Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki dampak
negatif yang cukup dahsyat. Dampak kebakaran hutan diantaranya menimbulkan asap yang
mengganggu aktifitas kehidupan manusia, antara lain mewabahnya penyakit infeksi saluran
pernafasan akut pada masyarakat, dan menganggu sistem transportasi yang berdampak
sampai ke negara tetangga. Dampak yang paling besar adalah musnahnya plasma nutfah yang
berakibat pada kerusakan ekosistem lingkungan, serta mengakibatkan menurunnya kualitas
dan kuantitas hutan yang pada akhirnya akan menimbulkan banyak kerugian atau dalam arti
lain Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran
yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian
disekitarnya.
Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.Musim kemarau dan
pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar. Kebakaran
hutan dalam bahasa Inggris berarti “api liar” yang berasal dari sebuah sinonim dari Api Yunani,
sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim
Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang. Kecerobohan
manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di
perkemahan.
Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan
pertanian baru dan tindakan vandalisme.
Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut
kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Api sebagai alat atau teknologi awal yang dikuasai manusia untuk mengubah lingkungan hidup
dan sumberdaya alam dimulai pada pertengahan hingga akhir zaman Paleolitik, 1.400.000-
700.000 tahun lalu. Sejak manusia mengenal dan menguasai teknologi api, maka api dianggap
sebagai modal dasar bagi perkembangan manusia karena dapat digunakan untuk membuka
hutan, meningkatkan kualitas lahan pengembalaan, memburu satwa liar, mengusir satwa liar,
berkomunikasi sosial disekitar api unggun dan sebagainya (Soeriaatmadja, 1997).
Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa hutan telah terbakar secara
berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang lalu. Kebakaran besar kemungkinan terjadi
secara alamiah selama periode iklim yang lebih kering dari iklim saat itu. Namun, manusia juga
telah membakar hutan lebih dari 10 ribu tahun yang lalu untuk mempermudah perburuan dan
membuka lahan pertanian. Catatan tertulis satu abad yang lalu dan sejarah lisan dari
masyarakat yang tinggal di hutan membenarkan bahwa kebakaran hutan bukanlah hal yang
baru bagi hutan Indonesia (Schweithelm, J. dan D. Glover, 1999).
Menurut Danny (2001), penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan Timur
adalah karena aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh kejadian
alam. Proses kebakaran alami menurut Soeriaatmadja (1997), bisa terjadi karena sambaran
petir, benturan longsuran batu, singkapan batu bara, dan tumpukan srasahan. Namun menurut
Saharjo dan Husaeni (1998), kebakaran karena proses alam tersebut sangat kecil dan untuk
kasus Kalimatan kurang dari 1 %.
Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh munculnya fenomena iklim El-Nino seperti kebakaran
yang terjadi pada tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
dan UNDP, 1998). Perkembangan kebakaran tersebut juga memperlihatkan terjadinya
perluasan penyebaran lokasi kebakaran yang tidak hanya di Kalimantan Timur, tetapi hampir di
seluruh propinsi, serta tidak hanya terjadi di kawasan hutan tetapi juga di lahan non hutan
Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997
menimbulkan emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber
majala Nature 2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada
tahun tersebut adalah 6 miliar ton.
Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau
rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu
daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat
musim kemarau.
Upaya Pencegahan
Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara lain
(Soemarsono, 1997):
Upaya Penanggulangan
Namun, pada Jumat (2/2/2018) siang, kebakaran yang melanda hutan di gunung yang
berketinggian 2.597 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut sudah mulai padam.
"Dini hari tadi di puncak gunung sempat gerimis, jadi tadi pagi api sudah padam dan hanya
mengeluarkan asap," kata Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Solok, Dasril, Jumat.
Selain gerimis, lanjutnya, tiupan angin yang berembus ke arah timur, yaitu ke puncak gunung,
juga membuat api cepat padam karena puncak gunung itu merupakan lahan tandus.
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, ujar Dasril, memperkirakan bahwa luas hutan
Gunung Talang yang terbakar sejak Kamis (1/2/2108) siang itu diperkirakan mencapai 10 hektar.
"Ini baru perkiraan dari Dinas Kehutanan Provinsi. Angka pastinya belum bisa diketahui karena
petugas gabungan masih di lapangan. Kalau penyebabnya belum diketahui hingga sekarang,"
ucapnya.
Dia menjelaskan, tim yang menangani kebakaran itu dibagi menjadi tiga kelompok dan terdiri
dari relawan BPBD Provinsi Sumbar, BPBD Kabupaten Solok, Dinas Kehutanan Provinsi,
Satpol PP Pemkab Solok, dan relawan dari Garuda Taruna Kabupaten Solok.
Tim gabungan itu telah bergerak ke lokasi kebakaran hutan sejak Kamis sore melalui tiga arah,
yaitu Bukik Sileh, Aia Tawa, dan dari arah Aia Batumbuk.
"Tim gabungan di lokasi kebakaran kesulitan memadamkan api karena peralatan tidak bisa
dibawa ke lokasi kebakaran. Rencananya, tim akan membuat hiliran api kalau api meluas. Tapi
karena sudah padam, rencana itu dibatalkan," ujar Dasril.
Dia menambahkan, meski api sudah padam, masih ada dua titik lokasi kebakaran yang
mengeluarkan asap.
Namun, tim gabungan yang berada di lapangan akan mengusahakan agar kebakaran tidak
kembali terjadi.
"Kondisi cuaca di Kabupaten Solok sekarang panas. Dua titik di dekat puncak gunung masih
berasap. Agar kebakaran tidak kembali terjadi, makanya petugas di lapangan masih terus
menyusuri titik-titik tersebut untuk mengantisipasi," tutur Dasril.
Cuaca Mulai Terik, 17 Titik Api Muncul di
Hutan Riau
Pekanbaru - Setelah sempat menghilang karena masuknya musim hujan, Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisikia (BMKG) stasiun Pekanbaru mengungkapkan sejumlah titik panas
kembali terdeteksi di Provinsi Riau.
"BMKG stasiun Pekanbaru mendeteksi ada banyak titik hotspot yang berada di wilayah Riau,"
kata Kepala BMKG stasiun Pekanbaru, Sukisno, Kamis, 1 Februari 2018, kepada
Riauonline.co.id.
Titik panas yang berhasil ditangkap oleh satelit terra dan aqua milik BMKG itu menemukan ada
sekitar 17 titik panas.
Temuan itu berada di level confidence di atas 50 persen seperti Kabupaten Bengkalis satu titik,
Kampar satu titik, Kuantan Singingi satu titik, Pelalawan lima titik, Siak satu titik, Indragiri Hulu
dua titik, dan yang terbanyak di Indragiri Hilir, yakni enam titik.
"Sedangkan berada di level confidence atau tingkat kepercayaan di atas 70 persen kami
menemukan ada sekitar lima titik panas," jelasnya.
Wilayah itu seperti Kabupaten Kampar satu titik, Pelalawan tiga titik, dan Inhu satu titik.
Sementara itu, Kepala Daerah Operasi (Ka Daops) Manggala Agni Pekanbaru, Edwin Putra
mengatakan saat ini mereka masih berjibaku memadamkan api yang berada di Pekanbaru.
"Masih ada kebakaran. Saat ini api berada di Jalan Riau Ujung Kelurahan Air Hitam Kecamayan
Payung Sekaki," kata dia.
"Sedangkan berada di level confidence atau tingkat kepercayaan di atas 70 persen kami
menemukan ada sekitar lima titik panas," jelasnya.
Wilayah itu seperti Kabupaten Kampar satu titik, Pelalawan tiga titik, dan Inhu satu titik.
Sementara itu, Kepala Daerah Operasi (Ka Daops) Manggala Agni Pekanbaru, Edwin Putra
mengatakan saat ini mereka masih berjibaku memadamkan api yang berada di Pekanbaru.
"Masih ada kebakaran. Saat ini api berada di Jalan Riau Ujung Kelurahan Air Hitam Kecamayan
Payung Sekaki," kata dia.