Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
IDENTIFIKASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama :Ny. s
Umur : 43 tahun
Alamat : Sucinaraja
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sunda
Ruang rawat : kalimaya
Tgl Masuk RS: 07-11-2016
Tgl Keluar RS: 11-11-2016
No. CM : 85-59-xx
ANAMNESIS
Dikirim oleh : Poliklinik
Keterangan : Mioma Uteri
ANAMNESA KHUSUS
Keluhan utama : Benjolan di perut
G0P0A0 pasien mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah. Benjolan dirasakan sejak
2 tahun yang lalu, benjolan awalnya kecil dan semakin lama semakin membesar. pasien baru
konsul ke poli karena benjolan baru terasa mengganjal. Pasien juga mengaku sering buang air
kecil. Pasien mengaku menstruasi lancar tiap bulan dan tidak nyeri. Pasien telah di usg dan
dinyatakan memiliki miom.
RIWAYAT OBSTETRI
KETERANGAN TAMBAHAN
Riwayat perkawinan
Menikah pertama kali:
Istri : 20 tahun, SD, IRT
Suami : 23 tahun, SD, wiraswasta
Haid
HPHT : 13 oktober 2016
Siklus Haid : teratur
Lama haid : 4 hari
Banyaknya Darah: biasa
Nyeri haid : Tidak
Menarche usia: 18 tahun
Kontrasepsi terakhir : belum pernah
Riwayat penyakit terduhulu :
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit
Diabetes Melitus, penyakit tiroid, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial, hipertensi
disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 85x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : AF
Kepala : Conjunctiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Leher : Tiroid : t.a.k
KGB : t.a
Thoraks : Cor : BJ I:II , murni reguler,murmur (-) gallop (-)
Pulmo : VBS ki = ka . rh (-/-) wh (-/-)
Abdomen : Teraba benjolan
Hepar : t.a.k
Lien : t.a.k
Edema : -/-
Varices : -/-
STATUS GINEKOLOGIK
Pemeriksaan luar :
Inspeksi : tampak adanya benjolan
Palpasi : Teraba 2 jari diatas umbilicus
Massa Tumor : teraba
Ukuran : 15x10x8 cm
Permukaan : Licin,rata
Mobilitasi : Mobile
Posisi : Sentral
Konsistensi : Mixed
Perkusi : tidak ada kelainan
Inspekulo : fluksus (-)
Pemeriksaan Dalam :
Vulva : t.a.k
Vagina : t.a.k
Portio : Tebal lunak
Ostium uteri eksternum : Tertutup
Corpus uteri : t.a.k
Parametrium kanan-kiri : t.a.k
Cavum douglas : tidak menonjol, tidak teraba massa, NT (-)
LABORATORIUM
Tanggal 7-11-2016
1. Hematologi
Masa perdarahan/BT 2 menit
Masa Pembekuan 6 menit
Darah rutin
• Hemoglobin : 11,2 mg/dl (13.0 – 18.0)
• Hematokrit : 34 % (40 – 52 %)
• Leukosit : 5.920/mm3 (3.800-10.600)
• Trombosit : 246.000 /mm3 (150.000-440.000)
• Eritrosit : 4,38 juta/mm3 (3.3 – 6.3)
2. Kimia klinik
AST (SGOT) : 18 U/L
ALT (SGPT) : 13 U/L
Ureum : 23 mg/dL
Kreatinin : 1.0 mg/dL
Glukosa darah puasa : 90 mg/dL
Tanggal 8-11-2016
1. Hematologi
Darah rutin
• Hemoglobin : 9,3 mg/dl (13.0 – 18.0)
• Hematokrit : 30 % (40 – 52 %)
• Leukosit : 16.700/mm3 (3.800-10.600)
• Trombosit : 305.000 /mm3 (150.000-440.000)
• Eritrosit : 3,68 juta/mm3 (3.3 – 6.3)
DIAGNOSIS AWAL
Mioma Uteri
RENCANA PENGELOLAAN
- Rencana Operasi
- Infus RL 500cc 20 gtt/ menit
- Cek hematologi rutin
- Observasi KU, TTV
- Konsultasi Anastesi
- Puasakan
- Informed Consent
- Cross Match : sedia darah
- Pemeriksaan PA
LAPORAN OPERASI
DIAGNOSIS AKHIR
A/ Mioma Uteri
09/11//16 S/ sakit bekas luka operasi
POD I O/ KU: sakit sedang PT /
KS : CM 1) Cefotaxime 2x1 gr
2) Metronidazole
TD: 110/70
3x500mg
RR: 16x/menit 3) Kaltrofen supp
Nadi: 98x/menit 2x100 mg
S: AF °C 4) Aff DC
Mata: ca -/- si -/-
Abdomen: datar,lembut
TFU: tidak teraba
LO : tertutup verban
Perdarahan: -
BAB/BAK: (-) / DC
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos,
jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk mioma uteri antara lain
fibromioma, miofibroma, leiomiofibroma, fibroleiomioma, fibroma dan fibroid. Mioma uteri
merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadian mioma uteri
sebesar 20 – 40% pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan sering menimbulkan gelaja
klinis berupa menorrhagia dan dismenoria. Mioma dapat bersifat tunggal atau multipel. Biasanya
mengecil saat menopouse namun patut dicurigai ke arah malignansi (sarcoma) bila bertambah
besar pada masa postmenopouse. Mioma uteri berbatas tegas kapsul, dan berasal dari otot polos
jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan,
dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan.
2. Epidemiologi
Merupakan neoplasma jinak yang merupakan penyebab utama dilakukannya histerektomi di
Ameriksa Serikat. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma
uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7%
pada semua penderita ginekologik yang dirawat kebanyakan pada usia 35-45 tahun. Selain itu
dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat
40% pada usia lebih dari 35 tahun. Mioma uteri semakin meningkat dengan bertambahnya usia,
puncaknya adalah pada usia 40 tahun.
3. Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan
peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor
predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon pertumbuhan dan Human Placental
Lactogen. Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti,
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal yang berada
di antara otot polos miometrium. Sel-sel mioma mempunyai abnormalitas kromosom. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma, disamping faktor predisposisi genetik, adalah
beberapa hormon seperti estrogen, progesteron, dan human growth hormon. Dengan adanya
stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus , sehingga menyebabkan
perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah pertumbuhan
mioma. Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada
saat menopause dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase sekretorik, siklus
menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di miometrium normal berkurang.
Pada mioma reseptor estrogen dapat ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi
ekskresi reseptor tersebut tertekan selama kehamilan.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi
dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan mioma dengan dua cara yaitu: Mengaktifkan 17-Beta
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat pada periode ini memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari
aksi sinergistik antara hormon pertumbuhan dan esterogen.
4. Faktor Predisposisi
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati
angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia
menopause hampir tidak pernah ditemukan. Pada usia sebelum menarche kadar estrogen
rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Pada
wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan
dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan
lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat
menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma
uteri.
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya
perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali
hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak
pernah hamil atau hanya hamil satu kali.
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan
ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi
mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat
pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga mengurangi resiko mioma karena pada
kehamilan hormon progesteron lebih dominan.
5. Lokalisasi
a. Cervical (2,6%)
umumnya bias muncul sampai vagina dan menyebabkan infeksi
b.isthmica (7,2%)
paling sering menyebabkan rasa nyeri dan gangguan mikturisi
c. corporal (9,1%)
asimtomatik
6. Patogenesis
Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Adanya
mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia
menopause. Hormon ovarium dipercaya menstimulasi pertumbuhan mioma karena adanya
peningkatan insidennya setelah menarke. Pada kehamilan pertumbuhan tumor ini makin
besar, tetapi menurun setelah menopause. Perempuan nulipara mempunyai resiko yang
tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan multipara mempunyai resiko
relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri.
Jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor estrogen jika dibandingkan
dengan miometrium normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi pada setiap individu.
Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesteron.
Patogenesis mioma uteri dengan teori Cell nest atau genitoblas. Terjadinya mioma uteri
bergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh estrogen.
11. Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor risiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
b. Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis
mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih
massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah
bagian dari uterus.
c. Pemeriksaan penunjang
i. Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan
mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan
kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
ii. Imaging
1) Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Gambaran mioma biasanya
simetrikal, berbatas tegas, hipoekoik dan degenerasi kistik biasanya
menunjukkan anekoik.
2) Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika
mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.
3) MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat akurat dalam menggambarkan
jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma
tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma.
d. Sondase
Cavum uteri besar dan tidak rata. Terdiri dari sel-sel otot spindel dan tersusun sebagai
whorl appearance (konde) dengan ukuran sel-sel sama besar.
12. Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika
torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
c. Infeksi
d. Infertil
B. Penegakan Diagnosis dalam Kasus
Penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat berdasarkan pada :
1. Pada anamnesis didapatkan bahwa ibu tidak sedang hamil dan belum pernah hamil, HPHT
13 oktober 2016 G0P0A0
2. Pada anamnesis pasien datang mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah. Benjolan
dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, benjolan awalnya kecil dan semakin lama semakin
membesar. pasien baru konsul ke poli karena benjolan baru terasa mengganjal. Pasien
mengaku menstruasi lancar tiap bulan. dari pemeriksaan ginekologi terlihat adanya benjolan,
benjolan teraba 2 jari diatas umbilikus. Teraba massa tumor berukuran 15x16x8 cm
permukaan rata dan mobile di bagian sentral dengan konsistensi mixed (sebgaian padat,
sebagian kistik) dan tdak ada nyeri tekan. Mioma Uteri
3. Pasien mengaku benjolan terasa mengganjal Gejala penekanan dari massa Mioma
Uteri
4. Hasil usg menunjukan adanya massa hipoekhoik intrauterine berbatas tegas. Pada laporan
operasi ditemukan masa pada uterus dengan kesan mioma uteri, pada pemeriksaan PA
ditemukan massa myom warna putih dengan diameter 10 cm dengan sebagian daerah
mengalami hyalinisasi Mioma Uteri Degenerasi hyaline
1. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus
diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 12-14 munggu, tumor
yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi. Bila mioma
bertambah besar pada masa postmenepouuse maka perlu dicurigai kemungkinan keganasan
(sarcoma).
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara
menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan
atau terapi pengganti sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan untuk terapi
medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin realising Hormon Agonis), progesteron,
danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan
amantadine.
a. Analog GnRH
Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya
menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah
menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma uteri memberikan hasil
b. Progesteron
mg sehari selama 2 – 6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri, setelah pemberian terapi.
Segaloff tahun 1949, mengevaluasi 6 pasien dengan perawatan 30 sampai 189 hari,
dimana 3 pasien diberi 20 mg progesteron intramuskuler tiap hari dan 3 pasien lagi diberi
d. Tamoksifen
dan banyak digunakan untuk pengobatan kanker payudara stadium lanjut. Karena khasiat
dengan mioma uteri selama 3 bulan dimana volume mioma tidak berubah.
Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor estradiol total secara
signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar progesteron bila
e. Goserelin
kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Dan pada pemberian goserelin
dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat menghilangkan gejala
menorargia dan nyeri pelvis. Pada saat menjelang menopause dengan mioma uteri,
pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama pada
saat menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot
hidung sama efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara
injeksi subkutan.
f.Antiprostaglandin
pada wanita dengan menoragia dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif
2. Radioterapi
3. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
1. Miomektomi
3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri
uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan
menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE
lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi
serta waktu penyembuhannya yang cepat.
B. Tatalaksana Pada Kasus
Pada pasien dilakukan Histerektomi total (Histerektomi Total ) Tatalaksana pada pasien
sudah tepat karena mioma pada pasien besar. Selain itu dari usia pasien yang sudah tidak
dianjurkan untuk kehamilan. Tatalaksana ini juga paling efektif untuk mencegah terjadinya
perubahan ke arah keganasan.
B. Quo ad functionam
1. Reproduksi
Ad malam karena pada pasien telah dilakukan prosedur Histerektomi total sehingga pasien
tidak dapat hamil lagi.
2. Seksual
Ad bonam karena pada pasien hanya dilakukan histerektomi total saja tidak beserta dengan
ovarium.
3. Menstruasi
Ad malam karena pasien telah dilakukan histerektomi total sehingga pasien tidak bias lagi
menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
2. Manuaba B.G. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi Edisi
Kedua. Jakarta: EGC, pp: 309-312.
5. Siregar, Muhammad Fidel Ganis. "Association between menarche age and menstrual
disorder with the incidence of uterine fibroid in medan, Indonesia: based on hospital
data." International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and
Gynecology 4.4 (2015): 1025-1028.
7. Wise, Lauren A., et al. "Influence of body size and body fat distribution on risk of
uterine leiomyomata in US black women." Epidemiology (Cambridge, Mass.) 16.3
(2005): 346.
Disusun Oleh :
Nurlia Fitriyani
12100116201
Konsulen :
dr. H. Rizki Safaat Nurahim, Sp.OG, M.Kes