Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN PENDAHULUAN

a) KONSEP DASAR POST PARTUM


1. Definisi
Masa nifas (peurperium) adalah pulihnya kembali mulai dari partus atau persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya 6 – 8
minggu. Masa nifas dimulai sejak berakhirnya pengeluaran plasenta hingga
kembalinya alat reproduksi seperti sebelum hamil.
2. Periode Masa Nifas
a) Puerperium dini
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
b) Puerperium intermedial
kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c) Puerperium remote
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
b) ADAPTASI FISIOLOGI POST PARTUM
1. Involusio uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus uteri 3 jari dibawah pusat. Selama 2
hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus
mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6
minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari,
kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil
setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita
hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan
cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali
ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
4. Sistem Urinary
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada (1)
Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya partus kala II dilalui (3) besarnya
tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil
pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema
dan hyperemia diding Mkandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi
(extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam
badan) kemukosa. (Suherni, 2009).
5. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin,
terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. Oksitosin
diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada
wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan,
sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah
permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan menstruasi. Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping itu, progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
6. Sistem Gastrointestinal
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini umumnya karena makan
padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar
dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting
untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan
konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama
pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa
laktasi (Saleha, 2009).
7. Sistem musculoskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara
lain:
a. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering
terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan. Penanganan: Selama kehamilan,
wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk
mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan
aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik
dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat
menberikan rasa nyaman pada pasien.
b. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain
bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada
ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul
akibat setelah pemberian anestasi umum.
c. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi
sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi
simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot
penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur.
Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior. Penanganan: pemakaian
ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan
pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta
mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
d. Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan
nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah
menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada
posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat
fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan
mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi
simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu
dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat;
latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan
yang sesuai.
e. Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat
setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea
alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi
pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan
postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah
keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis. Penanganan: melakukan
pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang
penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di
bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua
posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up
atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari – hari, menindaklanjuti pengkajian
oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
f. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai
dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak
dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal,
berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. .
8. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah
segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa,
lanugo dan mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari
desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-
7 pasca persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
9. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluhpembuluh darah yang besar,
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak. Bila
pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti
oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.
10. Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi biasanya
akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi diastasis dari
otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri
dari perineum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri
atau mengejan. Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatanlipatan
atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Bila ada laserasi
jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik
(Suherni, 2009).
11. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler.
Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat
tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang
diakibatkan kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa mentoleransi
kehilangan darah saat melahirkan. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan
tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi
pada hari ketiga sampai kelima post patum. Tiga perubahan fisiologis
pascapartum yang melindungi wanita :
1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah
maternal 10%-15%.
2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi
3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan
lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit
uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
12. Tanda-tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC, sebagai akibat
meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan
suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan
adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi
saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara,
dan lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering ditemukan
adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat
berlangsung sampai 6-10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi,
bila terjadi berhubungan dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan
yang lama. Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami hipotensi
orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya pusing segera
setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan
darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30
mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan
gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu
dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum
hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).
13. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta. Pada hari-
hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan desidua dan selaput
janin.
c) KONSEP DASAR PRE EKLAMSIA BERAT
1. Definisi
Pre-eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam
masa nifas yang terdiri dari trias berupa hipertensi, proteinuri, dan edema pada bagian
kaki atau tangan. Pre-eklamsia cenderung terjadi pada trimester kedua (diatas 20
minggu). Pre-eklamsia timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi
kehamilan.
2. Etiologi
Penyebab pre-eklamsia hingga kini belum diketahui. Penyebab yang diperkirakan
terjadi, adalah :
a) Kelainan aliran darah menuju rahim.
b) Kerusakan pembuluh darah.
c) Masalah dengan sistem pertahanan tubuh.
d) Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan pertama, kehamilan pada usia remaja
dan kehamilan pada wanita usia diatas 40 tahun. Faktor lainnya yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya preeklamsia, yaitu:
a. Riwayat pre-eklamsi pada kehamilan sebelumnya.
b. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua.
c. Riwayat pre-eklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
d. Obesitas.
e. Mengandung lebih dari satu janin.
f. Riwayat diabetes, kelainan ginjal

3. Manifestasi Klinis
Preeklamsi berat ditandai dengan:
a. Sakit kepala.
b. Penglihatan kabur, dan lebih sensitif pada cahaya silau.
c. Nyeri di daerah lambung.
d. Mual atau muntah.
e. Adanya pitting edema setelah bangun pagi atau tirah baring lebih
dari 1 jam (didaerah pretibia, tangan dan wajah)
f. Tekanan darah sistol 160/110 mmHg atau lebih
g. Proteinuria 5 gr/liter atau lebih (+3 atau 4)
4. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation. Preeklamsia berat dihubungkan dengan
kerusakan endotelial vaskuler yang disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi
arteriolar. Sirlulasi arteri terganggu oleh adanya area konstriksi dan dilatasi yang
bergantian. Kerusakan endoterial menyebabkan kebocoran plasma kedalam ruang
ekstravaskuler dan memungkinkan terjadinya agregasi trombosit. Tekanan osmotik
koloid menurun saat protein masuk keruang ekstravaskuler, dan wanita beresiko
mengalami hipovolemia dan perubahan perfusi dan oksigenasi jaringan. Edema paru
dapat terjadi paru non kardiogenik atau kardiogenik. Edema paru non kardiogenik
terjadi karena kapiler pulmonari menjadi lebih permeabel dan rentang terhadap
kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini terjadi karena penumpukan
cairan dalam bantalan pulmonari. Vasospasmen arteri dan kerusakan endotelial juga
mengurangi perfusi keginjal. Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan
GFR dan oliguria. Kerusakan endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein
menembus membran kapiler dan masuk kedalam urine, yang menyebabkan
proteinuria, peningkatan nitrogen urea darah dan peningkatan kreatinin serum. Hati
juga terpengaruh oleh vasospasme multisistem dan kerusakan endotelial. Penurunan
perfusi kehati menyebabkan iskemik dan nekrosis (Manuaba, 2009).
5. Pemeriksaan Diagnostik
Gambaran klinis preeklamsia berat, bila ditemukan salah satu dari tekanan darah lebih
dari 160/110 mmHg, edema, oligouria <400 cc/24 jam, proteinuria 5g/24 jam dan
terdapat disnpea sianosis (Manuaba, 2007). Pemeriksaan laboratoris yang diperlukan
berikut:
a) urine: pemeriksaan reagen urine : protein ≥ (+) diikuti pemeriksaan urin 24 jam,
b) darah: pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosa preeklamsia berat adalah
dengan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal
untuk mengetahui total urin selama 24 jam kreatinin klirens (Varney, 2007).
6. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
Pada penderita yang sudah masuk ke rumah sakit dengan tanda-tanda dan gejala-
gejala preeklamsi berat segera harus di beri sedativa yang kuat untuk mencegah
timbulnya kejang-kejang. Sebagai tindakan pengobatan untuk mencegah kejang-
kejang dapat di berikan:
1) Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gr) disuntikan
intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat di
ulang 4 gr tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan magnesium sulfat hanya
diberikan bila diuresis baik, reflek patella positif, dan kecepatan pernafasan
lebih dari 16 per menit. Obat tersebut selain menenangkan, juga menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Jika terjadi toksisitas, segera
berikan antidot kalsium glukonas 10% secara intravena selama 3 menit.
2) Klopromazin 50 mg intramuskulus.
3) Diazepam 20 mg intramuskulus, Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau
syarat pemberian MgSO4 tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam
500 ml, max. 120 mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada
perbaikan, rawat di ruangICU.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2) Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
3) Pemberian obat antikejang.
4) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,
payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
5) Pemberian antihipertensi Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut
off ) tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort
mengusulkan cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126
mmHg. Di RSU Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian
antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180 mmHg dan/atau tekanan
diastolik ≥ 110 mmHg.
7. Komplikasi
a) Berkurangnya aliran darah menuju plasenta.
Pre-eklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju
plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami
kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir
dengan berat kurang.
b) Pre-eklampsia juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur
dan komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar,
epilepsi, sereberal palsy, dan masalah pada pendengaran dan penglihatan.
c) Lepasnya plasenta.
Pre-eklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.
d) Sindrom HELLP
HELLP adalah singkatan dari Hemolysis (perusakan sel darah merah), Elevated
liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan
rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya pusing dan
muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
e) Eklampsia
Jika pre-eklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat
mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal.
Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan
berujung pada kematian janin maupun ibunya.
8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur ibu yang berusia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status perkawinan,
ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang mengirim, cara
masuk, alasan masuk, keadaan umum, tanda vital dengan tekanan darah diatas
160/100.
2. Keluhan utama
Nyeri kepala, pusing, penglihatan kabur, bengkak pada ekstremitas atau tubuh,
sering buang air kecil.
3. Data Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan pasien. Pada PEB meliputi
pusing, nyeri kepala, nyeri epigastrium, bengkak dan sering buang air kecil.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
misalnya gizi kurang pada ibu, DM, jantung, hipertensi, masalah
ginekologi/urinary, penyakit endokrin, HIV/AIDS , dll
c. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan meliputi pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas
sebelumnya bagi klien multipara. Jumlah kehamilan (GPA) jumlah anak
hidup, jumlah kelahiran premature, jumlah kegugura, jumlah persalinan
dengan tindakan, riwayat pedarahan, riwayat kehamilan dengan hypertensi,
berat badan bayi lahir
d. Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan,
kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal yang
diinspeksi antara lain mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
b. Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. Tekanan:
menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam: menentukan
tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
c. Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya. Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. Menggunakan palu
perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah,
memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
d. Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah (albumin yang menurun) dan urin (protein dalam urin +3 atau +4
serta pemeriksaan penunjang.
6. Data lain-lain :
a. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di
RS.
b. Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi
dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping
yang digunakan.
c. Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien
d. Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
e. Kaji kondisi bayi
f. Payudara
g. pemeriksaan genetalia ( vulva oeden / tan )
h. VT
i. Vagina
j. Lochea
b. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan mekanisme regulasi
2. Nyeri akut b.d. agen cedera fisik
3. Resiko syok f.r. kehilangan cairan aktif
4. Resiko infeksi f.r. diskontinuitas jaringan

c. Intervensi Keperawatan
NO RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi rasional
Keperawatan hasil
1 Kelebihan F luid Balance Manajemen 1. Memantau perubahan
volume cairan Setelah dilakukan hipervolemi berat badan
berhubungan tindakan 1. Timbang berat 2. Memantau perubahan
dengan. selama 1x24 jam, badan setiap hari TTV
gangguan masalah 2. Monitir TTV 3. Memantau edem
mekanisme teratasi dengan 3. Moitor edem pasien
kriteria hasil: perifer 4. Mengetahui
1. Mempertahankan 4. Monitor intake keseimbangan cairan
urin output dalam dan output didalam tubuh
batas normal 5. Berikan infus IV 5. Mencegah
sesuai dengan (Ringer Laktat) peningkatan preload
usia, dan BB, 6. Tinggikan posisi 6. Memperbaiki
2. TD, nadi, suhu kepala ventilisasi pasien
tubuh dalam 7. Batasi asupan 7. Mencegah
batas normal natrium peningkatan edem
8. Kolaborasi dalam 8. Mengurangi cairan
pemberian obat dalam Tubuh
2 Nyeri akut Pain Control Pain M anagement 1. Untuk mengetahui
berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan skala, intensitas dan
dengan agen tindakan pengkajian nyeri frekunsi nyeri
cedera fisik keperawatan selama dengan PQRST 2. Menghindari faktor-
2 x 15 2. Kendalikan faktor yang dapat
menit, diharapkan faktor menyebabkan rasa
pasien dapat lingkungan yang nyeri bertambah
beradaptasi terhadap dapat 3. Melatih ibu agar bisa
nyeri mempengaruhi mengendalikan/berad
persalinan, dengan respon pasien aptasi dengan nyeri
kriteria terhadap yang di rasakan
hasil: ketidaknyamana 4. Memantau hasil
1. Pasien dapat n intervensi yang sudah
menggunakan 3. Lajarkan teknik di berikan
teknik manajemen manajemen nyeri
nyeri nyeri yang seperti
diajarkan pernapasan
2. Pasien dapat dalam
mengontrol nyeri 4. Monitor tingkat
nyeri pasien
3 Risiko syok Setelah dilakukan Management shock : 1. Tanda-tanda vital
dengan faktor tindakan volume merupakan acuan
risiko keperawatan selama 1. Observasi TTV untuk mengetahui
hipovolemia 1 x 24 jam 2. Anjurkan pasien keadaan umum pasien
pasien tidak untuk istirahat 2. Istirahat yang cukup
mengalami syok yang cukup akan menurunkan
dengan kriteria hasil: 3. Berikan transfusi kebutuhan energi dan
1. Status TTV (tidak sesuai Kebutuhan kerja metabolisme
terjadi 4. Kendalikan tidak meningkat
peningkatan ± 50 faktor 3. Transfusi darah dapat
mmHg, tidak lingkungan yang menggantikan cairan
takikardi & suhu dapat tubuh yang
dalam rentang mempengaruhi hilangyang dapat
36,5-37,5oC) respon pasien menyebabkan rasa
2. Hb 12-15 g/dl terhadap nyeri bertambah
beradaptasi ketidaknyamanan 4. Melatih ibu agar bisa
terhadap nyeri 5. Lajarkan teknik mengendalikan/berad
persalinan, manajemen nyeri aptasi dengan nyeri
dengan kriteria seperti yang di rasakan
hasil: pernapasan 5. Memantau hasil
1. Pasien dapat dalam. intervensi yang sudah
menggunakan 6. Monitor tingkat di berikan
teknik manajemen nyeri pasien
nyeri
nyeri yang diajarkan
2. Pasien dapat
mengontrol
nyeri
4 Resiko infeksi. I nfection Control Infection C ontrol 1. Membantu
Faktor risiko: Setelah dilakukan 1. Lakukan meningkatkan
diskontinuitas asuhan perawatan kebersihan ,
jaringan keperawatan selama parienal setiap 4 mencegah terjadinya
1x4 jam jam. infeksi uterus asenden
diharapkan tidak 2. Catat tanggal dan dan kemungkinan
terjadi infeksi waktu pecah sepsis.ah kliendan
dengan kriteria hasil ketuban. janin rentan pada
: tidak 3. Lakukan infeksi saluran
ditemukan tanda- pemeriksaan asenden dan
tanda adanya vagina hanya bila kemungkinan sepsis
infeksi. sangat perlu, 2. Dalam 4 jam setelah
dengan ketuban pecah akan
menggunakan terjadi infeksi
tehnik aseptik 3. Pemeriksaan vagina
4. Pantau suhu, nadi berulang
dan sel darah meningkatkan resiko
putih. infeksi endometrial.
5. Gunakan tehnik 4. Peningkatan suhu
asepsis bedah atau nadi > dapat
pada persiapan menandakan infeksi.
peralatan. 5. Digunakan dengan
Menurunkan kewaspadaan karena
resiko pemakaian antibiotik
kontaminasi dapat merangsang
kolaborasi : pertumbuhan yang
6. Berikan antibiotik berlebih dari
sesuai indikasi.. organisme resisten
DAFTAR PUSTAKA

Bluechek, G. M., Butcher, H. M., Dochterman, J. M. & Wagner, C. M.,


2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia. 6 ed. Yogyakarta: Mocomedia.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S., 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi &


Klasifikasi 2015-2017. 10 penyunt. Jakarta: EGC.

Ladewig, P. W., London, M. L. & O, S. B., 2006. Asuhan Keperawatan Ibu-


Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. G., 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M. L. & Swanson, E., 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. 5 ed.
Yogyakarta: mocomedia.

Nugroho, T., 2010. Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Nurjannah, I., 2016. ISDA (Intan's Screening Diagnoses Assesment). 6 ed.


Yogyakarta: Mocomedia.

Prawirohardjo, S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP.

Sujiyatini, Mufdlilah & Hidayat, A., 2009. Buku asuhan patologi


kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Вам также может понравиться

  • TINDAKAN KEPERAWATAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
    TINDAKAN KEPERAWATAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
    Документ2 страницы
    TINDAKAN KEPERAWATAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
    fahrudin 19
    Оценок пока нет
  • ASKEP ICU
    ASKEP ICU
    Документ20 страниц
    ASKEP ICU
    Eroya Augusta
    Оценок пока нет
  • ASKEP ICU
    ASKEP ICU
    Документ20 страниц
    ASKEP ICU
    Eroya Augusta
    Оценок пока нет
  • ASKEP ICU
    ASKEP ICU
    Документ20 страниц
    ASKEP ICU
    Eroya Augusta
    Оценок пока нет
  • Askep Preeklamsia FIX
    Askep Preeklamsia FIX
    Документ18 страниц
    Askep Preeklamsia FIX
    Anonymous Xa8cFCAFD
    Оценок пока нет
  • Critical Appraisal OK
    Critical Appraisal OK
    Документ3 страницы
    Critical Appraisal OK
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Analisa Data, Maslah Asga Komunitas Fix
    Analisa Data, Maslah Asga Komunitas Fix
    Документ15 страниц
    Analisa Data, Maslah Asga Komunitas Fix
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • BAB II Komunitas
    BAB II Komunitas
    Документ31 страница
    BAB II Komunitas
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Документ6 страниц
    Sap Hipertensi
    Andrei Nathanael
    Оценок пока нет
  • Buku Panduan Stase KKG Angkatan VIII Non Reguler
    Buku Panduan Stase KKG Angkatan VIII Non Reguler
    Документ49 страниц
    Buku Panduan Stase KKG Angkatan VIII Non Reguler
    Nomy
    Оценок пока нет
  • Askep Preeklamsia FIX
    Askep Preeklamsia FIX
    Документ18 страниц
    Askep Preeklamsia FIX
    Anonymous Xa8cFCAFD
    Оценок пока нет
  • BAB II Komunitas
    BAB II Komunitas
    Документ31 страница
    BAB II Komunitas
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Lembar Persetujuan
    Lembar Persetujuan
    Документ2 страницы
    Lembar Persetujuan
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Bab I Fix
    Bab I Fix
    Документ7 страниц
    Bab I Fix
    Anastasia Sally
    Оценок пока нет
  • 04 Bab Iv
    04 Bab Iv
    Документ2 страницы
    04 Bab Iv
    teddy morata
    Оценок пока нет
  • Askep Preeklamsia FIX
    Askep Preeklamsia FIX
    Документ18 страниц
    Askep Preeklamsia FIX
    Anonymous Xa8cFCAFD
    Оценок пока нет
  • Format Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Di Igd
    Format Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Di Igd
    Документ7 страниц
    Format Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Di Igd
    Lorenza Audia Vitaloka
    Оценок пока нет
  • Power Point PX Fisik
    Power Point PX Fisik
    Документ20 страниц
    Power Point PX Fisik
    Mahfud E Masyfa
    Оценок пока нет
  • Critical Appraisal OK
    Critical Appraisal OK
    Документ3 страницы
    Critical Appraisal OK
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • DENGUE SHOCK SYNDROME
    DENGUE SHOCK SYNDROME
    Документ18 страниц
    DENGUE SHOCK SYNDROME
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Kelompok 5 DHF
    Kelompok 5 DHF
    Документ11 страниц
    Kelompok 5 DHF
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Kelompok 5 DHF
    Kelompok 5 DHF
    Документ11 страниц
    Kelompok 5 DHF
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Bab V
    Bab V
    Документ2 страницы
    Bab V
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Pengkajian & Askep DSS Kelompok
    Pengkajian & Askep DSS Kelompok
    Документ20 страниц
    Pengkajian & Askep DSS Kelompok
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Critical Appraisal OK
    Critical Appraisal OK
    Документ3 страницы
    Critical Appraisal OK
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Kelompok 5 DHF
    Kelompok 5 DHF
    Документ11 страниц
    Kelompok 5 DHF
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Kelompok 5 DHF
    Kelompok 5 DHF
    Документ11 страниц
    Kelompok 5 DHF
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Konsep Mobilitas Print
    Laporan Pendahuluan Konsep Mobilitas Print
    Документ14 страниц
    Laporan Pendahuluan Konsep Mobilitas Print
    Anastasia Indriyani Girsang
    Оценок пока нет
  • DENGUE SHOCK SYNDROME
    DENGUE SHOCK SYNDROME
    Документ18 страниц
    DENGUE SHOCK SYNDROME
    Elsa Mey Yandce
    Оценок пока нет
  • Format Askep Perioperatif
    Format Askep Perioperatif
    Документ16 страниц
    Format Askep Perioperatif
    Nomy
    Оценок пока нет