana peralatan produksi (yaitu: mesin-mesin) digunakan, proses produksi dapat
dibedakan pula kepada proses continuous dan proses intermittent.

1. Proses Analtytic dan Synthetic

Proses Analytic merupakan suatu bentuk proses produksi yang menciptakan beberapa
barang dari suatu jenis bahan mentah atau input. Pada umumnya proses ini berlaku
terhadap sesuatu barang yang dihasilkan oleh sektor-sektor primer terutama pertanian dan
pertambangan, menjadi beberapa barang setengah jadi atau barang jadi. Memproses
minyak mentah, karet dan hasil kayu hutan merupakan contoh dari analytic. Melalui
proses produksi minyak mentah diproses menjadi pelumas, bensin, solar dan minyak
lampu. Karet susu (lateks) diproses menjadi berbagai jenis ban, alat pelampung, perrekat
dan sepatu. Kayu hutan diproses menjadi papan, perabot dan bahan perumahan.

Proses Synthetic sifatnya berbalikan dengan proses Analytic yaitu proses ini
menggabungkan beberapa input atau bahan mentah menjadi satu barang lain. Proses
synthetic biasanya berlaku di industri pengolahan atau manufaktur. Anda ingin
memproduksi sepatu, input apa yang perlu anda sediakan? Karet, kulit, benang dan
perekat merupakan bahan penting yang harus disediakan untuk mewujudkan barang lain,
yaitu: sepatu. Industri pakaian, mengambil contoh lain, juga memerlukan beberapa jenis
barang untuk mewujudkan satu celana atau satu baju. Memproduksi mobil juga
merupakan proses synthetic. Beribu-ribu komponen harus dipasang sebelum seorang
konsumen dapat membeli dan mengendarainya. Berdasarkan sifat pemprosessannya,
kegiatan memproduksi yang digolongkan sebagai proses synthetic dibedakan ke dalam
dua cara:proses pabrikasi dan proses assembling. Membuat pakaian dan perabotan
digolongkan sebagai proses pabrikasi karena berbagai bahan diproses untuk menjadi
barang baru. Sedangkan membuat sepeda motor dan mobil digolongkan sebagai proses
assembling karena berbagai komponen yang sudah dibuat dipasang bersama untuk
menciptakan barang-barang tersebut.

2. Proses Continuous dan Intermittent


Cara kedua untuk menggolongkan bentuk produksi adalah melihat bagaimana alat
produksi digunakan dalam suatu tempat tertentu. Proses produksi digolongkan sebagai
continuous, atau beroperasi secara terus-menerus, apabila proses produksi berlaku
sepanjang waktu membuat perubahan terhadap susunan peralatan produksi yang
digunakan. Sebagai akibat dari cara pemrosesan ini, bentuk barang yang dihasilkan tidak
mengalami perubahan. Apakah barang yang diproduksi sekarang, seminggu lagi atau
beberapa bulan kemudian, bentuk dan kualitas barangnya tidak akan berubah (barang
standart) selama peralatan produksi tidak diganti. Proses produksi untuk menghasilkan
barang-barang yang tetap bernutu dan bentuknya seperti gelas, kertas dan paku bersifat
proses produksi yang continuous.

Proses produksi bersifat intermittent apabila mesin tidak digunakan terus-


menerus, dan dari waktu alat produksi disesuaikan dengan perubahan barang yang akan
diprosuksi. Sifat yang kedua ini merupakan sifat terpenting dari prpses intermittent, dan
hal itu berlaku untuk menyesuaikan cirri barang yang diproduksi dengan keinginan
konsumen. Proses produksi bersifat intermittent apabila barang produksi selalu berubah-
ubah. Kegiatan produksi yang demikian antara lain dapat dilihat dalam kegiatan
menghasilkan perabot dan berbagai jenis pakaian.
Untuk mendapatkan dan sebagai modal utama menjalankan proses produksi, operasi
menyediakan data produksi dan persediaan, data kebutuhan dana produksi pada bagian
keuangan untuk dicarikan sumber dana oleh keuangan. Pemasaran menyediakan informasi
mengenai peramalan penjualan, permintaan dan umpan balik pelanggan, dan informasi
pengembangan produk dan promosi. Operasi memberikan informasi pada
pemasaran mengenai ketersediaan produk atau jasa, perkiraan lead time, status pemesanan,
dan jadwal pengiriman atau penyampaian. Untuk kebutuhan sumber daya manusia, operasi
mengharapkan sumber daya manusia untuk mengadakan rekrutmen, melatih, mengevaluasi,
dan memberikan penghargaan pada karyawan untuk membantu. Operasi juga
berinteraksi dengan pemasok untuk memesan bahan baku, berkomunikasi mengenai
kebutuhan bahan, mengadakan negosiasi, menjamin kualitas produk, dan finalisasi
spesifikasi perancangan.
5. Mengapa perlu mempelajari Manajemen Operasi?

1. MO adalah satu dari tiga fungsi utama dari setiap organisasi dan berhubungan secara utuh
dengan semua fungsi bisnis lainnya. Semua organisasi memasarkan (menjual),
membiayai (mencatat rugi laba), dan memproduksi (mengoprasikan), maka sangat
penting untuk mengetahui bagaimana aktivitas MO berjalan. Karena itu pula, kita
mempelajari bagaimana orang-orang mengorganisasikan diri mereka bagi perusahaan
yang produktif.

2. Kita mempelajari MO karena kita ingin mengetahui bagaimana barang dan jasa
diproduksi. Fungsi produksi adalah bagian dari masyarakat yang menciptakan produk
yang kita gunakan.

3. Kita mempelajari MO untuk memahami apa yang dikerjakan oleh manajer operasi.
Dengan memahami apa saja yang dilakukan manajer ini, kita dapat membangun keahlian
yang dibutuhkan untuk dapat menjadi seorang manajer seperti itu.

4. Apakah yang dilakukan oleh manajer operasional?


Manajer operasi mempunyai kedudukan sama dengan manajer fungsional lain seperti
manajer keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia yang melaksanakan fungsi
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, memimpin, dan
pengendalian. Manajer operasi menerapkan fungsi manajemen dalam proses pembuatan
keputusan.
Menurut Heizer dan Render (2008), beberapa keputusan yang diambil oleh
manajer operasi antara lain:
a. Desain produk dan jasa atau pelayanan, yang meliputi produk atau jasa
apa sajakah yang ditawarkan dan bagaimana mendesain produk dan jasa atau
pelayanan tersebut.
b. Manajemen kualitas, yang meliputi siapa yang bertanggung jawab terhadap kualitas
produk atau jasa dan bagaimana perusahaan mendefinisikan kualitas produk dan jasa
atau pelayanan tersebut.
c. Desain proses dan kapasitas, yang meliputi proses apa yang dibutuhkan untuk
membuat produk tersebut serta peralatan dan teknologi apa sajakah yang dibutuhkan
untuk melaksanakan proses tersebut.
d. Lokasi, yang meliputi di manakah lokasi yang tepat untuk melaksanakan
kegiatan operasi dan kriteria apakah yang digunakan sebagai dasar dalam mengambil
keputusan lokasi perusahaan.
e. Desain tata letak (layout), yang meliputi bagaimana mengatur fasilitas-fasilitas untuk
memudahkan kegiatan operasi dan mencapai tujuan.
f. Sumber daya manusia dan desain pekerjaan, yang meliputi bagaimana
menyediakan lingkungan kerja yang baik dan berapa banyak output yang
diharapkan dapat dihasilkan karyawan.
5. Perkembangan Manajemen Operasi
Adam Smith (1776) mengemukakan teori wealth of nations mengenai pembagian
kerja tenaga kerja yang berarti proses produksi dibagi menjadi beberapa tugas kecil yang
setiap tugas tersebut dilakukan oleh tenaga kerja yang berbeda. Spesialisasi tenaga kerja
dilakukan dengan cara pembagian pengerjaan tugas tertentu kepada tenaga kerja tertentu
yang dilakukan secara berulang-ulang. Hal ini akan menyebabkan tenaga kerja menjadi ahli
dalam tugas tersebut. Eli Whitney (1800) merupakan tokoh yang pertama memperkenalkan
pertukaran bagian-bagian produk melalui standardisasi dan kontrol kualitas. Dengan
temuannya tersebut, Whitney menandatangani kontrak dengan Pemerintah Amerika Serikat
untuk produksi 10.000 senapan. Keberhasilan Whitney tersebut karena mampu menawarkan
harga yang paling rasional dengan adanya pertukaran bagian-bagian produk.
Frederick W. Taylor (1881) dikenal sebagai bapak scientific management yang
berkontribusi terhadap perkembangan seleksi personal, penjadwalan dan perencanaan, studi
pergerakan, serta ergonomics. Berdasarkan observasi, pengukuran, dan analisis, Taylor
mengidentifikasi metode-metode terbaik untuk setiap pekerjaan. Setelah suatu metode
ditentukan, metode tersebut dibuat menjadi standar untuk semua pekerja dan pekerja yang
mengikuti standar tersebut (berarti menghasilkan lebih banyak produk) akan diberikan
insentif. Salah satu kontribusi pemikiran terbesarnya adalah manajemen seharusnya lebih
banyak menggunakan cara-cara baru dan agresif dalam menemukan dan menggunakan
metode-metode kerja baru. Taylor bersama dengan Henry L. Gantt dan Lilian Gilberth
merupakan tokoh-tokoh yang pertama kali menemukan cara-cara produksi terbaik. Salah
satu kontribusi Taylor yang lain adalah pemikirannya bahwa manajemen
seharusnya lebih bertanggung jawab atas
1. Kesesuaian tenaga kerja dengan pekerjaan,
2. Penyediaan pelatihan yang sesuai,
3. Penyediaan metode kerja dan peralatan yang sesuai,
4. Pemberian insentif atas penyelesaian pekerjaan.
Pada tahun 1913, Henry Ford dan Charles Sorensen mengombinasikan standardized
parts dengan kuasi-assembly lines yang melahirkan konsep assembly line, yaitu produksi
dengan cara tenaga kerja diam dan material yang bergerak. Ford juga menemukan metode
Model T yang mampu mengurangi waktu yang diperlukan untuk merakit sebuah mobil dari
728 jam menjadi 1,5 jam. Metode ini dilakukan dengan mengembangkan suatu kerangka
mobil model T yang bergerak perlahan melalui suatu conveyor dengan enam pekerja di
sekitarnya yang mengambil bagian-bagian rakitan di sebelah mereka, kemudian
memasangnya pada mobil. Metode ini berhasil memproduksi produk dalam jumlah banyak
dengan produk-produk standar untuk pasar massa yang disebut produksi massa. Manufaktur
Amerika Serikat selanjutnya dengan cepat mengadopsi produksi massa selama 50 tahun
berikutnya dan berhasil mendominasi manufaktur dunia.
Kontrol kualitas merupakan salah satu kontribusi besar dalam sejarah perkembangan
manajemen operasi. Walter Shewhart (1924) mengombinasikan pengetahuannya mengenai
statistik dengan control kualitas yang menghasilkan konsep statistical sampling dalam
control kualitas. Selanjutnya, ide mengenai pergerakan manusia pada tahun 1930-an
oleh Elton Mayo dengan Hawthorne Study menjelaskan bahwa motivasi tenaga kerja, seperti
aspek teknis lainnya, turut memengaruhi produktivitas. Setelah itu, lahirlah berbagai teori
motivasi dan produktivitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti Herzberg, Maslow,
dan McGregor.
W. Edwards Deming (1950) mengemukakan pemikiran bahwa manajemen harus
melakukan hal-hal lebih dalam meningkatkan lingkungan kerja dan proses sehingga kualitas
juga dapat ditingkatkan. Perkembangan manajemen operasi terus-menerus dilakukan dengan
kontribusi dari berbagai disiplin ilmu yang lain, seperti teknik industri dan manajemen sains.
Disiplin ilmu tersebut bersama dengan statistik, manajemen, dan ekonomi berkontribusi
terhadap perkembangan model dan pengambilan keputusan.
Inovasi dari sains fisik (biologi, anatomi, kimia, dan fisika) juga berkontribusi
terhadap perkembangan manajemen operasi. Inovasi-inovasi tersebut, misalnya bahan
perekat baru, integrasi sirkuit yang lebih cepat, dan sinar gama, membersihkan produk
makanan dan kaca kualitas tinggi untuk LCD dan TV plasma. Inovasi produk dan proses
sering kali tergantung pada perkembangan ilmu fisika.
Di samping ilmu fisik, teknologi informasi juga turut memengaruhi perkembangan
manajemen operasi. Penggunaan jaringan tanpa kabel, internet, dan e-commerce dapat
menurunkan biaya dan meningkatkan akselerasi komunikasi.
6. Operasi pada Sektor Jasa

Pengertian Jasa atau pelayanan (services) didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi


yang menghasilkan waktu, tempat, bentuk, dan kegunaan psikologis (Haksever et al.,
2000). Jasa atau pelayanan juga merupakan kegiatan, proses, dan interaksi, serta
merupakan perubahan dalam kondisi orang atau sesuatu dalam kepemilikan pelanggan
(Edvardsson et al., 2005). Jasa merupakan kegiatan, perbuatan, atau kinerja yang bersifat
tidak nampak. Jasa juga merupakan struktur komprehensif, bukan tunggal, dan secara
konsisten digunakan secara unidimensional.

Perbedaan antara produk dan jasa juga merupakan sesuatu yang terus menjadi
perdebatan. Oleh karena itu, pengertian jasa bersifat ambigu dan kadang-kadang
menyesatkan. Edvardsson (1997) memandang jasa atau pelayanan sebagai bagian dari
konsep yang luas suatu produk. Produk meliputi barang, jasa, perangkat lunak komputer,
atau kombinasinya. Pelanggan terlibat sebagai pembantu produsen dalam proses
produksi, sementara jasa atau pelayanan diciptakan di dalam dan selama proses produksi.
Banyak definisi jasa atau pelayanan berfokus pada pelanggan dan pada kenyataannya,
jasa atau pelayanan memang disediakan sebagai solusi bagi penyelesaian masalah
pelanggan. Jasa atau pelayanan dilakukan dengan interaksi antara pelanggan dan
karyawan penyedia jasa atau pelayanan tersebut. Definisi mengenai jasa Edvardsson et al.
(2005) berfokus pada penawaran kepada pelanggan, sehingga jasa atau pelayanan
merupakan segala sesuatu pada level abstrak dan bisa dioperasionalisasikan dan
diinterpretasikan dengan cara yang berbeda. Pelayanan pada level empiris mencakup
berbagai perbedaan penawaran, organisasi, dan pelanggan. Definisi jasa atau pelayanan
tergantung pada pendekatan atau cara pandang. Pendekatan pertama menekankan jasa
sebagai kegiatan yang merupakan obyek pertukaran. Pendekatan kedua, yaitu pelayanan
yang dijelaskan sebagai pandangan terhadap penciptaan nilai. Pandangan yang lebih luas
menyatakan adanya peran pelanggan dan penekanan pada nilai penggunaan jasa,
sehingga pelayanan merupakan kegiatan, proses, kinerja, interaksi, pengalaman, dan
solusi terhadap berbagai permasalahan pelanggan. Menurut Mersha dan Adlakha (1992),
karakteristik unik jasa memberi kontribusi pada kekompleksan dalam menilai dan
mengelola kualitas pelayanan. Kategorisasi jasa juga mencakup berbagai kegiatan yang
berakar pada struktur sosial dan sistem produktif. Ammer mendefinisikan industri jasa
sebagai industri yang menghasilkan pelayanan, bukan barang (Sampson & Froehle,
2006). Bisnis pelayanan merupakan nilai yang dipersepsikan dan ditawarkan kepada
pembeli yang lebih ditentukan oleh pelayanan daripada produk. Jasa juga merupakan
hasil dari keinginan pelanggan. Definisi yang disampaikan oleh akademisi memfokuskan
pada karakteristik jasa, misalnya jasa merupakan barang yang tidak nampak dan
dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi. Jasa biasanya tergolong padat karya
(labor-intensive).

Karmarkar dan Pitbladdo (1995) menjelaskan karakteristik jasa meliputi output


pelayanan yang tidak nampak, kurangnya persediaan, kesulitan dalam portabilitas,
kompleksnya pendefinisian dan pengukuran, dan sering kali ada dalam produksi bersama
antara penyedia jasa dan pembeli jasa. Jasa juga merupakan perubahan dalam kondisi
orang atau kepemilikan barang pada berbagai unit ekonomi.

Ada tiga dimensi inti jasa atau pelayanan, yaitu:

a. Kegiatan

b. Interaksi (yang disebut sebagai pelayanan yang terpisah dari produk fisik), dan

c. Solusi terhadap permasalahan pelanggan.

Pelanggan tidak selalu membeli barang atau jasa, tetapi selalu mendapat penawaran.
Pelayanan yang ditawarkan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam
perusahaan jasa, pelanggan merupakan input. Jasa atau pelayanan yang disediakan oleh
penyedia jasa tidak dapat dilaksanakan tanpa kehadiran pelanggan sebagai input
pelayanan tersebut. Kepemilikan jasa juga hanya dapat dirasakan oleh pelanggan. Selain
itu, informasi sebagai input juga diperlukan dalam perusahaan jasa.

Industri jasa juga dapat diukur sama dengan industri manufaktur (Johnston, 2005), yaitu :

a. Produktivitas
Produktivitas tersebut meliputi produktivitas pelayanan, cara pengukuran
produktivitas pelayanan, keterkaitan produktivitas pelayanan dengan kualitas
pelayanan dan keuntungannya, serta bagaimana meningkatkan produktivitas dan
memperbaiki kualitas.

b. Kualitas pelayanan

Kualitas pelayanan merupakan sinonim kepuasan pelanggan. Hal ini harus didukung
dengan spesifikasi pelayanan, penentuan mekanisme untuk mengendalikan pelayanan
yang mencakup perilaku karyawan dan pelanggan, dan bagaimana mengelola
pelayanan agar sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

c. Efisiensi
Sementara itu, efisiensi merupakan pemetaan proses secara umum dan pendekatan
yang digunakan agar organisasi jasa dapat memberikan pelayanan sesuai dengan
harapan pelanggan.Hal ini disebabkan kepuasan dan loyalitas pelanggan merupakan
kemampuan penting suatu organisasi jasa untuk menanggapi secara efektif kebutuhan
pelanggan (Silvestro, 2002). Rathmell membuat kategorisasi jasa atas tipe pembeli,
motif pembeli, praktek pembelian, tipe penjual, dan tingkat peraturan (Verma,
2000).Konsep paket produk pelayanan didasarkan pada ciri pelayanan yang nampak
dan tidak nampak. (Verma, 2000) juga menyatakan bahwa pelayanan disebut sebagai
kelompok humanistik primitif dan tidak efisien, sedangkan pemanufakturan sebagai
kelompok teknokratik yang memandang jauh ke depan dan efisien. Dalam pandangan
yang terintegrasi mengenai pelayanan atau jasa dinyatakan bahwa pengalaman dalam
perusahaan manufaktur tidak relevan untuk pengelolaan operasi jasa atau pelayanan
karena dua hal tersebut memang berbeda. Apabila akan digabungkan, banyak hal
yang harus dipahami oleh manajemen operasi, seperti perilaku organisasional,
konstruk pemasaran, dan berbagai teknik untuk menyelesaikan permasalahan operasi
jasa.Chase (1981) menyatakan bahwa perbedaan antara perusahaan manufaktur dan
perusahaan jasa adalah pada kontak dengan pelanggan. Perusahaan manufaktur
dikatakan efisien karena kontak dengan pelanggan rendah. Sementara itu, perusahaan
jasa dinyatakan tidak efisien karena tingginya kontak dengan pelanggan.Sampson dan
Froehle (2006) menyatakan bahwa dengan proses pelayanan, pelanggan menyediakan
input yang signifikan ke dalam proses produksi. Dengan proses pemanufakturan,
sekelompok pelanggan bisa memberikan kontribusi ide ke dalam desain produk,
namun pelanggan secara individual hanya berpartisipasi dalam memilih dan
mengonsumsi output. Proses pelayanan berbeda dari proses yang bukan pelayanan
hanya dalam hal keberadaan input pelanggan dan implikasinya. Oleh karena itu,
pemahaman isu unik dalam mengelola pelayanan menghendaki pemahaman terhadap
implikasi input pelanggan.

Input pelanggan tersebut merupakan akar penyebab isu yang unik dan merupakan
tantangan dalam manajemen jasa atau manajemen pelayanan.Organisasi jasa
merupakan suatu sistem yang menyediakan pelayanan bagi pelanggan. Organisasi
jasa memiliki misi, strategi, kebijakan, dan terdiri dari beberapa sistem. Sistem
operasi mendesain paket pelayanan dan sistem penyampaian yang terdiri dari:

a. Pemasaran

Sistem pemasaran mengelola hubungan organisasi dengan pelanggan, meliputi


periklanan, penjualan, promosi, distribusi, dan riset pemasaran.

b. Keuangan

c. Sumber daya manusia.

7. Tren Terkini dalam Manajemen Operasi


Salah satu alasan manajemen operasi merupakan ilmu yang menarik adalah ilmu ini
selalu dihadapkan pada kondisi yang selalu berubah. Baik pendekatan maupun hasil dari
keputusan manajer operasi sangat mungkin berubah. Dinamika ini terjadi karena berbagai
tekanan dari globalisasi perdagangan dunia hingga transfer ide, produk, dan uang dengan
kecepatan yg sangat tinggi.
Beberapa tantangan yang berubah bagi Manajer Operasi :
1) Fokus global
Penurunan biaya komunikasi dan transportasi secara tajam telah menghasilkan pasar
yang mendunia. Pada saat bersamaan sumber modal, bahan baku, talenta, dan tenaga
kerja juga menjadi menglobal. Hal ini juga yang mempercepat globalisasi adalah
negara-negara di seluruh dunia bersaing dalam pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi.
Manajer Operasi harus cepat tanggap terhadap penemuan-penemuan yang menghasilkan
dan menggerakkan ide, produksi, dan barang jadi secara cepat.
2) Kinerja Just-In-Time :
Sumberdaya keuangan yang besar dan digunakan untuk persediaan menyebabkan
membengkaknya biaya. Persediaan juga menghalangi respon yang cepat pada perubahan
yang terjadi di pasar. Manajer Operasi mengurangi persediaan pada setiap tingkatan,
mulai dari bahan baku hingga barang jadi.
3) Bersekutu dengan rantai-pasokan
Siklus hidup produk lebih singkat yang digerakkan oleh tuntutan dari pelanggan,
sebagaimana juga perubahan yang cepat dlm teknologi bahan dan proses, mengharuskan
para pemasok menyesuaikan diri dengan kebutuhan para pengguna akhir. Pemasok
biasanya memiliki keahlian yg unik, manajer operasi mencari pemasok dan membina
kemitraan jangka panjang dengan pihak yang mempunyai peran penting dalam rantai
pemasok.
4) Pengembangan produk yang cepat
Komunikasi internasional yang cepat dalam hal berita, hiburan, dan gaya hidup
membuat waktu siklus produk menjadi lebih pendek. Manajer Operasi mengatasinya
dengan teknologi dan kerjasama yang lebih cepat dan manajemen yang lebih efektif.
5) Kustomisasi massal :
Saat kita memandang dunia sebagai pasar, perbedaan individu terlihat jelas. Perbedaan
budaya yang ditegaskan lagi oleh perbedaan individu. Dalam dunia dimana konsumen
semakin sadar akan banyaknya penemuan dan pilihan akan memberikan tekanan pada
perusahaan. Manajer Operasi mengatasinya dengan proses produksi yang lebih fleksibel
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Tujuan utama nya adalah menciptakan produk
di saat dan di tempat dimana produk tsb dibutuhkan.
6) Pemberdayaan Pekerja
Berkembangnya pengetahuan dan tempat kerja yang memerlukan teknik membutuhkan
kemampuan lebih di tempat kerja. Manajer Operasi mengalihkan lebih banyak proses
pengambilan keputusan pada pekerjaan secara perorangan.
7) Produksi yang peka lingkungan
Manajer Operasi yang terus berusaha memperbaiki produktivitas lebih memperhatikan
perancangan produk dan proses-proses yang ramah lingkungan. Hal ini berarti desain
produk yg dapat terurai, komponen mobil yg dapat digunakan kembali/diproduksi ulang,
atau pengemasan yg lebih efisien.
8) Etika
Manajer Operasi bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan untuk membina
perilaku yang etis, misalnya Tidak memperkerjakan anak-anak, menolak penyuapan,
menghindari terciptanya polusi, dll.

8. Tantangan produktivitas
Dunia bisnis harus meningkatkan produktivitasnya, karena mereka akan menghadapi
pasar luas yang makin berkembang. Usaha meningkatkan produktiviytas ini dapat dilakukan
dengan cara memperbarui mesin-mesin dengan mesin modern, canggih agar
hasil produksinya tidak ketinggalan zaman dan efisien dalam melakukan proses produksi,
kembangkan kegiatan reseach and development. Sediakan untuk itu agar bisa
mengembangkan desain, mutu dan pasar baru dari produk yang dihasilkan. Di negara maju
banyak dicoba pemakaian robot untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan.
Kembangkan manajemen personalia agar karyawan dapat dimotivasi dalam meningkatkan
produksi dan moralnya lebih baik. Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan.
9. Etika dan tanggung jawab sosial
"Etika adalah pandangan, keyakinan dan nilai akan sesuatu yang baik dan buruk, maupun
benar dan salah.", menurut Griffin. Etika dalam manajemen sendiri, memiliki arti kelayakan
pengelolaan organisasi/perusahaan yang memenuhi kriteria etika. Tanggungjawab Sosial
dalam perusahaan (Corporate Social Responsibility) adalah bentuk kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam
rangka penjagaan lingkungan, norma-norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta
berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya.
Lingkungan fisik dan sosial berubah, demikian pula hukum dan nilai-nilai. Perubahan ini
memperlihatkan berbagai tantangan yg berasal dari perspektif yang saling bertentangan dari
pihak-pihak yg berkepentingan. Seperti pelanggan, penyalur, pemasok, pemilik, penyandang
dana, dan pekerja. Berikut tantangan etis yang dihadapi para manajer operasi :
a. Mengembangkan dan menghasilkan produk yg aman dan berkualitas
b. Menjaga lingkungan yg bersih
c. Menyediakan tempat kerja yang aman
d. Menghormati komitmen-komitmen dalam masyarakat

Вам также может понравиться