Вы находитесь на странице: 1из 52

ASUHAN KEPERAWATAN DAN SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIABETES MELLITUS

OLEH :
KELOMPOK 1
B11-A
DEVIRA PRADNYA PRATISTA (183222904)
I DW AYU AGUNG YULI UMARDEWI (183222909)
I GST AYU MURTINI (183222910)
LUH PT RATIH ARTASARI (183222919)
NI KM MEGAWATI (183222929)
NI LUH AYU KARMINI (183222930)
NI LUH PT VERY YANTHI (183222932)
NI PT SRI APRIANTINI (183222945)
NI WY CINTIA DEVI UTAMI (183222947)
NI WAYAN WAHYU ESTY UDAYANI (183222950)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkatNya-lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Asuhan
Keperawatan dan Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Mellitus” tepat pada
waktunya.

Makalah ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha penulis sendiri,


melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah
membantu baik bantuan secara fisik maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangan


pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini ini. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 25 November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................................................2

C. Manfaat........................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

A. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus..................................................................3

B. Asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus........................................21

1. Pengkajian..............................................................................................................21

2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................24

3. Intervensi...............................................................................................................24

4. Implementasi..........................................................................................................29

5. Evaluasi..................................................................................................................29

Satuan Acara Penyuluhan 30...................................................................................................30

BAB III.....................................................................................................................................52

PENUTUP................................................................................................................................52

A. Simpulan....................................................................................................................52

B. Saran..........................................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................53

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini di Indonesia telah mengalami pergeseran pola penyakit dari penyakit
menular ke penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak menular yang paling sering
diderita oleh masyarakat adalah diabetes mellitus. Diabetes Mellitus adalah penyakit
metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan
gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif. (Kemenkes, 2013).

Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan adanya


peningkatan. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF) (2014).
Jumlah penderita DM sebanyak 366 juta jiwa di tahun 2011 meningkat menjadi 387 juta
jiwa di tahun 2014 dan diperkirakan akan bertambah menjadi 592 juta jiwa pada tahun
2035. Jumlah kematian yang terjadi pada tahun 2014 sebanyak 4,9 juta jiwa dimana
setiap tujuh detik terdapat satu kematian dari penderita DM di dunia. Menurut WHO
(2013) sebanyak 80% penderita DM di dunia berasal dari negara berkembang salah
satunya adalah Indonesia. Peningkatan jumlah penderita DM yang terjadi secara
konsisten menunjukkan bahwa penyakit DM merupakan masalah kesehatan yang perlu
mendapat perhatian khusus dalam pelayanan kesehatan di masyarakat.

Sementara di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun


2013, prevalensi diabetes di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter
sebesar 1,5 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%), dan Nusa Tenggara Timur 3,3 %. (Kemenkes, 2013).

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan


membutuhkan pengelolaan seumur hidup dalam mengontrol kadar gula darahnya agar
dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Penderita DM yang tidak dapat mengontrol

1
gula darahnya akan memiliki potensi mengalami komplikasi hiperglikemi dimana kondisi
ini akan selalu diikuti komplikasi penyempitan vaskuler, yang berakibat pada
kemunduran dan kegagalan fungsi organ otak, mata, jantung dan ginjal (PERKENI,2011).
Peningkatan komplikasi dan angka kematian pada penderita DM tipe 2 terjadi jika
penderita tidak melakukan terapi pengelolaan DM sesuai dengan saran yang telah
diberikan oleh petugas kesehatan.

Pengelolaan penyakit DM dikenal dengan empat pilar utama yaitu penyuluhan


atau edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani atau aktivitas fisik dan intervensi
farmakologis. Keempat pilar pengelolaan tersebut dapat diterapkan pada semua jenis tipe
DM termasuk DM tipe 2. Untuk mencapai fokus pengelolaan DM yang optimal maka
perlu adanya keteraturan terhadap empat pilar utama tersebut. (PERKENI 2011). Peran
perawat sangat dibutuhkan dalam mencapai kesuksesan pengelolaan penyakit diabetes
mellitus. Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Secara promotif perawat dapat memberikan penjelasan pada klien tentang
penyakit Diabetes Melitus mulai dari penyebab sampai dengan komplikasi yang akan
terjadi bila tidak segera ditangani. Kemudian pada aspek preventif perawat memberikan
penjelasan bagaimana cara penyebaran penyakit Diabetes Melitus. Secara kuratif perawat
berperan memberikan obat-obatan sebagai tindakan kolaborasi dengan tim dokter. Aspek
rehabilitatif meliputi peran perawat dalam memperkenalkan pada anggota keluarga cara
merawat pasien dengan Diabetes Melitus dirumah, serta memberikan penyuluhan tentang
pentingnya menjaga kadar gula darah.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit diabetes mellitus
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui satuan acara penyuluhan pada pasien dengan diabetes mellitus

C. Manfaat
Dengan mempelajari Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan Diabetes Mellitus diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang topic
tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Mellitus


1. Pengertian
Diabetes Mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah ( hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin ( Smeltzer & Bare, 2013).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.
Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative termasuk salah satu
penyakit patologik (Suprapto & Hasdianah,2014)
Berikut Tipe Diabetes dalam Smeltzer & Bare (2013) :
a. Diabetes tipe I adalah diabetes tergantung insulin ( Insulin dependent diabetes
mellitus atau IDDM). Kurang lebih 5% hingga 10% penderita mengalami tipe
ini. Pada DM tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah
makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa
tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsi)
b. Diabetes tipe II adalah diabetes tidak tergantung insulin ( Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus atau NIDDM). Kurang lebih 90% hingga 95%
penderita mengalami tipe ini,terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap
insulin yang disebut resistensi insulin atau akibat penurunan jumah produksi
insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk

3
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor
khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan
insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II
c. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
(Diabetes sekunder).
Seperti kelainan genetic kelainan sel beta yang dikenali dengan nama MODY,
kelainan genetic pada kerja insulin yang disebut sindrom resistensi insulin
berat dan akantosi snegrikans, penyakit pada eksokrin pancreas yang
menyebabkan pancreatitis kronik, penyakit endokrin seperti sindrom cushing
dan akromegali serta obat-obat yang bersifat toksik pada sel-sel beta.
(Price,2006)
d. Diabetes gestasional
Terjadi sekitar 2-5% dari seluruh kehamilan. Disebabkan oleh hormone yang
disekresi oleh plasenta dan menghambat kerja insulin.
Faktor resiko terjadinya mencakup usia diatas 30 tahun, obesitas,riwayat
diabetes dalam keluarga dan pernah melahirkan bayi diatas 41/2 kg

2. Etiologi
a. Diabetes tipe I
Ditandai oleh penghancuran sel sel beta pancreas. Kombinasi factor genetic,
imunologi dan mungkin pula lingkungan ( misalnya : infeksi virus). (Smeltzer
& Bare, 2013) :
4
1) Factor- factor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri melainkan
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang
memilki tipe antigen HLA ( Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan sekumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainya. 95% pasien berkulit putih
( Cucasian) dengan diabetes tipe I memperlihatkan tipe HLA yang spesfik
( DR3 atau DR4)
2) Faktor- factor Imunologi :
Pada Diabetes tipe I terdapat bukti adanya respon autoimun. Respon ini
merupakan respons abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut dianggapnya
seolah sebagai jaringan asing. Autoantibody terhadap sel sel pulai
langerhans dan insulin endogen ( Internal) terdeteksi pada timbulnya
gejala klinis Diabetes tipe I
3) Factor factor Lingkungan
juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan factor eksternal yang dapat
memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang
menyatakan bahwa virus atai toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada dibetes tipe II masih belum diketahui. Factor genetic
diperkirakan memegang peranan penting dalam proses terjadinya resistensi
insulin (Smeltzer & Bare,2013).
Selain itu terdapat juga factor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II yaitu :
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 thn)
2) Obesitas
3) Riwayat Keluarga
4) Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk
asli Amerika Serikat tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk terjadinya diabetes mellitus tipe II diabndingkan golongan Afro-
Amerika)
3. Manifestasi Klinis
1. Secara umum dalam ( Smeltzer & Bare, 2013) manifestasi DM adalah :
a. Poliuria

5
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsia
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum
c. Polifagia
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi
walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
d. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,
akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
e. Keletihan dan kelemahan perubahan pandangan secara mendadak, senasi
kesemutan atau kebas ditangan dan kaki, kulit kering, lesi kult atau luka yang
lambat sembuh serta infeksi berulang
f. Awitan diabetes tipe I dapat disertai dengan penurunan berat badan mendadak,
mual, muntah, dan nyeri lambung’
g. Awitan diabetes tipe II disebabkan intoleransi glukosa yang progresif serta
berlangsung perlahan dan mengakibatkan komplikasi jangka apabila diabtes
tidak teratasi
2. Berdasarkan tipe Diabetes Mellitus dalam ( Smeltzer & Bare,2013) adalah:
a. Diabetes tipe I
1) Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda ( <30 tahun)
2) Biasnya bertubuh kurus pada saat didiagnosis , dengan penurunan berat
badan yang baru saja terjadi
3) Etiologi mencakup factor genetic, imunologi, dan lingkungan
4) Sering memilki antibody sel pulau langerhans
5) Sedikit atau tidak mempunyai insulin endogen
6) Memerlukan insulin untyk mempertahankan kelangsungan hidup
7) Cenderung mengalami ketosis jika tidak memilki insulin
8) Komplikasi akut hiperglikemi : ketoasidosis metabolic
b. Diabetes tipe II
1) Awitan terjadi di segala usia , biasnya diats 30 tahun
2) Biasanya bertubuh gemuk atau obesitas
3) Etilogi mencakup factor obesitas, herediter dan lingkungan
4) Tidak ada antibody sel pulau langerhans
5) Mayoritas penderita obesitas mengendalikan kadar glukosa darahnya
melalui penurunan berat badan
6
6) Mungkin memerlukan insulin dalam waktu pendek mencegah
hiperglikemia
7) Ketosis jarang terjadi, kecuali keadaan stress
8) Komplikasi akut : Sindrome hipeosmoler nonketotik

4. Patofisiologis
 Patofisiologi secara umum
Menurut Price (2006) dalam Wijaya (2013), Diabetes Mellitus mengalami
defisiensi insulin menyebabkan glukagon meningkat sehingga terjadi pemecahan
gula baru (Glukoneogenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat
kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya
peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton didalam
urine) dan kadar natrium menurun serta PH serum menurun yang menyebabkan
asidosis. Difisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi (hiperglikemia).
Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul
glikosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan deuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)
sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negatif
sehingga menimbulkan rasa lapar (polipagia).Penggunaan glukosa oleh sel
menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun sehingga
tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan
membrane basalis dan perubahan pada syaraf perifer.
Menurut Smeltzer & Bare (2013) patofisiologi dari diabetes adalah:
1. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial. Dengan
tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul glukosuria
(glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera
makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan
sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton
7
yang dapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya
ketoasidosis.
Ketoasidosis diabetk yang diakibatkan dapat menyebabkan tanda gejala
seperti mual, muntah, nyeri abdomen, hiperventilasi, dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian (Smeltzer &
Bare, 2013)
2. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor
kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak
dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme
inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan
maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun
demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadilah DM tipe II
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetik tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe II,
meskipun demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainya, yaitu sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik.
Penanganan primer diabetes tipe II adalah menurunkan berat badan, karena
resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan merupakan unusr yang
penting juga meningkatkan efektivitas insulin. ( Smletzer & Bare, 2013)

8
5. Pathway

Faktor imunologi Umur diatas 30 obesitas


genetik tahun

Infeksi virus Penurunan fungsi leokosit


Antigen HLA Intioleransi insulin Peningkatan pemasukan

(DR3/DR4) karbohidrat

Merusak
Gangguan fungsi fungsi imun
limfosit Insulin tdak adekuat
Resiko infeksi

Kerusakan sel
beta Penurunan jumlah insulin

Glukosa tidak dapat dihantar ke sel

hiperglikemia Angiopati diabetik


Ginjal tak mampu Intake glukosa sel
memfiltrasi berkurang Perubahan
Kekuranga 9
glukosa nutrisi
Peningkatan kurang
pemecahan Pembuluh
Pembentukan
Diuretik osmotik Penurunan asupan Mikroangiopati Pandangan kabur
n volume
glukosuriaMerangsang rasa haus dari kebutuhan Luka sulitaliran ganggren Neuropati perifer
Tergangggunya
makroangiopati
polineuropati darah
protein terglikasi
polidipsi protein dan lemak
polifagi iskemik trauma retinopati
poliuria
cairan ketoasidosis Sel kelaparan nutrisi dan O2 ulkus
infeksi trauma
darahsembuh
ke kaki
Pernafasan kusmaul
G3 sensori
motorik

Ketidakefektifan
Pola Nafas

Resiko Cedera

Gangguan
integritas
nyeri
kulit
10
Diabetes Mellitus dengan Komplikasi
Defisiensi Insulin

Glucagon Penurunan pemakaian


Glukosa oleh sel
gluconeogenesis Hiperglikemia

glycosuria
lemak protein
Osmotic diuresis
ketogenesis BUN
Dehidrasi
ketonemia Nitrogen Urine
Hemokonsentrasi
PH Mual, muntah
Trombosis
Asidosis
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Aterosklerosis
Koma
Kematian
Makrovaskuler Mikrovaskuler

Jantung Serebral Ekstremitas Retina Ginjal

Miokard infark Stroke Ganggren Retinopati Nefropati


diabetic

Gangguan Integritas Kulit


Ggn Pengelihatan Gagal
Ginjal

11 Resiko Cidera
6. Komplikasi
1. Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes diklasifikasikan sebagi komplikasi
yang akut dan kronik ( Smeltzer & Bare,2013). komplikasi akut yang terjadi
akibat intoleransi glukosa yang berlangsung dan dalam jangka waktu yang pendek
adalah
a. Hipoglikemia
Suatu keadaan dimana kadar gula darah dibawah 50 atau 60 mg/dll (2,7-
3,3 mmol/L), dapat terjadi karena intake nutrisi tidak adekuat, latihan fisik
yang berlebihan serta efek pemberian insulin OHO
Pada hipoglikemia ringan, kadar glukosa darah menurun, system saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah dapat
menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan lapar.
Pada hipoglikemia sedang penurunan kadar glukosa darah menyebabkan
sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik.
Tanda-tandanya itu mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi,sakit
kepala,vertigo , penurunan daya ingat.
Pada hipoglikemia berat, Gejalanya yaitu klien mengalami disorientasi ,
serangan kejang,sulit dibangunkan dari tidur,atau bahkan kehilangan
kesadaran.
b. DKA ( Ketoasidosis diabetic)
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak.
c. HHNK ( Sindrom Hiperglikemia Hipeosmoler Nonketotik)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of awareness).
2. Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan diabetes mellitus
mencakup :
a. Penyakit makrovaskular ( pembuluh darah besar) : mempengaruhi sirkulasi
koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak. misalnya
makroangiopati pada pembuluh darah perifer sehingga bila luka sukar sembuh,
hipertensi akibat peningkatan viskositas dan penurunan elastisitas pembuluh
darah.
1) Penyakit Arteri Koroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan
peningkatan insidensi infark miokard pada penderita Diabetes Mellitus.
2) Penyakit Serebrovaskuler

12
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau
pembentukan embolus ditempat lain dalam sistem pembuluh darah yang
kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah
serebral dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas (TIA = Transient
Ischemic Attack)
3) Penyakit Vaskuler Perifer
Menurut Smeltzer & Bare (2013), perubahan aterosklerotik dalam
pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah merupakan penyebab utama
meningkatnya insiden gangren dan amputasi pada pasien-pasien Diabetes
Mellitus. Hal ini disebabkan karena pada penderita Diabetes Mellitus
sirkulasi buruk, terutama pada area yang jauh dari jantung, turut
menyebabkan lamanya penyembuhan jika terjadi luka.
b. Penyakit mikrovaskular ( pembuluh darah kecil) : mempengaruhi mata,
( retinopati), dan ginjal *( nefropati, control kadar gula darah untuk menunda
atau mencegah awita komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular
1) Retinopati Diabetik
Retinopati Diabetik merupakan kelainan retina yang ditemukan
pada penderita diabetes mellitus dimana retinopati akibat perubahan pada
pembuluh darah kecil di retina. Pada retinopati diabetik secara perlahan
terjadi kerusakan pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata sehingga
mengalami kebocoran sehingga terjadi penumpukan cairan (eksudat) yang
mengandung lemak serta pendarahan pada retina yang lambat laun dapat
menyebabkan penglihatan buram, bahkan kebutaan. Bila kerusakan retina
sangat berat, seorang penderita diabetes dapat menjadi buta permanen
sekalipun dilakukan usaha pengobatan
2) Nefropati
Segera sesudah terjadi diabetes, khususnya bila kadar glukosa
darah meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress
yang menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai
akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat. Kenaikan
tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya
nefropati.
3) Neuropatik
a) Pengertian
Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering
pada diabetes mellitus (DM), sekitar 50% dari pasien dengan DM tipe

13
1 dan tipe 2. Neuropati diabetika perifer meliputi gejala atau tanda-
tanda disfungsi pada saraf perifer pada penderita diabetes mellitus
setelah penyebab lainnya disingkirkan. Neuropati perifer simetrik yang
mengenai system saraf motorik serta sensorik ekstremitas bawah yang
disebabkan oleh je- jas sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan
akson saraf. Neu-ropati otonom dapat menimbulkan impotensi seksual
yang bersifat fokal (mononeuropati diabetik) paling besar
kemungkinannya disebabkan oleh makroangiopati.
Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan pada
saraf :
1. Kontrol gula darah yang buruk
2. Usia tua
3. Lama menderita DM.
4. Risiko neuropati meningkat bergantung lama pasien menderita
DM, terutama pada pasien yang tidak pernah mengontrol gula
darahnya.Neuropati perifer sering terjadi pada pasien yang telah
terkena diabetes mellitus sekitar 25 tahun.
5. Merokok
6. Asupan tinggi alcohol
b) Tanda dan Gejala
Gejala yang muncul tergantung pada lokasi dan jenis saraf yang
mengalami neuropati. Bentuk yang sering terjadi adalah:
1) Neuropati sensori-motorik (saraf sensori-motorik : persarafan yang
mengatur sistem sensorik/persepsi dan pergerakan)
2) Gejala sensorik : kesemutan, baal, kebas, mati rasa, nyeri, sensasi
tertusuk/terbakar.
3) Gejala motorik : kelemahan otot
4) Neuropati otonom (saraf otonom : persarafan yang mengatur
berbagai sistem dalam tubuh dan bekerja diluar kesadaran)
5) Gejala neuropati otonom tergantung pada persarafan otonom
sistem organ mana yang mengalami neuropati.
6) Gejala kardiovaskular : lemah, pusing, sakit kepala, penurunan
toleransi latihan/aktivitas, gangguan denyut jantung, salah
satu/kedua kaki sering terasa dingin, hipotensi ortostatik (tekanan
darah menurun pada perubahan posisi berbaring – duduk – berdiri)
7) Gejala saluran pencernaan : kembung, mual, muntah, diare,
konstipasi, nyeri ulu hati, nyeri perut.
14
8) Gejala sistem urinasi: hilangnya kontrol berkemih.
9) Gangguan fungsi seksual : disfungsi ereksi, penurunan libido,
dispareunia (nyeri selama hubungan seksual), berkurangnya
pelumasan vagina, anorgasmi.
10) Gejala kulit : gatal, kulit kering, hilangnya rambut – rambut halus
kulit.
11) Lain – lain : depresi, ansietas (kecemasan), gangguan tidur
c) Komplikasi
Beberapa komplikasi neuropati diabetik yang paling serius adalah :
1) Kaki diabetes (diabetic foot): akibat dari hilang/berkurangnya
kemampuan kaki merasakan nyeri bila terjadi trauma, disertai
perubahan tertentu pada kulit dan otot kaki yang juga
mempermudah terjadinya ulkus (luka yang dalam).
2) Silent Miocardial Infark : pada penderita neuropati diabetik,
serangan jantung sering tidak disertai nyeri dada seperti yang
lazimnya dialami pasien serangan jantung. Gejala seringkali tidak
khas, dapat hanya berupa sesak, lelah, atau nyeri ulu hati.
Absennya nyeri dada ini sering membuat serangan jantung
terlambat diketahui, sehingga tidak dapat segera ditangani dan
berakibat fatal.
3) Batu empedu : akibat menurunnya gerak kontraksi kandung
empedu, sehingga terjadi perlambatan aliran cairan empedu yang
memudahkan terbentuknya batu empedu.
4) Gastritis : akibat menurunnya gerak kontraksi lambung karena
gangguan saraf otonom saluran cerna, asam lambung menggenang
lebih lama dalam lambung dan mengiritasi lambung.
7. Penatalaksanaan
Menurut Margareth (2012), tujuan utama terapi DM adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi
terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM
adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia
dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
a. Diet

15
1) Syarat diet DM hendaknya dapat:
 Memperbaiki kesehatan umum penderita
 Mengarahkan pada berat badan normal
 Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
 Mempertahankan kadar KGD normal
 Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
 Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
 Menarik dan mudah diberikan
2) Prinsip diet DM, adalah:
 Jumlah sesuai kebutuhan
 Jadwal diet ketat
 Jenis: boleh dimakan/tidak
3) Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
 Diit DM I : 1100 kalori
 Diit DM II : 1300 kalori
 Diit DM III : 1500 kalori
 Diit DM IV : 1700 kalori
 Diit DM V : 1900 kalori
 Diit DM VI : 2100 kalori
 Diit DM VII : 2300 kalori
 Diit DM VIII: 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus.Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
 JI : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
 J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
 J III : jenis makanan yang manis harus dihindari

16
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body
weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BBR = < BB (Kg) / TB (cm) – 100 > X 100 %
Kurus (underweight)
Kurus (underweight) : BBR < 90 %
Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
Obesitas, apabila : BBR > 120 %
Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita
DM yang bekerja biasa adalah:
Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
Normal : BB X 30 kalori sehari
Gemuk : BB X 20 kalori sehari
Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
 Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas
insulin dengan reseptornya.
 Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
 Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
 Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
 Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan

17
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah
satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam
cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
d. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
 Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
 Kerja OAD tingkat reseptor
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
a) Ekstra pankreatik Biguanida pada tingkat prereseptor
 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
3) Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
1) Suntikan insulin subkutan

18
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan
subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor
antara lain:
2) lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan
paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi
lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan
kecepatan absorpsi setiap hari.
3) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30
menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah
dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
8. Pemeriksaan Penunjang
Mansjoer (2001) mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang sangat penting
dilakukan pada penderita DM untuk menegakkan diagnose kelompok resiko DM yaitu
kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun), obesitas, hipertensi, riwayat keluarga
DM riwayat kehamilan dengan bayi lebih dari 4000 gram, riwayat DM selama kehamilan.
Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian dapat diikuti
dengan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Untuk kelompok resiko yang hasil
pemeriksaan nya negatif, perlu pemeriksaan ulang setiap tahunnya.
Pada pemeriksaan dengan DM dipemeriksaan akan didapatkan hasil gula darah
puasa >140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan gula darah post prandial >200mg/dl.
Selain itu juga dapat juga dilakukan pemeriksaan antara lain:
1. Aseton plasma (keton) > positif secara mencolok
2. Asam lemak bebas:kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Elektrolit :natrium naik ,turun kalium naik, turun, fosfor turun
4. Gas Darah Arteri :menunjukkan PH menurun dan HCO3 menurun (Asidosis
Metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
5. Urine: Gula dan aseton positif (berat jenis dan osmolaritas meningkat.
6. Kultur dan Sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih
infeksi saluran pernafasan, dan infeksi pada luka

19
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELLITUS

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.
a. Anamnesea.
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Kaji Kemungkinan ditemukan gejala banyak minum,banyak kencing,dan
banyak makan, klien mengeluh pandangan kabur, baal atau kesemutan
pada kaki atau tangan
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji pengobatan apa yang dilakukan oleh klien., apa yang dirasakan atau
keluhan klien saat pengkajian, tanda hipoglikemia, kulit dingin, pucat,
takikardi . serta adanya penurunan berat badan
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji Kemungkinan klien mengalami riwayat obesitas ,aktifitas fisik yang
kurang,pola makanyang salah,pernah operasi atau infeksi pankreas,
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas,maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita
5) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau
penyakit keturunanyang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
misal hipertensi, jantung
b. Pengkajian kebutuhan dasar ( Pola Gordon)
1) Pola persepsi terhadap kesehatan

20
Gambaran kesehatan secara umum, pasien mengenal atau tidak tentang
penyakit
2) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas dibantu atau tidak, turgor kulit menurun, adanya kelemahan
atau keletihan
Oksigenasi : Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
3) Pola istirahat tidur
Perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur (nyeri, bangun malam untuk minum),
4) Pola nutrisi metabolik
Adanya polifagi, polidipsi, mual dan muntah
5) Pola Eliminasi
BAK : Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
BAB : adanya diare
6) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,apakah
penglihatan kabur / ganda, , lensa mata keruh.
7) Pola konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan,harga diri,gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri.
8) Pola koping
Cara penyelesain masalah individu
9) Pola Seksualitas dan reproduksi
10) Pola hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-
lainnya.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam
hidup. (Margareth,2012)
c. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita , tingkat kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah,apakah penglihatan kabur / ganda, , lensa
mata keruh.
3) Sistem integument
21
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkusdan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambutdan kuku.
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang,takikardi/bradikardi,hipertensi/hipotensi,
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atausakit saat
berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren diekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
d. Pemeriksaan Penunjang

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(diuresis osmotic)
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan tidak adekuat (polipagia)
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi akibat
asidosis metabolic
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
e. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan
(nekrosis luka gangrene)
f. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit (diabetes mellitus)
g. Resiko cidera berhubungan dengan fisik (pengelihatan kabur)

3. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1 Kekurangan NOC: NIC :
volume caira
berhubungan  Fluid balance Fluid Management
 Hydration

22
dengan kehilangan  Nutritional - Pertahankan catatan intake dan output
cairan aktif Status : Food and yang akurat
(diuresis osmotik) Fluid Intake - Monitor status hidrasi ( kelembaban
Setelah dilakukan membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
tindakan keperawatan darah ortostatik ), jika diperlukan
selama….. defisit - Monitor hasil lab yang sesuai dengan
volume cairan teratasi retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
dengan kriteria hasil: urin, albumin, total protein )
- Monitor status nutrisi
 Mempertahankan - Monitor intake dan urin output setiap 8
urine output sesuai jam
dengan usia dan - Berikan cairan oral
BB, BJ urine - Dorong keluarga untuk membantu
normal, pasien makan
 Tekanan darah, - Kolaborasi pemberian cairan IV
nadi, suhu tubuh
dalam batas
normal
 Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik,
membran mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan
§

2 Ketidakseimbangan Setelah diberikan  NIC Label :


nutrisi : kurang dari asuhan keperawatan 1. Nutritional Monitoring
kebutuhan tubuh selama .... x 24 jam - Pantau berat badan pasien
- Pantau pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan diharpakan :
- Pantau turgor kulit
dengan intake  NOC Label : - Pantau intake dan diet kalori
makanan tidak 1. Nutritional status - Tentukan rekomendasi sumber energy
adekuat (polipagia) - Intake nutrient
(diet yang diperbolehkan, tergantung
- Intake makanan
- Intake cairan kondisi pasien : usia, berat badan, jenis
- Tenaga kelamin, aktivitas fisik)
- Rasio berat badan 2. Nutrition Management
dan tinggi badan - Tentukan status nutrisi pasien
- Hidrasi - Identifikasi alergi makanan atau
intoleransi
- Beritahu pasien tentang kebutuhan
nutrisi (diskusi panduan diet dan pirami
dan makanan)
- Tentukan banyaknya kalori dan tipe

23
nutrisi yang diperlukan
- Sesuaikan diet (sediakan makanan tinggi
protein, mengurangi atau menambah
kalori, mengurangi atau menambah
vitamin, mineral, dan suplemen)
- Pantau intake dan diet kalori
- Pantau gejala kelebihan atau kekurangan
berat badan
3 Ketidakefektifan Tujuan dan Kriteria NIC :
pola napas Hasil :
berhubungan Airway Management
dengan NOC :
- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
hiperventilasi  Respiratory status : lift atau jaw thrust bila perlu
akibat asidosis Ventilation - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
metabolic  Respiratory status : ventilasi
Airway patency - Identifikasi pasien perlunya pemasangan
 Vital sign Status alat jalan nafas buatan
Kriteria Hasil : - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Mendemonstrasi suction
kan batuk efektif - Monitor respirasi dan status O2
dan suara nafas Oxygen Therapy
yang bersih, tidak
ada sianosis dan - Atur peralatan oksigenasi
dyspneu (mampu - Pertahankan posisi pasien
mengeluarkan - Vital sign Monitoring
sputum, mampu
- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
bernafas dengan - Monitor suara paru
mudah, tidak ada - Monitor pola pernapasan abnormal
pursed lips) - Monitor suhu, warna, dan kelembaban
 Menunjukkan kulit
jalan nafas yang
paten
 Tanda Tanda
vital dalam rentang
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan)

4 Nyeri akut NOC NIC


berhubungan
dengan agen cedera  Pain Level Pain Management
fisik  Pain control
- Lakukan pengkajian nyeri secara
 Comfort level
komprehensif termasuk lokasi,

24
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
 Mampu mengontrol dan faktor presipitasi
nyeri (tahu - Observasi reaksi nonverbal dan
penyebab nyeri, ketidaknyamanan
mampu - Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan mempengaruhi nyeri seperti suhu
tehnik ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nonfarmakologi - Kurangi faktor presipitasi nyeri
untuk mengurangi - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan anaIgetik untuk mengurangi
nyeri, mencari
nyeri
bantuan)
 Melaporkan bahwa - Kolaborasikan dengan dokter jika ada
nyeri berkurang keluhan dan tindakan nyeri tidak
dengan berhasil
menggunakan
manajemen nyeri
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

5 Kerusakan Setelah diberikan NIC Label:


Integritas Kulit asuhan keperawatan Ulcer Care
berhubungan selama .... x 24 jam 1. Monitor warna, temperature, edema,
dengan nekrosis diharpakan : kelembaban, dan penampilan sekitar
kerusakan jaringan  NOC Label : kulit.
1. Tissue 2. Bersihkan ulserasi dengan cairan
(nekrosis luka
Integrity: Skin nontoxic, lakukan dengan gerakan
gangrene)
and Mucous memutar dari tengah
3. Gunakan permeable adhesive
Membrane
- Temperatur kulit membrane pada luka, larutan saline,
- Sensasi salep, dan pembalutan yang benar
- Elastisitas 4. Atur obat oral sesuai medikasi
- Hidrasi 5. Monitor tanda dan gejala infeksi
- Perspiration pada luka
- Integritas kulit
- Pigmentasi
abnormal
- Lesi pada kulit
- Lesi pada
membrane mukosa

6 Resiko infeksi NOC NIC


berhubungan
dengan penyakit  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
 Knowledge :
kronis (Diabetes -Batasi pengunjung bila perlu
25
Mellitus) Infection control -Instruksikan pada pengunjung untuk
 Risk control mencuci tangan saat berkunjung dan
Setelah dilakukan setelah berkunjung meninggalkan pasien
tindakan keperawatan - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
selama…… pasien tindakan keperawatan
tidak mengalami infeksi -Tingktkan intake nutrisi
dengan kriteria hasil: -Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap
 Klien bebas dari infeksi)
tanda dan gejala
infeksi - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
 Menunjukkan dan local
kemampuan untuk -Monitor hitung granulosit, WBC
mencegah -Pertahankan teknik aspesis pada pasien
timbulnya infeksi yang beresiko
 Jumlah leukosit - Berikan perawatan kulit pada area epidema
dalam batas normal -Inspeksi kulit dan membran mukosa
 Menunjukkan terhadap kemerahan, panas, drainase
perilaku hidup sehat -Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
 Status imun, - Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
gastrointestinal, sesuai resep
genitourinaria -Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
dalam batas normal gejala infeksi

7 Resiko Cedera NOC NIC


berhubungan
dengan fisik Risk Kontrol Environment Management (Manajemen
(Pengelihatan lingkungan)
kabur) - Sediakan Iingkungan yang aman untuk
Kriteria Hasil :
pasien
- Klien terbebas dari - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
cedera sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
- Klien mampu kognitif pasien dan riwayat penyakit
menjelaskan terdahulu pasien
cara/metode untuk - Hindarkan lingkungan yang berbahaya
mencegah (misalnya memindahkan perabotan)
- Memasang side rail tempat tidur
injury/cedera
- Mampu - Tempatkan saklar lampu ditempat yang
memodifikasi gaya mudah dijangkau pasien.
- Pindahkan barang-barang yang dapat
hidup untuk
membahayakan
mencegah injury
- Menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada

26
- Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan

4. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi ; ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien. Pada
tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang
diberikan dan kemajuan pasien atau kemunduran pasien terhadap hasil yang
diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu karena setiap
tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi dalam
hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian berdasarkan respon
klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang diperlukan. Ada 2 komponen
untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)
Fokus tiopeini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu
keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir tindakan keperawatan klien.

27
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES MELITUS

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Militus (DM) menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan. Telah
banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di
radio maupun televisi serta penyuluhan mengenai DM. Bahkan pada tanggal 14
November 2007 ditetapkan sebagai hari diabetes dunia. Melalui hari diabetes sedunia
ini diharapkan kita dapat menyadari akan bahaya komplikasi dari diabetes tersebut.
DM diartikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Tandra, 2008). Secara umum DM
dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu, tipe I yaitu Insulin Dependent Diabetes Militus
(IDDM), tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Militus (NIDDM), diabetes mellitus
yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya dan yang terakhir adalah
diabetes mellitus gestasional (GDM) ( Junaidi, 2009).
Adapun penyebab dari DM tersebut adalah kebanyakan karena pola makan
yang biasanya tinggi kolestrol atau gula dan bisa juga disebabkan karena obesitas,
gangguan dari produksi insulin dalam tubuh dan kerusakan pada kelenjar pankreas.
Gejala khas yang timbul pada pasien yang mengalami DM seperti poliuri, polidipsi,
polifagia, berat badan menurun, kelelahan, pengelihatan kabur, meningkatnya kadar
gula dalam darah dan air seni dan gejala- gejala lain yang mungkin dikeluhkan yaitu
1 pria dan pruritus pada vulva wanita (Tjahjadi,
kesemutan, gatal, impotensi pada
2002).
Angka kejadian DM di Indonesia diperkirakan sekitar 8,4 juta orang pada
tahun 2000 dan diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun yaitu sebanyak 21,3
juta orang penderita orang penderita Diabetes Mellitus. Prevalensi DM tertinngi
berada pada daerah Kalimantan Barat dan Maluku Utara (11,1%),Riau (10,4%), NAD
(8,5%), NTT(1,8%),dan Papua (1,7%) (Diabetes,2003). Jumlah pasien rawat inap di
RS di Indonesia dengan diagnosis DM tahun 2007 sebanyak 56.378 pasien dengan
angka kematian 7,38% ,kasus baru pada rawat jalan sebanyak 28.095 kasus
(Anonymous,2007).
Sebanyak 50% dari kasus diabetes melitus ini sebenarnya dapat dicegah bila
pasien tahu tentang penatalaksanaan dan cara mengontrol gula di dalam darah seperti

28
diet untuk DM dan olah raga. Oleh sebab itu penatalaksanaan dan cara mengontrol
gula darah sangat perlu diketahui oleh masyarakat terutama bagi penderita diabetes
millitus.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan peserta penyuluh
mengerti dan memahami hal-hal mengenai penyakit Diabetes Mellitus
penatalaksanaannya serta perawatan kaki (senam kaki).
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan pengertian dan penyebab diabetes Mellitus
b. Dapat menjelaskan tanda dan gejala diabetes Mellitus
c. Dapat menjelaskan komplikasi diabetes Mellitus
d. Dapat menjelaskan pencegahan dan penatalaksanaan diabetes Mellitus
e. Mampu menjelaskan upaya terapy tindakan dan diet bagi pasien diabetes
melitus.
f. Mengetahui penatalaksanaan jika terkena penyakit diabetes mellitus
g. Mengetahui serta mampu melakukan perawatan kaki untuk mencegah
terjadinya diabetic foot atau kaki diabetic

C. MATERI PENYULUHAN
1. Materi Diabetes Melitus
2. Penyebab Diabetes Mellitus
3. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
4. Perawatan kaki

D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. tanya jawab
3. demonstrasi

E. ALAT/MEDIA/SUMBER
1. Alat
1) Meja
2) Bangku
3) LCD
4) Layar proyektor
5) Laptop
6) koran
2. Media
a. Powerpoint
b. Video senam kaki diabetes melitus
c. Leaflet
d. Poster
3. Sumber
Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

29
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed 2.
Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofiiologi (Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit) Edisi 6. Jakarta : EGC

F. SASARAN
Penderita diabetes mellitus di Desa Penarungan, Kec. Mengwi, Kab. Badung.

G. WAKTU
Hari/tanggal: Minggu, 23 Maret 2014
Pukul: 16.00- 17.00 WITA
Lama: 60 menit

H. GAMBARAN SETTING TEMPAT PENYULUHAN

1
2
Keterangan:
 1 : Penyaji
 2 : Peserta

I. ALOKASI WAKTU/ SETTING KEGIATAN

30
J.
No. Tahap kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Kilen
penyuluhan Kesehatan
kesehatan
1 Pembukaaan : 1. Mengucapkan 1. Membalas salam
( 5 menit) 2. Menerima
salam
2. Menyebutkan kehadiran
nama dan salam mahasiswa dengan
3. Menjelaskan
baik
tujuan 3. Memahami tujuan
dengan baik
2 Inti : 1. Mengkaji tingkat 1. Berpartisipasi
( 30 menit)
pengetahuan dalam diskusi
klien tentang awal
2. Mendengarkan
DM dan
dan
Menjelaskan
memperhatikan
tentang materi
dengan baik.
yang akan
disampaikan.
2. Memberi
penjelasan pada 3. Mengajukan
klien untuk pertanyaan.
menanyakan hal-
hal yang kurang
jelas.
3 Penutup : 1. Mengevaluasi 1. Mampu menjawab
tujuan atau menjelaskan
(15 Menit) kembali.
penyuluhan
kesehatan yang
telah disesuaikan
dengan kriteria 2. Membalas salam.
hasil
2. Mengucapkan
terimakasih atas
perhatian yang
dibrikan dan
memberikan
31
salam.
K. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Persiapan media dan alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semua disiapkan
sejak 1 hari sebelum penyuluhan dilaksanakan dengan lengkap dan bisa
digunakan saat ceramah dan tanya jawab.
Media dan alat yang diperlukan adalah :
1) Meja
2) Bangku
3) LCD
4) Layar proyektor
5) Laptop
6) Koran
7) Powerpoint
8) Video senam kaki diabetes mellitus
9) Leaflet
10) Poster
b. Persiapan materi
Materi yang akan disajikan saat penyuluhan disiapkan sejak 1 bulan sebelum
penyuluhan dilaksanakan . Materi disiapkan dalam bentuk makalah, ditulis
dalam bentuk slide, leaflet dan poster serta ditayangakan melalui video untuk
mempermudah dalam penyampaian.
c. Undangan/ peserta penyuluhan
Undangan penyuluhan diberikan kepada peserta 3 hari sebelum penyuluhan
dilakukan. Adapun peserta penyuluhan yaitu penderita diabetes melitus di
Desa Penarungan, Kec. Mengwi, Kab. Badung.

2. Proses penyuluhan
d. Kehadiran 80%
e. 60% peserta aktif mendengarkan dan menyimak materi yang disampaikan
f. Didalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan
peserta .
g. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan.
h. 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.

3. Hasil penyuluhan
a. Jangka pendek
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, peserta :
1) 60% dapat menjelaskan tentang diebetes melitus dengan benar dan
tepat.
2) 40% dapat menyebutkan penyebab diabetes melitus dengan benar dan
tepat.

32
3) 75% dapat menjelaskan penatalaksanaan diabetes melitus dengan benar
dan tepat.
4) 40% dapat mendemonstrasikan perawatan kaki diabetes yaitu dengan
meragakan senam kaki diabetik dengan benar dan tepat.
b. Jangka panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai senam kaki diabetes
mellitus.

33
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN

A. Diabetes militus
1. Pengertian
Brunner & Suddarth (2002) mendefinisikan Diabetes Mellitus sebagai
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia.
Mansjoer (2000) menjelaskan Diabetes Mellitus sebagai keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron.
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

2. Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :


Ada beberapa tipe Diabetes Melitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan
berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi yang utama
adalah sebagai berikut.
a. Tipe I Yaitu Diabetes Melitus tergantung insulin atau insulin dependent
Diabetes Melitus (IDDM)
TANDA :
 lebih banyak menyerang pasien di bawah umur 20 tahun sehingga
sering disebut juvenile onset
 Pasien diabetes tipe 1 umumnya memiliki perawakan kurus
 Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga produksi
insulin berkurang
 Pengidap diabetes tipe 1 membutuhkan insulin dalam bentuk suntikan
maupun pompa insulin
 Diabetes tipe 1 susah diprediksi dan dicegah, sebab merupakan
kelainan genetik yang dibawa sejak lahir
b. Tipe II yaitu Diabetes Melitus tidak tergantung insulin atau non insulin
dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

34
TANDA :
 Diabetes tipe 2 menyerang usia 35 tahun ke atas atau disebut adult
onset
 Diabetes tipe 2 lebih banyak menyerang orang-orang bertubuh besar
yang dikategorikan kelebihan berat badan (overweight) maupun
obesitas.
 Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin dalam arti insulinnya
cukup tetapi tidak bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula
darah.
 Diabetes tipe 2 cukup mengonsumsi obat oral atau obat telan
 Diabetes tipe 2 yang sangat bisa dicegah, karena biasanya menyerang
orang-orang dengan pola makan tidak sehat dan jarang berolahraga
c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
sebagai berikut :
 Penyakit pancreas
 Penyakit hormonal
 Kelainan reseptar insulin
 Sindrom genetik tertentu
 Sirosic hepatic
d. Diabetes melitus gestasional ( gtestasional diabetes melitus (GDM))
Diabetes tipe in terjadi pada wanita selama kehamilannya yang sebelumnya
tidak menderita diabetes, terjadi sekitar 2%-5% dari seluruh kehamilan.

3. Tanda dan Gejala diabetes Melitus


Gejala utama yang sering dijumpai pada diabetes melitus adalah :
a. Poliuria ( banyak kencing )
b. Polidipsi ( banyak minum )
c. Polifagia ( banyak makan )
d. Cepat merasa lelah dan mengantuk
e. Penurunan berat badan
f. Baal dan kesemutan pada ekstemitas bawah
g. Gatal-gatal
h. Luka yang sukar sembuh
i. Pandangan kabur
j. Impotensi dan asidosis metabolic
k. Keputihan pada wanita
l. Gairah sex menurun

4. Komplikasi diabetes mellitus


Adapun komplikasi yang terjadi pada klien dibetes melitus adalah :
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia
Suatu keadaan dimana kadar gula darah rendah di dalam darah.
2) Hiperglikemia

35
Suatu keadaan dimana kadar gula darah > 120 mg/dl, hal ini
disebabkan asupan nutrisi yang berlebihan.
3) Ketoasidosis
Keadaan dimana terjadi peningkatan keasaman tubuh oleh keton.
b. Komplikasi kronik
1) Penyakit makrovaskuler, mempengaruhi pembuluh darah koroner,
vaskularisasi perifer dan sirkulasi serebrovaskuler,misalnya
makroangiopati pada pembuluh darah perifer sehingga bila luka
sukar sembuh (Ganggren), hipertensi akibat peningkatan viskositas
dan penurunan elastisitas pembuluh darah.
2) Penyakit mikrovaskuler, mikro angiopati pada mata menyebabkan
retinopathy, pada ginjal menyebabkan nefropathy dan bila berlanjut
menyebabkan gagal ginjal
3) Penyakit neuropati syaraf sensori motorik otonum serta
mengakibatkan timbulnya impotensi , baal atau kesemutan.

B. Penyebab diabetes melitus


Diabetes Mellitus merupakan salah satu gangguan pada organ pankreas. Dalam
pankreas terdapat pulau-pulau langerhans yang terdiri dari sel beta yang mengeluarkan
insulin, sel alpa yang memproduksi glukagon, dan sel delta yang mengeluarkan
somatostatin.
1. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan
penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki
menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak
yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
2. Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi
autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta. Diabetes
mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli
kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
3. Bahan Toksik atau Beracun

36
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan,
pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan
lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
4. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition/obesitas) merupakan faktor resiko
pertama yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau
obesitas akibat nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang
terjangkit DM.
 Gangguan metabolisme , dimana tubuh tidak dapat memanfaatkan
glukosa / gula darah untuk diubah menjadi energi / tenaga.
 Gangguan / tidak berfungsinya hormon insulin dalam tubuh sehingga
terjadi penumpukan kadar glukosa / gula dalam darah.
 Kehamilan (diabetes gestasional), akan hilang setelah melahirkan
5. Faktor gaya hidup
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang menandakan gangguan
metabolisme dimana kandungan glukosa dalam darah jauh melampaui batas
normal. Diabetes mellitus tipe 2 jauh lebih sering dijumpai dibandingkan
dengan diabetes tipe 1 serta diabetes gestasional. Saat ini, frekuensi
kemunculan diabetes mellitus tipe 2 jauh lebih banyak dibandingkan dengan
dua puluh atau tiga puluh tahun silam dikarenakan berkembangnya gaya hidup
modern yang walaupun serba praktis namun juga menjadi faktor resiko
berkembangnya diabetes seperti gaya hidup kurang aktif serta diet yang kaya
gula, lemak dan karbohidrat namun miskin serat dan vitamin, seperti
mengkonsumsi junkfood sehari- hari. Diabetes juga termasuk penyakit kronis
yang kerap tidak disadari potensi resikonya dalam tubuh seseorang hingga
sudah terlambat. Sangat mudah bagi seseorang untuk tenggelam dalam gaya
hidup kurang sehat semacam itu karena akibatnya tidak terlihat langsung
hingga bertahun-tahun kemudian.

C. Penatalaksanaan diabetes militus


Tujuan utama pengobatan adalah untuk menormalkan atau mengontrol kadar gula
didalam darah, meliputi 5 komponen yaitu :
1. Diet
Tujuan makan sesuai kebutuhan kalori adalah agar dapat mencapai dan
mempertahankan berat badan yang normal. Pada Diabetisi yang gemuk, kadar

37
gula darah sulit dikendalikan, sehingga berat badan perlu dibuat normal. Berat
badan normal berkisar antara kurang dari 10% sampai lebih dari 10% dari berat
badan idaman.
Berat badan idaman adalah 90% x (tinggi badan dalam cm dikurang 100 kg).
Bila tinggi badan 160 cm, maka berat badan idamannya adalah 90% x (160-100)
kg = 54 kg. Berolahraga dengan teratur dapat membantu menurunkan berat badan
dan mengendalikan kadar gula darah.
Selain perlu mencapai gula darah dan mempertahankan gula darah mendekati
normal, Diabetisi juga perlu mencapai dan mempertahankan lemak darah serta
tekanan darah yang normal. Diabetisi tak perlu takut makan dan dianjurkan makan
bersama anggota keluarga lainnya, yaitu menu makanan yang seimbang sesuai
kebutuhan gizi.
Kandungan zat gizi dalam makanan serta anjurannya untuk diabetisi sebagai
berikut:
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber tenaga utama untuk kegiatan sehari-
hari dan terdiri atas tepung-tepungan dan gula. Diabetisi dianjurkan
mengkonsumsi padi-padian, sereal, buah dan sayuran karena mengandung
serat tinggi, juga vitamin dan mineral.
Makanan yang perlu dibatasi adalah gula, madu, sirup, kue kukis,
dodol dan kue-kue manis lainnya. Karbohidrat sederhana seperti gula hanya
mengandung karbohidrat saja tetapi tidak mengandung zat gizi penting lainnya
sehingga kurang bermanfaat bagi tubuh.
b. Protein
Protein adalah zat gizi yang penting utuk pertumbuhan dan pengganti
jaringan yanng rusak. Oleh karena itu perlu makan protein setiap hari. Sumber
protein banyak terdapat dalam ikan, ayam, daging, tahu, tempe, dan kacang-
kacangan.
c. Lemak
Lemak juga sumber tenaga. Bagi Diabetisi makanan jangan terlalu
banyak digoreng, sebaiknya lebih banyak dimasak menggunakan sedikit
minyak sepeti dipanggang, dikukus, dibuat sup, direbus atau dibakar. Batasi
konsumsi makanan tinggi kolesterol seperti otak, jerohan, kuning
d. Vitamin & mineral

38
Vitamin dan mineral terdapat pada sayuran dan buah-buahan, berfungsi
utuk membantu melancarkan kerja tubuh. Apabila kita makan makanan yang
bervariasi setiap harinya maka tidak perlu lagi vitamin tambahan.
Diabetisi perlu mencapai dan mempertahankan tekanan darah yang
normal. Oleh karena itu perlu membatasi konsumsi natrium. Hindari makanan
tinggi garam dan vetsin. Anjuran makan garam dapur sehari kira-kira 6-7 gram
(1 sendok teh).
2. Exercise
Latihan fisik dapat mempermudah transportasi glukosa kedalam sel karena kerja
insulin meningkat dan menurunkan kadar gula dalam darah.
3. Monitor kadar gula darah
Monitoring gula darah memiliki beberapa manfaat, yaitu:
a. Memandu pasien dalam mengelola gaya hidup.
b. Membantu dokter memutuskan jenis terapi yang tepat bagi pasien,
termasuk menentukan perubahan jenis obat, dosis atau rekomendasi medis
lain.
c. Mencegah beberapa komplikasi penyakit lain akibat keteledoran
memeriksa kadar gula darah, misalnya serangan jantung koroner, stroke,
gagal ginjal, impotensi serta gangren diabetes.
Pasien diabetes dapat memonitor gula darah dengan cara:
a. Mendatangi klinik atau laboratorium untuk diambil sampel darahnya,
kemudian dilakukan serangkaian tes untuk menentukan kadar gula dalam
darah.
b. Glukosa meter yang lebih praktis dan mungil. Pasien tidak perlu datang
langsung ke laboratorium klinik dan juga sampel
Demikian pentingnya monitoring gula dalam darah bagi penderita diabetes, agar
dapat meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus disampaikan yaitu meliputi pengertian DM, penyebab, tanda
dan gejala, akibat lanjut, pengobatan serta perawatan.
5. Therapy pada pasien dibetes mellitus
a. Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin
sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat
dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga
tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di
lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak
terasa terlalu nyeri.

39
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki
kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
1) Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling
sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu
20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama
6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani
beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum
makan.
2) Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai
bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-
10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada
pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan
pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
3) Insulin kerja lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.
Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga
bisa dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung
kepada:
1) Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
2) Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan
dosisnya
3) Aktivitas harian penderita
4) Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
5) Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari

Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali


dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah
yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis
insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua
diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja
cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan
insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.

40
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang
sama setiap harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya
tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya.
Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan
dan olah raga.
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak
sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh
bisa membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini
mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap
insulin harus meningkatkan dosisnya.
Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan
dibawahnya pada tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang
menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam.
Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga
kulit tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-
lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat
penyuntikan dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia
sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.
b. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada
diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan
klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang
pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos
bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes
tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan
cukup.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun
beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat hipoglikemik
per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu
diberikan suntikan insulin.

D. Perawatan kaki penderita diabetes melitus

41
Perawatan kaki diabetes mellitus bias dilakukan dengan melakukan senam kaki
diabetic.

1. Senam Kaki Diabetik


a. Pengertian
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki. (S,Sumosardjuno,1986)
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan
memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk
kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga
mengatasi keterbatasan pergerakan sendi.
b. Tujuan
1) Memperbaiki sirkulasi darah
2) Memperkuat otot-otot kecil
3) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4) Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5) Mengatasi keterbatasan gerak sendi
c. Langkah-langkah :
1) Persiapan Alat : Kertas Koran 2 lembar, Kursi (jika tindakan dilakukan
dalam posisi duduk).
2) Persiapan lingkungan : Ciptakan lingkungan yang nyaman, Jaga
privacy
3) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisi duduk tegak diatas
bangku dengan kaki menyentuh lantai

4) Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki


diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali

42
5) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki
ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan
tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada
kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

6) Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali.

43
7) Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

8) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan
turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi
sebanyak 10 kali.
9) Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut
dan gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali
kelantai.
10) Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi langkah ke 8, namun gunakan
kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak 10 kali.
11) Angkat kedua kaki dan luruskan,pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.
12) Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan
secara bergantian.

13) Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan
hanya sekali saja

44
 Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
 Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
 Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
 Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

45
Lampiaran 2
EVALUASI

A. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan diabetes mellitus?
2. Bagaimanakah tanda dan gejala terjadinya penyakit diabetes mellitus?
3. Diabetes mellitus dibagi menjadi berapa, sebutkan?
4. Bagaimanakah penyebab diabetes mellitus?
5. Bagaimana cara menangani diabetes mellitus (diet, pengobatan)?
6. Bagaimanakah cara senam kaki untuk pasien diabetes mellitus (praktiknya)?

B. KUNCI JAWABAN
1. Diabetes Mellitus adalah adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
2. Gejala diabetes mellitus
 Poliuria ( banyak kencing )
 Polidipsi ( banyak minum )
 Polifagia ( banyak makan )
 Cepat merasa lelah dan mengantuk
 Penurunan berat badan
 Baal dan kesemutan pada ekstemitas bawah
 Gatal-gatal
 Luka yang sukar sembuh
 Pandangan kabur
 Impotensi dan asidosis metabolic
 Keputihan pada wanita
 Gairah sex menurun
3. Macam macam diabetes mellitus
 Diabetes mellitus tipe 1
 Diabetes Mellitus tipe 2
 Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lain
 Diabetes mellitus gestasional
4. Penyebab terjadinya diabetes mellitus
 Genetik atau Faktor Keturunan
 Virus/Bakteri
 Bahan Toksik atau Beracun
 Kelebihan Nutrisi
 Factor gaya hidup

46
5. Penatalaksanaan diabetes meliitus seperti diet rendah karbohidrat, dengan terapi
insulin atau obat minum (OHO), latihan/olah raga ringan, rutin
memonitor/mengecek kadar gula.
6. Salah satu peserta maju dan mempraktikannya di depan penyaji dan peserta yang
lainnya.

47
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Diabetes Mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula dalam darah ( hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin ( Brunner & Suddarth, 2013).
Etiologi penyakit diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe I (Faktor genetic,
imunologi dan lingkungan) dan diabetes tipe II (Usia, obesitas, riwayat keluarga)
Tanda dan gejala diabetes yaitu Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Penurunan berat
badan , Keletihan dan kelemahan perubahan pandangan secara mendadak, senasi
kesemutan atau kebas ditangan dan kaki, kulit kering, lesi kult atau luka yang lambat
sembuh serta infeksi berulang
Penatalaksanaan dari diabetes yaitu Penatalaksanaan secara medis (Obat
Hipoglikemik Oral, insulin) dan Penatalaksanaan Secara Keperawatan (Diet dan
Olahraga)
Diabetes merupakan penyakit yang susah untuk sembuh. Selain membutuhkan waktu
yang lama, perawatan untuk pasien diabetes pun harus ketat dan kontrol agar tidak
menyebabkan terjadinya komplikasi.

B. Saran
Mahasiswa seharusnya dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabetes mellitus agar nantinya mahasiswa dapat memberikan pengetahuan kepada pasien
maupun keluarga cara melakukan perawatan pada pasien diabetes mellitus

48
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius
Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC NOC (Indonesian Version) Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction
PERKENI. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Indonesia.
Jakarta: PERKENI
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2018
Smeltzer & Bare. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : Penerbit Buku
Kedoketran EGC
Suprapto & Hasdianah. 2014. Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha
Medika
Wijaya, Andra S dkk.2013. Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika

49

Вам также может понравиться