Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB I

IDENTIFIKASI KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama :Ny. s
Umur : 43 tahun
Alamat : Sucinaraja
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sunda
Ruang rawat : kalimaya
Tgl Masuk RS: 07-11-2016
Tgl Keluar RS: 11-11-2016
No. CM : 85-59-xx

Nama Suami :Tn. O


Umur :50 tahun
Alamat : Sucinaraja
Pendidikan :SD
Pekerjaan : wiraswasta
Agama :Islam
Suku : Sunda

ANAMNESIS
Dikirim oleh : Poliklinik
Keterangan : Mioma Uteri

ANAMNESA KHUSUS
Keluhan utama : Benjolan di perut
G0P0A0 pasien mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah. Benjolan dirasakan sejak
2 tahun yang lalu, benjolan awalnya kecil dan semakin lama semakin membesar. pasien baru
konsul ke poli karena benjolan baru terasa mengganjal. Pasien juga mengaku sering buang air
kecil. Pasien mengaku menstruasi lancar tiap bulan dan tidak nyeri. Pasien telah di usg dan
dinyatakan memiliki miom.

RIWAYAT OBSTETRI

Kehamilan Tempat Penolong Cara Cara BB Jenis Usia Keadaan


ke Kehamilan Persalinan lahir Kelamin

Belum pernah hamil

KETERANGAN TAMBAHAN
Riwayat perkawinan
Menikah pertama kali:
Istri : 20 tahun, SD, IRT
Suami : 23 tahun, SD, wiraswasta
Haid
HPHT : 13 oktober 2016
Siklus Haid : teratur
Lama haid : 4 hari
Banyaknya Darah: biasa
Nyeri haid : Tidak
Menarche usia: 18 tahun
Kontrasepsi terakhir : belum pernah
Riwayat penyakit terduhulu :
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit
Diabetes Melitus, penyakit tiroid, penyakit epilepsi, riwayat asma bronchial, hipertensi
disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 85x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : AF
Kepala : Conjunctiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Leher : Tiroid : t.a.k
KGB : t.a
Thoraks : Cor : BJ I:II , murni reguler,murmur (-) gallop (-)
Pulmo : VBS ki = ka . rh (-/-) wh (-/-)
Abdomen : Teraba benjolan
Hepar : t.a.k
Lien : t.a.k
Edema : -/-
Varices : -/-

STATUS GINEKOLOGIK
Pemeriksaan luar :
Inspeksi : tampak adanya benjolan
Palpasi : Teraba 2 jari diatas umbilicus
Massa Tumor : teraba
Ukuran : 15x10x8 cm
Permukaan : Licin,rata
Mobilitasi : Mobile
Posisi : Sentral
Konsistensi : Mixed
Perkusi : tidak ada kelainan
Inspekulo : fluksus (-)
Pemeriksaan Dalam :
Vulva : t.a.k
Vagina : t.a.k
Portio : Tebal lunak
Ostium uteri eksternum : Tertutup
Corpus uteri : t.a.k
Parametrium kanan-kiri : t.a.k
Cavum douglas : tidak menonjol, tidak teraba massa, NT (-)

LABORATORIUM
Tanggal 7-11-2016
1. Hematologi
Masa perdarahan/BT 2 menit
Masa Pembekuan 6 menit
Darah rutin
• Hemoglobin : 11,2 mg/dl (13.0 – 18.0)
• Hematokrit : 34 % (40 – 52 %)
• Leukosit : 5.920/mm3 (3.800-10.600)
• Trombosit : 246.000 /mm3 (150.000-440.000)
• Eritrosit : 4,38 juta/mm3 (3.3 – 6.3)
2. Kimia klinik
AST (SGOT) : 18 U/L
ALT (SGPT) : 13 U/L
Ureum : 23 mg/dL
Kreatinin : 1.0 mg/dL
Glukosa darah puasa : 90 mg/dL
Tanggal 8-11-2016
1. Hematologi
Darah rutin
• Hemoglobin : 9,3 mg/dl (13.0 – 18.0)
• Hematokrit : 30 % (40 – 52 %)
• Leukosit : 16.700/mm3 (3.800-10.600)
• Trombosit : 305.000 /mm3 (150.000-440.000)
• Eritrosit : 3,68 juta/mm3 (3.3 – 6.3)

DIAGNOSIS AWAL

Mioma Uteri

RENCANA PENGELOLAAN

- Rencana Operasi
- Infus RL 500cc 20 gtt/ menit
- Cek hematologi rutin
- Observasi KU, TTV
- Konsultasi Anastesi
- Puasakan
- Informed Consent
- Cross Match : sedia darah
- Pemeriksaan PA

LAPORAN OPERASI

Nama : Ny. Jam Operasi Mulai : 11.00


No. CM :8559xx
suminar Jam Operasi Selesai :11.40
Ruang : kalimaya
Umur : 43 tahun Lama Operasi : 40 menit

Akut / Terencana : terencana Tanggal : 8 November 2016

Operator : Asisten I : Perawat Instrumen:

Dr. berland/ dr. Asisten II : Sirkulasi:


Dhanny, Sp.OG

Ahli Anestesi : Asisten Anestesi : Jenis Anestesi : NU

dr. fera Sp.An resta & Ramdan Obat Anestesi :


O2,N2O,isoflurane
Diagnosa Pra-Bedah : Indikasi Operasi :

Mioma uteri Mioma uteri

Diagnosa Pasca bedah : Jenis Operasi :

Post histerektomi total a.i mioma Histerektomi totalis


uteri

Kategori Operasi : Besar

Disinfeksi dengan : Povidone Jaringan yang di eksisi : dikirim PA


Iodine

Laporan Operas Lengkap :


- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.
- Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang ± 10 cm.
- Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus membesar sesuai gravida 22-
24 minggu permukaan rata
- Kesan mioma uteri, insisi pada kulit dan dinding abdomen diperluas
kearah umbilicus
- Eksplorasi kedua tuba dan ovarium baik
- Diputuskan dilakukan histerektomi totalis
- Ligamentum rotundum kiri diklem, digunting dan di jahit double ligase
- Dilakukan juga pada ligamentum rotundum kanan
- Dibuat jendela pada ligament rotundum kanan
- Tuba, ligamentum ovarioproprium dan mesosalping kiri di klem, dijait
double ligase
- Demikian juga pada ligamentum latum kanan
- Identifikasi plika vesikouterina, plika digunting kecil, diperluas kekiri
dan kanan dan dibebaskan dari jaringan dibawahnya secara tumpul
- Vesika urinaria disisihkan kebawah dan dilindungi dengan haak
abdomen
- Identifikasi arteri uterine kiri, diklem, digunting dan dijahit double
ligase demikian juga yang kanan
- Ligament cardinal kiri dan ligament sakrouterina diklem digunting dan
dijahit double ligase
- Identifikasi puncak vagina, diklem dengan dimasukan povidone iodine
ke vagina selanjutnya puncak vagina dijahit 2 lapis secara simpul angka
8 dan jelujur dengan kromik 2.0
- Perdarahan di rawat
- Dilakukan reperitonealisasi
- Kavum abdomen dibersihkan dari sisa bekuan darah
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
- Peritoneum dijahit secara jelujur, otot dijahit
- Fascia dijahit
- Kulit dijahot secara subkutikuler
- Operasi selesai
- Perdarahan selama operasi +- 300 cc
- Diuresis selama operasi +- 100 cc
INTRUKSI PASCA BEDAH :
Observasi : KU, tensi, Nadi, Respi, suhu, perdarahan
Puasa : -
Infus :
Antibiotik : ceftriaxone 2x1 gr IV, metronidazole 3x500 mg
Lain-lain : kaltrofen 2x1 supp
Lain-lain : Cek Hb post-op, transfusi bila Hb <8 g/dL

DIAGNOSIS AKHIR

Post histerektomi totalis a.i mioma uteri


Tanggal Catatan Instruksi FOLLOW UP

08/11/16 S/ benjolan di perut terasa nyut- PT/


nyutan - Rencana operasi
O/ KU: sakit sedang hari ini
KS : CM
TD: 110/70
RR: 16x/menit
Nadi: 86x/menit
S: AF
Mata: ca -/- si -/-
Abdomen: teraba benjolan
Perdarahan: -
BAB/BAK: (-) / (+)

A/ Mioma Uteri
09/11//16 S/ sakit bekas luka operasi
POD I O/ KU: sakit sedang PT /
KS : CM 1) Cefotaxime 2x1 gr
2) Metronidazole
TD: 110/70
3x500mg
RR: 16x/menit 3) Kaltrofen supp
Nadi: 98x/menit 2x100 mg
S: AF °C 4) Aff DC
Mata: ca -/- si -/-
Abdomen: datar,lembut
TFU: tidak teraba
LO : tertutup verban
Perdarahan: -
BAB/BAK: (-) / DC

A/ post histerektomi totalis a.i


mioma uteri
10/11/16 S/ sakit bekas luka operasi PT /
POD II O/ KU: baik 1) Cefadroxil 2 x
KS : CM 500 mg
2) Asam mefenamat
TD: 100/80
3x500 mg
RR: 16x/menit 3) Metronidazol
Nadi: 82x/menit 3x500mg
S: AF °C 4) Aff infus
Mata: ca -/- si -/-
TFU: tidak teraba
Abdomen: datar, lembut
LO : tertutup verban
Perdarahan: -
BAB/BAK: (-) / (+)
LO: tertutup verband + verband

A/ post histerektomi totalis a.i


mioma uteri
11/11/16 S/ - PT /
POD III O/ KU: baik 1) Cefadroxil 2X500mg
KS : CM 2) As.mefenamat
3x500mg
TD: 100/70 mmhg
3) Metronidazol
RR: 18x/menit 3x500mg
Nadi: 88x/menit 4) Ganti verban
S: AF °C
Mata: ca -/- si -/-
TFU: tidak teraba
Abdomen: datar, lembut
LO : kering, terawat
Perdarahan: -
BAB/BAK: (+) / (+)

A/ post histerektomi totalis a.i


mioma uteri
BAB II
ANALISIS KASUS
2.1 Bagaimanakah Penegakkan Diagnosis Pada Kasus?
A. Mioma Uteri
1. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos,
jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Beberapa istilah untuk mioma uteri antara lain
fibromioma, miofibroma, leiomiofibroma, fibroleiomioma, fibroma dan fibroid. Mioma uteri
merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadian mioma uteri
sebesar 20 – 40% pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan sering menimbulkan gelaja
klinis berupa menorrhagia dan dismenoria. Mioma dapat bersifat tunggal atau multipel. Biasanya
mengecil saat menopouse namun patut dicurigai ke arah malignansi (sarcoma) bila bertambah
besar pada masa postmenopouse. Mioma uteri berbatas tegas kapsul, dan berasal dari otot polos
jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan,
dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan.

2. Epidemiologi
Merupakan neoplasma jinak yang merupakan penyebab utama dilakukannya histerektomi di
Ameriksa Serikat. Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma
uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya
kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7%
pada semua penderita ginekologik yang dirawat kebanyakan pada usia 35-45 tahun. Selain itu
dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat
40% pada usia lebih dari 35 tahun. Mioma uteri semakin meningkat dengan bertambahnya usia,
puncaknya adalah pada usia 40 tahun.

3. Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan
peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor
predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon pertumbuhan dan Human Placental
Lactogen. Hal yang mendasari tentang penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti,
diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal yang berada
di antara otot polos miometrium. Sel-sel mioma mempunyai abnormalitas kromosom. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma, disamping faktor predisposisi genetik, adalah
beberapa hormon seperti estrogen, progesteron, dan human growth hormon. Dengan adanya
stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus , sehingga menyebabkan
perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah pertumbuhan
mioma. Pengaruh-pengaruh hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma:
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada
saat menopause dan pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Selama fase sekretorik, siklus
menstruasi dan kehamilan, jumlah reseptor estrogen di miometrium normal berkurang.
Pada mioma reseptor estrogen dapat ditemukan sepanjang siklus menstruasi, tetapi
ekskresi reseptor tersebut tertekan selama kehamilan.
b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi
dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan mioma dengan dua cara yaitu: Mengaktifkan 17-Beta
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada mioma.
c. Hormon Pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa, terlihat pada periode ini memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari mioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari
aksi sinergistik antara hormon pertumbuhan dan esterogen.
4. Faktor Predisposisi
a. Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati
angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia
menopause hampir tidak pernah ditemukan. Pada usia sebelum menarche kadar estrogen
rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Pada
wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%.
b. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
c. Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan
dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan
lemak. Hasilnya terjadi peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat
menerangkan hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma
uteri.
d. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya
perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali
hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak
pernah hamil atau hanya hamil satu kali.
e. Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan
ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi
mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya
vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat
pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga mengurangi resiko mioma karena pada
kehamilan hormon progesteron lebih dominan.
5. Lokalisasi
a. Cervical (2,6%)
umumnya bias muncul sampai vagina dan menyebabkan infeksi
b.isthmica (7,2%)
paling sering menyebabkan rasa nyeri dan gangguan mikturisi
c. corporal (9,1%)
asimtomatik
6. Patogenesis
Stimulasi estrogen diduga sangat berperan untuk terjadinya mioma uteri. Adanya
mioma uteri yang banyak ditemukan pada usia reproduksi dan kejadiannya rendah pada usia
menopause. Hormon ovarium dipercaya menstimulasi pertumbuhan mioma karena adanya
peningkatan insidennya setelah menarke. Pada kehamilan pertumbuhan tumor ini makin
besar, tetapi menurun setelah menopause. Perempuan nulipara mempunyai resiko yang
tinggi untuk terjadinya mioma uteri, sedangkan perempuan multipara mempunyai resiko
relatif menurun untuk terjadinya mioma uteri.
Jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor estrogen jika dibandingkan
dengan miometrium normal. Pertumbuhan mioma uteri bervariasi pada setiap individu.
Perbedaan ini berkaitan dengan jumlah reseptor estrogen dan reseptor progesteron.
Patogenesis mioma uteri dengan teori Cell nest atau genitoblas. Terjadinya mioma uteri
bergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada Cell nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh estrogen.

7. Klasifikasi dan Gambaran Klinis


Sarang mioma di uterus dapat berasal dari servik uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di lapisan uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka
mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
a. Mioma Submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai
5% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dengan tindakan
kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa
pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat
keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus
penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas. Kemungkinan
terjadinya sarcoma juga lebih besar.
b. Mioma Intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor.
Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada
dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung
kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
c. Mioma Subserosa atau Subperitoneal
Letaknya di bawah tunica serosa. Kadang vena pada permukaannya pecah dan
menyebabkan perdarahan intraabdominal. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter yang dapat menekan
ureter dan Arteri iliaka.Mioma subperitoneal yang bertangkai dapat mengalami torsi.
d. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
mondering/parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga
ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
8. Gejala Utama
50% perempuan dengan mioma asimtomatik, 30% mengalami menorrhagia, dan 20%
mengalami gejala akibat supresi. Mioma submukosal dapat menyebabkan gangguan menstruasi
seperti menorrhagi dan perdarahan intermenstrual. Mioma dapat menyebabkan infertilitas dan
keguguran akibat massa yang mengganggu ruang uterus.
a. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut bagian bawah.
b. Perdarahan Abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan menstruasi,
menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak ditemukan bukti yang menyatakan
perdarahan ini berhubungan dengan peningkatan luas permukaan endometrium atau
kerana meningkatnya insidens disfungsi ovulasi. Teori yang menjelaskan perdarahan
yang disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi perubahan struktur vena pada
endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule ectasia. Miometrium
merupakan wadah bagi faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur fungsi
endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari miometrium ke
endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang merangsang stimulasi
angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri
dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target terapi potensial.
Sebagai pilihan, berkurangn ya angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting factor
dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan uterus yang
abnormal.
c. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan nekrosis setempat dan
peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang
bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa enek dan muntah-muntah.
Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada urat
syaraf yaitu pleksus uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.
d. Pressure Effects (Akibat Tekenan)
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-organ di sekitar
uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa dan sulit untuk dihubungkan langsung
dengan mioma. Penekanan pada kandung kencing, pollakisuria dan dysuria. Bila uretra
tertekan bisa menimbulkan retensio urinae. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan
hydroureteronephrosis. Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-kadang
menyebabkan konstipasi atau nyeri saat defekasi.
e. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
Pengaruh mioma uteri pada kehamilan :
i. Kemungkinan abortus lebih besar
ii. Kelainan letak
iii. Plasenta previa dan akreta
iv. Inersia uteri
v. Menghalangi jalan lahir
vi. Perdarahan postpartum
9. Gejala Sekunder
a. Anemia
b. Lemah
c. Pusing
d. Sesak nafas
e. Erythrocytosis

10. Perubahan Sekunder


a. Atrofi
Tanda-tanda dan gejala berkurang dan menghilang karena ukuran mioma uteri berkurang
saat menopause atau setelah kehamilan.
b. Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terutama pada penderita usia lanjut disebabkan karena kurangnya
suplai darah. Jaringan fibrous berubah menjadi hialin dan serabut otot menhilang. Mioma
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya
sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
c. Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
Dengan konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu
kehamilan.
d. Degenerasi Membatu (Calsireus Degeneration / Kalsifikasi)
Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi
keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
e. Degenerasi Merah (Necrose)
Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: Diperkirakan karena suatu
nekrosis subakut sebagai gangguan vaskulerisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran yangkai tumor ovarium atau mioma
bertangkai.
f. Infeksi dan Suppurasi
Banyak terjadi pada jenis submukosa akibat ulserasi.
g. Degenerasi sacromateus
Jarang terjadi
h. Degenerasi Lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada mioma yang sudah lama
dapat terbentuk degenerasi lemak. Di permukaan irisannya berwarna kuning homogen
dan serabut ototnya berisi titik lemak dan dapat ditunjukkan dengn pengecatan khusus
untuk lemak.

11. Diagnosis
a. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor risiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
b. Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis
mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih
massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah
bagian dari uterus.
c. Pemeriksaan penunjang
i. Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan
uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan
mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan
kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
ii. Imaging
1) Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Gambaran mioma biasanya
simetrikal, berbatas tegas, hipoekoik dan degenerasi kistik biasanya
menunjukkan anekoik.
2) Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika
mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.
3) MRI (Magnetic Resonance Imaging) sangat akurat dalam menggambarkan
jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma
tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma.
d. Sondase
Cavum uteri besar dan tidak rata. Terdiri dari sel-sel otot spindel dan tersusun sebagai
whorl appearance (konde) dengan ukuran sel-sel sama besar.

12. Komplikasi
a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika
torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
c. Infeksi
d. Infertil
B. Penegakan Diagnosis dalam Kasus
Penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat berdasarkan pada :
1. Pada anamnesis didapatkan bahwa ibu tidak sedang hamil dan belum pernah hamil, HPHT
13 oktober 2016 G0P0A0

2. Pada anamnesis pasien datang mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah. Benjolan
dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, benjolan awalnya kecil dan semakin lama semakin
membesar. pasien baru konsul ke poli karena benjolan baru terasa mengganjal. Pasien
mengaku menstruasi lancar tiap bulan. dari pemeriksaan ginekologi terlihat adanya benjolan,
benjolan teraba 2 jari diatas umbilikus. Teraba massa tumor berukuran 15x16x8 cm
permukaan rata dan mobile di bagian sentral dengan konsistensi mixed (sebgaian padat,
sebagian kistik) dan tdak ada nyeri tekan.  Mioma Uteri

3. Pasien mengaku benjolan terasa mengganjal  Gejala penekanan dari massa  Mioma
Uteri

4. Hasil usg menunjukan adanya massa hipoekhoik intrauterine berbatas tegas. Pada laporan
operasi ditemukan masa pada uterus dengan kesan mioma uteri, pada pemeriksaan PA
ditemukan massa myom warna putih dengan diameter 10 cm dengan sebagian daerah
mengalami hyalinisasi Mioma Uteri Degenerasi hyaline

2.2 Apakah Penatalaksanaan Pada Kasus Sudah Tepat?


A. Tatalaksana Mioma Uteri

1. Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus
diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 12-14 munggu, tumor
yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi. Bila mioma
bertambah besar pada masa postmenepouuse maka perlu dicurigai kemungkinan keganasan
(sarcoma).
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara
menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan
atau terapi pengganti sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan untuk terapi
medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin realising Hormon Agonis), progesteron,
danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan
amantadine.
a. Analog GnRH

Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara kerjanya

menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah

menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma uteri memberikan hasil

yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH ini.

b. Progesteron

Goodman melaporkan terpai injeksi progesteron 10 mg dalam 3 kali seminggu atau 10

mg sehari selama 2 – 6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri, setelah pemberian terapi.

Segaloff tahun 1949, mengevaluasi 6 pasien dengan perawatan 30 sampai 189 hari,

dimana 3 pasien diberi 20 mg progesteron intramuskuler tiap hari dan 3 pasien lagi diberi

200 mg tablet. Pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma uteri.


c.Selective progesterone modulator (SPRMs)

d. Tamoksifen

Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat estrogenik maupun

antisektrogenik dan dikenal sebagai “selective estrogen receptor modulator” ( SERM )

dan banyak digunakan untuk pengobatan kanker payudara stadium lanjut. Karena khasiat

sebagai estrogenik maupun antiestrogenik. Beberapa peneliti melaporkan, pemberian

tamoksifen 20 mg tablet per hari untuk 6 wanita premenopause dengan menopause

dengan mioma uteri selama 3 bulan dimana volume mioma tidak berubah.

Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor estradiol total secara

signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar progesteron bila

diberikan secara berkelanjutan.

e. Goserelin

Goserelin merupakan GnRHagonis, dimana ikatan reseptornya terhadap jaringan sangat

kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Dan pada pemberian goserelin
dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat menghilangkan gejala

menorargia dan nyeri pelvis. Pada saat menjelang menopause dengan mioma uteri,

pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama pada

saat menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari semprot

hidung sama efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari sekali dengan cara

injeksi subkutan.

f.Antiprostaglandin

Penghambat pembentukan prostaglandin dapat mengurangi perdarahan yang berlebihan

pada wanita dengan menoragia dan hal ini beralasan untuk diterima atau mungkin efektif

untuk menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri

2. Radioterapi

Radiasi dengan radioterapi. Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang


terjadi pada beberapa kasus. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient). Radioterapi dilakukan pada pasien dengan ukuran uterus kurang dari usia kehamilan 3
bulan, bukan jenis submukosa, tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum. Tidak
dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopouse.

3. Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
1. Miomektomi

Merupakan pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Miomektomi


dilakukan bila masih diinginkan keturunan. Sebelumnya dilakukan kuretase terlebih dahulu
untuk menghilangkan kemungkinan keganasan. Kerugiannya adalah melemahkan dinding
uterus sampai ruptura uteri pada waktu hamil, menyebabkan perlekatan, ataupun residif.
2. Histerektomi

Merupakan pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi


dapat total ataupun supravaginalis. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri. Dilakukan pada mioma yang besar
dan multipel. Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau kedua ovarium untuk
menjaga agar tidak terjadi menopouse sebelum waktunya. Untuk menjaga kemungkinan
keganasan pada serviks sebaiknya dilakukan Pap smear.

3. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri
uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan
menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE
lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi
serta waktu penyembuhannya yang cepat.
B. Tatalaksana Pada Kasus
Pada pasien dilakukan Histerektomi total (Histerektomi Total ) Tatalaksana pada pasien
sudah tepat karena mioma pada pasien besar. Selain itu dari usia pasien yang sudah tidak
dianjurkan untuk kehamilan. Tatalaksana ini juga paling efektif untuk mencegah terjadinya
perubahan ke arah keganasan.

2.3 Bagaimanakah Prognosis Pasien Pada Kasus?


A. Quo ad vitam
Ad bonam. Karena pada pasien ini setelah dilakukan Histerektomi total keadaan pasien
berangsur membaik dan luka operasi kering terawat. Dari pemeriksaan PA tidak ditemukan
tanda-tanda keganasan.

B. Quo ad functionam
1. Reproduksi
Ad malam karena pada pasien telah dilakukan prosedur Histerektomi total sehingga pasien
tidak dapat hamil lagi.
2. Seksual
Ad bonam karena pada pasien hanya dilakukan histerektomi total saja tidak beserta dengan
ovarium.
3. Menstruasi
Ad malam karena pasien telah dilakukan histerektomi total sehingga pasien tidak bias lagi
menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD. Ginekologi Edisi 2.


1981. Bandung. Elstar Offset.

2. Manuaba B.G. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi Edisi
Kedua. Jakarta: EGC, pp: 309-312.

3. Rani, VR Sreeja, and Sindha Thomas. "Leiomyoma, a major cause of abnormal


uterine bleeding." Journal of Evolution of Medical and Dental sciences 2.16 (2013):
2626-2631.

4. Siregar, Muhammad Fidel Ganis. "When myoma causes infertility." Journal of


Natural Sciences Research 3 (2013): 95-105.

5. Siregar, Muhammad Fidel Ganis. "Association between menarche age and menstrual
disorder with the incidence of uterine fibroid in medan, Indonesia: based on hospital
data." International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and
Gynecology 4.4 (2015): 1025-1028.

6. Stewart Elizabeth A. Uterine Fibroid. “ New England Journal Of Medicine”.2015.

7. Wise, Lauren A., et al. "Influence of body size and body fat distribution on risk of
uterine leiomyomata in US black women." Epidemiology (Cambridge, Mass.) 16.3
(2005): 346.

8. A George, Allaire C., et al. The Management Of Uterine Leiomyomas.” SOGC


Clinical Practice Guideline” No. 318, februari 2015.
PRESENTASI KASUS
Post Histerektomi totalis ai Mioma Uteri

Disusun Oleh :
Nurlia Fitriyani
12100116201

Konsulen :
dr. H. Rizki Safaat Nurahim, Sp.OG, M.Kes

DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS


SMF OBSTETRI-GINEKOLOGI
RSUD DR SLAMET GARUT
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER (P3D)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2016

Вам также может понравиться