Вы находитесь на странице: 1из 6

8

BAB II
SUBLIMASI DAN CONTOH METASOMATISME

2.1. Pengertian Sublimasi


Dalam suatu zat kimia terjadi berbagai proses, seperti padat menjadi cair, cair
menjadi padat, cair menjadi gas, gas menjadi padat dan lain sebagainya. Sublimasi
ialah istilah dalam kimia yang berhubungan dengan perubahan wujud dari suatu zat.
Namun, istilah sublimasi juga digunakan untuk menyebutkan salah satu metode
pemisahan campuran kimia.
Dalam perubahan zat, Sublimasi merupakan perubahan wujud suatu zat dari
padat ke gas atau sebaliknya. Apabila partikel penyusun suatu zat padat diberi
kenaikan suhu dengan besaran tertentu maka partikel tersebut akan menyublin
menjadi gas. Dan apabila suhu diturunkan, maka gas akan berubah wujud kembali
menjadi padat.
Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih
dahulu. Misalkan es yang langsung menguap tanpa mencair terlebih dahulu. Pada
tekanan normal, kebanyakan benda dan zat memiliki tiga bentuk yang berbeda pada
suhu yang berbeda-beda. Pada kasus ini transisi dari wujud padat ke gas
membutuhkan wujud antara. Namun untuk beberapa antara, wujudnya bisa langsung
berubah ke gas tanpa harus mencair. Ini bisa terjadi apabila tekanan udara pada zat
tersebut terlalu rendah untuk mencegah molekul-molekul ini melepaskan diri dari
wujud padat.Sublimasi juga dapat diartikan sebagai metode pemisahan campuran
yang didasarkan pada campuran zat yang memiliki satu zat yang apat
menyublim(perubahan wujud padat ke gas), sedangkan zat lainnya tidak dapat
menyublim. Contohnya, campuran iodin dan garam dapat dipisahkan dengan cara
sublimasi.
Proses sublimasi sangat mirip dengan proses distilasi. Istilah distilasi digunakan
untuk perubahan dari cairan menjadi uap setelah mengalami pendinginan berubah
menjadi cairan atau padatan. Sedangkan sublimasi adalah proses dari perubahan

Universitas Sriwijaya
9

bentuk padatan langsung menjadi uap tanpa melalui bentuk cair dan setelah
mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi padatan kembali.

Gambar 2.1 Hubungan antara Tekanan dan Temperatur dalam Sublimasi

Garis antara solid dan liquid merupakan kurva keseimbangan antara cairan dan
uap, Garis antara liquid dan gas merupakan kurve keseimbangan antara gas dan cair,
sedangkan garis antara solid dan gas merupakan garis keseimbangan antara padatan
dan gas. Ketiga kurva berpotongan di satu titik yang disebut titik Triple dimanaketiga
fasa dalam keseimbangan

Titik leleh normal suatu senyawa ialah suhu dimana padatan dan cairan berada
pada keseimbangan pada tekanan 1 atmosfer. Jika pada sistem tersebut tekanan
diturunkan sampai mencapai dibawah titik triple, maka zat dari keadaan uap dapat
langsung terkondensasi menjadi padatan atau sebaliknya, proses
ini disebut menyublim. Pada beberapa zat, tekanan uapnya pada titik triple berada
pada suhu kamar sehingga zat tersebut dapat mengalami sublimasi pada suhu kamar.
Misalnya saja kamfer pada titik triple suhunya 79C dan tekanan uapnya 370 mmHg.
Karbon dioksida (CO2) pada titik triple suhunya 56,4C dan tekanan uapnya 5,11 atm.

Universitas Sriwijaya
10

Mineral-mineral yang terbentuk dari proses penghablur dari uap atau gas, tetapi
juga sebagai hasil interaksi gas yang lain atau gas dengan batuan . Contoh yang
umum dari sumblimasi ialah pembentukan salju, sebagai hasil penghabluran uap air,
yang langsung terjadi seperti halite, salmoniak (NH4Cl), belerang, asam borat, ferri
klorida dan lain-lain.

2.2. Contoh Sublimasi


Salah satu contoh sublimasi yang paling mudah dilihat yaitu pada proses
pembuatan kapur barus. Campuran kapur barus dan arang dipanaskan sehingga kapur
barus yang dapat menyublin akan menguap, setelah didinginkan zat tersebut berubah
kembali menjadi padat kembali.

2.3. Metamorfisme
Pada saat magma yang pijar dan sangat panas menerobos lapisan batuan,
magma tersebut makin lama akan makin kehilangan panasnya akhirnya akan
membeku menjadi batuan beku intrusif. Proses tersebut dapat terjadi pada keadaan
yang dangkal, menengah ataupun pada kedalaman yang besar, sehingga dikenal
adanya batuan beku intrusif dangkal, menengah ataupun dalam. Dalam proses
tersebut akan terlihat adanya tekanan dan suhu yang sangat tinggi terutama pada
kontak terobosannya, antara magma yang masih cair dengan batuan disekitarnya.
Pengaruh dari kontak ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
 Pengaruh dari panas saja, tanpa adanya perubahan-perubahan kimiawi
baik pada magmanya maupun pada batuan yang diterobos. kOntak ini
disebut kontak metamorfisme.
 Pengaruh panas dan disertai adanya perubahan-perubahan kimiawi
sebgai akibat pertukaran ion dan sebagainya. Dari magma ke batuan
yang diterobos dan sebaliknya. Kontak semacam ini disebut kontak
metasomatisme.
Kedua jenis kontak tersebut menimbulkan hasil yang sangat berbeda kecuali
pada keadaan yang sangat jarang dapat menghasilkan endapan bahan galian seperti
silimanit. Sebaliknya, pada kontak metasomatisme dapat dihasilkan bahan-bahan
galian yang berharga. Mineral yang terjadi sebagai akibat kontak metasomatisme

Universitas Sriwijaya
11

akan lebih beraneka ragam bila dibandingkan dengan yang terjadi pada kontak
metamorfisme; hal ini karena pada yang disebut terkahir tersebut hanya terjadi efek
panas saja, sedang pada kontak metasomatis terjadi efek padas dan kimiawi bersama-
sama.
Manakala komposisi magma yang menerobos kaya akan material-material
bahan galian, maka akan dihasilkan deposit kontak metasomatik, terutama kalau
lingkungannya terdiri dari batuan sedimen yang gampingan, karena hal itu akan lebih
menguntungkan untuk terjadinya reaksi kimia. Magma tersebut haruslah mengandung
unsur-unsur utama yang nantinya akan menjadi bahan galian. Penerobosan haruslah
terjadi pada kedalaman yang cukup dakam,dan tidak terlalu sangkal. Batuan yang
diterobos haruslah batuan yang mudah bereaksi. Jadi jelaslah bahwa tidak semua
terobosan magma akan menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatisme.
Suhu diantara kontak akan berkisar antara 500oC sampai 1100oC untuk
magma yang bersifat silika, dan makin jauh letaknya dari kontak, suhunya makin
menurun. Terdapatnya mineral-mineral tertentu akan menunjukan shu tertentu pula,
dimana mineral tersebut terbentuk, misalnya adanya mineral wollastonit
menunjukkan bahwa suhu tidak melebihi 1125oC, kuarsa menunjukan suhu di atas
573oC dan seterusnya.
Bahan galian hasil kontak metasomatisme terjadi karena adanya proses
rekristalisasi, penggabungan unsur, pergantian ion, maupun penambahan unsur-unsur
baru dari magma ke batuan yang diterobosnya. Dari proses rekristalisasi batugamping
misalnya, akan dihasilkan batu marmer, sedangkan rekristalisasi batupasir kuarsa
akan menghasilkan batu kuarsit.
Kalau suatu batuan samping memiliki komposisi mineral AB dan CD, maka
proses penggabungan kembali (recombination) akan berubah menjadi mineral AC dan
BD, dan oleh proses penambahan unsur-unsur dari magma akan berubah lagi menjadi
mineral ACX dan BDY, dimana mineral X dan Y unsur baru dari magma.
Penambahan unsur baru dari magma sebagian berupa logam, silika, belerang, boron,
khlor, flour, kalsium, magnesium dan natrium. Mineral logam (ore minerals) yang
berbentuk dalam kontak metasomatisme hampir semuanya berasal dari magma,

Universitas Sriwijaya
12

demikian juga mengenai kendungan-kandungan yang asing pada batuan yang


terterobos, melalui proses penambahan unsur.
Jenis magma yang menerobos perlapisan batuan yang akhirnya akan
menghasilkan endapan bahan galian kontak metasomatisme pada umumnya terbatas
pad jenis magma silika dengan komposisi menengah (intermidiate) seperti kuarsa
monzonit, granodiorit atau kuarsa diorit. Tetapi magma yang sangat kaya akan silika
seperti jenis granit jarang yang akan menghasilkan endapan bahan galian, demikian
pula dengan magma yang ultrabasa. Sedangkan pada magma yang basa kadang-
kadang terbentuk endapan bahan galian metasomatisme.
Hampir semua endapan bahan galian kontak metasomatik berasosiasi dengan
tubuh batuan beku intrusif yang berupa stock, batholit ataupun tubuh-tubuh batuan
beku intrusif lain yang seukuran dengan stock atau batholit, tidak pernah berasosiasi
dengan dike atau sill yang berukuran kecil, sedangkan lacolith atau sill yang besar
meskipun jarang dijumpai tetapi kadang-kadang dapat menghasilkan endapan bahan
galian kontak metasomatik.
Batuan samping yang terterobos oleh magma, yang paling besar
kemungkinannya untuk dapat menimbulkan deposit kontak metasomatik adalah
batuan karbonat. Batu gamping murni maupun dolomit dengan segera akan
mengalami rekristalisasi dan rekombinasi dengan unsur-unsur yang berasal dari
magma, malahan pada batu gamping yang tidak murni, efek kontak metasomatik
yang terjadi lebih kuat, karena unsur-unsur pengotoran seperti silika, alumina dan
besi adalah bahan-bahan yang dapat dengan mudah membentuk kombinasi-kombinasi
batu dengan oksida kalsium. Seluruh masa batuan di sekitar kontak dapat berubah
menjadi garnet, silika dan mineral bijih.
Sedang batuan yang agak sedikit terpengaruh oleh intrusi magma adalah
batupasir. Kalau mengalami rekristalisasi batupasir akan menjadi kuarsit yang
kadang-kadang mengandung mineral-mineral kontak metasomatik yang tersebar
setempat-setempat. Sedang lempung akan mengalami pengerasan dan dapat berubah
menjadi hornfels, yang umumnya mengandung mineral-mineral andalusit, silimanit
dan staurolit.
Tingkat perubahan terjadi pada batuan sedimen klastik halus tersebut
tergantung dari tingkat kemurniannya, paling baik kalau lempung tersebut bersifat

Universitas Sriwijaya
13

karbonatan yaitu mengandung kotoran karbonat. Tetapi secara umum batuan sedimen
argillceous seperti lempung, jarang yang mengandung mineral-mineral bahan galian.
Sedangkan pada batuan beku maupun metamorf, kalau mengalami terobosan
magma hampir tidak mengalami perubahan yang berarti, kecuali kalau antara magma
yang menerobos dan batuan beku yang diterobos komposisinya sangat berbeda,
misalnya magma granodiorit yang menerobos gabro, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan-perubahan yang besar pada gabronya. Jadi secara umum dikatakan bahwa
batuan yang paling peka terhadap kontak metasomatisme dan paling cocok untuk
terjadinya pembentukan endapan bahan galian bijih adalah batuan sedimen, terutama
yang bersifat gampingan dan tidak murni. Sedangkan bentuk, posisi atau penyebaran
daripada bahan galian yang terjadi pada proses kontak metasomatisme banyak
tergantung juga pada struktur dari batuan yang diterobos, akan tetapi pada umumnya
terbentuk tidak teratur dan terpisah-pisah. Bentuk tidak teratur tersebut lebih sering
terjadi pada batugamping yang tebal. Sedangkan pada batugamping yang berlapis-
lapis maupun yang terkekarkan, maka endapan bijih tersebut dapat membentuk
menjari atau melidah.
Volume deposit kontak metasomatik pada umumnya kecil, berkisar antara
beberapa puluh sampai beberapa ratus ribu ton bijih saja, jarang sekali dapat dijumpai
yang berukuran sampai jutaan ton. Dimensinya antara 30 sampai 150 meter saja.

Universitas Sriwijaya

Вам также может понравиться