Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB 1

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuh-tumbuhan dari berbagai jenis, banyak yang memproduksi zat-zat
aktif yang memiliki efek farmakologis. Pada umumnya, zat-zat aktif tersebut tidak
memiliki peran penting dalam metabolisme tumbuhan tersebut, maka dari itu zat
aktif tersebut disebut metabolit sekunder.
Metabolit sekunder telah lama diketahui sebagai sumber dari terapi medis
yang efektif, seperti antibakteri dan antikanker. Komponen ini juga terus menjadi
sumber dari berbagai obat esensial yang efektif. Dalam praktiknya dalam dunia
pengobatan tradisional, banyak masyarakat telah menggunakan banyak jenis
tanaman untuk pengobatan tradisional. Zat aktif dari tanaman juga telah menjadi
substitusi untuk pengobatan modern yang relatif mahal.
Zat aktif tanaman digolongkan menjadi empat jenis, yaitu fenol, alkaloid,
terpenoid, dan non-protein asam amino. Klasifikasi tersebut didasari dari struktur
dasar dan jalur biosintesis. Komponen-komponen tersebut memiliki berbagai variasi
dalam keanekaragaman kimia, distribusi serta fungsi kimianya. Golongan fenol
dikarakterisasi dengan adanya cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus
hidroksi. Golongan fenol memiliki banyak turunan, diantaranya flavonoid,
fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen quinon, melanin, lignin, dan
tannin, dimana zat-zat tersebut terdistribusi ke berbagai varietas tanaman (Mailoa,
dkk, 2013).
Tannin pada umumnya didefinisikan sebagai komponen polifenol dengan
bobot molekul yang tinggi dan dapat membentuk kompleks dengan protein.
Berdasarkan strukturnya, tannin dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu tannin
terkondensasi dan tannin terhidrolisis
Rambutan (Nephelium lappaceum. L) merupakan salah satu tanaman buah
yang banyak terdapat di Indonesia. Ada beberapa jenis rambutan yang dikenal
diantaranya adalah rambutan Aceh, Binjai, Garuda, Lebak bulus, Rapiah, Simacan,
Sinyonya, dan lain-lain (Anonim, 2006). Dari buah rambutan biasanya yang
dikonsumsi adalah daging buahnya, sedangkan kulit dan bijinya dibuang begitu saja
dan belum dimanfaatkan dengan baik.
Tjandra et al. (2011) melaporkan kulit buah rambutan mengandungan
senyawa steroid, terpenoid, fenolik, dan flavonoid dengan kandungan senyawa
fenolik yang dominan dan menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan asam askorbat. Kulit buah rambutan telah dilaporkan
mengandung senyawa-senyawa golongan tanin, polifenol dan saponin. Biji
rambutan mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin.
Kulit batang mengandung tanin, polifenol dan flavonoid, sehingga kulit buah
rambutan secara empiris telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia di
berbagai daerah sebagai obat penurun demam atau antipiretik (Dalimartha,
2007).
Di sisi lain secara tradisional tanaman rambutan digunakan untuk pengobatan
berbagai penyakit. Kulit buah rambutan berkhasiat. untuk pengobatan disentri dan
demam, kulit kayu untuk obat sariawan, daun untuk obat diare dan menghitamkan
rambut, akar untuk obat demam serta bijinya untuk mengatasi diabetes mellitus
(Dalimartha, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang identifikasi kandungan fitokimia dari kulit rambutan Aceh.
Rambutan varietas Aceh berbeda dari rambutan varietas lainnya kulit buah
yang tebal namun mudah untuk dikupas, mudah didapat serta harga yang
terjangkau. Hal inilah yang dijadikan alasan dilkukannya percobaan dengan sampel
kulit buah rambutan varietas Aceh
Melihat kulit buah rambutan yang dominan mengandung senyawa fenolik. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Thitilertdecha dkk tahun
2007, yang melaporkan sifat antioksidan dan antibakteri dari kulit dan biji rambutan
jenis yang tumbuh di Thailand [5]. Kemudian pada tahun 2010, Thitilertdecha dkk
juga telah berhasil mengisolasi 3 senyawa golongan fenolik dari ekstrak metanol
kulit rambutan yang teridentifikasi sebagai Ellagic Acid (EA), corilagin dan
geraniin (Thitilertdecha, N., Teerawutgulrag, A., Jeremy D. kliburn., Rakariyatman,
N. 2010)
Komponen tannin merupakan polifenol yang larut dalam air dan pelarut
organik. Karena tannin termasuk ke dalam golongan fenol, tannin dapat bereaksi
dengan formaldehid membentuk kondensat polimerisasi yang dapat dijadikan bahan
perekat.
Salah satu faktor yang menentukan kualitas dari ekstrak zat aktif tanaman
adalah metode isolasi zat aktif yang digunakan, dan di dalam proposal ini akan
dipaparkan metode yang praktikan pilih untuk mendapatkan isolat berupa tannin
yang berasal dari kulit buah rambutan Aceh (Nephelium lappaceum. L)

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja metode yang digunakan untuk mengisolasi tannin dari kulit buah
rambutan Aceh (Nephelium lappaceum. L)
b. Bagaimana proses isolasi tannin yang akan dilakukan?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengisolasi zat aktif tannin dari kulit buah rambutan Aceh (Nephelium
lappaceum). L).
b. Mengetahui metode terbaik untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi tannin
dari kulit buah rambutan Aceh (Nephelium lappaceum. L).

Вам также может понравиться