Tumbuh-tumbuhan dari berbagai jenis, banyak yang memproduksi zat-zat aktif yang memiliki efek farmakologis. Pada umumnya, zat-zat aktif tersebut tidak memiliki peran penting dalam metabolisme tumbuhan tersebut, maka dari itu zat aktif tersebut disebut metabolit sekunder. Metabolit sekunder telah lama diketahui sebagai sumber dari terapi medis yang efektif, seperti antibakteri dan antikanker. Komponen ini juga terus menjadi sumber dari berbagai obat esensial yang efektif. Dalam praktiknya dalam dunia pengobatan tradisional, banyak masyarakat telah menggunakan banyak jenis tanaman untuk pengobatan tradisional. Zat aktif dari tanaman juga telah menjadi substitusi untuk pengobatan modern yang relatif mahal. Zat aktif tanaman digolongkan menjadi empat jenis, yaitu fenol, alkaloid, terpenoid, dan non-protein asam amino. Klasifikasi tersebut didasari dari struktur dasar dan jalur biosintesis. Komponen-komponen tersebut memiliki berbagai variasi dalam keanekaragaman kimia, distribusi serta fungsi kimianya. Golongan fenol dikarakterisasi dengan adanya cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi. Golongan fenol memiliki banyak turunan, diantaranya flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen quinon, melanin, lignin, dan tannin, dimana zat-zat tersebut terdistribusi ke berbagai varietas tanaman (Mailoa, dkk, 2013). Tannin pada umumnya didefinisikan sebagai komponen polifenol dengan bobot molekul yang tinggi dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tannin dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tannin terkondensasi dan tannin terhidrolisis Rambutan (Nephelium lappaceum. L) merupakan salah satu tanaman buah yang banyak terdapat di Indonesia. Ada beberapa jenis rambutan yang dikenal diantaranya adalah rambutan Aceh, Binjai, Garuda, Lebak bulus, Rapiah, Simacan, Sinyonya, dan lain-lain (Anonim, 2006). Dari buah rambutan biasanya yang dikonsumsi adalah daging buahnya, sedangkan kulit dan bijinya dibuang begitu saja dan belum dimanfaatkan dengan baik. Tjandra et al. (2011) melaporkan kulit buah rambutan mengandungan senyawa steroid, terpenoid, fenolik, dan flavonoid dengan kandungan senyawa fenolik yang dominan dan menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam askorbat. Kulit buah rambutan telah dilaporkan mengandung senyawa-senyawa golongan tanin, polifenol dan saponin. Biji rambutan mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin. Kulit batang mengandung tanin, polifenol dan flavonoid, sehingga kulit buah rambutan secara empiris telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah sebagai obat penurun demam atau antipiretik (Dalimartha, 2007). Di sisi lain secara tradisional tanaman rambutan digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit. Kulit buah rambutan berkhasiat. untuk pengobatan disentri dan demam, kulit kayu untuk obat sariawan, daun untuk obat diare dan menghitamkan rambut, akar untuk obat demam serta bijinya untuk mengatasi diabetes mellitus (Dalimartha, 2007). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi kandungan fitokimia dari kulit rambutan Aceh. Rambutan varietas Aceh berbeda dari rambutan varietas lainnya kulit buah yang tebal namun mudah untuk dikupas, mudah didapat serta harga yang terjangkau. Hal inilah yang dijadikan alasan dilkukannya percobaan dengan sampel kulit buah rambutan varietas Aceh Melihat kulit buah rambutan yang dominan mengandung senyawa fenolik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Thitilertdecha dkk tahun 2007, yang melaporkan sifat antioksidan dan antibakteri dari kulit dan biji rambutan jenis yang tumbuh di Thailand [5]. Kemudian pada tahun 2010, Thitilertdecha dkk juga telah berhasil mengisolasi 3 senyawa golongan fenolik dari ekstrak metanol kulit rambutan yang teridentifikasi sebagai Ellagic Acid (EA), corilagin dan geraniin (Thitilertdecha, N., Teerawutgulrag, A., Jeremy D. kliburn., Rakariyatman, N. 2010) Komponen tannin merupakan polifenol yang larut dalam air dan pelarut organik. Karena tannin termasuk ke dalam golongan fenol, tannin dapat bereaksi dengan formaldehid membentuk kondensat polimerisasi yang dapat dijadikan bahan perekat. Salah satu faktor yang menentukan kualitas dari ekstrak zat aktif tanaman adalah metode isolasi zat aktif yang digunakan, dan di dalam proposal ini akan dipaparkan metode yang praktikan pilih untuk mendapatkan isolat berupa tannin yang berasal dari kulit buah rambutan Aceh (Nephelium lappaceum. L)
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa saja metode yang digunakan untuk mengisolasi tannin dari kulit buah rambutan Aceh (Nephelium lappaceum. L) b. Bagaimana proses isolasi tannin yang akan dilakukan?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Mengisolasi zat aktif tannin dari kulit buah rambutan Aceh (Nephelium lappaceum). L). b. Mengetahui metode terbaik untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi tannin dari kulit buah rambutan Aceh (Nephelium lappaceum. L).